Anda di halaman 1dari 13

Borang Portofolio No ID dan Nama Peserta : 13.1.1.100.1.11.122579 / dr.

Christin Natalia Nama Wahana : RSUD Lubuk Basung Topik : Diare Akut Dehidrasi Berat + Gizi Kurang + sus p. Askariasis Tanggal (Kasus) : 8 September 2011 Nama Pasien : S N No Registrasi IGD : 172, No. MR : 107924 Tanggal Presentasi : 2011 Nama Pendamping : dr. Valencia Tempat Presentasi : Aula Komite Medik RSUD Lubuk Basung Objektif Presentasi : Keilmuan Diagnostik Keterampilan Manajemen Anak Deskrips : Seorang anak, 13 bulan masuk IGD RSUD Lubuk Basung dengan kel uhan BAB sering dan encer sejak 1 hari sebelum masuk RS, frekuensi > 10x / hari, banyaknya cangkir/x , warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-). Muntah se jak 1 hari sebelum masuk RS, frekuensi > 5x/ hari, banyaknya 2-3 sdm/x, isi apa y ang dimakan. Riwayat keluar cacing dari muntah dan BAB ( + ), riwayat anak tampa k menggaruk-garuk sekitar anus terutama pada malam hari (-), os belum pernah dib eri obat cacing. Awalnya anak masih mau minum tapi muntah tiap kali habis makan/ minum, anak mulai malas minum dan lebih banyak tertidur sejak pagi hari ( 3 jam sebelum dibawa ke RS ). Anak tidak rewel dan tidak ada menangis lagi sejak malam harinya. BAK ( - ) sejak 3 jam sebelum dibawa ke RS. Demam (-). Riwayat adanya kasus muntah-diare di lingkungan tempat tinggal (-). Anak belum ada dibawa berob at. Tujuan : Mendiagnosis dan memberikan penatalaksanaan awal yang tepat pada pasie n diare akut. Bahan Bahasan : Kasus Cara Membahas : Presentasi dan diskusi Data Pasien : Nama : S N Umur : 13 bulan Alamat : Aur Malintang No. Registrasi IGD : 172 No. MR : 107924 Tempat : IGD RSUD Lubuk Basung Data Utama Untuk Bahan Diskusi 1. Diagnosis : Diare Akut Dehidrasi Berat + Gizi Kurang + susp. Askariasis 2. Gambaran Klinis : BAB sering dan encer sejak 1 hari sebelum masuk RS, frekuensi > 10x / ha ri, banyaknya cangkir/x , warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-) Muntah sejak 1 hari sebelum masuk RS, frekuensi > 5x/ hari, banyaknya 23 sdm/x, isi apa yang dimakan Riwayat keluar cacing dari muntah dan BAB ( + ), riwayat anak tampak men ggaruk-garuk sekitar anus terutama pada malam hari (-), os belum pernah diberi obat cacing Awalnya anak masih mau minum tapi muntah tiap kali habis makan/minum, an ak mulai malas minum dan lebih banyak tertidur sejak pagi hari ( 3 jam sebelum d ibawa ke RS ) Anak tidak rewel dan tidak ada menangis lagi sejak malam harinya BAK ( - ) sejak 3 jam sebelum dibawa ke RS Demam (-) Riwayat adanya kasus muntah-diare di lingkungan tempat tinggal (-) Anak belum ada dibawa berobat untuk sakitnya saat ini 3. Riwayat Penyakit Dahulu : belum pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya riwayat kejang demam (-)

4. -

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti ini

5. Riwayat sosial ekonomi, kebiasaan, tumbuh kembang, higiene: Os anak bungsu dari 3 bersaudara, BB lahir lupa Riwayat imunisasi dasar lengkap Os telah bisa berjalan, berbicara kata-kata pendek Os masih minum ASI dan telah bisa makan nasi lunak ditambah lauk-pauk yang dimak an orang tuanya sehari-hari Riwayat minum susu formula (-) karena tidak ada biaya beli susu Kuku os tampak panjang dan kotor, terdapat keropeng di belakang daun telinga kan an Pemeriksaan Fisik : Vital Sign : pk 08.05 Keadaan umum : Jelek Kesadaran : letargi Tekanan darah : - mmHg Nadi : halus Nafas : 38 x/menit Suhu : 36,2 o C BB : 8 kg BB/U : 76,19% Kesan : gizi kurang Status Generalis : Kepala : UUB cekung Rambut : hitam, tidak mudah dicabut Mata : Konjungtiva subanemis, Sklera ikterik (-), mata cekung, air mata (-) , pupil isokor,diameter 2mm, Refleks cahaya ( +/+ ) Telinga : ekskoriasi (+) et retroauricular dekstra Mulut : mukosa mulut dan bibir kering Leher : KGB tidak membesar Thorax : Cor : I : Ictus tidak terlihat Pa : Ictus teraba 1 jari medial LMCS RIC V Pe : Batas jantung dalam batas normal Au : Irama regular, Murni, Bising jantung (-) Pulmo : I : normochest, retraksi (-) Pa : fremitus sulit dinilai Pe : Sonor Au : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen : I : tidak membuncit Pa : turgor kembali lambat, hepar teraba 1/3- 1/3, tepi tajam, permukaan rata , lien S0 Pe : Timpani Au : BU (+) Ekstremitas : Akral dingin, refilling kapiler < 2, edema -/Diagnosis Kerja: Diare akut dehidrasi berat + gizi kurang + susp. Askariasis Penatalaksanaan : IVFD RL 30 cc/ kgBB/ jam 480 gtt/ i mikro, lanjutkan 70 cc/kgBB/2 jam 224 gtt/i mikro nilai rehidrasi o Jika rehidrasi telah tercapai, maintanance 16 gtt/i mikro o Jika rehidrasi belum tercapai, lanjutkan 70 cc/ kg BB/ 2 jam 224 gtt/i m ikro Kotrimoksazole sirup 2 x cth Zinc 1 x 20 mg Oralit 80cc / muntah-mencret Diet ASI OD + makanan lunak rendah serat segera setelah anak sadar dan m au makan Follow up : Pk 08.40 ( setelah rehidrasi 240 cc dalam jam I )

PF :

Kesadaran : letargi Nadi : 138 x/mt, pengisian kuat Perfusi baik, anak mulai menyusu Abdomen : I : tampak membuncit Pa: distensi (+) Pe : hipertimpani Au : BU ( + ) Kesan : meteorismus

Co. Sp. A ( residen ) : Advise : - Kcl 25 mg/KgBB/x 3x 200mg - Albendazole 20mg/kgBB 160 mg ,single dose - terapi lain lanjut Pk 09.55 ( setelah rehidrasi 500cc RL kolf I ) : Anak sadar ( eye contact (+) ) HR : 136 x/i, pengisian kuat Anak mau minum Urin ( + ) Meteorismus (+), BU (+) Th/: lanjutkan rehidrasi RL kolf II 70cc/kgBB/ 2 jam 224 gtt/i mikro sampai hab is 300 cc lagi, setelah itu maintanance 16 gtt/i mikro rawat bangsal anak. Follow up : 9-9-2011 10-9-2011 12-9-2011 Subjektif Mencret (+) 3x, 1sdm/x, agak cair, ampas (+) Muntah (+) 2x, demam (-), anak sudah mau minum, BAK (+) 3-4 x ganti pampers/hari Mencret (+) 2x 1sdm/x, tinja masih agak c air, ampas (+) Muntah (+) 1x, Demam (-), Minum (+) sering, tiap 1-2 jam sekali BAK (+) sering BAB lembek Muntah (-) Demam (-) Minum (+) sering, hampir tiap jam BAK (+) sering Keadaan Umum s. sedang s. sedang s. sedang Kesadaran Sadar Sadar Sadar Frekuensi nadi 120x/i, pengisian kuat 104x/i, pengisian kuat 110x/i, pengisia n kuat Frekuensi nafas 34x/i 36x/i 31x/i Suhu 370C 370C 36,70C Mata Cekung (-), air mata (+) Cekung (-), air mata (+) Cekung ( -), air mata (+) Abdomen Distensi (-), turgor kembali cepat, timpani, BU (+)N Distensi (-), tu rgor kembali cepat, timpani, BU (+)N Distensi (-), turgor kembali cepat, timp ani, BU (+)N Ektremitas Akral hangat, perfusi baik Akral hangat, perfusi baik Akral hangat, perfusi baik Kesan Diare akut tanpa dehidrasi Diare akut tanpa dehidrasi Diare ak ut tanpa dehidrasi Terapi IVFD RL 16 gtt/i mikro Kotrimoksazol sirup 2x cth Zinc 1x 20 mg KCl 3 x 200 mg Oralit 80 cc/ muntah-mencret Diet ASI OD + Makanan lunak Rendah serat Terapi lanjut Terapi l anjut,

