Anda di halaman 1dari 8

Salah satu komponen terpenting yang menentukan hasil dari pelaksanaan evaluasi adalah kualitas alat evaluasi yang

digunakan. Baik digunakan dalam proses penelitian yang menggunakan metode kuantitatif maupun evaluasi dalam proses bukan dalam bentuk penelitian. Alat evaluasi yang digunakan dalam proses-proses yang disebutkan di atas (termasuk instrumen tes) dapat disebut berkualitas apabila memenuhi beberapa kriteria, diantaranya: 1. Validitas, 2. Reliabilitas, [baca 1 dan baca 2] 3. Objektivitas dan Kepraktisan [baca] Validitas Validitas memiliki pengertian valid, sahih, atau tepat. Suatu alat evaluasi dikatakan valid (sahih) jika alat evaluasi tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Atau, dengan kata lain alat evaluasi (instrumen) tersebut memiliki tingkat kevalidan apabila memiliki ketepatan dalam melakukan evaluasi. Bahasa sederhananya "alat evalusi atau instrumen-instrumen yang digunakan bertujuan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur." Dalam menganalisis tingkat validitas alat evaluasi (termasuk instrumen) tergantung jenis alat evaluasi yang digunakan. Misalkan alat evaluasi dalam bentuk buku siswa, LKS, dan sbg. maka lebih cocok diukur tingkat kesahihannya dengan menggunakan pendapat pakar atau jika alat evalusi dalam bentuk tes lebih baik menggunakan validator siswa dalam hal ini dilakukan uji coba kepada siswa. Beberapa jenis validasi berdasarkan cara-cara melakukan pengukuran tingkat validitas sebuah alat evaluasi, yaitu validitas teoritik (validitas logika) dan validitas empirik (validitas kriterium). 1. Validitas Teoritik (Validitas Logika) Validitas teoritik atau validitas logika lebih menekankan pada tingkat ketepatan alat evaluasi ditinjaui dari isi (materi) alat evaluasi tersebut. Oleh karena itu validitas teoritik lebih tepat dilakukan dengan meminta pertimbangan para pakar. Tentunya pakar yang dimaksud adalah orang-orang yang memiliki keahliaan pada bisangnya. Misalnya mengukur validitas sebuah media pembelajaran komputer, maka pakar yang dimaksud adalah ahli yang berkecimpung pada dunia media pembelajaran baik dari segi pekerjaan atau keahlian berdasarkan gelar tingkat pendidikan. Berikut jenis-jenis validitas teoritik: o Validitas Isi Validitas isi berkenan dengan tingkat ketepatan alat evaluasi tersebut ditinjau dari segi materi. Suatu alat evaluasi dikatakan memiliki validitas isi jika mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang dievaluasi. o Validitas Konstruksi Validitas konstruksi berkenan dengan kesesuaian butir dengan tujuan pembelajaran khusus (atau indikator hasil belajar). Suatu alat evalusi dikatakan memiliki validitas konstruksi jika butir-butir pertanyaan atau pernyataan pada alat

evaluasi tersebut mengukur tujuan pembelajaran khusus (atau indikator hasil belajar) yang telah ditetapkan Beberapa diantaranya yang diukur validitasnya dalam validitas teoritik adalah tujuan, isi materi, bahasan, dll. Beberapa format validitas (lembaran penilaian) untuk/dari validator biasanya digabungkan antara validitas isi maupun validitas konstruksi. 2. Validitas Empirik (Validitas Kriterium) Validitas empirik atau validitas kriterium adalah validitas yang bertujuan untuk mengukur ketepatan sebuah alat evalusi berdasarkan kriterium tertentu. Validitas kriterium lebih banyak menggunakan validator dari subjek walaupun tidak menutup kemungkinan menggunakan (validatornya) adalah ahli. Validitas kriterium juga memliki dua jenis, yaitu: o Validitas Banding Validitas banding disebut demikian jika alat evaluasi tersebut tepat mengukur dengan berdsarakan pengalaman. o Validitas Ramalan Validitas ramalan adalah validitas yang tepat mengukur dalam memprediksi kejadian di masa mendatang. Jika proses pengumpulan data hasil penilaian validator maka selanjutnya adalah menganalisis hasil penilaian tersebut. Analisis tersebut dimaksudkan untuk menentukan korelasi antara skor yang dikumpulkan melalui alat evaluasi tersebut dengan skor yang telah ada atau melalui alat ukur lainnya, tentunya alat ukur yang telah dibakukan dan diasumsikan memiliki tingkat validitas yang tinggi. Beberapa jenis analisis yang dapat digunakan untuk menentukan koefisien validitasnya, antara lain: 1. Korelasi Product Moment dengan Simpangan Korelasi Product Moment, dengan persamaan:

