Anda di halaman 1dari 3

Seorang agen penyuluhan pertanian membutuhkan pengetahuan dan wawasan tentang cara

berkomunikasi yang baik dan benar untuk dapat melaksanakan tugasnya. Selain itu pula perlu
didukung oleh tingkat pengetahuan dan wawasan yang cukup dalam segala hal, karena sebagian
petani tidak mempunyai pengetahuan dan wawasan yang memadai untuk dapat memahami
persoalan mereka, memikirkan solusinya, ataupun memilih solusi yang tepat untuk mencapai
tujuan mereka. Selanjutnya adalah menyediakan inIormasi dan metode komunikasi yang eIisIen
dan eIektiI. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya konIlik antara agen
penyuluhan pertanian dengan petani sebagai sasaran penyuluhan pertanian.
KonIlik sebagai suatu proses ternyata dipraktekkan secara luas dalam masyarakat. Demikian juga
halnya dengan komunikasi dalam bidang pertanian berpotensi menimbulkan konIlik sebagai
suatu proses social yang berlangsung dan melibatkan orang-orang atau kelompok tani-kelompok
tani, yang tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi, akan tetapi juga
bertujuan sampai ke taraI pembinasaan eksistensi orang atau kelompok tani lain yang dipandang
sebagai lawan atau saingannya.

KonIlik komunikasi dalam bidang pertanian adalah terjadinya suatu keadaan, dimana komponen-
komponen masyarakat tidak berIungsi sebagaimana mestinya atau terintegrasi secara tidak
sempurna. Untuk itu penanganan masalah konIlik komunikasi dalam bidang pertanian dapat
mengacu pada teori konIlik dengan penegasan sebagai kumpulan ide dalam memajukan gerakan-
gerakan sosial atau untuk mempertahankan institusi sosial. Ideologi lebih merupakan sebuah
sistem yang menjadi pedoman praktis.

Tiga bentuk ideologi pokok teori konIlik yang muncul pada abad ke-19 diantaranya adalah
sosialisme Marxis dan dua jenis sosial-Darwinisme. Hal ini merupakan hal yang sangat penting
dalam memahami teori konIlik untuk membedakan ideologi dengan teori sains. Satu hal lagi
dalam ideologi pokok teori konIlik pada abad ke-19 menjadi ranah yang luar biasa dan masalah-
masalah vital karena akhirnya sains sosial dapat mengatasi kondisi ini.

Banyak Iaktor yang telah menyebabkan terjadinya konIlik komunikasi dalam bidang pertanian.
Misalkan perbedaan pendirian dan keyakinan setiap petani akan menyebabkan konIlik antar
individu. Dalam konIlik-konIlik seperti ini terjadilah bentrokan-bentrokan pendirian, dan
masing-masing pihakpun berusaha membinasakan lawannya. KonIlik tidak selalu diartikan
sebagai pembinasaan Iisik, tetapi bisa pula diartikan dalam bentuk pemusnahan simbolik atau
melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tak disetujuinya.

Disamping perbedaan pendirian, perbedaan kebudayaan maupun perbedaan status sosial dapat
menimbulkan konIlik, sehingga memiliki kesenjangan yang relatiI besar. Hal tersebut juga dapat
memicu konIlik apabila tidak dilakukan komunikasi dengan baik yang tidak hanya menimbulkan
konIlik antar individu, tetapi juga antar kelompok tani.

Kesenjangan tersebut sebagai pemicu terjadinya konIlik komunikasi sehingga upaya
penyebarluasan teknologi pertanian mengalami hambatan-hambatan secara sosial, karena tidak
tercapainya kesamaan persepsi antara komunikator dengan komunikan. Untuk melakukan
persamaan persepsi perlu pengembangan wawasan dengan bobot teori pendukung sebagai upaya
saling pengertian dan pemahaman.

Dalam teori konIlik dinyatakan bahwa pola kebudayaan yang berbeda akan menimbulkan pola-
pola kepribadian dan pola-pola prilaku yang berbeda pula dalam kelompok tani yang luas,
sehingga apabila terjadi konIlik-konIlik karena alasan ini, konIlik-konIlik itu akan bersiIat luas
dan karenanya akan bersiIat konIlik antar kelompok tani.

Kepentingan yang berbeda-bedapun memudahkan terjadinya konIlik. Mengejar tujuan untuk
kepentingan masing-masing yang berbeda-beda, maka kelompok tani-kelompok tani akan
bersaing dan berkonIlik untuk memperebutkan kesempatan dan sarana. Kepentingan agen
penyuluhan pertanian, para sumber teknologi (peneliti) dan kepentingan petani kadang-kadang
berbeda dalam hal persepsi terhadap sebuah program.

Perbedaan pendirian, budaya, kepentingan, dan sebagainya sering terjadi pada situasi-situasi
perubahan sosial. Dan, perubahan-perubahan sosial ini secara tidak langsung dapat dilihat
sebagai penyebab juga terjadinya konIlik-konIlik sosial dalam masyarakat. Perubahan-perubahan
sosial yang cepat inilah yang akan mengakibatkan berubahnya sistem nilai di dalam masyarakat,
dan pada akhirnya akan menyebabkan perbedaan-perbedaan pendirian di dalam masyarakat.

Jadi, konIlik dalam pembangunan pertanian pedesaan sebagai upaya menanggulangi
keterbelakangan dan kemiskinan petani adalah sebuah proses yang siIatnya disosiatiI. Namun,
sekalipun sering berlangsung dengan dengan keras dan tajam, proses-proses konIlik sering pula
mempunyai akibat-akibat yang positiI bagi masyarakat. PositiI tidaknya konIlik tergantung dari
persoalan yang dipertentangkan, dan tergantung pula dari struktur sosial yang menjadi ajang
berlangsungnya konIlik.

