Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN I.

1 LATAR BELAKANG Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit penyulit dalam kehamilan yang masih belum jelas bagaimana hal itu bisa terjadi. Istilah kesatuan penyakit harus diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya sama dan bahwa eklampsia merupakan peningkatan yang lebih berat dan berbahaya dari preeklampsia dengan tambahan gejala tertentu. Di Indonesia, preeklampsia masih merupakan penyebab utama dari kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Kejadian preeklampsia dan eklampsia sulit dicegah. Oleh karena itu, diagnosis dini preeklampsia, yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Diagnosis ditetapkan dengan dua dari trias preeklampsia, yaitu kenaikan berat badan (edema), kenaikan tekanan darah, dan terdapat proteinuria. Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hydatidosa. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk menegakan diagnosa, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasa ditemukan. Kenaikan tekanan diastolic sebenarnya lebih dapat dipercaya, apabila tekanan diastolic naik 15 mmHg atau lebih. Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat Edema adalah penimbunan cairan secara umum berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis preeklamsia. Kenaikan berat badan kg setiap minggu dalam kehamilan masih dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg setiap minggunya, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia.

Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter, dalam air kencing 24 jam pemeriksaan kualitatif menunjukan 1 atau 2. atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan, karena itu dianggap sebagai tanda yang cukup serius. I.2 Tujuan a.Tujuan umum Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengenal, dan memperoleh gambaran tentang preeklampsia dan eklampsia. b. Tujuan khusus 1. 2. 3. 4. 5. 6. Untuk mengetahui pengertian preeklampsia dan eklampsia. Untk mengetahui patofisiologis preeklampsia dan eklampsia. Untuk mengetahui gejala klinis preeklampsia dan eklampsia Untuk mengetahui pemeriksaan dan diagnosis preeklampsia dan eklampsia. Untuk mengetahui pencegahan preeklampsia dan eklampsia. Untk mengetahui penatalaksanaan preeklampsia dan eklampsia. I.3 Manfaat 1. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang preeklampsia dan eklampsia. 2. Bagi pendidikan Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa dalam megembangakan pengetahuan dan dapat di jadikan sebagai referensi atau sumber informasi untuk melakukan pembelajaran dan bahan bacaan bagi mahasiswa pada umumnya

BAB II TINJAUAN TEORI I. PREEKLAMSIA I. 1 PENGERTIAN Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu usia kehamilan disertai dengan proteinuria. (Sarwono. 2009: 531) Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan 28 minggu atau lebih. (Rustam Muctar. 1998) Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer. 2000) Preeclampsia is a pregnancy-specific condition in which hypertention develops after 20 weeks of gestation in a previously normotensive woman. Preeclampsia is a multisystem, vasospastic, disease process characterized by hemoconcentration, hypertention and proteinuria ( Irene M., Deitra L., Margaret J.1995:555) I. 2 KLASIFIKASI PREEKLAMSIA 1. Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.

( Sujiyatini, Mufdlilah, Hidayat A. 2009:58) 2. Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. ( Sujiyatini. Mufdlilah. Hidayat, Asri.2009:61) I. 3 PATOFISIOLOGI Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi air dan garam. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriole glomerulus. Jika semua arteriole dalam tubuh mengalami spasme maka TD akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen tercukupi. Sedangkan untuk kenaikan BB mungkin disebabkan karena penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial karena retensi air dan garam disebabkan oleh arteriole sehingga terjadi perubahan pada glomerolus. (Sarwono. 2005) I. 4 PERUBAHAN PATOLOGI Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah arteriol menuju organ penting dalam tubuh yang dapat menimbulkan : a. Gangguan metabolisme jaringan Terjadi metabolisme anaerobic lemak dan protein. Pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan pembentukan badan keton dan asidosis. b. Gangguan peredaran darah yang dapat menimbulkan : Nekrosis (kematian jaringan) Perdarahan Edema jaringan

c. Mengecilnya aliran darah menuju retroplasenter sirkulasi menimbulkan gangguan nutrisi, CO2 dan O2 yang menyebabkan asfeksia sampai kematian janin dalam janin. Perubahan anatomi patologis berbagai organ penting dijabarkan a. subkapsuler b. c. d. e. f. Retina Spasme arteriol, edema sekitar discus optikus Ablasio retina (lepasnya retina) Menyebabkan pengelihatan kabur Otak Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis Menimbulkan nyeri kepala yang berat Paru-paru Berbagai tingkat edema Bronkopneumonia sampai abses Menimbulkan sesak napas sampai sianosis Jantung Perubahan degenerasi lemak dan oedema Perdarahan sub-endokardial Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi jantung Aliran darah ke plasenta Perubahan hati Perdarahan yang teratur Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati Rasa nyeri di epigastrum karena perdarahan

sebagai berikut :

g. h.

Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfeksia berat sampai kematian janin Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin Perubahan ginjal Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun, sehingga filtrasi glomerulus berkurang Penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain Perubahan pembuluh darah Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan trombosis (Manuaba. 1998:240)

i. Kelenjar adrenal Kelenjar adrenal dapat menunjukan kelainan berupa perdarahan dan necrosis dalam berbagai tingkat. I. 5 GEJALA KLINIS Preeklampsia ringan: 1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam 2. Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam. 3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. 4. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urine kateter atau urine aliran pertengahan.

Preeklampsia berat : 1. Tekanan darah 160/110 mmHg 2. Oliguria, urin kurang dari 400 cc/24 jam 3. Proteinuria leih dari 3 gr/liter 4. Keluhan subjektif : - Nyeri epigastrium - Gangguan pengelihatan - Nyeri kepala - Edema paru dan sianosis - Gangguan kesadaran 5. Pemeriksaan : - Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus - Perdarahan pada retina - Trombosit kurang dari 100.000/mm (Manuaba.1998:242)

I. 6 PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS Kejadian preeklampsi dan eklampsia sangat sulit dicegah, tetapi diagnosa dini sangat menentukan prognosa janin. Pengawasan masa kehamilan sangat penting karena preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi, terutama di negara berkembang. Diagnosis ditetapkan dengan dua dari trias preeklampsia, yaitu kenaikan berat badan-edema, kenaikan tekanan darah dan proteinuria. 1. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat. (untuk pemerikssaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit). 2. Edeme tekan pada tungkai (pretibal), dinding perut, lumbosakral, wajah. 3. Proteinuria lebih 0,3 gr/liter/24 jam, kualitatif (++).

(Manuaba.1998:242)

7 PEMERIKSAAN LABORATORIUM a. hapusan darah b. Radiologi Ultrasonografi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat dan volume cairan ketuban sedikit Kardiotografi Diketahui denyut jantung bayi lemah (http://nursingisbeautiful.wordpress.com) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14%) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%) Trombosit menurun (nilai rujkan 150-450 ribu/mm3) Urinalisis Ditemukan protein dalam urine Pemeriksaan fungsi hati Bilirubin meningkat (N= <1 mg/dl) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat AST (Asparat aminomtransferse) > 60 ul SGPT (Serum Glutamat Pirufat Transminase) meningkat SGOT (Serum Glutamat Oxaloacetic Transminase) Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah lengkap dengan

(N= 15-45 u/ml) meningkat (N= 6,7-8,7 g/dl) Tes kimia darah Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)

8 PENCEGAHAN Untuk mencegah terjadinya preeklampsia, dapat dilakukan nesehat tentang dan berkaitan dengan : Diet makanan Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari. Cukup istirahat Istirahat yang cukup pada hamil tua, dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kea rah panggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. Pengawasan antenatal (hamil) Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segara dating ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang perlu diperhatikan : a. Uji kemungkinan preeklamsia - Pemeriksaan tekanan darah - Pemeriksaan tinggi fundus uteri - Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema - Pemeriksaan protein dalam urin - Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata b. Penilaian kondisi janin dalam rahim

- Pemantauan tinggi fundus uteri - Pemeriksaan janin : gerakan janin, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban - Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi. Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang terpilih dan terpuji. (Manuaba.1998:243) I. 9 PENETALAKSANAAN Penanganan preeklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. a. Pada preeklampsia ringan penanganan simtomatis dan berobat jalan dengan memberikan : 1. Sedative ringan Phenobarbital 3x30 mgr Valium 3x10 mgr Vitamin B kompleks Vitamin C atau E Zat besi Garam dalam makanan dikurangi Lebih banyak istirahat, baring kearah punggung janin Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik, pernapasan semakin sesak, nyeri pada epigastrum, kesadaran semakin berkurang, pengeluaran urin kurang. 4. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat

2. Obat penunjang

3. Nasehat

Petunjuk untuk segera memasukan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu memperhatikan hal berikut : - Bila tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih - Protein dalam urin 1 plus atau lebih - Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu - Edema bertambah dengan membengkak - Terdapat gejala dan keluhan subjektif b. Bidan yang mempunyai polindes dapat merawat penderita berat untuk sementara, sampai menunggu preeklampsia

kesempatan melakukan rujukan sehingga penderita mendapat pertolongan yang sebaik-baiknya. Penderita diusahakan agar : 1. 2. 3. Terisolir sehingga tidak mendapat rangsangan suara Dipasang infuse glukosa 5% Dilakukan pemeriksaan : - Pemeriksaan umum : pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan - Pemeriksaan kebidanan : pemeriksaan Leopold, DJJ, pemeriksaan dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim) - Pemasangan dauer kateter - Evaluasi keseimbangan cairan 4. Pengobatan : - Sedativa : Phenobarbital 3x 100 mgr, Valium 3x 20 mgr - Menghindari kejang : o Magnesium sulfat Insial dosis 8 gr IM, dosis ikutan 4 gr/6 jam. Observasi : pernapasan tidak kurang ataupun sinar

16x/menit, reflek patella positf, urin tidak kurang dari 600 cc/24 jam. o Valium

Inisial dosis 20 mgr IV, dosis ikutan 20 mgr/drip 20 tetes/menit Kombinasi pengobatan Pethidine 50 mgr IM Klorpromazin 50 mgr IM Diazepam (valium) 20 mgr IM Bila terjadi oliguria diberikan glukosa 40% Dosis maksimal 120 mgr/24 jam

IV untuk menarik cairan dari jaringan, sehingga merangsang diuresis 5. Setelah keadaan preeklampsia berat dapat diatasi, o o o o Kehamilan cukup bulan Mempertahankan kehamilan sampai pertimbangan mengakhiri kehamilan dengan pertimbangan :

mendekati cukup bulan Kegagalan pengobatan preeklamsia berat Merujuk penderita ke rumah sakit untuk kehamilan diakhiri tanpa memandang umur pengobatan adekuat. Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan preeklampsia menjadi eklampsia. Dengan perawatan sementara di polindes, maka melakukan rujukan penderita merupakan sikap yang paling tepat. EKLAMPSIA II. 1 PENGERTIAN Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti halilintar. Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklamsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda yang lain.

Eklampsia adalah kelanjutan dari preeklampsia berat disertai tingginya angka kematian maternal dan perinatal. (Manuaba, dkk. 2003: 415) Eklampsia adalah timbulnya kejang pada wanita preeklampsia yang tidak dapat dikaitkan dengan kausa lain. Kejang bersifat grand mal dan mungkin terjadi sebelum, selama, atau setelah persalinan. Eklampsia dapat terjadi hingga 10 hari masa postpartum. (Wiliam,Obstetri. 2004: 396) Eklampsia adalah preeklampsia berat yang dilanjutkan dengan keadaan kejang dan atau atau sampai koma. (Yulaikhah,Lily. 2006: 101) Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 1994: 49) II. 2 PATOFISIOLOGIS Penyebabnya sampai sekarang belum jelas. Penyakit ini dianggap sebagai suatu Maldaptation Syndrom dengan akibat suatu vaso spasme general dengan akibat yang lebih serius pada organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni tejadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut. (Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 49) II. 3 KLASIFIKASI EKLAMPSIA Berdasarkan waktu terjadinya, eklamsia dapat dibagi menjadi : Eklampsia gravidarum

- kejadiannya 50% sampai 60% - serangan dapat terjadi dalam keadaan hamil b. Eklampsia parturientum - kejadian sekitar 30% sampai 35% - saat sedang inpartu - batas dengan eklamsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai inpartu. c.Eklampsia puerperium - kejadian jarang 10% - terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir (Manuaba.1998: 245) II. 4 GEJALA KLINIS Gejala serangan eklampsia dibagi menjadi 4 tingkatan, antara lain : 1. Stadium invasi (tingkat awal atau aura) o Berlangsung selama 30-35 detik o Tangan dan kelopak mata bergetar o Mata terpaku dan membuka dalam keadaan kosong o Kepala diputar ke kanan dan ke kiri 2. Stadium kejang tonik o Berlangsung sekitar 20-30 detik o Seluruh tubuh kaku (wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernapasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit) 3. Stadium kejang klonik o Kejang berlangsung 1-2 menit o Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik o Kontraksi otot berlangsung cepat

o Mulut dapat membuka dan menutup, lidah dapat tergigit hingga putus o Mata melotot o Mulut berbuih o Muka kelihatan kongesti dan sianosis

