Anda di halaman 1dari 14

Tentang SCADA

andri ansyah dear pak waskita, saya mohon pencerahan lebih dalam tentang SCADA, apakah beda scada dengan HMI/MMI..? dan yang kedua pak was, ditempat saya ada plc MODICON QUANTUM redundant system dimana communicationnya menggunakan CHS atau hot stanby modicon juga tetapi akhir2 ini salah satu PLC nya sering OFFLINE alias fungsi stanby nya mati, kira2 penyebab utmanya itu apa ya pak? Thanks atas bantuannya.

Waskita Indrasutanta Karena juga bermanfaat bagi rekan-rekan di milis Migas Indonesia, balasan email ini saya posting ke milis Migas Indonesia untuk diskusi selanjutnya. Dear Andri dan rekan-rekan Migas Indonesia, Sesuai dengan namanya SCADA adalah Supervisory Control And Data Acquisition. Meskipun tidak selalu, konotasi dari SCADA adalah untuk melakukan control pada wide area pada remote locations dan Supervised pada Master location. Arsitektur SCADA Perdana Arsitektur perdana (20~30 tahun yang lalu) dari SCADA adalah (dumb) RTU (Remote Terminal Unit) yang berfungsi sebagai pengumpul data (data acquisition) - biasanya pada lokasi remote dan MTU (Master Terminal Unit) - biasanya pada lokasi Master Station dimana Supervisory Control dilakukan. Bisa melakukan automatic control oleh Controller, manual control oleh Operator, atau keduanya automatic dan manual control. Operator melakukan control melalui HMI (HumanMachine Interface) - atau sebelumnya disebut sebagai MMI (ManMachine Interface). Pada saat itu, data communications dilakukan dengan teknologi yang ada, yaitu melalui saluran telepon, radio modem, microwave, fiber

optic (dengan teknologi komunikasi yang ada saat itu menggunakan multiplexer, dsb) yang harganya relative mahal. Arsitektur SCADA saat ini Namun demikian, karena kebutuhan akan local control (process control, logic control, interlock, control oleh local Operators, dsb), arsitektur SCADA system berkembang dimana pada RTU diberikan intelligent (untuk melakukan local control) dan dilengkapi dengan HMI pada remote location dimana ada local Operators. Karena sudah banyak perangkat Sistem Kontrol yang sudah jadi di pasaran, banyak orang menggunakan PLC, DCS, FCS, dsb (yang sudah dilengkapi dengan data communication port) sebagai RTU Hardware. Juga karena kemajuan teknologi networking saat ini, data communications dilakukan menggunakan Ethernet, IP, TCP, UDP dan Industrial protocol lainnya. Pada intinya jaringan / network ini diperuntukkan untuk komunikasi data, tetapi sekaligus juga bisa dipergunakan untuk komunikasi lainnya seperti untuk telephony bisa menggunakan VoIP (Voice over IP) atau IP Telephony, Video over IP (dengan IP Camera) dan sebagainya. Karena juga sudah tersedianya banyak Penyedia Jasa (Service Provider) Internet, GSM, CDMA, WCDMA dengan GPRS, 3G (UMTS), 3.5G (HSDPA) dan sebagainya yang sudah menjangkau lingkup yang luas, banyak orang juga memanfaatkan fasilitas ini, sehingga bisa melakukannya dengan lebih mudah dan lebih ekonomis. Pada remote location, umumnya kita juga membutuhkan local Operators dengan HMI-nya, atau untuk yang unmanned location setidaknya sudah dilengkapi dengan OPC Servers; pada Master Station (sering pada lokasi yang tidak ada Plant yang harus melakukan local control) hanya terdiri dari HMI atau Operator Workstations dan beberapa Workstation lainnya yang diperlukan. Karena hal ini, banyak orang juga menyebut HMI sebagai SCADA Software. Semoga informasi diatas bermanfaat dan silahkan berdiskusi. Untuk pertanyaan mengenai Modicon Quantum akan saya jawab melalui japri.

