Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR II

SINTESIS DIBENZALASETON
(PERCOBAAN II)

Oleh: MUSLIH ANWAR 04/177933/PA/10076

Kamis,19 April 2006 Asisten Pembimbing: Agusta S P

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2006

SINTESIS DIBENZALASETON (PERCOBAAN 2)


I. TUJUAN PERCOBAAN
Membuat N-Benzil aniline melalui reaksi alkilasi amina primer.

II. TINJAUAN PUSTAKA Reaksi Kondensasi Aldol


Suatu reagensia yang memiliki suatu atom karbon nukleofilik dapat juga menyerang karbon yang positif parsial dari suatu gugus karbonil. Bila suatu aldehid diolah dengan basa seperti NaOH dalam air, ion enolat yang terjadi dapat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul aldehida yang lain. Hasilnya adalah adisi satu molekul aldehida ke molekul aldehida yang lain.
O CH H3C O OH CH H3C C H2 O CH

OH-

+
H3C

CH

Acetaldehyde

3-Hydroxy-butyraldehyde

Reaksi ini disebut sebagai suatu reaksi kondensasi aldol. Kata aldol, yang diturunkan dari aldehida dan alkohol, memerikan produk itu, yang merupakan suatu aldehida hidroksi. Suatu reaksi kondensasi ialah reaksi di mana dua molekul atau lebih bergabung menjadi suatu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi di mana tidak dilepaskan suatu molekul kecil. Jika asetaldehida diolah dengan larutan natrium hidroksida berair, terbentuklah larutan enolat dalam konsentrasi rendah. Reaksi ini reversibel pada saat ion enollat ini bereaksi, akan terbentuk lagi yang baru.
O
CH + OH

O CH H2C struktur resonansi untuk ion enolat

O CH

H3C

H2C

+ H2O

Ion enolat bereaksi dengan suatu molekul aldehida lain dengan cara mengadisi pada karbon karbonil untuk membentuk suatu ion alkoksida, yang kemudian merebut sebuah proton dari dalam air untuk menghasilkan aldol produk itu.

hidrogen

O C H3C H

OH O H CH H3 C C H2
suatu ion alkoksida

O C C H2 H

O C H

+
H2C

H 2O
H 3C

CH

+ OH-

3-Hydroxy-butyraldehyde

Aldehidd awal dalam kondensasi aldol harus mengandung satu hidrogen yang berposisi terhadap gugus karbonil sehingga aldehida ini dapat membentuk ion enolat dalam basa. Produk aldol itu masih memiliki suatu gugus karbonil dengan hidrogen . Produk ini dapat bereaksi lebih lanjut membentuk dimer,trimer, bahkan polimer. Keton juga menjalani kondensasi aldol juga, tetapi kesetimbangan tidak membantu terbentuknya produk kondensasi-keton. a. Dehidrasi aldol Suatu senyawa karbonil hidroksi, seperti suatu aldol, mudah mengalami dehidrasi karena ikatan rangkap dalam produk berkonjugasi dengan gugus karbonilnya. Oleh karena itu suatu aldehida tak jenuh-, dapat dengan mudah diperoleh sebagai produk suatu kondensasi aldol.
OH CH H3C C H2 O CH O O

H+encer
C H
hangat

H3C C H

H C

CH + H2O

But-2-enal

3-Hydroxy-butyraldehyde

H+encer
hangat

CH

+ H2 O

Cyclohex-1-enecarbaldehyde

OH
2-Hydroxy-cyclohexanecarbaldehyde

Bila dehidrasi menghasilkan suatu ikatan rangkap berkonjugasi dengan suatu cincin aromatik, seringkali dehidrasi ini berlangsung sertamerta (spontan), bahkan juga dalam larutan basa.
OH CH C H2
3-Hydroxy-3-phenyl-propionaldehyde