Keterangan: rxy adalah koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y x adalah selilih antara X dengan X rata-rata (x =X-Xrata-rata) y adalah selilih antara X dengan X rata-rata (y =Y-Yrata-rata) 2. Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar, dengan persamaan:
o o o

Keterangan, N adalah banyaknya subjek 3. Korelasi Metode Ranking Korelasi Metode Ranking, dengan persamaan:

Keterangan: N adalah jumlah subjek dan d adalah selisih rangking antara X dan Y Hasil analisis data dalam menentukan koefisien validitasnya selanjutnya dicocokan dengan kriteria validitas dari alat evaluasi tersebut, yaitu: Koefisien validitas Kriteria 0,80 - 1,00 Sangat tinggi 0,60 - 0,80 0,40 - 0,60 0,20 - 0,40 0,00 - 0,20 < 0,00 Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Tidak valid

Apakah dengan kriteria Sangat Rendah, Rendah, dan Sedang masuk pada kategori valid atau tidak?, Untuk menghindari rendahnya tingkat validitas terutama pada kategori valid Rendah dan Sangat Rendah atau berada pada koefisien validitas di bawah nilai 0,40 dikategorikan tidak valid hal ini bertujuan untuk mempertahankan tingkat kesahihan alat evaluasi tersebut, sedangkan pada koefisien validitas 0,40-0,60 (kriteria sedang) dikategorikan valid setelah sebelumnya diadakan revisi terhadap alat evaluasi tersebut. Pada tulisan sebelumnya tentang validitas sudah diposting, postingan yang membahas secara teori mengenai validitas sebuah alat evaluasi termasuk jika alat evaluasi tersebut adalah hasil tes atau soal. Pada postingan kita kali akan membahas tentang cara menganalisis (menghitung) tingkat validitas tiap butir soal yang sebelumnya soal tersebut diperoleh data-datanya melalui proses uji coba, teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Validitas butir soal diartikan soal tersebut diujicoba untuk menentukan apakah butir-butir soal tersebut sahih digunakan atau tidak pada evaluasi yang sebenarnya Langkah-langkah Validitas Rumus yang digunakan dalam menentukan tingkat validitas butir soal tes objektif dapat menggunakan Korelasi Product Moment dengan Simpangan, secara matematis dituliskan:

Misalkan: Anda memiliki 4 butir soal (variabel X: X1, X2, X3, dan X4), selanjutnya soal terebut diuji oleh 9 0rang atau responden. Hasil uji coba seperti di masukkan pada halaman kerja Microsoft Excel (lihat gambar)

Dengan menggunakan persamaan Korelasi Product Moment dengan Simpangan, kita menghitung validitas butir soal nomor 1 (X1), dengan langkah-langkah berikut ini: 1. 2. 3. 4. Hitung skor total jawaban benar tiap responden (variabel Y) Hitung skor rata-rata butir soal nomor 1 (variabel X1) Hitung skor rata-rata semua responden (Skor rata-rata variabel Y) Hitung x1 untuk responden pertama dengan rumus =skor responden 1 - skor rata-rata butir soal nomor, selanjutnya dengan responden ke-2 sampai ke-9 5. Hitung y dengan untuk responden pertama dengan rumus =skor responden 1 - skor ratarata semua responden, selanjutnya dengan responden ke-2 sampai ke-9 6. Hitung x1^2 (^=pangkat) untuk responden ke-1 sampai responden ke-9, kemudian jumlahkan hasilnya 7. Hitung x1*y (*=kali) untuk responde ke-1 sampai responden ke-9, kemudian jumlahkan hasilnya