Hermawan Budiantoro Dear para wASKITA...

Ada pertanyaan mengenai sistem komunikasi SCADA. Apabila akan diaplikasikan dengan sistem remote untuk fasilitas yang berada di tengah laut/ridge, kira-kira sistem komunikasi apa yang terbaik dan biasa digunakan ? Mohon pencerahannya.. Terimakasih sebelumnya.. Adi Harianto Pak Hermawan, Posisi RTU dengan MCS-nya sama2 di tengah laut?? Kalo ya bapak bisa menggunakan microwave atau FO sebagai media transmisinya. Namun kalo MCS nya ada dilokasi yang sangat jauh missal; RTU di Natuna dan MCS di Jakart maka medianya menggunakan VSAT. Satu hal yang bisa dijadikan alternative, bila RTU dan MCS tercover dalam area GSM maka bisa menggunakan fasilitas GPRS seperti yang di implementasikan di mesin2 atm.

Hermawan Budiantoro Dear Pak Adi.. Terimakasih atas penjelasannya. Wacana Scada di tempat saya muncul bersamaan dengan munculnya rencana pembuatan Jetty (lokasi RTU) yang jaraknya kira-kira 6 km dari bibir pantai, sehingga total jarak dengan MCS kurang lebih sekitar 11 km. Saya pernah mendengar isue bahwa beberapa rekan KPS atau Telkom (walaupun dalam konteks yang berbeda) menggunakan FO yang ditarik hingga ke laut sebagai media komunikasi. But, terus terang saya agak ragu-ragu apabila harus menggunakan FO sebagai media komunikasi, mengingat perairan kita sangat rawan terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerusakan akibat terkena jangkar kapal, jala nelayan, dsb. Dengan demikian saya berasumsi bahwa pilihan terbaik jatuh pada microwave or VSAT. Dan, terus

terang untuk GPRS saya tidak tahu apakah area yang direncanakan tercover atau tidak. Mungkin harus dilakukan pengetesan dulu. Sekali saya ucapkan terimakasih atas masukan yang diberikan, dan apabila masih ada masukan-masukan lain yang sangat berguna, mohon kiranya Pak Adi bisa men-share kepada kita semua.. Adi Harianto Pak Hermawan, Pengalaman saya tidak banyak dan sekedar iseng posting jawaban saja sih. Penjelasan Pak Waskita ini sudah cukup mumpuni tentang perencanaan akan menggunakan system komunikasi yang seperti bapak inginkan. Biasa nelayan atau kapal tidak sembarangan memasuki wilayah platform maksudnya ada jarak tertentu/ batas-batas pelayaran karena tidak Cuma FO yang tersangkut jangkar tapi juga pipa-pipa yang ditanam di dasar laut yang bisa ketarik jangkar tersebut. Pemilihan FO sangat tepat bila lokasi/area seperti yang pak Hermawan sebutkan, namun apabila terbentur biaya, bapak bisa menggunakan radio komunikasi (microwave) yang free license frekuensinya (2.4 GHz) Untuk pemilihan GPRS disini memang bukan GPRS yang biasa di pake pada jalur public tetapi GPRS yang pemesanan-nya khusus (private GPRS) melalui provider2 komunikasi. Namun sebelum penentuan komunikasi ada baiknya kita juga melihat seberapa besar data yang akan dikirim dari RTU ke MCS nya, sehingga estimasi perhitungan bandwidth juga sangat2 diperhatikan. Jangan sampai data yang dibawa hanya 20kb tetapi menggunakan bandwidth 1Mb sehingga tidak terjadi pemborosan biaya. Maaf kalo ada yang salah, Cuma sekedar sharing lho pak. Waskita Indrasutanta