Boleh pulang Rangkuman Hasil pembelajaran Portofolio 1. Subjektif Anak, 13 bulan masuk IGD RSUD Lubuk Basung Padang dengan keluhan BAB sering dan encer sejak 1 hari sebelum masuk RS, frekuensi > 10x / hari, banyaknya cangkir/x , warna kuning, ampas (+), lendir (-), darah (-). Muntah sejak 1 hari sebelum m asuk RS, frekkuensi > 5x/ hari, banyaknya 2-3 sdm/x, isi apa yang dimakan. Riwaya t keluar cacing dari muntah dan BAB ( + ), riwayat anak tampak menggaruk-garuk s ekitar anus terutama pada malam hari (-), os belum pernah diberi obat cacing. Aw alnya anak masih mau minum tapi muntah tiap kali habis makan/minum, anak mulai m alas minum dan lebih banyak tertidur sejak pagi hari ( 3 jam sebelum dibawa ke R S ). Anak tidak rewel dan tidak ada menangis lagi sejak malam harinya. BAK ( - ) sejak 3 jam sebelum dibawa ke RS. Demam (-). Riwayat adanya kasus muntah-diare di lingkungan tempat tinggal (-). Anak belum ada dibawa berobat. Riwayat minum s usu formula (-). 2. Objektif Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik pada saat masuk sangat mendukung diagnosis diare akut dehidrasi berat + gizi kurang + susp. askariasis Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan : Gejala klinis : BAB sering dan encer sejak 1 hari sebelum masuk RS, frek uensi > 10x / hari, banyaknya cangkir/x, warna kuning, ampas (+), lendir (-), da rah (-). Dari gejala tersebut diare yang disebabkan oleh kolera dan disentri da pat disingkirkan. Muntah sejak 1 hari sebelum masuk RS, frekuensi > 5x/ hari, ba nyaknya 2-3 sdm/x, isi apa yang dimakan. Diare dan muntah yang sering menyebabkan dehidrasi. Anak mulai malas minum dan lebih banyak tertidur sejak pagi hari ( 3 jam sebelum dibawa ke RS ) serta anak juga tidak rewel dan tidak ada menangis l agi sejak malam harinya menunjukkan gejala-gejala penurunan kesadaran akibat deh idrasi yang dialami. BAK (-) sejak 3 jam sebelum masuk RS menujukkan adanya olig uri yang merupakan tanda-tanda pre-syok. Dengan adanya riwayat keluar cacing dar i muntah dan BAB, riwayat belum pernah mendapat obat cacing, higiene pasien yang kurang , tetapi tidak ada riwayat anak tampak menggaruk-garuk sekitar anus pada malam hari maka dicurigai anak mengalami askariasis . Pemeriksaan fisik : keadaan umum jelek, kesadaran letargi, nadi halus, f rekuensi nafas 38x/i, suhu 36,2oC. Didapatkan UUB cekung, mata anak tampak cekun g serta air mata (-). Pada pemeriksaan abdomen didapatkan turgor yang kembali la mbat dan bising usus menurun. Akral teraba dingin namun perfusi masih baik ( <2). Berat badan menurut umur yang dihitung berdasarkan standar NCHS didapatkan 76,1 9 % mendukung diagnosis gizi kurang. 3. Asssesment DIARE 1.1 Definisi Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan fr ekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi bua ng air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali. Klasifikasi diare ke dalam j enis akut dan kronis bersifat mutlak, tetapi diare harus berlangsung paling sedi kit 14 hari untuk dapat dikatakan diare kronis, jadi diare akut adalah diare yan g terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari ( bahkan kebanyaka n kurang dari 7 hari ) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering tanpa darah. 1.2 Epidemiologi Di negara berkembang, termasuk Indonesia, diare akut maupun kronis masih merupak an masalah kesehatan utama. Di dunia, diare menyebabkan kematian sebanyak 5 juta setahun, 75% diantaranya disebabkan oleh diare akut. Di Indonesia, kematian kar ena diare sekitar 200.000-250.000 setahun, 80% diantaranya disebabkan oleh diare akut.

Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi terdapat pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan penda mping. 1.3 Klasifikasi Secara klinis diare dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Diare akut yaitu diare yang terjadi mendadak pada anak yang sebelumnya s ehat, berlangsung kurang dari 2 minggu. 2. Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinja. 3. Diare persisten yaitu diare yang terjadi lebih dari 14 hari yang merupak an kelanjutan dari diare akut. 1.4 Etiologi Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor : 1. Infeksi Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama d iare. Infeksi enteral ini disebabkan oleh berbagai mikroba diantaranya: Virus : Enterovirus, rotavirus, adenovirus. Virus merupakan penyebab tersering d iare pada anak. Bakteri : Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio cholera, Campilobacter jejuni. Parasit : protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli), c acing ( Ascaris, Trichuris, Strongiloides ) dan jamur ( Candida ). 2. Faktor malabsorpsi : Malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein. 3. Faktor makanan : Makanan besi, beracun, atau alergi terhadap makanan ter tentu. 4. Imunodefisiensi 5. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbu lkan diare pada anak yang lebih besar. 1.5 Patogenesis 1. Virus Virus masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak dalam epitel vili usus halus , menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili y ang secara normal mempunyai fungsi absorpsi dan penggantian sementara oleh sel e pitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan el ektrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakarid ase, menyebabkan berkurangnya absorpsi disakarida terutama laktosa. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang. 2. Bakteri Penempelan di mukosa Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus untuk menghindarkan diri dari peny apuan. Penempelan ini menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebab kan sekresi cairan. Toksin yang menyebabkan sekresi Beberapa bakteri lain seperti V.cholerae mengeluarkan toksin yang menghambat fun gsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorpsi natrium melalui vili dan meningka tkan sekresi klorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. P enyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari. Invasi mukosa Shigella dapat menyebabkan diare berdarah (disenteri) melalui invasi dan perusak an sel epitel mukosa di sebagian besar kolon. Invasi ini diikuti dengan pembentu kan mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dal am tinja. Toksin yang dihasilkan kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan ju ga sekresi air dan elektrolit dari mukosa. Shigellosis menimbulkan tanda radang akut meliputi nyeri perut, demam, kejang, letargis dan prolas rektum. Infeksi virus dan bakteri tidak selamanya akan menyebabkan terjadinya diare kare na tubuh mempunyai mekanisme pertahanan tubuh. Jika bahan-bahan yang berbahaya d apat menembus barier mekanisme daya tahan tubuh dan dapat masuk ke dalam sirkula si sistemik, maka akan terjadi berbagai reaksi. 1. 6 Patofisiologi

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osm otik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentas i oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan m enarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimul asi c AMP dan c GMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedang kan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kon trol otonomik, misalnya pada diabetik neuropati, post vagotomi, post reseksi usu s serta hipertiroid. 1.7 Manifestasi Klinis Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, na fsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungki n disertai lendir atau darah. Warna tinja dapat berubah jadi kehijau-hijauan yan g disebabkan bercampurnya tinja dengan empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Tand a-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam dehidrasi adalah : r asa haus, elastisitas ( turgor dan tonus ) kulit menurun, bibir dan mukosa kerin g, mata cekung, air mata tidak keluar, ubun-ubun besar cekung, oliguri, bahkan d apat anuria, tekanan darah rendah, takikardia, kesadaran menurun. Menurut banyaknya cairan yang hilang, diare dibagi atas : 1. Diare tanpa dehidrasi Penderita yang tanpa tanda dehidrasi juga mengalami defisit cairan, tetapi hanya kurang dari 5 % BB. 2. Diare dengan dehidrasi ringan-sedang Dehidrasi ringan-sedang terjadi kehilangan cairan 5-10 % BB. Dehidrasi ringan ke hilangan cairan sekitar 5-6%, biasanya ditandai dengan meningkatnya rasa haus da n gelisah. Turgor kulit mungkin sedikit berkurang. Gejala lain yang berhubungan dengan dehidrasi mungkin tidak ada. Diare dengan dehidrasi sedang kehilangan cai ran sekitar 7-10 % BB, menyebabkan anak menjadi gelisah atau rewel. Matanya agak cekung serta mulut dan lidah kering. Ada peningkatan rasa haus, anak akan minum dengan lahap bila ditawarkan minuman. Cubitan kulit kembali agak lambat. Nadi r adialis teraba tetapi cepat, dan ubun-ubun kecil pada bayi lebih cekung pada bia sanya. 3. Diare dengan dehidrasi berat Penderita dengan dehidrasi berat mempunyai defisit cairan sama dengan atau lebih dari 10 % BB. Biasanya terdapat letargis, stupor atau bahkan koma. Mata sangat cekung, tanpa air mata, mulut dan lidah sangat kering, pernafasan cepat dan dala m. Bila kesadarannya menurun, penderita mungkin minum hanya sedikit sekali atau tidak sama sekali. Cubitan kulit kembali sangat lambat (> 2 detik). Nadi femoral sangat cepat dan nadi radialis mungkin sangat cepat dan tidak teraba. Pada bayi , ubun-ubun kecil sangat cekung. Penderita mungkin tidak kencing selama 6 jam at au lebih. Bila ada syok hipovolemik, tekanan darah sistolik rendah atau tidak te raba, lengan dan kaki dingin, kuku mungkin biru. 1.8 Diagnosis Berdasarkan definisi diare akut, diagnosis ditegakkan jika terdapat buang air be sar encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Jika disertai buang air besar dise rtai darah maka didiagnosis dengan disenteri. Pada pasien diare harus ditentukan apakah tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi serta derajat dehidrasinya. Penilaian derajat dehidrasi : Penilaian A B C Lihat : Keadaan umum Mata Air mata Mulut dan lidah Rasa haus Baik, sadar

