Anda di halaman 1dari 6

ARTI SEBUAH PERSAHABATAN Sore itu langit mendung, tampaknya akan turun hujan lebat.

Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu rumahku. Suaranya tidak asing bagiku. Aku lalu membuka pintu, setelah terbuka, ternyata Marsya. Tampaknya ada sesuatu yang membuat sahabatku itu tampak cemas. Marsyaada apa, tumben, ayo masuk. Marsya lalu duduk aku pun kebelakang membuatkan the untuknya. Saat aku selesai membuatkan minum, aku bertanya kepadanya. Tiba-tiba dia langsung memelukku dan menangis. Aku pun jadi binggung sebenarnya ada apa. Kenapa Sya? Sis aku bingung dan sedih, memangnya ada masalah apa cerita aja ma aku siapa tahu aku bisa bantu. Sedikit demi sedikit dia menceritakan, ternyata Marsya diusir oleh tantenya. Yachmemang dia Cuma tinggal dengan tantenya yang super galak itu, karena ke-2 orang tuanya sudah lama meninggal. Memangnya kamu salah apa? Sampai-sampai kamu diusir dari rumah. Ceritanya panjang Sis, tapi intinya aku udah ga boleh lagi tinggal di sana. Setelah mendengar ceritanya, aku jadi terharu dan kasihan dengannya. Rasanya ada yang membuatku ikut merasakan masalah Marsya. Namanya juga kami berdua sudah lama bersahabat sejak kecil. Daripada kamu binggung mendingan kamu tinggal di rumahku aja, nanti aku bilang sama papa dan mama ku. Beneran Sis? Tapi apa ga ngerepotin?. Kenapa harus ngerepotin kamukan temenku, aku dah nganggep kamu kaya sodara sendiri. Thanks yaSis. Tampaknya Marsya mulai lega, tidak lama kemudian papa, mamaku datang dari kantor. Aku pun langsung menjelaskan persoalan Marsya. Mamaku menyarankan agar Marsya tinggal di rumah kami. Tapi ada yang menjanggal hatiku. Gimana dengan sekolah Marsya? Hatiku jadi dagdigdug Siska bagaimana kalau Marsya kami angkat jadi kakakmu?, kebetulan kamu juga kesepiankan kalau ga ada temannya? Aku kaget, bahagia rasanya seneng dech. Kebetulan aku anak tunggal dan di rumah cuman ada mbok Yem, pembantu rumah kami. Makasih ya pa, ma Aku langsung bergegas menghampiri Marsya dan menceritakan padanya, dia pun tampak senang sekali. Sore itu diwarnai mendung serta rasa bahagia bagiku karena sekarang mempunyai kakak, yang tak lain sahabatku sendiri. Larut malam kami semua berkumpul untuk makan malam. Sambil berbincang-bincang denganku dan Marsya. Papa pun bertanya kepadaku. Siska sekarang dan selanjutnya kamu harus bisa berbagi dengan Marsya, jangan pelit, sekarangkan dia sudah menjadi kakakmu sekaligus teman untuk kamu. Beresss pa! Siska siap melaksanakan tugas! Bagus itu baru anak papa sama mama, iya kan ma? Iya pa, oh iya, Siska, Marsya kalian mulai besok diantar sama sopir, Siska, kamu ga usah nyetir sendiri, mama udah cariin sopir buat kamu, dan tentunya buat Marsya juga. Whatsopir?? Ya udah iya. Setelah usai makan malam kami berdua tidur. Keesokan harinya Kukuruyuuuk. Terdengar ayam jantan berkokok, menyambut mentari pagi. Aku lalu bangun, aku melihat Marsya sudah tak ada lagi lagi di kamar. Aku pun keluar. Aku kaget saat melihat Marsya bebenah rumah, membantu mbok Yem. Padahalkandia bisa

langsung mandi dan siap-siap ke scool. Kok ini ga. Aku lalu menghampirinya dan bertanya. Sya, kamu ngapain? Aku lagi bantuin mbok Yem, soalnya mau ngapain. Aku kaget mendengar jawaban dia. Kita kan harus sekolah, mestinya mandi, terus siap-siap dech berangkat sekolah. Tapi aku kan ga punya uang buat bayar SPP, kalau nanti ditagih sama kepala sekolah, pasti aku juga bakal dikeluarin. Ya ampun Cuma gara-gara itu kamu ga mau berangkat scool? Udah dech tenang aja, nanti tinggal bilang sama papa kok yach! Ya ampun Siska, thanks ya kamu sama ortumu udah banyak bantu aku. Dia pun memelukku. Sambil tertawa senang. Udah-udah kaya pa ja, kita kan sekarang sodara, ya udah ayo mandimandi, terus siap-siap nanti keburu siang. Setelah mandi, dan siap-siap kami berdua lalu berangkat sekolah, pas udah nyampek, kami langsung menuju ke kelas, kebetulan satu kelas. Aku lalu duduk, Marsya pun demikian. Saat aku duduk Revan lewat depan kelasku, aku pun langsung terpana. Revan pun tersenyum melihat kearahku dan Marsya. Aku pun juga ikut tertawa. Rasanya ada yang beda, seperti diterpa angin, hatiku jadi dagdigdug, tanganku jadi gemeteran. Marsyaya ampun Revan tu cool banget ya, mimpi apa gw semalem. Kmu suka sama Revan? tanya Marsya padaku. Kalau ku katakan suka emang dari dulu, gw dah ngevans banget ma Revan. Oohya udah-udah ada gurunya tuchntar lagi ngomongin Revannya. Selesai pelajaran B. Inggis, aku dan Marsya ke kantin, ga taunya Revan duduk disebelahku dan Marsya. Aduh, jadi nerves dech. Revan pun bertanya padaku dan menyapa dengan halus. Hay Siska, Marsya. Ya amun rasanya udah kenyang, setelah mendengar Revan bicara. Hayy! Sis, natar malem boleh ga maen ke rumah? Aku kaget mendengar pertanyaan Revan, ga ada angin, ga ada ujan, eh jadi hoki gini. Ehm bolehboleh, silahkan aja. Oke kalau gitu gw ke kelas dulu ya? Saat meninggalkan kami, Revan pun tersenyum, tapi arahnya ke Marsya. Tapi pikirku biasa aja. Yang penting nanti malam Revan mau maen ke rumah. Ooh senangnya. Bel masuk berbunyi aku dan Marsya lalu masuk kelas, selesai pelajaran, bel pulang sekolah berbunyi. Aku dan Marsya pun pulang. Tapi saat aku dan Marsya menunggu jemputan di depan gerbang, Revan menghampiri kami berdua. Sis, gimana gw anter pulang? Oh my Good! Rasanya ga percaya. Ehm tapi gimana sama Marsya, sopir gw belom dateng nich. Ea maksud ku tu kalian berdua, kebetulan hari ini kan gw bawa mobil, jadi gimana? What? Aku rasanya aneh, biasanya kalau cowok mau nganter cewekkan Cuma berdua, koko ini malah beda, tapi aku kok berpikir yang gaga gini cie. Ya Allah kalau ntar aku pulang duluan Marsya kan sendirian, dasar bego. Ya udah ayo lets go!

Diperjalanan kami ngobrol-ngobrol, kebetulan aku duduk didepan, sedangkan Marsya duduk di belakang. Ehm, Marsya rumah kamu dimanaaku ga tau jalannya. Ehmrumah aku??? Tampaknya Marsya bingung padahalkan dia tinggal bilang serumah sama aku. Rumah Marsya tu ya rumahku, kamu udah tau kan rumahku? Loh kalian ini ada hubungan apa? Emang kalian ini sodara? Aku pun langsung menjelaskan yang sebenarnya pada Revan. Ow ternyata gitu ceritanya Akhirnya kami sampai rumah, tetapi Revan langung pamit. Thanks ea! Its Okgw pulang yadaSiska, Marsya. Daaa! Aku dan Marsya lalu masuk kamar. Marsya, Revan itu orangnya ganteng dan baik yachga salah aku naksir sama dia. Yayaemang sich ganteng, tapi apa dia tu setia ma cewek? Menurutmu? Aku sich ga yakin, tapi ya udahlah. Malam pun tiba, aku menunggu kedatangan Revan, Marsya pun sudah menyiapkan semua untuk menyambut Revan, karena dia tau aku sangat menyukai Revan, dia pun tak segan-segan untuk membantuku berdandan. Pokoknya aku dan Marsya telah bersiap-siap. Kami berdua menunggu diruang TV. Akhirnya yang aku tunggu-tunggu datang juga. Aku lalu membukakan pintu. Dan memang benar yang datang adalah Revan. Silahkan masuk, duduk aja dulu biar aku ambilin minum yach! Ehmga usah repot-repot Udahlah ga ngerepotin ko biasa aja, gw tinggal dulu ea Aku lalu kebelakang membuatkan juice dan mengambil kue. Nah, ini juicenya silahkan diminum. Ea, thanks, oea Marsya nya kemana? Aku jadi bingung sama Revan, bukannya dia maen kan mau nemuin aku kok malah nyariin Marsya, padahalkan udah ada aku. Marsya? Ada didalem, emangnya kenapa? Bisa tolong panggilin ga? Oh my Good! Kok malah nyariin Marsya sich. Revan bener-bener buat aku bingung, akhirnya aku panggil Marsya. Setelah Marsya datang, Revan lalu bertanya-tanya pada Marsya. Tapi anehnya aku jadi dicuekin gitu. Padahalkan dia maen bukannya mau ketemua aku. Tiba-tiba saat aku sedang bingung memikirkan hal itu, Revan duduk dibawah Marsya dan memegang tangannya. Ohbetapa kagetnya diriku. Lalu Revan pun bilang kalau dia suka dengan Marsya. Ya Tuhan, ternyata orang yang selama ini aku suka, malah menyukai sahabatku sendiri. Betapa sakitnya hatiku. Aku langsung lari ke kamar, didalam kamar aku bertanya-tanya sambil menangis. Siska! Panggil Marsya. Loh, Siska kenapa Sya? Marsya pun mengatakan yang sejujurnya kalau Siska menyukai Revan.

Apa? Tapi aku sukanya sama kamu, bukan Siska. Maaf aku ga bisa, aku ga mau bahagia diatas penderitaan orang lain, bagi aku sahabat adalah segalanya, lagipula Siska dan orang tuanya sudah banyak membantu aku, aku ga mau menyakiti Siska, maaf Van. Tapiaku? Udahlah Van, aku mohon sekarang kamu pulang, pasti Siska syok, aku mau nenangin dia dulu, please Ya udah aku pulang dulu. Siska pun langsung masuk kekamar. Sismaaf ya, aku beneran ga tau bakal kaya gini kejadiannya. Aku tetap menangis tak menmghiraukan Marsya bicara. Karena hatiku terasa tertusuk duri, yang tak aku kira, Revan perhatian, baik, karena ingin mendekati Marsya dan juga memanfaatkanku. Padahal aku sangat menyukainya. Ya Allah aku bingung dengan semua ini. Siska pun keluar. Ya Allah kenapa jadi begini, aku benar-benar ga tau harus berbuat apa, sebenarnya akupun menyukai Revan, tapi disatu sisi aku ga bisa, sedangkan sahabatku tersiksa, bagaimana ini? Tanpa sengaja aku mendengar perkataan Marsya. Aku jadi tambah sakit dengan semua itu. Aku pun lalu pergi dari rumah. Tetapi, aaa!!! Apa itu, seperti suara Siska. Jangan-jangan. Setelah aku keluar ternyata Siska tertabrak mobil. AstagfirullahSiskaaa!!!, Ya Allah tolong...tolong! Aku lalu membawa Siska ke rumah sakit. Tanpa berfikir panjang aku lalu mengabari papa dan mama, juga Revan. Marsya, gimana kejadiannya, kenapa sampai begini. Papa dan mama semakin membuatku menangis, aku tidak bisa menjelaskan. Tiba-tiba Revan datang lalu mengatakan yang sebenarnya. Setelah itu dokter keluar dan mengatakan bahwa Siska koma. Papa dan mama pun sedih begitu pun aku, karena kesalahanku. Aku tidak bisa menjadi kakak yang baik. Aku lalu keluar dari ruang ICU. Ya Allah, selamatkan Siska, jangan kau ambil nyawanya, aku mohon ya Allah, bila memang bisa biarkan aku saja yang pergi jangan dia. Revan pun datang menghampiriku dan memelukku. Syakamu jangan bicara seperti itu, yakin sama aku, Siska pasti sembuh dari koma, dia pasti akan sadar, kamu jangan menyalahkan dirimu sendiri, ini semua juga bukan sepenuhnya kesalahan kamu. Aku semakin sedih mendengar perkataan Revan. Yang aku tau sekarang ini, semua karena aku. Aku ni bodoh, kenapa aku ga bisa menjadi kakak sekaligus sahabat yang baik untuk Siska. Syaaku tau kamu sangat sayang sama Siska, kamu pun juga ga bisa membuat dia menangis karena kamu, tapi apa kamu dan aku bersalah jika saling menyukai? Perkataan Revan membuatku jadi berfikir, kakau Siska selama ini selalu membantu aku, kenapa aku ga bisa berkorban untuk dia,dan merelekan orang yang kucintai demi sahabatku. Yach kenapa ga Vankalau kamu emang bener sayang sama aku, kamu mau berkorban demi aku? Apa? Revan terkejut mendengar perkataanku. Aku mau kamu jadi pacar Siska, demi aku, demi Siska, please!

Apa? Tapi ga bisa gitu donk, aku ga bisa, aku mau ngelakuin apa aja, asal bukan itu. Aku pun memaksa Revan agar dia mau. Walaupun sebenernya hatiku tidak rela. Tapi demi sahabat aku akan merelekan Revan. Pleaseaku mohon, kalau kamu sayang sama aku, aku mohon,Van? Akhirnya Revan pun menyetujuinya. Baik kalau itu yang kamu mau, tapi satu hal yang harus kamu tau, aku menyayangimu, hanya kamu. Aku dan Revan pun masuk keruang ICU, dimana Siska dirawat. Alhamdulillah, Siska pun sadar dari koma. Papa dan mama sangat senag sekali. Begitu pula aku dan Revan. Mapaaku dimana? Sayang kamu di rumah sakit, mama sama papa khawatir sekali, tapi untunglah kamu sudah sadar. Tanpa berfikir panjang aku lalu menyuruh Revan untuk bicara pada Siska. Namun tampaknya Revan belum siap. Sismaafin aku yach, karena aku kamu jadi kayagini aku emang jahat, aku emang bukan kakak sekaligus sahabat kamu yang baik, slama ini aku hanya bisa membuat kamu susah, skali lagi aku minta maaf. Mendengar ucapan Marsya aku jadi menangis, aku pun juga sadar ini bukan kesalahan Marsya. Lagi pula aku juga bisa melihat Marsya dan Revan saling mencintai satu sama lain, kenapa aku harus menghancurkan cinta mereka. Aku juga tidak mau merebut cinta Marsya, karena aku tau Revan sangat mencintai Marsya. Aku harus bisa merelakan Revan untuk Marsya. Tiba-tiba Marsya menyatukan tanganku dengan tangan Revan. Sisaku tau kamu sangat menyukai Revan, aku tau kamu juga sayang sama Revan, aku ga mau kamu terluka dan harus seperti ini karena aku, aku sadar slama ini aku belum bisa balas semua kebaikanmu, dan ini saatnyaaku berkorban untuk kamu, makasih semuanya, kamu memang sahabat dan adikku yang paling baik, semoga kamu bahagia ya Aku terkejut mendengar ungkapan Marsya kenapa dia itu malah bicara seperti itu padahalkan dia tau kalau dia tu cinta banget sama Revan. Seharusnya aku yang merelakan Revan untuknya. GaSya! Revan itu hanya mencintai kamu bukan aku. So aku ga papa kok, dari awal aku sudah ngerti, ya udahlahsemoga kalian bisa bahagia, aku juga ikut bahagia. Tapi Sisaku?? Udahlah ga usah mungkir. Kamu beneran ga papa kantapi bukannya kamu Aku lebih bahagia kalau sahabatku bisa bahagia, aku ga mau bahagia diatas penderitaan orang lain, aku sadar kok, mungkin Revan itu bukan jodohku, tapi jodoh kamu. Mendengar perkataan itu aku sangat senang, karena Siska lebih memilih persahabatan daripada Revan. Padahal dia menyukai Revan. Tapi ternyata dia ga mau merusak kebahagiaan sahabatnya sendiri. Ya ampun Siskathanks ya? akhirnya kami berpelukan. Its Ok, sama-samaya udah sekarang samperin gech Revannya, masa dicuekin gitu. Marsya pun tersenyum bahagia begitu pula dengan Revan. Aku, mama, dan papa pun ikut bahagia. Hari itu sangat indah rasanya. Takkan aku lupakan. Karena bisa berbagi dengan sahabat sendiri walaupun awalnya menyakitkan tapi berakhir bahagia SELESAI

Pesan: Sobuat semua, untuk apa bahagia sendiri, sedangkan ada yang terluka karena kita. Persahabatan itu sangat berharga daripada cinta. Sahabat itu sangat sulit untuk dicari, sedangkan cinta adalah sebaliknya. Jika memang kita bisa merelakan orang yang kita cintainya tuk sahabat demi kebahagiaannya, kenapa ga???

Anda mungkin juga menyukai