Maaf baru buka folder milis ... Kebetulan kalau pemasangan baru dan power cable ditarik dari darat, sekaligus fiber optic dipasang bersama power cable. Mechanical protection untuk fiberoptic bisa menumpang power cable. Ada pula subsea power cable yang sudah dilengkapi dengan beberapa core fiber optic. Paling ideal adalah menggunakan fiber optic. Alternative berikutnya adalah menggunakan radio, bisa radio modem, IP Radio, microwave, dsb. Kalau ada jangkauan GSM Provider, GPRS kurang disarankan karena speed terlalu lambat. Kalau ada 3.5G (HSDPA up to 3.6 Mbps) atau 3G (UMTS up to 384 kbps) lebih disarankan. Yang perlu diingat, availability dari komunikasi data sangat tergantung dari Provider dan MTTR sangat tergantung sebagaimana cepat Provider melakukan perbaikan. Selain itu jalur komunikasi data berarti harus melalui pihak luar (Provider). Akh. Munawir Dear, Ingin ikut bertanya, 1. Jika terpaksa harus narik FO Cable di-subsea, prosedure atau piranti apa yg dianggap memadai untuk meminimalkan Resiko akibat kegiatan pelayaran/nelayan di laut (ex : jangkar) ??? 2. Apa sudah ada yg menggunakan GSM / GPRS (2G, 3G, 3.5G) atau CDMA / W-CDMA Provider ??? Ngukur MTTR nya kira2 gimana ya?? 3. Mohon pencerahan kelebihan dan kekurangan masing2 media : (radio, bisa radio modem, IP Radio, microwave) & pilihan Protocolnya pake apa ya ?

Aam Dear, Ingin ikut bertanya, 1. Jika terpaksa harus narik FO Cable di-subsea, prosedure atau piranti apa yg dianggap memadai untuk meminimalkan Resiko akibat kegiatan pelayaran/nelayan di laut (ex : jangkar) ???

2. Apa sudah ada yg menggunakan GSM / GPRS (2G, 3G,3.5G) atau CDMA / W-CDMA Provider ??? Ngukur MTTR nya kira2 gimana ya?? 3. Mohon pencerahan kelebihan dan kekurangan masing2 media : (radio, bisa radio modem, IP Radio, microwave) & pilihan Protocolnya pake apa ya ? Terima kasih. Sudah ada yang menggunakan GPRS, tapi itu juga tergantung nilai urgent data yang dimonitor. Jika hanya mengukur KWH atau nilai yang tidak terlalu sering berubah dan status yang tidak perlu action yang cepat GPRS juga sudah lumayan bagus. Kalau mau contoh setahu saya ada di 'Cikarang Listrindo'. Kalau masalah MMTR yach tergantung providernya. Tapi ada salah satu provider yang lagi promosi GPRS untuk penggunaan online monitoring. Lebih lanjutnya nanti lewat japri. Jika kebutuhan data yang critical sebaiknya sih gunakan komunikasi yang bagus FO pilihan utama, jika terlalu mahal bisa Radio Microwave (cuman izin frekuensi mungkin agak rumit kalau belum biasa). Radio Microwave masih bisa mencakup 11 km perlu diingat juga investasi tower untuk antena jika memang blum ada. Kalau protokol sebaiknya menggunakan protokol yang umum, klo bisa jangan yang "propertary", agak lebih mudah untuk melakukan perubahan/upgrading master maupun RTU nya. Berikut beberapa protokol yang umum digunakan di SCADA (melalui Serial (rs232, rs485)) - Modbus - IEC 101 - DNP3 (Melalui Ethernet/TCP IP) - IEC 104 - Modbus TCP - DNP TCP

