Anda di halaman 1dari 7

27 April 2010, PT Keretapi Indonesia memutuskan untuk menghentikan operasional kereta

api legendaris di Indonesia, khususnya bagi pelaku komuter Jakarta-Bandung, yaitu KA


Parahyangan.
Banyak kisah, cerita bersama dengan nyaris 40 tahun beroperasinya kereta yang sempat jadi
kereta 'menak di tahun 1980-an tsb. Saya mencari berbagai macam situs berita on line dan
situs tentang perkerataapian di Indonesia khususnya tentang KA Parahyangan ini. Banyak
kisah mulai yang mengembirakan, yang lucu sampai mengharukan


Beberapa orang ada yang merasa aneh dengan 'gegernya berita tentang penghentian
operasinya KA Parahyangan ini. Benar, memang, bagi orang-orang yang tidak pernah
merasakan pengalaman naik KA Parahyangan, tentu akan sukar memahami perilaku para
pecinta KA ini. Perilaku yang dari normal-normal saja sampai yang ajaib. Maka, saya
merasa perlu membuat artikel ini dengan sedikit menyisipkan kenangan saya sebagai salah
satu pengguna moda transportasi ini. Sekalian untuk mengenang jasa-jasa KA Parahyangan
dalam beberapa episode kehidupan saya.


Sebelum saya kisahkan sedikit pengalaman saya, ada baiknya perlu dimulai sedikit dari kisah
si KA legendaris ini. Sebelum bernama KA Parahyangan, oleh pemerintah kolonial Belanda
pada sebelum kemerderkaan RI, jalur kereta api yang menyusuri Tatar Priangan Barat dari
Bandung menuju Jakarta untuk mengangkut hasil bumi, dioperasikan kereta pengangkut yang
bernama KA Vlugge Vier.


Kontur tanah yang berbukit dan berlembah membuat moda kereta api menjadi angkutan yang
eIisien pada saat itu., untuk membawa kina dan teh dari Preanger Planters yang memang
banyak dibuka di wilayah Priangan bagian barat.
Kemudian dengan menggunakan jalur kereta api eks jalurnya Vlugge Vier, Pemerintah RI
lewat PNKA saat itu, memulai dioperasikannya kereta api khusus bernama KA Parahijangan,
yang akhirnya disesuaikan ejaannya menjadi KA Parahyangan. Dioperasikan pertama kali
pada 31 Juli 1971. Menurut berbagai situs tentang perkeretaapian di Indonesia, KA
Parahijangan adalah kereta api pertama kali di Indonesia yang gunakan LokomotiI diesel CC
200 buatan General Electric . co, USA.

Saya masih ingat masa ketika saya masih bisa menaiki KA Parahyangan yang gerbongnya di
bagian luar masih bercat merah, loko tsb bercat kuning dan hijau dengan gambar seperti
burung elang dengan sayap yang panjang membentang dari tengah ke samping, di bagian
depan lokonya.

KA.Parahyangan (1990-2000)
Sejak dioperasikan, KA Parahyangan ini sempat menjadi salah satu alat untuk menunjukkan
status sosial penggunanya. Pada 1980-an. KA Parahyangan ini mampu menempuh jarak 173
KM dari Bandung ke Jakarta hanya dengan waktu tempuh 2 jam saja. Maka, pada saat itu,
naik KA Parahyangan bisa dikatakan menaikan gengsi, privilese.
Selain masalah kecepatan waktu, jalur kereta api yang melewati Priangan Barat menawarkan
pemandangan indah a la mooi indie. Melalui tiga jembatan, salah satunya Jembatan
Cikubang, penumpang bisa melihat ke a rah lembah, ada kota Purwakarta dan Cikampek.
Melewati satu terowongan yang bernama Terowongan Sasaksaat, sepanjang 950 meter, sekira
1 menit kereta berjalan melaluinya. Pemandangan indah sesaat lenyap, hanya ada kegelapan
dan suara gemuruh roda kereta bergemuruh beradu dengan rel.

Tidak lupa dan tidak ketinggalan, salah satu ciri khas KA Parahyangan adalah Nasi
Gorengnya. Para penumpang umumnya menyantap Nasi Goreng ini ditemani minum Teh
Manis panas. Sebetulnya rasa Nasi Goreng dari dapur restorka KA parahyangan ini, biasa
saja. Standar. Tetapi manakala menikmati Nasi Goreng di dalam gerbong kereta dengan
disuguhi pemandangan alam indah, mungkin inilah sensasi rasa enaknya Nasi Goreng
Parahyangan itu berasal.
Saya sendiri pernah beberapa kali mencicipi Nasi Goreng ini ketika saya memang tidak
membawa bekal atau lapar karena belum sempat menyantap makan ketika naik kereta ini.
Karena rasanya yang standar saja di lidah saya, maka saya hentikan membeli Nasi Goreng ini
dan hanya sesekali membeli Teh Tawar panas atau Kopi Susu panas.