8. Hitung y^2 (^=pangkat) untuk responden ke-1 sampai responden ke-9, kemudian jumlahkan hasilnya 9. Kali hasil jumlah langkah 6 dan8 10. Cari nilai akar dari langkah 9 11. Terakhir, bagi langkah ke-7 dengan langkah 10 12. Jika benar Anda memperoleh jawaban 0,8111 Lanjutkan mencari validitas untuk butir soal nomor 2 (X2), dan seterusnya. Dengan variabel Y tetap sebagai pembanding. Di atas dijelaskan tentang cara uji validitas dengan menggunakan Korelasi Product Moment dengan Simpangan, dengan cara mencari variabel-variabel tertentu. Dengan rumus yang sama kita akan mencari nilai validitas atau bisa dikatakan membuktikan nilai validitas di atas dengan menggunakan fungsi PEARSON pada Microsoft Excel. Bentuk umum Fungsi PEARSON =PEARSON(Array1;Array2) Keterangan: Array1 disebut sebagai variabel X (sesuai butir soal: X1, X2, X3, dan X4) Array2 disebut sebagai variabel Y (Skor total yang diperoleh responden) Berikut langkah-langkah uji validitas dengan fungsi PEARSON pada soal butir 1 (X1), yaitu: 1. Aktifkan cell dibagian bawah nilai rata-rata X1 atau sesudah jawaban validitas dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment dengan Simpangan (Untuk menempatkan jawaban nilai validitas dengan fungsi Pearson) 2. Ketikkan rumus PEARSON: =PEARSON(B3:B11;F3:F11) 3. Tekan Enter 4. Muncul jawaban 0,8111 (Jawaban yang sama jika menggunakan rumus Korelasi Product Moment dengan Simpangan) 5. Untuk butir 2, 3, dan 4 cukup mendrag nilai validitas butir soal nomor 1 dengan sebelumnya mengunci variabel Y (F3:F11) dengan menekan F4 sehingga hasilnya (=PEARSON(B3:B11;$F$3:$F$11) 6. Selesai Selanjutnya, jika nilai validitas diperoleh dengan 2 cara dan hasil yang sama (hanya sebagai pembuktian bahwa rumus Korelasi Product Moment dengan Simpangan sama dengan fungsi PEARSON pada Excel) maka perlu dilakukan konsultasi dengan kriteria-kriteria validitas [baca di sini]. Berdasarkan konsultasi nilai validitas yang diperoleh dengan kriteria-kriteria validitas, Anda bisa membuat kesimpulan terhadap butir-butir soal yang dianalisis, apakah soal tersebut valid atau tidak valid? atau valid tanpa perlu mengkoreksi butir soal tersebut, atau bisa jadi kriterianya

rendah misalnya valid sedang sehingga perlu dikoreksi soalnya dan setelah itu baru dikatakan valid. Reliabilitas Instrumen Tes Uraian Menilai realibilitas soa tes uraian tidak hanya dengan menentukan benar atau salah seperti tes objektif. Butir soal uraian menghendaki gradualisasi penilaian, hal ini dilakukan bobot penilaian setiap butir soal tidak sama.

Dalam melakukan analisis menentukan tingkat realibitas tes uraian secara keseluruhan juga dilakukan analisis tiap butir soal, rumus yang digunakan:

Keterangan:

Sedangkan, untuk mencari nilai varians (item maupun total) dapat menggunakan persamaan berikut ini:

Reliabilitas Instrumen Afektif Menilai realibilitas soal tes afektif dapat dilkukan dengan cara yang sama dengan menentukan reliabilitas tes uraian, dengan persamaan:

Jika pada tes uraian n adalah jumlah subjek yang memberikan jawaban, maka pada tes afektif n adalah jumlah belahan. Jadi dalam menganalisis tes afektif, maka salah satu cara adalah

mengelompokkan tanggapan (sikap) subjek. Misalkan 30 nomor skala sikap, jumlah belahan ada 3 maka tiap belahan memiliki 10 nomor, kemudian skor masing-masing nomor dijumlahkan pada tiap belahan. Nilai hasil analisis validitas kemudian dicocokkan dengan kriteria reliabilitas, berikut ini kriteria validitas yang dikemukakan oleh Gerson, dkk. Koefisien validitas >= 0,80 0,40 - < 0,80 < 0,40 Kriteria Relibilitas Tinggi Relibilitas Sedang Relibilitas Rendah

Dalam dunia pendidikan, khususnya bagi mahasiswa atau guru mengelolah data yang dalam jumlah banyak tentunya akan menjadi repot jika dikerja secara manual dengan menggunakan alat hitung seperti kalkulator dan lebih lagi jika hanya menggunakan alat tulis dan bantuan otak untuk menghitung. Dengan menggunakan alat bantu komputer, misalnya dengan menggunakan aplikasi excel maka pekerjaan tersebut akan lebih mudah dan cepat, yang diperlukan hanyalah menempatkan persaamaan atau rumus yang benar pada cell yang dipersiapkan untuk posisi jawaban.

Persamaan yang benar dan pengelompokan operator pembanding yang sesuai tentunya akan memberikan hasil yang benar, untuk itu seseorang yang ingin menggunakan aplikasi excel harus tahu benar pengelompokan rumus tersebut. Tentunya tidak menjadi masalah jika hanya menggunakan operator pembanding terdiri dari 1 (satu) operator. Misalnya: 3*4*2 maka solusinya cukup dengan mengetikkan di cell yang diawali (=) dan dilanjutkan dengan angkaangka serta operator pembanding yang digunakan, sehingga diperoleh =3*4*2 dan diperoleh hasil pada cell tersebut 24. Bagaimana dengan menggunakan operator pembanding lebih dari satu? yang perlu dilakukan adalah kita harus mampu mengelompokkan data-data tersebut yang dipisahkan dengan simbol (). Misalnya:

Penyelesaian contoh rumus (gambar) di atas dapat diatas dengan menyelesaikan secara bertahap pada penggunaan operator pembanding, yaitu: 1. Menyelesaikan rumus (penyebut): m2-m1 dalam penulisannya diexcel harus diberi tanda () menjadi (m2-m1)

2. Selanjutnya penyebut g dapat langsung dikalikan (menggunakan operator pembanding *) dengan rumus (m2-m1), sehingga menjadi (m2-m1)*g 3. Selanjutnya kelompok pembagi menjadi (m1+m2) 4. Supaya kelompok penyebut secara keseluruhan habis terbagi dengan kelompok pembagi, maka rumus (m2-m1)*g diberi tanda (), sehingga menjadi ((m2-m1)*g) kemudian dengan menggunakan operator pembagi (/) diperoleh hasil menjadi ((m2-m1)*g)/(m1+m2) 5. Jangan lupa untuk mendapatkan hasil perhitungan yang benar pada cell diawali dengan mengetikkan simbol (=), sehingga semuanya menjadi =((m2-m1)*g)/(m1+m2) Pengelompokan rumus yang benar akan dieksekusi oleh excel dengan hasil yang sesuai, jika pengelompokan tidak sesuai maka otomatis excel akan menghitung seadanya (sesuai yang telah ditetapkan oleh pemrograman excel sendiri), misalnya pada cell =4+3-2/2 (penyebut 4+3-2 dan pembagi 2), hasilnya adalah 6 seharusnya hasil yang benar adalah 2,5.

Anda mungkin juga menyukai