Akibat positiI dari konIlik adalah bertambahnya solidaritas intern dan rasa in-group suatu
kelompok tani. Apabila terjadi pertentangan antar kelompok tani, solidaritas anggota-anggota di
dalam masing-masing kelompok tani, yang pada situasi normal sulit dikembangkan, akan
langsung meningkat pesat saat terjadinya konIlik dengan pihak luar. Akibat negatiI dari
terjadinya konIlik yaitu terjadinya peperangan yang akan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa
dan harta.

KonIlik antar kelompok tani juga akan memudahkan terjadinya perubahan dan perubahan
kepribadian individu. Apabila terjadi pertentangan antara dua kelompok tani yang berlainan,
maka individu-individu akan mudah mengubah kepribadiannya untuk mengidentiIikasikan
dirinya secara penuh dengan kelompok taninya.

KonIlik akan berakhir dengan berbagai kemungkinan. Apabila kekuatan masing-masing pihak
yang berkonIlik adalah berimbang maka kemungkinan besar akan terjadi usaha akomodasi oleh
kedua belah pihak. Akan tetapi, apabila kekuatan yang tengah berkonIlik tidak berimbang maka
akan terjadi penguasaan (dominasi) oleh salah satu pihak yang kuat terhadap lawannya.

Disamping itu, konIlik dapat juga dianggap sebagai salah satu Ienomena perilaku yang
menyimpang dalam kehidupan bermasyarakat. Yang dimaksud dengan prilaku menyimpang ini
adalah prilaku dari masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau
norma sosial yang berlaku. Secara sederhana, orang dapat dikatakan menyimpang apabila
menurut anggapan sebagian besar masyarakat bahwa prilaku atau tindakannya diluar kebiasaan,
adat istiadat, aturan, nilai-nilai, atau norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.

Pemahaman mengenai bagaimana seseorang atau sekelompok tani orang dapat berprilaku
menyimpang dapat dipelajari dari berbagai perspektiI teoritis. Ada dua perspektiI yang bisa
digunakan untuk memahami sebab-sebab dan latar belakang seseorang atau sekelompok tani
orang berprilaku menyimpang, yaitu perspektiI individualistik dan teori-teori sosial. Kedua
perspektiI ini dalam penerapannya kadang kala tidak dapat dibedakan dengan tegas karena
keduanya memiliki penjelasan yang komprehensiI dan saling tumpang tindih. Tetapi, sangat baik
jika menggunakan kedua perspektiI ini untuk menjelaskan Ienomena tentang terjadinya
penyimpangan. Salah satu teori yang berperspektiI sosiologi adalah teori konIlik.

Teori konIlik lebih menitikberatkan analisisnya pada asal usul terciptanya suatu aliran atau tertib
social. Teori ini tidak bertujuan untuk menganalisis asal usul terjadinya pelanggaran peraturan
atau latar belakang seseorang berprilaku menyimpang. PerspektiI konIlik lebih menekankan siIat
pluralitik dari masyarakat dan ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi di antara
berbagai kelompok taninya. Karena kekuasaan yang dimiliki oleh kelompok tani-kelompok tani
elite, maka kelompok tani-kelompok tani itu juga memiliki kekuasaan untuk menciptakan
peraturan, khususnya hukum yang dapat melayani kepentingan-kepentingan mereka. Dalam
hubungannya dengan hal ini, maka perspektiI konIlik memahami masyarakat sebagai kelompok
tani-kelompok tani dengan berbagai kepentingan yang bersaing dan akan cenderung saling
berkonIlik. Melalui persaingan itu, maka kelompok tani-kelompok tani dengan kekuasaan yang
berlebih akan menciptakan hukum dan aturan-aturan yang menjamin kepentingan mereka
dimenangkan (Quinney, 1979:115-160 dalam Clinard dan Meier, 1989:98-99).

Dalam struktur besar atau kecil, konIlik dalam suatu kelompok tani dapat merupakan indikator
adanya suatu hubungan yang sehat. Pada dasarnya, Coser tidak melihat konIlik hanya dalam
pandangan negatiI saja. Perbedaan antara majikan dan buruh, perawat dan dokter merupakan
peristiwa normal yang sebenarnya dapat memperkuat struktur yang terbentuk lewat hubungan-
hubungan sosial. Kelompok tani yang memperbolehkan konIlik sebenarnya adalah kelompok
tani yang memiliki kemungkinan yang rendah dari ancaman ledakan-ledakan yang akan
menghancurkan struktur sosial. Di dalam situasi demikian, konIlik biasanya tidak berkembang
disekitar nilai-nilai inti dan dengan demikian dapat membantu memperkuat struktur. Coser
sangat menentang pandangan bahwa tidak adanya konIlik dapat dipakai sebagai indikator dari
kekuatan dan stabilitas suatu hubungan.

Apa yang disumbangkan Coser dalam bentuk karya tentang konIlik dapat digambarkan sebagai
Iungsionalisme konIlik (conIlict Iunctionalism). Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa konIlik
dan konsensus, integrasi dan perpecahan adalah proses Iundamental yang walau dalam porsi dan
campuran yang berbeda, merupakan bagian dari setiap sistem sosial. Disarikan dari beberapa
bahan bacaan.

Anda mungkin juga menyukai