O
spontan

O C H C H CH

CH

+ H2 O

3-Phenyl-propenal

b. Kondensasi aldol silang Suatu aldehida tanpa hidrogen tidak dapat membentuk ion enolat dan dengan demikian tidak dapat berdimerisasi dalam suatu kondensasi aldol. Namun jika aldehida semacam itu dicampur dengan aldehida yang memiliki hidrogen alfa, maka kondensasi antara keduanya dapat terjadi. Reaksi ini disebut kondensasi aldol silang (cross aldol condensation). Suatu kondensasi aldol silang sangat berguna bila hanya satu senyawa karbonil yang memiliki hidrogen ; kalau tidak, akan diperoleh produk campuran. Metil keton dapat digunakan dengan memuaskan dalam kondensasi aldol silang dengan aldehida yang tidak mengandung hidrogen , seperti pada kedua contoh berikut ini:
O CH + H3C O OH O O

OH
CH

-H2O
CH C H2 CH C H C CH H

Acetaldehyde benzaldehyde (tidak ada hidrogen alfa)

sinamaldehida (90%)

O O CH + H3C
benzaldehyde (tidak ada hidrogen alfa)

O C CH3
Propan-2-one 4-Phenyl-but-3-en-2-one(90%) (benzalaseton)

OH-

C C H C H CH3 + H2O

c. Kondensasi Knoevenagel Dalam reaksi kondensasi ini yang diperlukan hanyalah satu senyawa dengan suatu gugus karbonil, plus satu senyawa yang memiliki suatu hidrogen asam. Kondensasi Knoevenagel adalah reaksi antara sebuah aldehida dan suatu senyawa yang mempunyai sebuah hidrogen terhadap dua gugus pengaktif ( seperti C=O atau
C N ), dengan menggunakan amonia atau suatu amina sebagai katalis. Pada

kondisi ini asam malonat sendiri dapat digunakan sebagai pereaksi, seperti ditunjukkan dalam contoh berikut ini:
O C H benzaldehida O O C C H2 asam malonat OH

O C

+
HO

NH3
kalor

C HC

+ H2O +

CO2

OH C H asam 3-fenilpropenoat (85%) (asam sinamat)

Suatu variasi reaksi knoevenagel memungkinkan keton yang kurang reaktif berkondensasi dengan etil sianoasetat yang lebih asam (pKa = 9, bandingkan dengan pKa = 11 untuk dietil malonat)

O O + N C H2 C C

NH4+ -O2CCH3
OC2H5

C C C

CH3COOH asetat
kalor

+ H2 O
OC2H5

Cyclohexanone

etil sianoasetat

(80%)
O

d. Kondensasi Ester Ester dengan hidrogen dapat bereaksi kondensasi diri untuk menghasilkan ester keto. Suatu kondensasi ester mirip dengan kondensasi aldol; bedanya gugus OR dari ester dapat bertindak sebagai gugus pergi. Karena itu hasilnya ialah substitusi (sedangkan kondensasi aldol adalah adisi). Kondensasi ester sederhana, seperti contoh-contoh dibawah ni, disebut Kondensasi Claisen (perhatikan penggunaan oxo dalam penamaan produk ester keto untuk menandai posisi gugus keto) Reaksi secara umum:
O H2 R C C OR' O O OR' basa H2 R C C H C O C OR'

H C R

+ R'OH

R suatu ester beta-keto

Perhatikan reaksi bertahapnya. Pertama-tama pembentukan enolat dari ester oleh reaksi asam-basa dengan ion alkoksida (digunakan suatu alkoksida, dan bukan hidroksida, untuk menghindari penyabunan ester itu). Seperti dalam kondensasi aldol, enolat yang terbentuk berkonsentrasi rendah karena enolat itu ( dengan hanya satu karbonil) merupakan basa yang lebih kuat daripada ion alkoksida.

O C H3C etil asetat

O C H 2C OC2H5 H2C

O C OC2H5 struktur resonansi ion enolat

+
OC2H5

C2H5

+ C2H5OH

e. Kondensasi Claisen silang


Dua ester berlainan dapat digunakan dalam kondensasi Claisen. Hasil terbaik (yakni terhindarnya pencampuran) diperoleh jika hanya satu dari ester itu memiliki sebuah hidrogen alfa.
O C O

+ C2H5
OCH3

(1) Na+ (2) H+

O OCH3 C CH H3C C OCH3 O

C OCH3

H 3C

OH

Methanol

tidak ada hidrogen alfa

2-Methyl-3-oxo-3-phenyl-propionic acid methyl ester

(45%)