Waskita Indrasutanta

Maaf lagi ... baru sempat baca ... 1. Yach seperti menarik subsea pipe dan cable seperti yang sudah ditanggapi rekan-rekan. 2a) Terus terang kami sendiri belum pernah menggunakan GSM/GPRS (2G, 3G, 3.5G) atau CDMA/WCDMA untuk komunikasi langsung pada SCADA. Akan tetapi, fasilitas ini bisa dipergunakan untuk web-based (thin client) SCADA, artinya pada lokasi remote kita lengkapi dengan WebHMI Server dan bisa diakses oleh Operator menggunakan MSIE (Microsoft Internet Explorer) untuk melakukan operasi remote location tersebut. 2b) Saya hanya meminjam istilah MTTR (Mean Time To Repair) ini sebagai singkatan 'waktu yang dibutuhkan oleh Provider untuk melakukan repair'. Jadi, iya tergantung seberapa cepat Provider melakukan perbaikan kalau terjadi kegagalan komunikasi. 3a) Radio Modem digunakan sebagai pengganti kabel dalam serial communication yang dipergunakan SCADA system (up to 115 kbps). IP Radio adalah WLAN (Wireless LAN), ada yang mempunyai bandwidth cukup besar (803.11a/b/g) dan ada yang narrow bandwidth (256 kbps ~ 512 kbps) dan sangat dipengaruhi oleh jarak kedua titik IP Radio. Sulit untuk mengatakan kelebihan dan kekurangan karena tergantung dari aplikasinya. 3b) Protocol juga sangat tergantung dari aplikasi. Banyak orang menggunakan (yang di-claim sebagai de facto standard) seperti Modbus. Hero Hero Pak Munawir, 1) Umumnya untuk sebelum menarik kabel bawah laut dilakukan survey "traffic & sea bed" terlebih dahulu. Setelah itu baru ditentukan apakah kabel tersebut akan di "laydown" begitu saja di dasar laut atau di kubur pada kedalaman tertentu atau juga di proteksi dengan "concrete duct". Dari pengalaman, berhubungan dengan nelayan dan pelayaran yang "tanggung" cukup merepotkan. Mereka mempunyai kemampuan untuk membahayakan kabel tapi susah di kasih tahu dan di atur.

2) Wah menghitung MTTR bila melalui service pihak ketiga saya juga belum pernah. Mungkin bisa ditanyakan langsung ke providernya berapa MTTR mereka. Saya rasa cukup rendah juga karena rekan2x kita di GSM atau CDMA provider pun aware akan service & kualitas. 3) Bicara media komunikasi, hingga saat ini FO adalah yang terbaik karena kebal terhadap interference, delay transmisi paling rendah dan juga kapasitas "angkut" yang sangat besar. Kekurangannya ... biaya tinggi terutama biaya instalasi dan perawatan (terutama kabel laut). Sementara untuk radio (di luar satelit), interferensi yang sering memusingkan kepala karena sering sekali menimbulkan anomali sehingga sukar menemukan penyebabnya. Kekurangan yang lain adalah kapasitas yang terbatas dan perizinan stasiun+frekuensi (terutama dikita) yang bertele2x, lama + biaya (siluman yg cukup tinggi). Tapi kalau punya koneksi cerita bisa lain walaupun biaya masih cukup tinggi juga. Keuntungan menggunakan radio, gampang dan relatif cepat proses instalasi nya dan maintenance yang mudah (asalkan tidak kena interferensi). Untuk satelit umumnya biaya sewa yang cukup tinggi + kapasitas yang terbatas. Keuntungannya adalah masalah jarak asalkan bisa melihat langit terbuka... dimanapun diseluruh dunia ini bisa berkomunikasi dan juga maintenance yang gampang. Untuk pilihan protokol ... modbus.. profibus atau yang lain mungkin teman2x di instrumen lebih banyak tahu. Tapi kalau dari sisi komunikasi, banyak pilihan interface yang tersedia mulai dari yang paling sederhana RS232, RS485, V.35 sampai dengan yang lagi hot2x nya saat ini Ethernet. Karena umumnya karakteristik komunikasi di SCADA tidak mumbutuhkan bandwidth/kecepatan yang besar (berkisar 9.6kbps - 115kbps) tapi lebih kepada saluran yang handal. Jangan salah paham dengan kecepatan 10/100/1000 Mbps base-T pada ethernet... itu adalah kecepatan access di sisi LAN nya tapi disisi upstream/downstream nya atau sisi komunikasi serialnya yang bisa 64kbps, 128kbps, 256kbps, 512kbps hingga E1 (2Mbps). Hermawan Budiantoro Dear Pak Hero.. Saya sangat setuju bahwa komukasi terbaik adalah menggunakan FO. Kalau boleh tahu, apakah Pak Hero sudah pernah melakukan studi atau memiliki literatur mengenai sistim komunikasi SCADA untuk

subsea sehingga disampaikan...?

