Anda di halaman 1dari 6

Boks 4.

SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI: TANTANGAN DI TAHUN 2009 Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 serta diikuti dengan penurunan harga-harga perekonomian komoditas Jambi perkebunan pada berdampak sektor cukup signifikan dengan terhadap komoditas terutama perkebunan

unggulannya karet dan sawit. Hal ini ditunjukkan dengan kinerja sektor perkebunan yang mulai mengalami pelambatan pada triwulan III tahun 2008. Bahkan, pada triwulan I tahun 2009, sektor perkebunan mengalami pertumbuhan negatif (minus 1,12%/q-t-q). Melambatnya sektor perkebunan memberikan efek berantai pada pelemahan sektor-sektor lainnya di Provinsi Jambi. Sebagaimana diketahui, sektor perkebunan merupakan sektor andalan Provinsi Jambi dimana cukup banyak penduduk yang bekerja di bidang perkebunan. Menurunnya kinerja sektor perkebunan secara langsung menurunkan tingkat pendapatan (income) petani karet dan sawit sehingga mereka mulai membatasi pemenuhan kebutuhan barang dan jasa, termasuk diantaranya adalah mengurangi permintaan kredit kepada perbankan. Bahkan, banyak juga petani yang mulai kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran kreditnya kepada pihak perbankan terutama untuk pemenuhan barang tahan lama (durable goods) seperti mobil, sepeda motor dll. Untuk mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai prospek kinerja perbankan daerah di tahun 2009, maka dilaksanakan survei deskriptif kepada perbankan Jambi yang bertujuan antara lain mengenai: 1. Kredit sektoral yang berpotensi tumbuh lebih tinggi di tahun 2009 2. Target pencapaian kredit tahun 2009 3. Proyeksi Rasio Non Performing Loan (NPL) serta Loan to Deposit Ratio (LDR) 4. Faktor penghambat penyaluran kredit serta kebijakan yang akan dilaksanakan perbankan dalam menghadapi krisis. Survei dilaksanakan pada periode Maret-April 2009 terhadap 38 bank pelapor (Kantor cabang/KC dan kantor cabang pembantu/KCP) di seluruh kabupaten kota di Provinsi Jambi.
Grafik 1.

Responden

Bank S wasta 37% Bank S yariah 8% BPR 18%

Bank Umum 37%

Dari 38 bank pelapor (responden) yang disurvei diseluruh kabupaten/kota, terdiri dari 14 bank umum (37%), 14 bank swasta (37%), 3 bank syariah (8%) serta 7 BPR (18%). Sampel ini sudah mencakup sebesar 71,70% dari total bank pelapor yang ada di Provinsi Jambi (53 bank pelapor).
Grafik 2.

Target Kredit 2009


< 0% 0-30% 30-60% 60-100% >100%

26% 8% 61% 5%

5%

3%

Secara

umum,

responden

masih

menunjukkan

keyakinannya

dengan

pertumbuhan kredit tahun 2009, walaupun tidak seoptimis tahun 2008 yang lalu. Dari hasil survei, rata-rata pertumbuhan kredit berkisar 28,05%. Dari 38 bank pelapor yang disurvei, sekitar 61% responden menyatakan pertumbuhan kreditnya masih mampu tumbuh pada kisaran 0 s.d.30% (yoy). Sedangkan sekitar 26% responden menyatakan bahwa pertumbuhan kreditnya akan berada pada kisaran 30-60%. Namun demikian, ada sekitar 5% responden yang menyatakan pertumbuhan kredit mereka di tahun 2009 akan menurun (dibawah 0%).
Grafik 3.