Kondensasi Claisen silang dapat dilakukan dengan berhasil antara keton dan ester, tanpa mempedulikan apakah ester itu mengandung hidrogen atau tidak. Hidrogen dari keton lebih disukai untuk diikat (oleh basa), karena keton lebih asam daripada ester. Karena alasan ini, maka Claisen silang lebih disukai daripada kondensasi Claisen dari ester (tanpa melibatkan ketonnya).
O C O O OC2H5 C H2C C CH3 O

+
OC2H5 H3C

+ 1. Na + 2. H

C CH3 acetone

+ C2H5 OH

Benzoic acid ethyl ester

1-Phenyl-butane-1,3-dione

(40%)
O O O O

CH3(CH2)4COC2H5 +
Hexanoic acid ethyl ester

CH3CCH3
acetone

1. NaH 2. H+

CH3(CH2)4CCH2CCH3
Nonane-2,4-dione

+ C2H5OH

(65%)
Kebalikan dari kondensasi aldol adalah reaksi canizzaro. Reaksi diri suatu gugus aldehida dibedakan menjadi dua. Yaitu suatu aldehida yang memiliki hidrogen aldehida yang tidak memiliki hidrogen terikat pada benzaldehida. posisi

dan

. Hidrogen

merupakan suatu hidrogen yang

terhadap suatu gugus karbonil. Misalnya saja suatu asetaldehida

memiliki hidrogen

, sedang suatu aldehida yang tidak memiliki hidrogen

adalah

Hidrogen

ini memiliki sifat asam, hal ini karena stabilisasi-resonansi dari ion enolat

produknya. Suatu aldehida yang memiliki hidrogen akan mengalami reaksi kondensasi aldol, sedang yang tidak memiliki hidrogen akan mengalami reaksi cannizzaro, dengan bantuan suatu basa kuat. Kondensasi aldol akan memberikan suatu produk aldehida -hidroksi. Kata aldol disini berasal dari aldehida dan alkohol yang merupakan produk yang terbentuk dari reaksi tersebut, untuk reaksi kondensasi ialah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (suatu air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak dilepaskan suatu molekul kecil. Sedangkan suatu aldehida tanpa hidrogen

tidak dapat menjalani adisi- diri untuk

menghasilkan produk aldol. Hal tersebut dikarenakan suatu aldehida tanpa hidrogen

(seperti benzaldehida dan formaldehida) tidak dapat membentuk ion enolat dan dengan demikian tidak dapat berdimerasi dalam kondensasi aldol. ( Fessenden, Ralph, dan Joan, S, Fessenden. Kimia Organik jilid 2,Hal 179-191) ( Petunjuk Praktikum Kimia Organik Dasar, hal 14 )

Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan proses pengulangan kristalisasi agar diperoleh zat murni atau kristal yang lebih teratur/murni. Senyawa organik berbentuk kristal yang diperoleh dari suatu reaksi biasanya tidak murni. Mereka masih terkontaminasi sejumlah kecil senyawa yang terjadi selama reaksi.Oleh karena itu perlu dilakukan pengkristalan kembali dengan mengurangi kadar pengotor. Rekristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Senyawa ini dapat dimurnikan dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut yang sesuai. Ada dua kemungkinan keadaan dalam rekristalisasi yaitu pengotor lebih larut daripada senyawa yang dimurnikan, atau kelarutan pengotor lebih kecil daripada senyawa yang dimurnikan. Pada dasarnya proses rekristalisasi adalah: Melarutkan senyawa yang akan dimurnikan kedalam pelarut yang sesuai pada atau dekat titik didihnya. Menyaring larutan panas dari molekul atau partikel tidak larut. Biarkan larutan panas menjadi dingin hingga terbentuk kristal Memisahkan kristal dari larutan berair. Memberikan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dan zat pengotor. Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal Mudah dipisahkan dari kristal Bersifat inert (tidak mudah bereaksi) dengan kristal Kristal yang terjadi dikeringkan dan ditentukan kemurniannya dengan penentuan titik lebur, kromatografi dan metode spektroskopi. Langkah penentuan pelarut dalam rekristalisasi merupakan langkah penentu keberhasilan pemisahan. Jika senyawa larut dalam keadaan panas maka penyaringan harus dilakukan dalam keadaan panas. Senyawa organik sering mengandung senyawa berwarna. Senyawa tersebut dapat dimurnikan dengan penambahan karbon aktif penghilang warna seperti norit, arang aktif, zeolit, dll. ( Petunjuk Praktikum Kimia Organik Dasar I, hal 40 )

