Anda di halaman 1dari 3

Kompas, Kamis, 25 Oktober 2007 Bisnis & Keuangan

Percepatan HTI Butuh Keputusan Presiden


Jakarta, Kompas - Program percepatan perluasan hutan tanaman industri atau HTI membutuhkan
dasar hukum setingkat keputusan presiden. Jika tidak, target HTI seluas 5 juta hektar tahun 2009 sulit
terealisasi.

"Percepatan HTI perlu keputusan presiden agar seluruh instansi yang terkait, terutama Departemen
Kehutanan dan Kepolisian Negara RI, tidak lagi berbeda menafsirkannya. Tanpa dasar hukum khusus,
upaya Indonesia mengalihkan suplai bahan baku dari hutan alam ke hutan industri sulit terjadi dan
dampaknya akan dirasakan oleh industri kehutanan nasional," kata Direktur Eksekutif Greenomics
Indonesia Elfian Effendi di Jakarta, Rabu (24/10).

Departemen Kehutanan telah menetapkan industri pulp dan kertas hanya boleh mengonsumsi kayu
dari hutan alam sampai akhir tahun 2008. Mulai tahun 2009, seluruh pasokan bahan baku harus
dipasok dari HTI.

Di Indonesia, ada 14 pabrik pulp dengan kapasitas produksi 6,7 juta ton dan 79 pabrik kertas
berkapasitas produksi 10,3 juta ton per tahun.

Tahun 2006, produksi pulp 6,2 juta ton dan kertas 8,6 juta ton. Data Departemen Perindustrian
menyebutkan, ekspor pulp dan kertas tahun 2006 mencapai 3,94 miliar dollar AS atau 4,9 persen dari
total ekspor nasional.

Mencairkan ketegangan

Menurut Elfian, keppres bisa menjadi landasan hukum bagi instansi pemerintah untuk bersama-sama
mendukung program percepatan HTI. "Keppres ini juga bisa mencairkan ketegangan antara Dephut
dan Polri soal pemahaman HTI," ujar Elfian.

Ditemui di sela-sela diskusi bedah buku hasil penelitian dan pengembangan (litbang) hutan tanaman
yang digelar Dephut, Kepala Badan Litbang Dephut Wahyudi Wardjojo mengatakan, perluasan HTI
sudah tidak bisa ditunda lagi karena pasokan bahan baku dari hutan alam sudah tidak memadai untuk
kebutuhan industri.

Data Dephut menyebutkan, realisasi HTI sampai Agustus baru 3,7 juta hektar. Saat ini, produksi kayu
dari hutan tanaman dan hutan rakyat baru memasok 11,2 juta meter kubik dari 66 juta meter kubik
kebutuhan kayu nasional.

Tanpa HTI, industri kehutanan akan semakin kewalahan memenuhi bahan baku. Di tempat yang sama,
Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Dephut Hadi Susanto Pasaribu mengungkapkan, proses
pembangunan HTI relatif lamban. Namun, dia optimistis target HTI seluas 5 juta hektar pada tahun
2009 bisa tercapai.

Pemerintah tetap mendorong investor agar secepatnya merealisasikan penanaman di areal yang telah
mendapat izin. Padahal, sejak tahun 1994, Dephut sudah memberikan izin definitif HTI seluas 9 juta
hektar.

Lambannya realisasi penanaman terjadi akibat kendala modal. Oleh karena itu, Dephut menyambut
positif minat investor baru mengambil alih areal HTI dari investor yang kolaps.

"Sudah ada beberapa peminat yang bersedia, sekarang sedang proses negosiasi secara bisnis. Kami
juga akan mendorong pengembangan hutan tanaman rakyat sehingga realisasi penambahan luas
hutan tanaman menjadi lebih cepat," ujar Hadi. (ham)

Anda mungkin juga menyukai