Kredit Sektoral yangdiperkirakan Tumbuh di Tahun 2009


Perikanan dan Peternakan 1% Industri 3% Konstruksi 10% Konsumtif 19% Perkebunan 10% LainLain 12% Perdagangan 25% Jasa 12% Tanaman Pangan 8%

II

Sementara, terdapat sekitar 8% responden yang menyatakan pertumbuhan kredit mereka mampu mencapai diatas 60%. Dari 8% responden yang menyatakan bahwa kreditnya mampu tumbuh diatas 60%, terbagi dari 3% responden yang menyatakan mampu tumbuh pada kisaran 60 s.d. 100% serta sekitar 5% responden yang menyatakan mampu tumbuh diatas 100%. Secara sektoral, potensi pertumbuhan kredit di tahun 2009 menurut responden akan dicapai oleh sektor perdagangan, sektor konsumtif serta sektor jasa lainnya. Hampir sekitar 25% dari jawaban yang masuk menyatakan sektor perdagangan akan mampu tumbuh lebih baik. Sektor perdagangan yang dimaksud responden akan tumbuh lebih tinggi adalah sektor perdagangan yang tidak berorientasi ekspor sehingga relatif tidak terlalu berpengaruh terhadap melemahnya demand dari pasar luar negeri serta relatif sedikit mengandung impor content sehingga pelemahan nilai tukar Rupiah tidak terlalu membebani dalam pemenuhan biaya input produk. Misalnya pedagang eceran, pedagang sembako maupun pedagang yang memperjualbelikan bahan-bahan untuk kebutuhan pemilu (kaos, bahan sablon dll). Potensi pertumbuhan kredit tahun 2009 juga diikuti dengan sektor konsumtif (19%) serta sektor jasa-jasa dan sektor lain-lain (12%).
Grafik 4.

Kredit Sektoral yangdiperkirakan turun di Tahun 2009

Konstruksi 11%

Lain-lain 16%

Perkebunan 24%

Kehutanan 3% Migas 3%

Perdagangan 22%

Perikanan 6% Transportasi 6% Industri 9%

Sementara, keyakinan responden terhadap sektor-sektor yang pertumbuhan kreditnya akan menurun di tahun 2009 adalah sektor perkebunan (24%), sektor perdagangan (22%) dan sektor lain-lain (16%). Kredit sektor perkebunan diperkirakan turun dikarenakan perkembangan harga komoditas perkebunan (karet dan sawit) belum sebaik tahun 2008 sehingga ada kalangan petani yang cenderung enggan untuk mendapatkan fasilitas kredit, sementara pihak perbankan harus benar-benar prudent dalam menyalurkan kredit. Sektor perdagangan yang diperkirakan turun adalah sektor perdagangan yang berorientasi ekspor dan mengandung impor content

III

tinggi. Misalnya perdagangan bahan baku karet, perdagangan mobil, perdagangan sepeda motor.
Grafik 5.

Perkiraan LDRTahun 2009


0-50% 50-100% > 100%

26%

26%

48%

Dengan memperhatikan kondisi terkini, sekitar 74% responden menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) mereka mampu tumbuh diatas 50% pada tahun 2009. Bahkan 26% diantaranya menyatakan LDR mereka mampu tumbuh diatas 100%. Berdasarkan hasil survei, secara rata-rata pertumbuhan LDR pada tahun 2009 akan berkisar pada angka79,17%.
Grafik 6.
1

Perkiraan NPLTahun 2009


0-3% 3-5% 5-10% > 10%

20% 10% 13% 67% 3%

Dari sisi kualitas kredit, rasio Non Performing Loan tahun 2009 menurut sebagian besar responden akan berada pada kisaran 0-3%. Sekitar 13% menyatakan rasio NPL mereka akan diatas ketentuan aman Bank Indonesia (maksimal 5%) yang terdiri dari 3% responden yang menyatakan NPL-nya akan berada pada kisaran 5-10% dan sebesar 10% responden memperkirakan NPL bank mereka akan berada diatas
1

Dari 38 responden, sekitar 27 responden mampu memperkirakan LDR mereka di akhir tahun 2009. IV

10%. Secara rata-rata, NPL perbankan diperkirakan akan berada pada kisaran 3,75%, meningkat jika dibandingkan tahun 2008 yang berada pada kisaran 2,80%.
Grafik 7.