Beberapa persyaratan suatu pelarut dapat dipakai dalam proses rekristalisasi, antara lain:

Benzaldehid (C6H5CHO)
Benzaldehid (ArCHO) merupakan suatu aldehid (-COH) dengan gugus karbonnya adalah gugus benzena aromatik (Ar/aril). Pada gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon sp 2 yang dihubungkan ke sebuah atom oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan pi. Ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam suatu bidang dengan sudut ikatan kira-kira 120 disekitar karbon sp2. Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatanikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan sigma, dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Sedangkan gugus aromatik/benzena (Ar) bersifat non polar. Kekuatan non polar dari benzaldehid lebih besar daripada kepolarannya. Oleh sebab itu sifat dari benzaldehid ini secara keseluruhan adalah non polar tetapi dapat larut dalam air, kelarutannya sebesar 3,3 gram/L. Semua sifat-sifat struktural ini, misalnya saja kedataran, ikatan pi, polaritas dan adanya electron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil. Gugus aldehid dari benzaldehid ini akan membentuk ikatan hidrogen dengan pelarut yang memiliki gugus N ataupun O, atau dalam larutan benzaldehid itu sendiri. Sehingga titik didihnya sangat tinggi, yaitu sekitar 179 C dan titik lebur sebesar -26 C, dengan berat jenis 1,05 gram/mL.

ikatan hidrogen
O
O

O C
H

H C H O

C H

benzaldehid

planar

Aseton (CH3COCH3) Aseton merupakan cairan tidak berwarna, yang memiliki bau seperti buah-buahan, sangat volatil. Merupakan pelarut organik yang baik, yang memiliki titik didih 56,2 -95,4
o o

C , titik lebur

C, san berat molekul 58,08 g/mol, sedangkan berat jenisnya adalah 0,79 g/cm3.

Aseton ini sedikit larut dalam air, karena dalam strukturnya memiliki gugus karbonil yang merupakan letak kepolaran dari molekul tersebut, namun apabila dilihat secara total senyawa ini termasuk senyawa non polar. Aseton merupakan salah satu jenis metil keton yang memiliki hidrogen alfa, yang merupakan salah satu syarat agar reaksi haloform ini terjadi.
O
hidrogen alfa hidrogen alfa

C CH3

H3C

aseton
(www.chemdat.info)

BAHAN DAN ALAT


a. Bahan yang digunakan: Benzil klorida Anilin HCl pekat b. Alat yang digunakan: Erlenmeyer Corong pisah Gelas ukur Penyaring panas Labu leher tiga c. Gambar alat utama percobaan: Gelas piala Pendingin udara Penangas air Penangas minyak Penyaring buchner Toluen Reagen Heinsberg

III. CARA KERJA


Ditimbang 2,25 mL (0,025 mol) benzaldehida di dalam Erlenmeyer dan selanjutnya ditambahkan 20 mL etanol 20% dan 5 mL larutan NaOH 20%. Dengan menggunakan pipet ditambahkan 1,84 mL aseton. Erlenmeyer ditutup dengan cepat dan campuran dikocok. Pengocokan dilakukan berulang kali selama 15 menit dan hingga terbentuk gumpalan padatan. Padatan tersebut kemudian dipisahkan dengan penyaringan dan dicuci dengan @ 50 mL air. Kemudian dilakukan rekristalisasi. Rekristalisasi dilakukan dengan melarutkan kembali padatan dengan 10 mL etanol, setelah larut kemudian dipanaskan. Pada saat panas tersebut larutan disaring dengan penyaring panas. Kristal yang diperoleh kemudian dipisahkan dari larutan berair dengan penyaring Buchner. Hasil kemudian ditimbang dan diperoleh randemen reaksi.

IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


Hasil dari percobaan ini: Dibenzalaseton Berat hasil Bentuk Warna Bau : : : : 1,26 gram Padat kuning karakteristik

Compound Benzaldehyde1 Acetone (reagent) NaOH in H2O/EtOH2 5% acetic acid/EtOH3 95% Ethanol Dibenzalacetone

MW 106.13 58.08

Amount Needed 2.55 mL 1,84 mL 25.0 mL 20.0 mL 20.0 mL

mmol mp 23.5 12.2 -56oC

bp 178oC 56oC

Density 1.04 0.79

1.5463 1.3590

234.30

107oC

V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan yang bertujuan untuk sintesis mempelajari kondensasi aldol melalui pembuatan dibenzal aseton. Reaksi kondensasi ialah reaksi di mana dua molekul atau lebih bergabung menjadi suatu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi adalah suatu reaksi yang dinamai, didasarkan pada jenis produk terbentuk ketika dua aldehid ( atau ketones), di hadapkan pada suatu basa jenuh, hasilnya adalah suatu molekul mempunyai dua gugus fungsional aldehid ( ald-) dan alkohol (-ol). Produk aldol adalah - hidroksialdehid ( atau - hidroksiketon). Reaksi ini digunakan secara ekstensif untuk sintesis ikatan C-C baru dan untuk membuat molekul organik lebih besar. Dalam kondensasi aldol molekul aldehid/keton dimana satu atom H-nya diubah membentuk molekul tunggal yang memiliki gugus C=O (karbonil/aldehid) dan gugus OH (hidroksi). Langkah pertama dalam percobaan ini adalah memasukkan 2,55 mL benzaldehida ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambah dengan 20 mL etanol 95% dan 5 mL larutan NaOH 20%. Setelah itu ditambahkan 1,84 mL aseton ke dalam campuran. Penambahan tersebut menyebabkan perubahan warna dari bening menjadi kuning. Benzaldehid dan aseton berfungsi sebagai reagen/pereaksi, NaOH digunakan sebagai pembentuk enolat pada aseton dan pemberi suasana basa pada larutan, sehingga reaksi ini dapat berlangsung. Ion enolat ini yang nantinya akan bereaksi dengan molekul aldehid lain dengan cara mengadisi pada karbon karbonil untuk membentuk suatu ion enolat. Sehingga secara garis besar NaOH

disini dapat disebut sebagai katalis, karena akan mempercepat reaksi dengan cara membentuk suatu enolat dengan gugus karbonil, dan pada akhir reaksi akan terbentuk kembali. Sedangkan penambahan etanol disini berfungsi sebagai pelarut benzaldehid serta benzalaseton (intermedietnya). Aseton disini ditambahkan terakhir dan kemudian erlenmeyer ditutup rapat. Hal tersebut dilakukan karena aseton memiliki sifat yang mudah menguap. Kemudian campuran dikocok selama 15 menit agar benzaldehid, etanol dan aseton menjadi sebuah campuran yang merata dan homogen. Pada pengocokan ini terjadi reaksi eksotermis, yang dapat dirasakan dengan panasnya Erlenmeyer. Tujuan pengocokan berulangkali selama 15 menit adalah untuk mempercepat reaksi, karena dengan adanya pengocokan tumbukan antar molekul menjadi sering terjadi, sehingga reaksi lebih cepat dan lebih mudah terjadi. Selama pengocokan ini berlangsung, akan timbul suatu padatan kuning dari campuran reaksi. Jika pada saat pengocokan tidak terbentuk padatan kuning tersebut, yang biasanya berwarna kuning minyak, maka pemadatan dapat dilakukan dengan cara membuka tutup erlenmeyer kemudian sisi tabung dikerok dengan batang pengaduk dan kemudian diaduk kurang lebih satu jam bila perlu. Padatan kuning tersebut adalah dibenzalaseton yang masih kotor, dan perlu dimurnikan lagi. Kemudian ditambahkan air yang berfungsi untuk melarutkan basa dan pengotor agar larut dari kristal. Untuk memisahkan padatan tersebut dari larutan berair maka digunakan penyaring buchner dengan pompa vakum, dan dicuci dengan air. Proses penyaringan ini mengguanakan prinsip sedimentasi, dan dibantu menggunakan vakum pump, yaitu alat untuk menyedot udara, sehingga proses penyaringan dan pengeringan cepat selesai. Vakum pump disini dapat menggunakan alat tersendiri ataupun dengan mengalirkan air pada akhir selang penghubung secara terus menerus sehingga terjadi perbedaan tekanan udara yang akan menimbulkan sedotan. Dari penyaringan ini didapat endapan yang lengket. Dari penyaringan ini masih diperoleh dibenzalaseton yang masih kotor, sehingga perlu dimurnikan lagi dengan teknik rekristalisasi. Pada proses pengkristalan kembali ini, mulamula padatan dibenzalaseton tersebut dilarutkan ke dalam 10 mL etanol 95% dan dipanaskan. Sambil dipanaskan larutan diaduk agar padatan lebih mudah/cepat untuk larut. Fungsi etanol adalah sebagai pelarut dari dibenzalaseton. Setelah semua padatan larut semua, dan larutan masih dalam keadaan panas, maka larutan kemudian larutan disaring dengan penyaring panas, dan filtrat ditampung di gelas beker yang diletakkan di atas penangas es. Fungsi penyaring panas adalah menyaring pengotor dari larutan dibenzalaseton. Dalam keadaan panas pada pelarut etanol, dibenzalaseton akan larut sedangkan pengotor tidak, sedangkan pada keadaan dingin dibenzalaseton akan mengkristal sehingga sulit untuk dipisahkan dari pengorotnya, oleh karena itu digunakan penyaring panas. Pada penyaringan ini pengotor akan tertinggal pada kertas saring sedangkan dibenzalaseton turun sebagai filtrat dan langsung mengkristal.

