Anda di halaman 1dari 22

Masyarakat dan kebudayaan manusia di manapun selalu berada dalam

keadaan berubah. Pada masyarakat-masyarakat dengan kebudayaan primitif,


yang hidup terisolasi jauh dari berbagai jalur hubungan dengan masyarakat-
masyarakat lain di luar dunianya sendiri, perubahan yang terjadi dalam
keadaan lambat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat berkebudayaan
primitif tersebut, biasanya telah terjadi karena adanya sebab-sebab yang
berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan itu sendiri, yaitu karena
perubahan dalam hal jumlah dan komposisi penduduknya dan karena
perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Sedangkan dalam masyarakat-masyarakat yang hidupnya tidak terisolasi dari atau yang
berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat-masyarakat dan kebudayaan lain,
cenderung untuk berubah secara cepat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat berkebudayaan primitif seperti tersebut di atas. Perubahan yang terjadi secara
lebih cepat tersebut, disamping karena faktor-faktor perubahan jumlah dan komposisi
penduduk serta perubahan lingkungan hidup juga telah disebabkan oleh adanya difusi atau
adanya penyebaran kebudayaan lain ke dalam masyarakat yang bersangkutan, penemuan-
penemuan baru khususnya penemuan-penemuan teknologi dan inovasi.
Uraian berikut ini berusaha untuk menjelaskan hakekat perubahan yang terjadi dalam
kehidupan sosial manusia, implikasinya terhadap ketertiban sosial dan bagaimana warga
masyarakat yang bersangkutan berpartisipasi di dalamnya. Uraian dalam tulisan ini akan
mencakup pembahasan mengenai perubahan sosial dan perubahan kebudayaan, faktor-
faktor pendorong terwujudnya perubahan sosial manusia, proses penerimaan dan
penolakan terhadap pembaruan yang terjadi dalam masyarakat oleh warga yang
bersangkutan, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang berisikan antara lain sebuah
kerangka dasar berkenaan dengan syarat-syarat suatu unsur baru dapat diterima dalam
suatu masyarakat.
PERUBAHAN SOSIAL DAN PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Ada perbedaan pengertian antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Yang
dimaksud dengan perubahan sosial adalah perubahan dalam struktur sosial dan dalam pola-
pola hubungan sosial, yang antara lain mencakup, sistem status, hubungan-hubungan
dalam keluarga, sistem-sistem politik dan kekuatan, dan persebaran penduduk. Sedangkan
yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem
ide yang dimiliki bersama oleh para warga atau oleh sejumlah warga masyarakat yang
bersangkutan, yang antara lain mencakup, aturan-aturan atau norma-norma yang
digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan warga masyarakat, nilai-nilai, teknologi,
selera dan rasa keindahan atau kesenian dan bahasa.
alaupun perubahan sosial dibedakan dari perubahan kebudayaan, tetapi pembahasan-
pembahasan mengenai perubahan sosial tidak akan dapat mencapai suatu pengertian yang
benar tanpa harus juga mengkaitkannya dengan perubahan kebudayaan yang terwujud
dalam masyarakat yang bersangkutan. Hal yang sama juga berlaku dalam pembahasan-
pembahasan mengenai perubahan kebudayaan.
Salah satu bentuk proses perubahan sosial yang terwujud dalam masyarakat dengan
kebudayaan primitif maupun dengan kebudayaan yang kompleks atau maju, adalah proses
imitasi yang dilakukan oleh generasi yang lebih muda terhadap kebudayaan dari generasi
yang lebih tua. Proses imitasi dilakukan dengan belajar meniru, yang belum tentu atau
bahkan yang kebanyakan tidak sempurna, dari berbagai pola tindakan generasi orang tua.
Sehingga hasilnya adalah adanya perubahan yang berjalan secara lambat dan teratur, dan
yang baru terasa perubahannya setelah dilihat dalam suatu jangka waktu yang panjang dari
proses pewarisan kebudayaan tersebut.
Proses lain yang biasanya juga berjalan secara lambat dan teratur, yang pada umumnya
berlaku dalam masyarakat dengan kebudayaan primitif adalah hasil suatu proses alamiah
dimana jumlah dan komposisi dari generasi anak berbeda dengan jumlah dan komposisi
penduduk generasi tua dari masyarakat yang bersangkutan. Sehingga, secara lambat dan
juga biasanya tanpa disadari, berbagai pola kelakuan, norma-norma, nilai-nilai, dan
pranata-pranata telah berubah karena sebagian dari unsur-unsur kebudayaan dan struktur
sosial yang telah berlaku harus dirubah disesuaikan dengan jumlah dan komposisi dari
penduduk yang menjadi warga dari masyarakat tersebut.
Sedangkan perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang sudah maju atau kompleks
kebudayaannya daripada masyarakat dengan kebudayaan primitif yang terisolasi
kehidupannya, biasanya terwujud dengan melalui proses penemuan (discovery), penciptaan
bentuk baru (invention), dan melalui proses difusi (persebaran unsur-unsur kebudayaan).
Dengan melalui proses-proses tersebut di atas, perubahan sosial biasanya berjalan dengan
cepat. Sehingga, berbagai nilai, norma, dan pola-pola hubungan sosial yang tadinya berlaku
pada generasi sebelumnya dalam masyarakat tersebut bisa tidak berlaku lagi dan diganti
oleh yang lainnya.
Penemuan (discovery) adalah suatu bentuk penemuan baru yang berupa persepsi mengenai