Normal Ada Basah Minum biasa, tidak haus Gelisah, rewel * Cekung Tidak ada Kering Haus, ingin minum banyak * Lesu, lunglai, atau tidak sadar * Sangat cekung dan kering Tidak ada Sangat kering Malas minum atau tidak bisa minum * Periksa turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat lambat* Derajat dehidrasi TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG Bila ada 1 tanda * + 1 atau lebih tanda lain DEHIDRASI BERAT Bila ada 1tanda * + 1 atau lebih tanda lain Terapi Rencana A Rencana B Rencana C 1.9 Pemeriksaan laboratorium 1. Pemeriksaan tinja a. Maskroskopis dan miskroskopis b Biakan kuman dan tes resistensi terhadap antibiotika c. PH 2. Pemeriksaan darah a. Darah rutin b. Elektrolit c. Analisa gas darah 1.10 Penatalaksanaan Prinsip penatalaksanaan diare : Mencegah dehidrasi Rehidrasi Meneruskan makan dan ASI Tujuan penatalaksanaan diare adalah untuk mengkoreksi kekurangan cairan elektrol it secara cepat dan kemudian mengganti cairan tubuh yang hilang sampai diarenya berhenti. Pengganti cairan dapat secara oral atau intravena untuk penderita deng an dehidrasi berat. Pemberian Cairan 1. Diare akut tanpa dehidrasi ( rencana terapi A ) Mengganti cairan yang keluar sesegera mungkin dengan minum lebih banyak dari yan g keluar. Cara minum sedikit demi sedikit, diberikan dengan sendok dalam posisi anak dudu atau setengah duduk. Cairan yang dapat diberikan adalah oralit, cairan rumah tangga lain seperti larutan gula, garam, air tajin, sup, kuah sayuran. Pe nanganan diare akut tanpa dehidrasi sebagai berikut ; a. Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi Pemberian cairan : 10 cc/kg BB / BAB encer atau muntah, atau : Umur < 2 tahun : 50 100 ml setiap mencret Umur 2 tahun : 100 200 ml tiap mencret b. Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi Anak tetap diberikan makan dengan prinsip mudah dicerna dan mudah diserap, tidak berserat dan tidak merangsang, diberikan dengan porsi kecil dengan frekuensi se sering mungkin. 2. Diare akut dengan dehidrasi ringan- sedang ( rencana terapi B ) Upaya rehidrasi :