Penangas es digunakan untuk mendinginkan filtrat sehingga filtrat akan cepat membentuk kristal pada suhu rendah, selain itu juga mempermudah memisahkan dibenzalaseton dengan pengotor yang larut pada etanol dingin. Secara garis besar pemisahan ini didasarkan pada perbedaan kelarutan antara dibenzalaseton dengan pengotor pada kondisi panas dan dingin, berdasarkan dari sifat dibenzalaseton pada suatu pelarut. Kemudian hasil kristal dibenzalaseton tersebut disaring dengan menggunakan penyaring Buchner dan dicuci dengan menggunakan akuades. Setelah itu endapan tersebut dikeringkan dan ditimbang. Dari proses tersebut diperoleh hasil yang berupa padatan dibenzalaseton berwarna kuning sebesar 42,584%. Hasil yang berupa endapan lengket tersebut dikarenakan adanya perbedaan penyusunan molekul dibenzalaseton secara geometri (penataan atom-atom dalam ruang). Dibenzalaseton memiliki dua isomer geometri yaitu cis-dibenzalaseton dan trans-dibenzalaseton. Isomer geometri memiliki rumus molekul yang sama tetapi hanya urutan penataan atom-atom yang berbeda. Isomer ini hanya terjadi pada senyawa siklik dan alkena. Kedua isomer tersebut memiliki sifat kimia yang sama tetapi memiliki sifat fisik (misal titik didih) dan interaksi antar molekul yang berbeda, sehingga antara isomer cis dan trans dari dibenzalaseton diperoleh sifat fisik yang berbeda pula. Cis-dibenzalaseton memiliki sifat yang lebih lengket, sedangkan trans-dibenzalaseton tidak. Pada percobaan ini diperoleh dibenzalaseton yang lengket, yang merupakan isomer cis dari dibenzalaseton, untuk trans memiliki sifat yang tidak lengket. Isomer cis ini dalam pembentukannya memiliki energi aktivasi yang lebih rendah sehingga pembentukannya lebih mudah daripada pembentukan isomer trans yang berupa krisatal. lengket seberat 1,26 gram, dengan randemen reaksi

CH

(Z)

H
H
(E)

C O C
(Z)

H C
C
(E)

C C O

C H

CH H

cis-dibenzalaseton

trans-dibenzalaseton

Hasil dari percobaaan ini diperoleh randemen reaksi yang sedikit , yaitu sebesar 42,584% mungkin disebabkan oleh faktor-faktor dibawah ini: Kurang lamanya pengocokan, sehingga dimungkinkan masih ada reaktan yang belum bereaksi.