hakekat sesuatu gejala atau hakekat mengenai hubungan antara dua gejala atau lebih.
Suatu penemuan (discovery) mengenai bentuk bumi yang bulat dan bukannya datar, telah
menyebabkan adanya berbagai kegiatan yang berkenaan dengan itu yang mewujudkan
adanya perubahan sosial pada masyarakat-masyarakat di Eropa Barat pada abad ke-16.
Perubahan sosial tersebut telah terjadi karena adanya usaha-usaha untuk melayari bumi
tanpa harus takut untuk sampai ke ujung dunia yang tidak berujung pangkal, sebagaimana
disangkakan semula, guna mencari rempah-rempah dan benda-benda berharga lainnya.
Sedangkan ciptaan baru (invention) adalah suatu pembuatan bentuk baru yang berupa
benda atau pengetahuan yang dilakukan dengan melalui proses penciptaan yang didasarkan
atas pengkombinasian dari pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda dan
gejala. Contohnya, sepotong kayu yang berbentuk seperti tongkat dan sebuah batu hitam
adalah dua benda alamiah. Kedua benda ini kalau dihubungkan satu dengan lainnya dapat
menjadi sebuah tugal atau alat untuk melubangi tanah guna menaruh biji-bijian yang
ditanam di ladang. Caranya adalah dengan pengkombinasian pengetahuan mengenai
perlunya ujung tongkat yang tajam untuk melubangi tanah dan batu hitam yang keras
permukaannya, dan bahwa penajaman ujung kayu dapat dilakukan dengan cara
mengasahkannya pada permukaan benda yang keras dan kasar, dan bahwa batu hitam
yang keras dan kasar tersebut dapat digunakan untuk mengasah tongkat kayu sehingga
tajam ujungnya; dan menghasilkan alat yang namanya tugal.
Contoh yang lain lagi dari penciptaan baru adalah ditemukannya listrik, yang bersumber
pada pengetahuan bahwa gesekan menimbulkan listrik, dan bahwa benda-benda tertentu
dapat menghasilkan listrik lebih banyak bila digesekkan satu dengan lainnya, dan bahwa
diperlukan tehnik-tehnik penggesekkan tertentu untuk menghasilkan listrik, dan benda-
benda tertentu yang dapat menerima arus listrik tanpa membahayakan keselamatan jiwa
dan raga manusia. Kombinasi dari pengetahuan ini menghasilkan serentetan penemuan
baru, yaitu: alat-alat penghasil tenaga listrik, benda-benda atau alat-alat yang dapat
menyalurkan arus listrik, dan alat-alat yang dapat memanfaatkan arus tenaga listrik
tersebut sebagai sumber energi sehingga dapat berguna bagi manusia.
Dengan adanya penciptaan-penciptaan baru tersebut, berbagai sarana perlu juga dipikirkan
untuk diciptakan guna mendukung bermanfaatnya hasil-hasil ciptaan baru; sehingga
serentetan ciptaan baru juga dilahirkan, dan dengan demikian sejumlah alat-alat hasil
ciptaan baru tersebut telah mengambil alih peranan dari tenaga kasar manusia atau
mengambil alih fungsi-fungsi anggota-anggota tubuh manusia dalam berbagai aspek
kehidupannya.
Tetapi penemuan baru maupun penciptaan baru tidaklah dapat begitu saja merubah
kehidupan sosial manusia tanpa melalui suatu proses difusi. Difusi adalah persebaran
unsur-unsur kebudayaan dari masyarakat yang satu ke masyarakat yang lain dan dari
warga masyarakat yang satu ke warga yang lain dari masyarakat yang bersangkutan.
Persebaran unsur kebudayaan adalah suatu proses, yaitu proses penerimaan unsur-unsur
kebudayaan tersebut oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Suatu unsur kebudayaan baru, yang berupa penciptaan ataupun penemuan baru, tidak
akan dapat digunakan dan mempunyai fungsi merubah kehidupan sosial warga masyarakat
yang bersangkutan tanpa melalui proses difusi. Suatu unsur baru dapat saja ditolak oleh
warga masyarakat yang bersangkutan sehingga unsur kebudayaan baru tersebut tidak
mempunyai arti apapun dalam kehidupan sosial. Contohnya adalah penolakan cara
mengerjakan sawah secara lebih intensif dengan menggunakan mesin traktor yang
dilakukan oleh para petani di pulau Bali.
Para petani di Bali menganggap bahwa cara bertani dengan menggunakan traktor tidak
menguntungkan, karena biaya perawatannya yang cukup mahal dari mereka, dan juga
karena traktor bisa rusak dan tidak bisa digunakan lagi, serta traktor tidak dapat beranak.
Sehingga mereka menganggap bahwa mengerjakan sawah dengan menggunakan traktor
lebih banyak ruginya daripada untungnya; khususnya kalau mereka bandingkan dengan
penggunaan sapi dalam pertanian sawah. Menurut mereka, sapi tidak merugikan dan
bahkan menguntungkan. Biaya pemeliharaannya murah, tidak pernah tidak berguna, dapat
beranak, dan kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk.
Dari contoh penolakkan terhadap pemasukkan traktor untuk digunakan sebagai alat
meningkatkan hasil pertanian sawah, nampah bahwa arti kegunaan traktor lebih merugikan
daripada menguntungkan dibandingkan dengan arti kegunaan sapi, sehingga traktor bagi
petani Bali memberikan pengertian yang dikaitkan dengan sesuatu yang merugikan atau
negatif. Fungsi traktor dalam kehidupan sosial dan khususnya untuk kegiatan-kegiatan
pertanian sawah harus didukung oleh sejumlah unsur yang harus mendukung fungsi
tersebut, antara lain, onderdil atau spare parts untuk reparasi, montir-montir yang dapat
mereparasi atau memelihara kelancaran mesinnya, bensin atau minyak solar yang
digunakan untuk menggerakkan mesinnya, pompa bensin/minyak solar, tempat menyimpan