Faktor Penghambat Penyaluran Kredit Tahun 2009


Daya Beli Masyarakat Menurun 15% 19% Kondisi Ekonomi Melambat akibat Krisis Global Stabilitas Keamanan Pasca Pemilu Turunnya Harga Komoditi Perkebunan Belum Bankable 12% 22% Suku Bunga Kredit Masih Tinggi Persaingan Usaha Antara Bank dan LK-non Bank Lain-Lain 7% 7%

9%

9%

Di tahun 2009, menurut seluruh jawaban responden yang terkumpul menyatakan bahwa pelambatan kondisi ekonomi akibat krisis global merupakan salah satu faktor utama yang menghambat penyaluran kredit (22% dari total jawaban). Faktor-faktor lain yang menjadi concern bankers adalah masalah daya beli masyarakat yang menurun (19%) serta suku bunga kredit yang masih tinggi (12%). Faktor penghambat yang cukup besar pangsa jawabannya adalah faktor lainlain seperti jaringan kantor bank yang masih terbatas sehingga penetrasi kredit ke daerah-daerah relatif terbatas serta kondisi infrastruktur suatu wilayah yang belum baik sehingga tidak menarik bagi investor. Terkait dengan jawaban belum bankable antara lain karena belum terpenuhinya sertifikat tanah/surat keterangan tanah (SKT), tidak memiliki NPWP, belum memiliki SIUP, SITU, TDP ataupun HO yang sangat diperlukan sebagai aspek legal dalam mendapatkan fasilitas kredit dari perbankan Sementara itu, dalam rangka menghadapi dampak krisis global, pihak perbankan daerah telah menyiapkan beberapa strategi dalam proses penyaluran kreditnya. Sebagian besar jawaban menyatakan akan mengutamakan pelaksanaan prudential banking (29%), diikuti dengan ekspansi kredit secara selektif (23%), serta pelaksanaan manajemen resiko yang efektif dan efisien (20%). Disamping itu, beberapa bank juga akan lebih memfokuskan pada pembiayaan UMKM yang secara historis tahan terhadap dampak krisis global (6%).

Dari 38 responden, sekitar 30 responden mampu memperkirakan rasio NPL mereka di akhir tahun 2009. V

Grafik 8.

Kebijakan Perbankan Menghadapi Krisis


7% 4% 5% 6% 28%

Prudential Banking Manajemen Resiko Fokus Pada Pembiayaan UMKM E kspansi Kredit secara selektif Restrukturisasi Kredit

24% 20% 6%

Penurunan suku bunga Peningkatan S DM

REKOMENDASI Beberapa masukan yang dapat dilakukan terkait dengan hasil survei ini adalah: 1.) Meningkatnya resiko penyaluran kredit pasca dampak krisis global harus ditindaklanjuti oleh perbankan untuk selalu berhati-hati (prudent) dalam menyalurkan kreditnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta sesuai dengan peraturan-peraturan dari Bank Indonesia selaku lembaga yang berwenang dalam mengatur dan mengawasi bank. 2.) Ekspansi kredit yang dilakukan oleh perbankan harus mempertimbangkan segala aspek (mikro maupun makro) sehingga potensi terjadinya keterlambatan/gagal bayar bisa diminimalkan. 3.) Pihak perbankan meninjau kembali tingkat bunga kredit yang diberikan kepada debitur yang saat ini masih cukup tinggi, sementara suku bunga acuan (BI rate) saat ini sudah terus diturunkan semenjak awal tahun 2009 sehingga menjadi 7,75% pada Maret 2009. 4.) Perlunya survei/penelitian lanjutan mengenai industri perbankan di daerah yang diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi strategis mengenai langkahlangkah strategis dalam pengembangan kredit perbankan di daerah untuk mendukung akselerasi perkonomian Jambi tahun 2009.

VI

Anda mungkin juga menyukai