Adanya produk sampingan atau senyawa pengotor yang dapat mengganggu jalannya reaksi, sehingga mengurangi randemen reaksi. Adanya produk dan reaktan yang tertinggal pada alat dan adanya aseton yang menguap. Kurang sempurnanya dalam proses rekristalisasi, baik itu peroses

penyaringan maupun pelarutan.

Pada proses penyaringan panas dimungkinkan ada dibenzalaseton yang sudah mengkristal, sehingga ikut tertinggal sebagai residu. Pada proses penyaringan dengan buchner dimungkinkan ada kristal yang ikut terlarut dalam air. Kurang telitinya dalam pengukuran Adanya perubahan volume akibat pencampuran (Vmix).

Mekanisme reaksi

Reaksi secara umum:


O O O C H C H C C H C H

2
benzaldehida

C H

+
H3C

C CH3 aseton

+ 2H2O

dibenzalaseton

Tahap 1 : Pembentukan benzalaseton


H O C H Benzaldehyde O C CH3 C O

+
H3C

(E)

C CH3 aseton H

benzalaseton

O C H3C CH3

_ OHH3C C OH CH2 H H3C C OH2 CH2

O CH2 + C H

HO H

H3C

aseton

CH HC C O

_ HO
CH3

OH H CH CH H2O C O CH3 HO H CH

O CH3 C O

_ OH

H2C

benzalaseton

Tujuan eksperimen ini adalah ke sintesis dibenzalaseton melalui kondensasi aldol antara aseton dengan benzaldehida. Suatu aldehida tanpa hidrogen (benzaldehid) tidak dapat membentuk ion enolat dan dengan demikian tidak dapat berdimerisasi dalam suatu kondensasi aldol. Namun jika aldehida semacam itu dicampur dengan aldehida yang memiliki hidrogen alfa (aseton), maka kondensasi antara keduanya dapat terjadi. Reaksi ini disebut kondensasi aldol silang (cross aldol condensation). Sintesis dimulai dengan menggunakan basa kuat untuk membuat aseton menjadi ion enolat. Suatu senyawa karbonil dengan suatu hidrogen alfa yang bersifat asam, dapat berada dalam dua bentuk yang disebut tautomer, yaitu tautomer keto dan tautomer enol. Tautomer adalah isomer-isomer yang berbeda satu dengan yang lainnya hanya pada posisi ikatan rangkap dan sebuah atom hidrogen yang berhubungan. Tautomer ini berbeda dalam hal posisi elektron (bukan struktur resonansi). Dalam keadaan murni aseton berbentuk keto, tetapi dengan adanya basa kuat seperti NaOH, bentuk enol akan dengan cepat bereaksi untuk membentuk ion enolat. Ion enoat ini sangat reakstif dan bertindak sebagai nukleofil lewat atom C negatif (karbanion). Karbanion ini akan menyerang atom C karbonil dari benzaldehid (tidak memiliki H ) yang bermuatan parsial negatif, dan dengan dibantu oleh air dan terjadi suatu transfer proton maka terbentuklah benzalaseton dan ion hidroksi.

Tahap 2 : Pembentukan dibenzalaseton:


H O C
(E)

H CH3 C O Benzaldehyde C

H C C O
(E)

C H benzalaseton

C H

C H

(E)

C H

dibenzalaseton

Pada tahap kedua ini terjadi suatu kondensasi antara benzaldehid dengan benzalaseton dari tahap sebelumnya. Mekanismenya hampir sama dengan tahap satu, yang membedakan adalah H disini diperoleh dari benzalaseton, sehingga enol yang terbentuk adalah dari benzalaseton pula. Mula-mula benzalaseton diserang oleh nukleofil (OH-) pada C karbonilnya, kemudian struktur tersebut mengalami tautomerisasi menjadi bentuk enol dengan adanya transfer/serah terima proton. Pada struktur enol, ini ion enolat dari benzalaseton menjadi suatu nukleofil dengan atom C alfa negatif (karbanion) sebagai gugus reaktifnya. Ion enolat dari benzalaseton ini yang kemudian menyerang atom C karbonil dari benzaldehida sehingga membentuk dibenzalaseton. Dalam pembentukan ini terjadi transfer air, yang mula-mula dibutuhkan air untuk penstabil muatan, tetapi pada akhir reaksi juga

akan dihasilkan air dan ion hiroksida (yang berasal dari NaOH). Yang berarti disini NaOH bersifat sebagai katalis. Berikut adalah mekanismenya:

CH HC C

CH3

+ OH

CH HC

OH C O

H CH2

CH HC

OH2 C O CH2

benzalaseton

_ + HO
H

HO

H CH HC C O H2 O CH HC C CH CH CH CH

CH HC C

CH2

+
O C H H H C C O C H

OH

O C C H

+ H2O + OH-

dibenzalaseton

VI. KESIMPULAN

Dibenzalaseton dapat dibuat dengan kondensasi aldol silang antara benzaldehid Pada percobaan ini diperoleh isomer cis dari dibenzalaseton yang berbentuk padatan

dengan aseton dalam suasana basa. yang lengket.

Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil yang berupa padatan dibenzalaseton

yang berwarna kuning dengan berat 1,26 gram dan dengan randemen reaksi sebesar 21,35 %. VII. DAFTAR PUSTAKA Fessenden, Ralph, J dan Joan, S Fessenden.1999. Kimia Organik. Jilid 1. Edisi 3. Erlangga: Jakarta. Fessenden, Ralph, J dan Joan, S Fessenden.1999. Kimia Organik. Jilid 2. Edisi 3. Erlangga: Jakarta. http://www.hyper.com/science/tutorials/dibenzal.html. http://www-class.unl.edu/chem254/Lab9/ (www.chemdat.info) LAMPIRAN Perhitungan MSDS Laporan sementara

Mengetahui: Asisten Pembimbing

Yogyakarta, 12 April 2006 Praktikan,

( Agusta Samodra P )

( Muslih Anwar )

PERHITUNGAN
Berat / Volume Bahan Dasar Volume aseton : : : : : 1,84 mL 0,79 gr/mL

Massa jenis aseton Berat aseton Mr aseton Mol aseton

V = 0,79 x 1,84 = 1,4536 gram


56,1049 gram/mol
gram 1,4536 = = 0,0259 mol M r 56 ,1049

Volume benzaldehida

: : : : :

2,55 mL 1,05 gr/mL

Massa jenis benzaldehida Berat benzaldehida Mr benzaldehida Mol benzaldehida Reaksi:


O O

V = 1,05 gr/mL x 2,55 mL = 2,6775 gram


106 gram/mol gram 2,6775 = = 0,0252594 mol Mr 106
O C H C H C C H C H

2
benzaldehida

C H

+
H3C

C CH3 aseton

+ 2H2O

dibenzalaseton

m s a

0,0252594 mol 0,0252594 mol -

0,0259 mo 0,0126297 mol 0,0126297 mol 0,0126297 mol 0,0126297 mol = mol Mr dibenzalaseton = 0,0126297 mol 234,28 gram/mol 0,0126 mol 0,0126 mol

- Berat dibenzalaseton secara teoritis

= 2,9588 gram - Berat dibenzalaseton dari eksperimen adalah 1,26 gram Efisiensi percobaan: Efisiensi percobaan dibenzalaseton = = Berat eksperimen Berat teor itis
1,26 100% 2,9588

100%

= 42,584 %

O
2

CH3 H3C C O

C2H5OH
O

2 H2 O dibenzalaceton

benzaldehyde

aceton
CH2

H2C H H3C C O

CH2 H3C C O

OH

H3C

C O

H2O

HC

O CH3 H2C C O HC

O H2 C C

O
H2O

OH H HC C H C

O
OH

CH3

CH3

O C CH2 HC C

H C

2 H2O

HC

OH
H

H2O

H2C

H HC C C

O HC CH2

H O HC C

O O H2 C C CH

H
H2O

HC C

O H OH C C CH H

OH

H HC C

O C C

H CH

2 H2O

OH

Anda mungkin juga menyukai