Cairan oralit 75 mg/kg BB dalam 3 jam pertama, setelah 3 4 jam nilai kembali den gan menggunakan bagian penilaian, kemudian pilih rencana terapi A,B,C untuk mela njutkan pengobatan. Dapat juga diberikan berdasarkan umur, jika berat badan tida k diketahui, yang sesuai dengan tabel di bawah ini : Umur < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 thn Jumlah oralit ( ml ) 200-400 400-700 700-900 900-1400 Bila anak sama sekali tidak bisa minum oralit, misalnya karena anak muntah profu s, dapat diberi cairan intravena secepatnya. Berikan 70 cc / kg BB Ringer Laktat atau ringer asetat ( atau jika tidak tersedia, gunakan larutan NaCl ) yang dib agi sebagai berikut: Umur 70 cc / kg BB selama Bayi ( < 12 bulan ) 5 jam Anak ( 12 bulan 5 tahun ) 2 jam

3. Diare akut dengan dehidrasi berat (rencana terapi C) Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat dibagi sbb : Umur 30 ml/kgBB 70 ml/kgBB < 1 tahun > 1 tahun 1 jam pertama jam pertama 5 jam berikutnya 2 jam berikutnya a. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, per cepat tetesan intravena. b. Juga berikan oralit ( 5 ml/kgBB/jam ) bila penderita bisa minum, biasany a setelah 3 4 jam ( bayi ) atau 1 2 jam ( anak ) c. Setelah 6 jam ( bayi ) atau 3 jam ( anak ), nilai bagi penderita menggun akan bagan penilaian kemudian pilih rencana pengobatan selanjutnya. Dietetik Memuasakan penderita diare tidak dilakukan lagi karena akan memperbesar terjadi nya hipoglikemia. Makanan yang diberikan sedikit-sedikit tapi sering ( lebih kur ang 6 kali sehari ), rendah serat, buah buahan diberikan terutama pisang. Pengobatan medikamentosa Pengobatan yang tepat terhadap kasus diare diberikan setelah kita mengetahui pen yebab pasti, dengan ditemukan kista/parasit dalam tinja atau bila ditemukan bakt eri usus patogen dalam kultur tinja. Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh k arena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan p ada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab te rbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah meng adakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secar a klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan d arah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosila t dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi. Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain : Kolera : Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari) atau Furasolidon 5mg/ kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari) Shigella : Trimetroprim 5-10mg/kg/hari dibagi 2 dosis (5hari), Sulfametoksasol 2 5mg/kg/hari dibagi 2 dosis (5 hari), Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5h ari) Amebiasis: Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari). Untuk kasus b erat berikan Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis : Metronidasol 15mg kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )

Tablet Zinc Zinc merupakan mikronutrien penting untuk kesehatan dan perkembangan anaak. Zinc hlang dalam jumlah banyak selama diare. Penggantian Zinc yang hilang penting un tuk membantu kesembuhan anak dan menjaga anak tetap sehat di bulan-bulan berikut nya. Dari penelitian, didapatkan bahwa pemberian zinc selama episode diare mengu rangi lama dan tingkat keparahan episode diare dan menurunkan kejadian diare pad a 2-3 bulan berikutnya. Semua anak dengan diarea diberi tablet zinc segera setel ah ana tidak muntah. Zinc diberikan selama 10 hari dengan dosis 10 mg per hari untk usia < 6 bulan da n 20 mg per hari untuk usia 6 bulan. 1.11 Komplikasi Akibat yang dapat ditimbulkan diare akut adalah dehidrasi ,asidosis metabolik, gangguan elektrolit (hipoglikemia, hipokalemi), gangguan sirkulasi. KECACINGAN Kecacingan atau dalam istilah sehari-hari biasa disebut cacingan adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dal am tubuh. Cacing - cacing usus yang merupakan persoalan kesehatan masya rakat di Indonesia mencakup 4 spesies utama yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale. Caci ng usus umumnya tergolong nematoda dan penularannya perantaraan tanah (soil transmitted helminths). Tanah tergolong hospes perantara atau tuan rumah semen tara, tempat perkembangan telur-telur atau larva cacing sebelum dapat menul ar dari seorang kepada orang lain. Penularannya sebagian melalui mulut menyertai makanan atau minuman, sebagian lagi larvanya menembus kulit me masuki tubuh. Namun ada juga cacing yang sering menyerang anak-anak dan non soil transmitted helminthes yaitu Enterobius/Oxyuris vermicularis. Diagnosis kecacingan Untuk mendiagnosis kecacingan banyak cara dan tehniknya, cara yang lazi m ialah memeriksa tinja segar dengan membuat sediaan langsung (direct sm ear). Untuk pemeriksaan ini sebaiknya jangan diambil tinja yang sudah keri ng atau yang lama (lebih dari 24 jam) karena telur cacing tambang dalam tinja yang agak basah dalam waktu itu akan menetas dan sukar diidentifi kasi. Cara yang dianjurkan internasional adalah cara Kato Katz, yaitu s ediaan tinja ditutup dan diratakan dibawah cellophane tape yang sudah diren dam dalam larutan hijau malachit (malachite green) supaya dapat efek p enjernihan (clearing). Untuk cacing kremi dapat dilakukan anal swab yang ditemp elkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besa r dan mencuci pantat cebok, lalu dilakukan pemerikasaan mikroskopik. Seb aiknya pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut. Penatalaksanaan Obat yang mempunyai efek sebagai anti parasit dapat digunakan untuk pengobatan cacingan ini, ada 3 jenis obat yang biasa digunakan yaitu : Pyrantel pamoat o Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya adalah : Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal Mebendazole o Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya, sama de ngan dosis diatas, yaitu: dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dos is tunggal Albendazole : 20 mg/ kgBB dosis tunggal Apabila ada anggota keluarga yang terkena cacingan, sebaiknya pengobatan ju ga diberikan untuk seluruh anggota keluarga untuk mencegah/mewaspadai ter jadinya penularan cacingan tersebut. Selama masa pengobatan hindari penul aran cacingan ke anggota keluarga lain dengan cara mencuci tangan denga n sabun setiap habis ke toilet atau sebelum menyentuh makanan, hindari juga untuk menyentuh mulut dengan tangan yang belum dicuci.

Pencegahan Menjaga kebersihan diri adalah salah satu kunci untuk mencegah timbulny a cacingan. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu : Pastikan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan/setiap dari toil et/setelah memegang benda kotor. Buang air besar di WC, tidak di sembarang tempat. Menjaga kebersihan diri dan pakaian, serta lingkungan sekitarnya Jagalah selalu jari kuku untuk selalu dipotong pendek, bersih & terawat Hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama untuk infeksi cacing kremi). Biasakan untuk selalu mandi di pagi hari ( terlebih apabila mengalami infeksi cacing kremi ). Biasakan untuk membuka jendela kamar sepanjang hari, karena telur cacing sensi tif terhadap sinar matahari ( terutama untuk cacing kremi ). Jagalah selalu kebersihan makanan yang dikonsumsi ( hindarkan dari debu ) Pakaian dan alas kasu hendaknya dicuci bersih. Biasakan untuk selalu mengkonsumsi daging yang telah dimasak dengan sempurna.

GIGITAN ANJING Gejala hewan yang menderita rabies : gelisah, agresif, tidak mau makan dan minum , hidrofobia ( takut air ). Gejala klinis Rabies pada manusia: Masa prodormal Berupa : nyeri kepala, demam, mual-muntah, ruam kulit, serak, pembesaran KGB reg ional Masa agitasi ( perangsangan akut ) Berupa : kecemasan, berkeringat, gelisah oleh suara atau cahaya terang, salivasi , insomnia, nervousness, spasme otot kerongkongan, tercekik, sukar menelan caira n atau ludah, hidrofobia, kejang-kejang, tingkah laku aneh/berubah. Masa kelumpuhan Penderita kebingungan, kejang-kejang, inkontinensia urin/alvi, stupor, koma, kel umpuhan otot-otot, kematian. Tatalaksana Terhadap binatang o Bila binatang tertangkap, observasi selama 10 hari. Jika dalam 10 hari binatang tersebut menunjukkan tanda-tanda rabies, maka binata ng tersebut dibunuh, kemudian jaringan otaknya dikirim ke laboratorium untuk dip eriksa antigen rabiesnya. o Bila dalam 10 hari binatang tersebut mati tanpa sebab apapun, kirim jari ngan otaknya ke laboratorium. Terhadap manusia yang tergigit anjing o Luka dibersihkan dengan sabun dan air berulang-ulang, irigasi dengan lar utan betadine. o Bila perlu lakukan debrideman, jangan melakukan anestesi infiltrasi loka l tetapi anestesi dengan cara blok atau umum. o Balut luka secara longgar dan observasi luka 2x sehari. o Beri ATS atau HTIG. o Bila luka gigitan berat, berikan suntikan infiltrasi serum anti rabies d i sekitar luka. o Rujuk jika memerlukan pemberian serum dan vaksin Pemberian serum Jenis luka Sehat Tanpa Lesi Goresan Gigitan dangkal Serangan berat dan vaksin Hewan peliharaan Ragu-ragu Sakit Observasi Observasi Serum + Vaksin Serum + Serum Serum + vaksin

Hewan liar Observasi vaksin Serum + vaksin Serum + Serum + vaksin

Observasi vaksin vaksin Serum + vaksin

*Pemberian post exposure vaccine : hari ke 0, 3, 7, 14, 28 DIARE AKUT Diare akut, diagnosis ditegakkan jika terdapat buang air besar encer dengan frek uensi lebih dari 3 kali. Jika disertai buang air besar disertai darah maka didia gnosis dengan disenteri. Tentukan apakah tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi serta derajat dehidrasinya . Penilaian derajat dehidrasi : Penilaian A B C Lihat : Keadaan umum Mata Air mata Mulut dan lidah Rasa haus Baik, sadar Normal Ada Basah Minum biasa, tidak haus Gelisah, rewel * Cekung Tidak ada Kering Haus , ingin minum banyak * Lesu, lunglai , atau tidak sadar * Sangat cekung dan kering Tidak ada Sangat kering Malas minum atau tidak bisa minum * Periksa turgor kulit perut Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat lambat* Nilai Derajat dehidrasi TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

Bila ada 1 tanda * + 1 atau lebih tanda lain

DEHIDRASI BERAT

Bila ada 1 tanda * + 1 atau lebih tanda lain Terapi Rencana A Rencana B Rencana C PEMBERIAN CAIRAN ( REHIDRASI ) 1. Diare akut tanpa dehidrasi ( Rencana Terapi A ) Mengganti cairan yang keluar sesegera mungkin dengan minum lebih banyak dari yan g keluar. Cara minum sedikit demi sedikit, diberikan dengan sendok dalam posisi anak dudu atau setengah duduk. Cairan yang dapat diberikan adalah oralit, cairan rumah tangga lain seperti larutan gula-garam, air tajin. Penanganan diare akut tanpa dehidrasi sebagai berikut ; a. Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi Pemberian cairan : 10 cc/kg BB / BAB encer atau muntah, atau : Umur < 12 bulan : 50 100 ml setiap mencret Umur 1 5 tahun : 100 200 ml tiap mencret Umur > 5 tahun : 200 300 ml tiap mencret b. Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi Anak tetap diberikan makan dengan prinsip mudah dicerna dan mudah diserap, tidak berserat dan tidak merangsang, diberikan dengan porsi kecil dengan frekuensi se sering mungkin. 2. Diare akut dengan dehidrasi ringan- sedang ( Rencana Terapi B ) Upaya rehidrasi : Cairan oralit 75 mg/kg BB dalam 3 jam pertama, setelah 3 4 jam nilai kembali den gan menggunakan bagian penilaian, kemudian pilih rencana terapi A,B,C untuk mela njutkan pengobatan. Dapat juga diberikan berdasarkan umur, jika berat badan tida k diketahui, yang sesuai dengan tabel di bawah ini : Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Dewasa Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml

3.

Diare akut dengan dehidrasi berat (rencana terapi C) Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit sewaktu cairan IV dimulai. Beri cairan Ringer Laktat 100 ml/kgBB dibagi sbb : Umur 30 ml/kgBB 70 ml/kgBB < 1 tahun > 1 tahun 1 jam pertama jam pertama 5 jam berikutnya 2 jam berikutnya a. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, per cepat tetesan intravena. b. Juga berikan oralit ( 5 ml/kgBB/jam ) bila penderita bisa minum, biasany a setelah 3 4 jam ( bayi ) atau 1 2 jam ( anak ) c. Setelah 6 jam ( bayi ) atau 3 jam ( anak ), nilai bagi penderita menggun akan bagan penilaian kemudian pilih rencana pengobatan selanjutnya. Rujuk segera untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut

DAFTAR PUSTAKA 1. Staf Pengajar FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak : diare pada bayi da n anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI ; 1985 : hal 283-311

2. Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Fakultas Ke dokteran Universitas Indonesia. 2002. hal 448-466 3. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada bayi d an anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/ 4. Tim Adaptasi Indonesia. Diare. Dalam : Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ana k Di Rumah Sakit. Jakarta : WHO Indonesia. 2009.

Anda mungkin juga menyukai