bisa

memberikan

kesimpulan

seperti

yang

Atau barangkali Pak Hero maupun rekan-rekan yang lain bisa memberikan rekomendasi perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan berbagai sistem komunikasi SCADA untuk subsea...? Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada Pak Hero, Pak Adi dan Pak Waskita untuk informasi & wacana SCADA-nya. Hero Hero Pak Hermawan, Studi secara khusus belum pernah saya lakukan. Berdasarkan pengalaman dari sisi SCADA nya saya tidak melihat masalah yang berarti bila menggunakan FO. Sebaliknya justru dari sisi telekomunikasi nya yang sering jadi permasalahan, utama nya masalah biaya. Secara perkiraan singkat saja effisiensi pengggelaran subsea FO hanya untuk applikasi SCADA ataupun SCADA + komunikasi yang lain (seperti telephone, LAN dll) di dunia migas sulit tercapai karena "kapasitas angkut" yang sangat besar dari FO itu sebahagian besar tidak dimanfaatkan mengingat karakteristik komunikasi di dunia migas bukan pada kapasitas yang besar melainkan pada kehandalan (robus & resilence). Umumnya effesiensi yang rendah tersebut bisa di maafkan bila efektifitas nya tinggi atau instalasi FO tersebut bisa digabungkan dengan media transmisi yang lain seperti "power cable" atau "chemical hose" ataupun "pipeline" sehingga biaya instalasi & perawatan nya gabungan (jadi lebih murah). Untuk mode FO nya sendiri, demi memudahkan dalam perawatan atau "future expansion" sebaiknya di standard kan ke Singlemode dengan 6 jumlah minimum core perkabel. Singlemode ini bisa digunakan untuk jarak dari beberapa puluhan meter hingga 90km tergantung jumlah "loss" yang disebabkan konektor dan splicing dan juga "TX power & RX Sensitivity" dari perangkat aktiv. Hitungan power budgetnya singkat saja, secara konservativ : A) FO loss = 0.4dB/km bila yang digunakan cahaya dengan panjang gelombang 1310nm (atau 0.3dB/km untuk 1550nm) B) Splicing loss = 0.1dB C) Konektor loss 0.15dB/konektor Sehingga total loss = (j x A) + (s x B) + (k x C) dimana j = jarak (km), s = jumlah splicing dan k =

jumlah konektor. Dengan demikian jumlah daya yang harus tersedia > total loss + 3dB (safety margin) Sekarang ini dalam prakteknya seringkali perangkat aktiv di kedua ujung FO tersebut hanya berupa LAN Switch, karena ada beberapa vendor LAN Switch yang mempunyai "high power FO interface" dan juga konvergensi "voice & data" pada ethernet dimana trend saat ini komunikasi data dengan protokol ethernet dan juga komunikasi telephone (voice) dengan protokol transmisi IP yang jalan diatas ethernet (atau sering kita kenal dengan nama VoIP). Apabila SCADA nya tidak punya ethernet interface maka bisa digunakan interface konverter ke ethernet yang sekarang ini banyak dan mudah di dapat dipasaran. BKC1549@cc.m-kagaku.co.jp Mohon maaf rekan2 semua.. Karena bahasannya menarik, saya mau nanya yang lebih fokus mengenai FO... Komunikasi FO itu sebenarnya ada berapa mode/macam...???? Apa perbedaannya baik dari sisi kehandalan komunikasi maupun konfigurasi....??? Terimakasih atas sharing ilmunya.... Hero Hero Pak Ardhi, Untuk FO ada 2 mode, Singlemode (step index) dan Multimode (graded index). Index yang dimaksud adalah "refraction index" atau index pantulan dari silica bahan pembuat FO itu sendiri. Seringkali juga Singlemode dan Multimode ini kenali dari ukurannya, Singlemode 9/125um (core/cladding) dan Multimode 65/125um (core/cladding) Secara garis besar perbedaan kedua mode FO tersebut : 1) Singlemode Cable 1a) Untuk komunikasi jarak menengah hingga dan jauh (10-90km) walaupun untuk jarak dekat juga bisa dengan menggunakan redaman tambahan atau daya pancar sumber cahayanya (light source) diturunkan