bensin/minyak solar yang aman dari bahaya kebakaran. Kesemuanya ini terasa lebih ruwet
dan mahal dibandingkan dengan penggunaan/pemeliharaan sapi.
Dalam proses difusi antara dua masyarakat yang berdekatan, maka bila yang satu lebih
sederhana kebudayaannya daripada yang satunya lagi, masyarakat yang kebudayaannya
lebih sederhanalah yang lebih banyak menerima kebudayaan dari masyarakat yang lebih
maju atau kompleks; dan bukan sebaliknya. Contohnya adalah hubungan antara
masyarakat kota dengan masyarakat desa. Lebih banyak unsur-unsur kebudayaan kota
yang diambil alih dan diterima untuk dijadikan pegangan dalam berbagai kehidupan sosial
warga desa daripada unsur-unsur kebudayaan desa yang dijadikan pegangan bagi
pengaturan kehidupan sosial warga masyarakat kota.
Perubahan-perubahan yang terwujud karena inovasi (inovasi adalah istilah yang dipakai
untuk pengertian baik untuk discovery maupun untuk invention) dan karena difusi dari
inovasi telah dipercepat lagi prosesnya oleh kekuatan-kekuatan teknologi, industrialisasi,
dan urbanisasi. Ketiga-tiganya secara bersama-sama menghasilkan proses modernisasi
dalam masyarakat yang bersangkutan. Teknologi modern, secara disadari atau tidak oleh
para warga masyarakat yang bersangkutan, telah menciptakan keinginan- keinginan dan
impian-impian baru berkenaan dengan kehidupan yang ingin dijalani (yaitu berupa
memperoleh berbagai peralatan yang serba modern dan luks secara lebih banyak dan lebih
baik daripada yang sudah dipunyai, kondisi kehidupan yang lebih nyaman dan nikmat), dan
memberikan jalan-jalan yang dapat memungkinkan dilaksanakannya usaha-usaha untuk
memperbaiki kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat.
Teknologi secara langsung berkaitan dengan industrialisasi. Industrialisasi dan mesinisasi
cenderung merubah dasar-dasar atau hakekat pengertian kebendaan atau materi yang ada
dalam masyarakat, dan secara tidak langsung mempercepat proses perubahan
pengorganisasian berbagai kegiatan sosial yang ada dalam masyarakat. Dari contoh
pemasukkan traktor di pulau Bali tersebut di atas, jika sekiranya traktor tersebar di
pedesaan dan mekanisasi atau mesinisasi pertanian berjalan sebagaimana yang
direncanakan, maka berbagai sarana harus disediakan untuk menunjang unsur traktor
tersebut. Sarana-sarana ini antara lain, bahan bakar untuk traktor, spare parts, bengkel-
bengkel, montir-montir dan disamping itu juga matinya usaha pemeliharaan sapi, matinya
kegiatan gotong royong dalam pertanian, dan mengganggunya buruh-buruh tani yang biasa
menyediakan tenaga kasar mereka di bidang pertanian.
Teknologi dan industrialisasi langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap
terwujudnya proses urbanisasi. Urbanisasi yang disatu pihak dilihat sebagai cara hidup kota
dan dipihak yang lain dilihat sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota secara
langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh adanya kemajuan teknologi dan
industrialisasi. Dari contoh orang Bali tersebut di atas, para buruh tani yang telah tidak
mempunyai pekerjaan di desa terpaksa harus meninggalkan desanya mencari pekerjaan di
tempat-tempat dimana kesempatan untuk bekerja masih ada. Kesempatan bekerja yang
kemungkinan terbesar masih ada adalah di kota, karena di kota mata pencaharian tidak
didasarkan pada mengolah lingkungan alam untuk memperoleh bahan mentah, tetapi
berdasarkan atas jasa. Perubahan mata pencaharian dari mengolah alam kepada jasa
dimungkinkan oleh tingkat perkembangan teknologi dan industrialisasi.
Proses urbanisasi juga menyebabkan adanya percepatan proses perubahan dalam
masyarakat, baik yang ditinggalkan maupun yang didatangi, yang juga mewujudkan adanya
proses penataan kehidupan sosial kembali oleh mereka yang menjadi warga masyarakat
yang bersangkutan. Orang-orang desa yang datang ke kota yang biasanya hidup dalam
berbagai peraturan adat yang ketat berkenaan dengan masalah moral, dapat berubah dan
menerima norma-norma yang longgar berkenaan dengan masalah moral ini mengakibatkan
adanya berbagai masalah keluarga dan sosial di antara mereka.
PENERIMAAN TERHADAP PERUBAHAN
Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya sesuatu unsur
kebudayaan baru atau asing dalam suatu masyarakat yang biasanya cukup berperan adalah:
1. Terbiasanya masyarakat tersebut mempunyai hubungan/kontak kebudayaan dengan
orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut, yang mempunyai kebudayaan
yang berbeda. Sebuah masyarakat yang terbuka bagi hubungan-hubungan dengan orang
yang beraneka ragam kebudayaannya, cenderung menghasilkan warga masyarakat yang
bersikap terbuka terhadap unsur-unsur kebudayaan asing. Sikap mudah menerima
kebudayaan asing lebih-lebih lagi nampak menonjol kalau masyarakat tersebut
menekankan pada ide bahwa kemajuan dapat dicapai dengan adanya sesuatu yang baru,
yaitu baik yang datang dan berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, maupun yang berasal
dari kebudayaan yang datang dari luar.
2. Kalau pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam kebudayaan tersebut
ditentukan oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama; dan ajaran ini terjalin erat
dalam keseluruhan pranata yang ada dalam masyarakat tersebut; maka penerimaan unsur-