o Penderita dapat terjatuh dan dapat menimbulkan trauma tambahan o Setelah kejang klonik berhenti, penderita tidak sadar dan menarik napas seperti mendengkur 4. Stadium koma sampai berjam-jam o Kadang-kadang diantara kesadaran, timbul serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam keadaan koma Hasil pemeriksaan selama serangan ditemukan tekanan darah tinggi, nadi cepat dan suhu naik hingga 40 C (Yulaikhah,Lily.2006: 102) II. 5 PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS Diagnosis eklampsia tidak terlalu sukar, karena eklampsia merupakan kelanjutan dari preeklampsia berat dan disusul kejang atau koma. Sehingga eklampsia dapat dibedakan dengan : 1. Epilepsi dengan kejang terjadi pada: hamil muda atau sebelum hamil tidak disertai tanda preeklamsia karena obat anastesi local yang disuntikan ke dalam vena 2. Keadaan koma : o Lamanya koma berlangsung selama beberapa menit

diabetus miletus perdarahan otak infeksi : meningitis, ensefalitis

II. 6 KOMPLIKASI SERANGAN Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah: 1. Lidah tergigit 2. Terjadi perlukaan dan fraktur 3. Gangguan pernafasan 4. Perdarahan otak 5. Solutio plasenta dan merangsang persalinan ( Muchtar Rustam, 1995:226) II. 7 BAHAYA EKLAMPSIA 1. Bahaya eklampsia pada ibu Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru, tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus. 2. Bahaya eklampsia pada janin Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuritas, IUGR (Intra Uterine Growth Retardation), kematian janin dalam rahim. ( Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 43) II. 8 PERAWATAN Perawatan di rumah sakit dilaksanakan sebagai berikut : 1. Kamar isolasi

2.

Menghindari rangsangan dari luar, misalnya sinar Mengurangi jumlah kunjungan Yang merawat jumlahnya terbatas Pengobatan medis

atau keributan

Banyak pengobatan yang telah diperkenalkan untuk dapat menghindari kejang berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. a. Sistem stroganof - Suntikan 100 mg luminal IM - jam kemudian suntikan 10 cc magnesium sulfat 40% IM - Selanjutnya tiap 3 jam berganti-ganti diberi luminal 50 mg dan 10 cc magnesium sulfat 40% IM b. Sodium pentothal Pemberian sodium pentothal dapat menghilangkan kejang. Inisial dosis pentothal antaea 200-300 mg IV perlahan-lahan c. Magnesium sulfat Magnesium mempunyai efek : - menurunkan tekanan darah - mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis - meningkatkan diuresis - mematahkan sirkulasi iskemia plasenta, sehingga menurunkan gejala klinis eklampsia Dosis pemberian larutan MgSO4 40% : Intramuskular Intravena 8 gr daerah gluteal kanan kiri 4 gr interval 6 jam

- 10 cc magnesium sulfat 40% intravena perlahan-lahan - Diikuti imtramuskular 8 gr Sarat pemberian magnesium sulfat adalah: - Reflek patella masih positif - Pernafasan tidak kurang dari 16 kali per menit - Diuresis minimal 600 cc/24 jam Antidotum untuk magnesium sulfat adalah 1 gr kalsium klorida atau glukonas kalsikus. d. Diazepam atau valium Diazepam atau valium dipergunakan sebagai pengobatan eklamsia, karena mudah didapat dan murah. Dosis maksimal diazepam adalah 120 mgr/ 24 jam. Metode pemberian valium : Pasang infuse glukosa 5% Inisial dosis diberikan 20 mgr/IV Dosis ikutan dalam glukosa 5% 10 sampai Observasi yang dilakukan : pernapasan e. Litik koktil Litik koktil terdiri dari petidin 100 mgr, klorpromazim 100 mgr dan prometazin 50 mgr yang dilarutkan dalam 500 cc glukosa 5% diberikan IV Kesadaran penderita Keadaan janin dalam rahim Kejang-kejang Diuresis Tekanan darah, nadi dan

20 mgr dengan tetesan 20/menit

dengan memperhatikan tekanan darah, nadi dan kejang. Observasi pengobatan dilakukan setiap 5 menit, karena tekanan darah dapat turun mendadak. 3. Pengawasan dalam pengobatan Observasi dalam pengobatan eklampsia sangat penting, karena sewaktu-waktu dapat terjadi komplikasi yang memberatkan penderita dan janin dalam kandungan. Observasi tanda vital dilakukan setiap 30 menit adalah : Pernapasan dan ronkhi basal Suhu Serangan kejang Dalam keadaan koma Tidur terlentang, kepala miring ke samping Siapkan penghisap lender Berikan O2 untuk ibu dan janinnya

Dalam serangan kejang : ditunggu agar tidak jatuh, sediakan tongspatel untuk menghindari gigitan lidah Ukur jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam, 2000cc Nutrisi penderita koma dengan glukosa 10%, menghindari metabolisme lemak dan protein, pemberian asam amino dengan aminofusin, pemberian B kompleks dan vitamin C

Pengobatan yang berhasil dijumpai perbaikan: Diuresis makin bertambah Tekanan darah menurun dan nadi membaik Kesadaran membaik Kejang-kejang berkurang

Kegagalan pengobatan dapat dijumpai gejala kejang-kejang lebih dari 12 kali, suhu meningkat di atas 39 C, kesadaran makin menurun, nadi meningkat di atas 100 x/ menit.

(Manuaba.1998:248-250) II. 9 TINDAKAN KEBIDANAN Penderita preeklampsia berat dan eklampsia tidak tahan terhadap perdarahan dan trauma persalinan, sehingga perlu dipikirkan agar persalinan dengan trauma minimal. Pemilihan persalinan tergantung dari beberapa faktor: Paritas penderita Umur anak terkecil Umur penderita Keadaan serviks : pembukaan, arah serviks, kekakuan serviks. Keadaan janin intrauterin : ketuban belum pecah/pecah, jumlah air ketuban, warna air ketuban dan tanda asfeksia intrauterine Tempat pertolongan dilakukan : di rumah sakit dengan fasilitas cukup, obat tersedia dan tenaga terlatih serta anastesi Pemilihan metode persalinan: 1. Pilihan pervaginam diutamakan: Dapat didahului induksi persalinan Bahaya persalinan ringan Bila memenuhi syarat dapat dilakukan : memecahkan ketuban mempercepat pembukaan dan tindakan curam mempercepat kala pengusiran 2. Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual Menghindari perdarahan dengan memberikan uterotonika Pertimbangan seksio sesarea: Gagal induksi persalinan pervaginam

Gagal pengobatan konservatif

Bidan dengan polindesnya, mempunyai tugas penting untuk melakukan pengawasan hamil dengan teratur dan baik. Yaitu dengan cara: Melakukan kunjungan rumah Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya pengawasan hamil dan dukun beranak Menentukan kehamilan dengan resiko tinggi Memberikan nasehat gizi, kebersihan dan persiapan menghadapi persalinan, pemeliharaan bayi dan laktasi Melakukan rujukan pada kasus yang tidak mungkin ditolong ditempat Melakukan pertolongan persalinan dengan partograf WHO (Manuaba.1998:250)

BAB III PENUTUP I. KESIMPULAN Preelampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, menegakan diagnosis dini preeklampsia dapat mencegah agar tidak berlanjut menjadi eklampsia. Tanda-tanda yang dapat menunjang diagnosis dini adalah: 1. Kenaikan tekanan darah 2. Pengeluaran protein dalam 3. Edema pada muka, tangan dan kaki 4. Terjadinya gejala subjektif: 24 jam 5. Menurunnya kesadaran sampai koma sakit kepala hebat penglihatan kabur nyeri pada epigastrum ssesak napas berkurangnya jumlah urin yang dikeluakan dalam

6. Terjadinya kejang Pencegahan dapat dilakukan agar tidak meningkatkan jumlah angka kejadian. Diantaranya adalah : 1. 2. 3. Diet makanan Cukup istirahat Pengawasan antenatal care (hamil)

PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA


Dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Obstetri dan Ginekologi

Disusun oleh :

VINDA SEPTIDINTA 0914315401102

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN MALANG 2011
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyelesaikan tugas makah Pre-eklampsia dan Eklampsia dengan tepat waktu. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dr. dr. Saefullah Masrur, Sp. OG. Selaku Ketua Institusi Stikes Maharani dan selaku dosen pengajar mata kuliah Obstetri dan Ginekologi. 2. Sumiatun, SST., S. Pd. Selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Stikes Maharani. 3. Dra. Susilaningsih, M. Kes. Selaku dosen pengajar mata kuliah Obstetri dan Ginekologi. 4. Didin Ika, M. Bid. Selaku dosen pengajar mata kuliah Obstetri dan Ginekologi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dan kami berharap semoga hasil dari tugas ini dapat memberikan tambahan pengetahuan yang berguna dan bermanfaat.

Malang, Maret 2011

Penulis

Anda mungkin juga menyukai