1b) Mempunyai kapasitas "angkut" yang relatif lebih kecil dari Multimode walaupun di dunia migas kecilnya kapasitas angkut singlemode tidak terasa karena sekecil2x nya kapasitas angkut tersebut masih jauh diatas kebutuhan. Sebagai perbandingan sederhana sebuah FO singlemode bisa dengan mudah mengirim data dengan kecepatan 2.4Gbps sementara kebutuhan kita hanya hingga 100Mbps. 1c) Harga Singlemode sudah barang tentu lebih mahal dibandingkan Multimode. 2) Multimode Cable 2a) Untuk komunikasi jarak dekat (dibawah 10km) 2b) Kapasitas angkut yang jauh lebih besar dari Singlemode 2c) Harga kabel dan perangkat aktif nya yang lebih dibandingkan Singlemode

murah

Untuk panjang gelombang cahaya yang umum digunakan untuk Multimode, 850nm (jarak hingga 5km) dan 1300nm (jarak 5-10km). Sedangkan untuk Singlemode 1310nm (hingga 50km) dan 1550nm (jarak hingga 90km). Untuk konfigurasi koneksi ada yang unprotected dan loop protected. Tapi ini lebih kepada perangkat aktiv nya (multiplexer/modem/LAN Switch nya) bukan tergantung kepada type atau mode FO kabelnya. Sementara untuk "mechanical construction" nya sama saja seperti "copper cable", ada yang indoor, outdoor, duct, direct burried, subsea dll. Atau jacket rating seperti LSOH, plenum dll. Sebetulnya di dunia telekomunikasi masih banyak variant yang lain dari yang disebut diatas, tapi itu hanya berlaku di dunia penyedia service telekomunikasi yang membutuhkan kapasitas angkut yang sangat sangat besar (diatas 10Gbps) dan jarak yang jauh seperti "intercontinental subsea cable". Diluar parameter diatas, kelebihan dan kekurangan singlemode dan multimode relatif sama sebagai contoh sama2x handal dan tahan terhadap inteferensi, mempunyai tipe konektor yang sama, sama2x butuh perlakukan khusus dalam proses instalasi, sama2x gampang maintenance nya (asal jangan ada yang narik2x atau motong), dan sama2x terbuat dari kaca :-))... getas Saat ini, kombinasi dari semakin banyak & mudah nya FO di produksi dan semakin banyak "light source" Singlemode yang berdaya rendah menyebabkan keberadaan mutlimode FO berangsur "punah" terutama di dunia migas.