unsur kebudayaan yang baru atau asing selalu mengalami kelambatan karena harus di
sensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan pada ajaran agama yang berlaku.
Dengan demikian, suatu unsur kebudayaan baru akan dapat diterima jika unsur
kebudayaan yang baru tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama yang berlaku,
dan karenanya tidak akan merusak pranata-pranata yang sudah ada.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan unsur
kebudayaan baru. Suatu struktur sosial yang didasarkan atas sistem otoriter akan sukar
untuk dapat menerima suatu unsur kebudayaan baru, kecuali kalau unsur kebudayaan baru
tadi secara langsung atau tidak langsung dirasakan oleh rezim yang berkuasa sebagai
sesuatu yang menguntungkan mereka.
4. Suatu unsur kebudayaan baru dengan lebih mudah diterima oleh suatu masyarakat kalau
sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya
unsur kebudayaan yang baru tersebut. Di pedesaan di pulau Jawa, adanya sepeda sebagai
alat pengangkut dapat menjadi landasan memudahkan di terimanya sepeda motor di
daerah pedesaan di Jawa; dan memang dalam kenyataan demikian.
. Sebuah unsur baru yang mempunyai skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan
mudah dibuktikan kebenarannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan, dibandingkan
dengan sesuatu unsur kebudayaan yang mempunyai skala luas dan yang sukar secara
konkrit dibuktikan kegunaannya. Contohnya adalah diterimanya radio transistor dengan
mudah oleh warga masyarakat Indonesia, dan bahkan dari golongan berpenghasilan rendah
merupakan benda yang biasa dipunyai.
Dari beberapa pokok pembicaraan yang dikemukakan di atas berkenaan dengan
penerimaan unsur-unsur baru, dapat dikatakan bahwa inovasi bisa terdapat karena: 1)
inovasi tersebut bertentangan dengan pola-pola kebudayaan yang sudah ada; 2) kalau
inovasi tersebut akan mengakibatkan perubahan pola-pola kebudayaan dan struktur sosial
yang sudah ada dan menggantikannya dengan yang baru; 3) kalau inovasi tersebut bersifat
mendasar berkenaan dengan pandangan hidup atau nilai yang ada dalam masyarakat
bersangkutan: misalnya "free lover untuk masyarakat Indonesia akan ditentang kalau
harus diterima sebagai suatu cara hidup; 4) disamping itu bila inovasi itu dianggap terlalu
mahal biayanya juga akan terhambat dalam penciptaannya maupun dalam penyebaran atau
difusinya, terkecuali kalau oleh kelompok yang digolongkan sebagai "vested interests
(suatu kelompok yang mempunyai pengaruh atas kehidupan sosial dan mempunyai andil
untuk menarik keuntungan atas kehidupan sosial yang ada) inovasi tersebut dianggap
menguntungkan maka inovasi akan diterima.
Penerimaan atas unsur baru atau inovasi dapat mengakibatkan terwujudnya berbagai
kekacauan sosial yang merupakan perwujudan- perwujudan dari proses perubahan sosial,
sebelum inovasi tersebut diterima dengan mantap dan menjadi baku dalam tata kehidupan
sosial yang berlaku dalam masyarakat. Kekacauan sosial tersebut biasanya dinamakan
sebagai disorganisasi sosial (social disorganization). Dalam keadaan kekacauan sosial ini,
aturan-aturan atau norma-norma lama sudah tidak berlaku lagi atau sebagian-sebagian
masih berlaku sedangkan aturan-aturan atau norma-norma lama tersebut dalam mengatur
kehidupan sosial warga masyarakat. Sehingga dalam tahap ini terdapat semacam
kebingungan atau kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan sosial.
Bila unsur-unsur baru telah mantap diterima dan norma-norma atau aturan-aturan baru
telah mantap menjadi pegangan dalam berbagai kegiatan sosial, maka dapatlah dikatakan
bahwa masyarakat tersebut telah mencapai tingkat tertib sosial lagi. Tidak selamanya suatu
penerimaan inovasi menimbulkan kekacauan sosial. Kekacauan sosial terwujud bila inovasi
tersebut menyebabkan adanya perubahan-perubahan yang mendasar pada pranata-pranata
yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan.
KESIMPULAN
Uraian dalam tulisan ini telah memberikan suatu penjelasan mengenai hakekat perubahan
yang terjadi dalam kehidupan sosial manusia, faktor-faktor yang turut mempengaruhi
tingkat dan corak perkembangan itu, dan implikasi dari perubahan tersebut terhadap
kehidupan manusia bermasyarakat.
Suatu perubahan sosial selalu terwujud dalam bentuk adanya kekacauan dalam kehidupan
sosial; tetapi tidak semua perubahan ini mewujudkan kekacauan sosial yang besar. Yang
terbanyak adalah adanya kekacauan dalam ruang-ruang lingkup kehidupan sosial yang kecil
dan yang biasanya terjadi dimulai dalam kehidupan keluarga. Kekacauan sosial dapat
mengakibatkan adanya konflik-konflik sosial, tetapi suatu konflik sosial tidak dapat
berlangsung terus menerus. Karena manusia tidak dapat hidup dalam suatu keadaan
kekacauan terus menerus, maka pada suatu saat suatu kedamaian terwujud dan suatu
ketertiban sosial baru menjadi landasan dalam kehidupan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Usaha-usaha mengatasi kekacauan biasanya juga berasal dari dalam
lingkungan masyarakat itu sendiri, yaitu sejumlah warga masyarakat yang menyadari
kerugian-kerugian dari adanya kekacauan; tetapi bisa juga oleh adanya kekuatan yang
berasal dari luar masyarakat tersebut.












Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam
lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai
himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat
lainnya (Soekanto, 1990). Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam
unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya
perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan. Sorokin (1957),
berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan suatu kecenderungan yang
tertentu dan tetap dalam perubahan sosial tidak akan berhasil baik.
Perubahan sosiaI merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam
kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak
mempengaruhi organisasi sosiaI masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan
kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam
prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk
dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat
tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat
adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan
antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang
timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran
secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil
definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat
istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat,
maka perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur
tersebut. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan
suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu
masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang
melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu
perubahan masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu yang dianggap sudah tidak
lagi memuaskan. Menurut Soekanto (1990), 5enyebab 5erubahan sosiaI dalam suatu
masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor
penyebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri antara lain bertambah atau
berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat,
terjadinya pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor penyebab dari luar
masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan
masyarakat lain.









A. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya dan Penyebabnya
Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk berikut ini.
Perubahan Lambat dan Perubahan Ce5at
Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha
masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi
baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi
adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu
bentuknya sangat sederhana, namun karena masyarakat mengalami perkembangan,
maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks. Perubahan
cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur
kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat.
Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam
masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin
berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan
persyaratan tertentu. Berikut ini beberapa persyaratan yang mendukung terciptanya
revolusi.
a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin
masyarakat tersebut.
c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi.
d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat.
e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa
tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan
program dan arah gerakan revolusi.
Contoh perubahan secara revolusi adalah gerakan Revolusi slam ran pada tahun
1978-1979 yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Syah Mohammad Reza Pahlevi
yang otoriter dan mengubah sistem pemerintahan monarki menjadi sistem Republik
slam dengan Ayatullah Khomeini sebagai pemimpinnya.
Perubahan KeciI dan Perubahan Besar

Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang
tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat.
Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.
Sebaliknya, perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat.
Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi
bagi pola kehidupan masyarakat.

Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak


Dikehendaki atau Tidak Direncanakan

Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang
telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak
melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change,
yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat
untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan
untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah
pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya
perubahan tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi.
Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan
perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat
menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan.
Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya
berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde
Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.
Sebab-Sebab Perubahan SosiaI Budaya
Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-
sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
a Sebab-Sebab yang BerasaI dari DaIam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat
(sebab intern)
1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik
penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat
menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu
menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator
proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan
perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.
b Sebab-Sebab yang BerasaI dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)

Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang
berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari
luar masyarakat.
1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu
daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat
tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri
dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar
juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat me-
nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan
ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang
berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat
diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu
kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan
mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses
imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh
unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
B. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain

Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan
mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-
penemuan baru tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan
perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses tersebut dapat
mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada.
b Sistem Pendidikan FormaI yang Maju
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran
dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan
kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat
memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
c Sika5 Menghargai HasiI Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk
berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk
menghasilkan karya-karya lain.
d ToIeransi terhada5 Perbuatan yang Menyim5ang
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana,
dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi
dapat diberikan agarsemakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e Sistem Terbuka Masyarakat ( O5en Stratification )
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih
luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status
sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan
kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f Heterogenitas Penduduk

Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan
ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan
kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-
perubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.
g Orientasi ke Masa De5an
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu
berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan
dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
h Ketidak5uasan Masyarakat terhada5 Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan
reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk mengubahnya.
i NiIai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Mem5erbaiki Hidu5nya
khtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang
tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
a Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-
perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan
kehidupan masyarakat menjadi statis.
b TerIambatnya Perkembangan IImu Pengetahuan
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup,
contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama
berada di bawah pengaruh masyarakat lain (terjajah).
c Sika5 Masyarakat yang Masih Sangat TradisionaI

Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan
sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang
bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
d Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan 5ada Integritas Kebudayaan
ntegrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini
dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap
mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
e Adanya Ke5entingan-Ke5entingan yang TeIah Tertanam dengan Kuat ( Vested
Interest Interest)
Organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan menghambat terjadinya
perubahan. Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi tentunya
akan mempertahankan statusnya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan
terhambatnya proses perubahan.
f Adanya Sika5 Tertutu5 dan Prasangka Terhada5 HaI Baru (Asing)

Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh
bangsa lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal
dari Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan,
sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.
g Hambatan-Hambatan yang Bersifat IdeoIogis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan
sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi
masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
h Adat atau Kebiasaan yang TeIah Mengakar

Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya
sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap
perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin
dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan
masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin
pemotong padi tidak akan digunakan.
i NiIai Bahwa Hidu5 ini 5ada Hakikatnya
Buruk dan Tidak Mungkin Diperbaiki Pandangan tersebut adalah pandangan pesimistis.
Masyarakat cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu kehidupan
telah diatur oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu saja tidak akan
memacu pekembangan kehidupan manusia.
C. Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara pandang, bahkan
ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di depan bahwa perubahan sosial budaya
dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan) dan hal-hal negatif (kemunduran). Hal
ini tentu saja memengaruhi pola dan perilaku masyarakatnya. Berikut ini hal-hal positif
atau bentuk kemajuan akibat adanya perubahan sosial budaya.
1. Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional.
3. Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia.
4. Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih modern dan ideal.

Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya perubahan sosial
budaya.
1. Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak
sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional.
2. Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan
budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola
kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya).
3. Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
4. Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran
bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota.

D. Sikap Kritis terhadap Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya



Apapun bentuk perubahan sosial budaya akan menghasilkan suatu bentuk, pola, dan
kondisi kehidupan masyarakat yang baru. Kalian sebagai pelajar tentu harus bisa
menentukan sikap terhadap dampak perubahan sosial budaya yang terjadi di tengah-
tengah masyarakat. Sikap apriori yang berlebihan tentu saja tidak perlu kalian
kedepankan, mengingat sikap tersebut merupakan salah satu penyebab terhambatnya
proses perubahan sosial budaya yang berujung pada terhambatnya proses
perkembangan masyarakat dan modernisasi. Demikian juga dengan sikap menerima
setiap perubahan tanpa terkecuali. Sikap tersebut cenderung akan membuat kita
meniru (imitasi) terhadap setiap perubahan sosial budaya yang terjadi, meskipun
perubahan tersebut mengarah pada perubahan yang bersifat negatif. Kalian diharapkan
mampu memiliki dan mengembangkan sikap kritis terhadap proses perubahan sosial
budaya yang terjadi di masyarakat. Perubahan sosial budaya yang bersifat positif dapat
kita terima untuk memperkaya khazanah kebudayaan bangsa kita, sebaliknya
perubahan sosial budaya yang bersifat negatif harus kita saring dan kita cegah
perkembangannya dalam kehidupan masyarakat kita. Dalam pelaksanaannya, kalian
harus mampu mengikuti perkembangan zaman dengan memperluas pengetahuan dan
teknologi yang semakin berkembang. Namun di sisi lain, nilai-nilai dan norma
kehidupan bangsa yang luhur harus dapat terus kalian jaga dan lestarikan.





















DuIu,oiang2 loikonunikasi nonggunakan suial,nanaun,sokaianga loikonunikasi nonggunakan
loIophono alau handphono.










DuIu pononiangan nonggunkan polionak,nanun sokaiang nonggu Ianpu,yang nonggunakan onoigy
Iisliik.






TUCAS SOSIOLOCI

ILRUAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT






KAMLLIA RIZKI
12 IIS 1

Anda mungkin juga menyukai