CC 20177 with.KA Parahyangan

Saya tidak ingat persis kapan tepatnya gerbong KA Parahyangan berganti cat menjadi krem
kemudian seperti sekarang ini yang bercat putih. Yang saya ingat adalah ketika gerbongnya
masih bercat merah, interior di bagian dalamnya dilengkap dengan kipas angin biasa, dan
toiletnya juga lebih sering tidak bersih. Jendelanya yang bagian atas, bisa dibuka dengan
putaran. Sehingga penumpang bisa merasakan angin pegunungan Priangan Barat yang sejuk
sampai membikin ngantuk. Karenanya perjalanan pulang Jakarta-Gambir ke Bandung akan
tetap menyenangkan meski tidak ada AC. Kesejukan Priangan Barat menjadi pengganti AC.
Sedikit perbaikan ketika gerbong diremajakan. Toilet kondisinya lebih baik. Tetapi rasanya
masih kurang bersih, jadi saya harus selalu bawa kertas tissue sendiri untuk digunakan saat
gunakan toilet duduk di dalam gerbong. Di gerbong kelas bisnis, pendingin ruangannya tetap
menggunakan kipas angin di langit-langit gerbong selain PT KA menambahkan beberapa
gerbong kelas eksekutiI yang ber-AC, dengan jendela besar yang tentu saja tidak bisa dibuka,
dan semua gerbongnya kelas eksekutiI, sudah diberi peredam kejut untuk meredam
guncangan saat roda-roda gerbong menggilas sambungan rel.

Add caption


Tempat duduknya juga dimodiIikasi dengan mode reclining seat, berpelapis beludru
bercorak. Kain beludru pelapisnya produksi perusahaan tekstil dalam negeri. Masih dalam
ingatan saya juga ketika pertama kalinya KA Parahyangan memiliki gerbong eksekutiI, setiap
penumpang kelas eksekutiI diberikan satu kotak kardus kecil berisi sepotong roti, saepotong
kue dan segelas air minum mineral. Pelayanan ini menghilang termasuk menghilang juga di
seluruh gerbong kereta eksekutiI lainnya, seiring dengan kebijakan PT KA menurunkan tariI
kereta untuk menjaring banyak penumpang
Dari KA Parahyangan inilah sejak kecil saya mengenal bunyi-bunyi khas yang mengiringi
keberangkatan suaru rangkain kereta. Dimulai dari bunyi ting tong teng tong.tong tang ting
tong, khas stasiun yang menyudahi pengumuman keberangkatan kereta, peluit panjang yang
ditiup PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api), disambut dengan bunyi klakson kereta oleh
Pak Masinis dan tentu saja tidak lupa, suara roda kereta beradu dengan rel berbunyi : jrekk,
jrekk, drunggg, drunggg.., berulang-ulang dan baru akan ada suara bergemuruh, ketika
kereta melewati jembatan.

CC 20166 with KA.Parahyangan (PJKA)



BB 30151 with. KA.Parahyangan
Namun mungkin saya tidaklah terlalu merasa kehilangan berat seperti halnya para pecinta
kereta ini, yang rata-rata memang komuter. Kita bisa membaca dari berbagai situs berita di
Tanah Air, mengenai rasa sentimental para pecinta KA Parahyangan ini, di perjalanan
terakhirnya Senin, 26 April 2010 lalu.
Ada yang ketemu jodoh di situ, ada cerita seorang pramugara sempat naksir seorang
penumpangnya. Awak kabin kereta yang kenal dengan beberapa penumpang setia sampai
ibarat seperti punya keluarga. Ada cerita perjuangan cinta seorang pemimpin perusahaan
yang menyerahkan satu seserahannya berupa sekotak tisu KA Parahyangan. Kabarnya
semasa sejak perkenalan sehingga mesti bolak-balik Jakarta-Bandung dengan kereta tsb,
tisunya selalu dikumpulkan sebagai bukti cintanya kepada sang gadis pujaan sampai berhasil
jadi istrinya.
Ada kisah perjuangan ketika beberapa mahasiswa selesai kuliah berjuang ke Jakarta mencari
kerja menumpang kereta ini, atau perjuangan komuter bagi yang bekerja di Jakarta tetapi
keluarga tinggal di Bandung. Ada juga yang mengharukan, dari seorang penumpang setia
yang mengumpulkan seluruh tiket KA Parahyangan sejak masih berupa lembaran karton
yang kecil kira-kira jempol orang dewasa sampai tiket terakhir berupa lembaran kertas
dicetak dengan printer dot matrix dan ditandatangani masinisnya pada perjalanan terakhir 26
April 2010 lalu.
Lalu, apanya, sih, yang membuat KA Parahyangan ini serasa istimewa? Karena harga
tiketnya yang terjangkau bagi kantong masyarakat banyak. Dengan harga terakhir yang hanya
Rp 30 ribu, seseorang sudah bisa pergi dari sekali jalan dari Bandung ke Jakarta atau
sebaliknya.