Aam Mailing List Migas IndonesiaMenambahkan dari pengalaman mengutakatik peralatan FO : Untuk mengenai hierarki pe-multipleks-an di FO dikenal PDH & SDH/SONET PDH ( Plesiochronous Digital Hierarchy). - Hirarki multipleks dimana umumnya digunakan dalam sitem Point to Point data digital. Jadi satu device berkomunikasi langsung dengan satu device lainnya. standar daya transfer data yang ada di sistem PDH : E1 = 2.048 Mbps (Mega bit per second ) E2 = 8.448 Mbps ( 4 x E1 ) E3 = 34.368 Mbps ( 4 x E2 ) E4 = 139.264Mbps ( 4 x E3 ) Setiap 1 E1 channel = 30 x 64 Kbps channel tiap channel ini bisa diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan. Baik untuk Ethernet, Serial, Voice, Data analog (4-Wire) dsb. Tergantung peralatan diujungnya. SDH ( Synchronous Digital Hierarchy). - Hirarki multipleks ini adalah pengembangan dari PDH dengan kapasitas transfer data yang lebih besar. SDH sistemnya bisa Multipoint makanya sistem SDH bisa disebut SDH Network atau SONET karena beberapa alat dengan level yang sama bisa saling berkomunikasi ibarat jaringan komputer. Dalam sistem ini sudah ada 'management traffic', 'Pass thru/bypass' dan beberapa feature lagi yang belum dana di PDH. Bisa mengatur data sampai level PDH. standar daya transfer data yang ada di sistem SDH : STM 1 = 155 Mbps STM 2 = 620 Mbps (4 x STM 1) STM 3 = 2.5 Gbps (4 x STM 2) STM 4 = 10 Gbps (4 x STM 3) dst ... Moga bisa jadi sharing

Muh. Amrah Menambahkan dari pengalaman mengutak-atik peralatan FO : Untuk mengenai hierarki pe-multipleks-an di FO dikenal PDH & SDH/SONET PDH ( Plesiochronous Digital Hierarchy). - Hirarki multipleks dimana umumnya digunakan dalam sitem Point to Point data digital. Jadi satu device berkomunikasi langsung dengan satu device lainnya. standar daya transfer data yang ada di sistem PDH : E1 = 2.048 Mbps (Mega bit per second ) E2 = 8.448 Mbps ( 4 x E1 ) E3 = 34.368 Mbps ( 16 x E1 ) E4 = 139.264Mbps ( 64 x E1 ) Setiap 1 E1 channel = 30 x 64 Kbps channel tiap channel ini bisa diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan. Baik untuk Ethernet, Serial, Voice, Data analog (4-Wire) dsb. Tergantung peralatan diujungnya. SDH ( Synchronous Digital Hierarchy). - Hirarki multipleks ini adalah pengembangan dari PDH dengan kapasitas transfer data yang lebih besar. SDH sistemnya bisa Multipoint makanya sistem SDH bisa disebut SDH Network atau SONET karena beberapa alat dengan level yang sama bisa saling berkomunikasi ibarat jaringan komputer. Dalam sistem ini sudah ada 'management traffic', 'Pass thru/bypass' dan beberapa feature lagi yang belum dana di PDH. Bisa mengatur data sampai level PDH. standar daya transfer data yang ada di sistem SDH : STM 1 = 155 Mbps STM 2 = 620 Mbps (4 x STM 1) STM 3 = 2.5 Gbps (16 x STM 1) STM 4 = 10 Gbps (64 x STM 1) dst ... Moga bisa jadi sharing Akh. Munawir Dear,

Apakah ada yang punya pengalaman dengan Fiber Optic Cable (FO) untuk media komunikasi F&G System, yaitu FO dengan spesifikasi yg memenuhi Hydrocarbon Fire Testing dgn UL1709 atau IEC60331 standard selama 15 menit ??? Problemnya adalah : Di LNG Process Train Area dibutuhkan FO untuk mengakomodir Komunikasinya, dan telah dibuat Fire Zone Map yg merepresentasikan potensi terjadinya "Pool Fire" di Area tersebut. Tentu saja jika terjadi Pool Fire maka requirement nya adalah F&G System juga SIS harus bekerja untuk sesuai dengan Cause & Effect Chart (termasuk di Fire Zone/Area Map). Karena jika terjadi Api di lokasi tersebut dan FO kemudian rusak karena Hydrocarbon Fire, maka F&G System ataupun SIS tidak akan bekerja seperti yang diharapkan (bisa gawat khan).

Hero Hero Pak Munawir, Coba hubungi Leoni Cable, Huber Suhner, DrakaComteq, Raychem/Tyco.Mereka punya "Fire Resistant" FO kabel dengan "Characteristic Burning" yang memenuhi standar IEC60331.

Anda mungkin juga menyukai