Kemudian, jalur kereta api selalu bebas dari
macet meski tidak menjamin KA akan tiba dan berangkat tepat waktu. Meski waktu
tempuhnya menjadi 3,5 jam, lebih lama daripada waktu tempuh travel via tol yang hanya 2
jam, tetapi buat sebagian masyarakat, KA Parahyangan itu ibarat penolong. Sayang sekali
'sang penolong ini akhirnya harus menyerah melawan situasi zaman. Banyak penumpang
setianya yang beralih ke travel sejak Tol Cipularang dibuka pada 2005. Pelayanan travel yang
memungkinkan point to point tertentu bahkan door to door, menyebabkan KA Parahyangan
mulai kehilangan penumpangnya kecuali saat akhir pekan dan saat saat libur hari raya. PT
KAI merugi sampai Rp 36 miliar dengan situasi KA Parahyangan yang sekarat seperti itu.
Sepertinya pemerintah juga tidak ada kehendak untuk menyelamatkan operasional kereta ini,
yang tentu saja jauh lebih ramah lingkungan daripada pakai travel dengan armada mobilnya
yang banyak. Maka keputusan tragispun harus segera dieksekusi : KA Parahyangan harus
dihentikan!
Saya dapat memaklumi keputusan sulit yang diambil PT KAI. Bagaimanapun
mengoperasikan moda transportasi yang merugi bisa membebani kelangsungan hidup PT
KAI, dan ini dapat mempengaruhi pemeliharaan KA-KA lainnya.
Tetapi dengan dihapuskannya KA Parahyangan ini, juga menjadi bukti bahwa pemerintah
negeri ini mengabaikan penyediaan moda transportasi murah yang merakyat. Sisi lainnya
lagi, pengusaha travel diuntungkan dengna berakhirnya operasional KA Parahyangan. Ironis,
memang, tetapi mau apa lagi? Kiranya dengan dihapuskannya KA Parahyangan yang
legendaris ini, tidak menular ke KA-KA lainnya. Andai saja KA legendaries ini tetap bisa
dioperasikan hanya dengan mengurangi Irekuensinya atau dialihkan menjadi kereta khusus
wisata.

BB 30406 with.KA.Parahyangan di zaman PJKA

Berita terakhir, sebagian gerbong eks KA Parahyangan dibuat rangkaian kereta baru rute
baru, KA Malabar namanya, rute Bandung-Malang pp. Dan gerbong kelas bisnisnya
dirangkaikan dengan KA Argo Gede rute Bandung-Jakarta pp, sehingga nama keretanya
sekarang jadi Argo Parahyangan. Ya, setidaknya Parahyangan tidaklah benar-benar mati.
Tapi tentu saja tariI Parahyangan yang ini tidak akan sama lagi dengan tariI KA Parahyangan
yang telah dihentikan.
Jika seorang penggemarnya mengatakan ' Selamat tinggal keretaku Parahyangan., maka
saya pribadi lebih suka mengatakan, ' Sampai jumpa lagi di lain operasional. '
KA Parahyangan, karyamu akan terus dikenang sebagai sejarah indah yang pernah
digoreskan dalam perjalanan perkeretaapian di negeri ini. Sedih rasanya engkau yang harus
dikorbankan mengingat jasamu yang teramat besar. Kami yang tumbuh bersamamu, merasa
amat kehilangan.


Terbukti dengan diadakannya Innovation and Improvement Award (IIA)
2009 pada tanggal 16-17 Desember 2009, merupakan salah satu ajang yang
diselenggarakan oleh VP Quality Assurance dalam rangka meningkatkan inovasi
dan kreasi unit kerja serta SDM dalam memberikan pelayanan kepada pengguna
jasa kereta api yang diikuti oleh tim perwakilan dari stasiun-stasiun di
DAOP/DIVRE.

Dalam kompetisi yang kali ini mengusung tema 'Circle oI Service Station,
setiap peserta diwajibkan untuk mempresentasikan ide perbaikan atau
pembaharuan yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada
pelanggan di stasiun. Innovation and Improvement Award (IIA) 2009
menghasilkan ide-ide yang mampu membangun kualitas pelayanan bagi pengguna
jasa kereta api. Salah satu contohnya yaitu membuat bilik khusus di ruang tunggu
eksekutiI untuk ibu menyusui di Stasiun Cirebon yang sudah mulai direalisasikan,
dan usaha untuk mensterilkan stasiun dari penumpang gelap dengan memagari
peron di Stasiun Tugu Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai