Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Meningitis adalah penyakit inIeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan spinal
cord.
1
Classic triad dari meningitis adalah demam, leher kaku, sakit kepala, dan
perubahan di status mental.Sistem saraI pusat manusia dilindungi dari benda-benda
asing oleh Blood Brain Barrier dan oleh tengkorak, sehingga apabila terjadi gangguan
pada pelindung tersebut, sistem saraI pusat dapat diserang oleh benda-benda
patogen.
2
Angka kejadian meningitis mencapai 1-3 orang per 100.000 orang.
3
Penyebab paling sering dari meningitis adalah Streptococcus
pneumonie(51) dan Neisseria meningitis (37) .
2
Vaksinasi berhasil mengurangi
meningitis akibat inIeksi Haemophilus dan Meningococcal C.Faktor resiko
meningitis antara lain: pasien yang mengalami deIek dural, sedang menjalani spinal
procedure, bacterial endocarditis, diabetes melitus, alkoholisme, splenektomi, sickle
cell disease, dan keramaian.
3
Patogen penyebab meningitis berbeda pada setiap grup umur. Pada neonatus,
patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah Group B beta-haemolitic
streptococcus, Listeria monocytogenes, dan Escherichia coli. Pada bayi dan
anakanak, patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah Haemophilus
inIluenza (bila lebih muda dari 4 tahun dan belum divaksinasi),
meningococcus(Neisseria meningitis), dan Streptococcus pneumonie
(pneumococcus). Pada orang remaja dan dewasa muda, patogen penyebab meningitis
yang paling sering adalah S. pneumonie, H. inIluenza, N. meningitis, gram negative
Bacilli, Streptococci, dan Listeria monocytogenes. Pada dewasa tua dan pasien
immunocompromised, patogen penyebabmeningitis yang paling sering adalah
Pneumococcus, Listeria monocytogenes, tuberculosis, gram negative organis, dan
Cryptococcus. Sedangkan penyebab meningitis bukan inIeksi yang paling sering
antara lain selsel malignan (leukemia, limpoma), akibat zat-zat kimia (obat intratekal,
kontaminan), obat (NSAID, trimetoprim), Sarkoidosis, sistemis lupus eritematosus
(SLE), dan Bechet`s disease.
3
Meningitis juga dapat disebabkan oleh tindakan medis. 0,8 sampai 1,5
pasien yang menjalani craniotomy mengalami meningitis. 4 sampai 17 pasien yang
memakai I.V. Cath. mengalami meningitis. 8 pasien yang memakai E. V. Cath.
mengalami meningitis. 5 pasien yang menjalani lumbar cathetermengalami
meningitis. Dan meningitis terjadi 1 dari setiap 50.000 kasus pasien yang menjalani
lumbar puncture.
2
Secara keseluruhan, mortality rate pasien meningitis adalah 21, dengan
kematian pasien pneumococcal meningitis lebih tinggi dari pasien meningococcal
meningitis.
2
Di AIrika, antara tahun 1988 dan 1997, dilaporkan terdapat 704.000
kasus dengan jumlah kematian 100.000 orang. Diantara tahun 1998 dan 2002
dilaporkan adanya 224.000 kasus baru meningococcal meningitis. Tetapi angka ini
dapat saja lebih besar di kenyataan karena kurang bagusnya sistem pelaporan
penyakit. Sebagai tambahan, banyak orang meninggal sebelum mencapai pusat
kesehatan dan tidak tercatat sebagai pasien meninggal di catatan resmi.
3
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk lebih mengerti dan memahami
tentang meningitis dan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara.

1.3. Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manIaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai
meningitis.


DaItar pustaka
1. Meningitis Foundation oI America
http://www.meningitisIoundationoIamerica.org/templates/content-
view/11/index.html |Accessed on 15 October 2011|
2. Clinical Features and Prognostic Factors in Adults with Bacterial Meningitis
Diederik van de Beek, M.D., Ph.D., Jan de Gans, M.D., Ph.D., Lodewijk
Spanjaard, M.D., Ph.D., Martijn WeisIelt, M.D., Johannes B. Reitsma, M.D.,
Ph.D., and Marinus Vermeulen, M.D., Ph.D.N Engl J Med 2004; 351:1849-
1859 October 28, 2004
http://www.nejm.org/doi/Iull/10.1056/NEJMoa040845#tarticleTop
|Accessed on 15 October 2011|
3. Centers Ior Disease Control and Prevention
http://www.cdc.gov/meningitis/about/index.html |Accessed on 15 October
2011|












BAB V
PERMASALAHAN

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah benar?
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan neurologis, serta pemeriksaan
penunjang, diagnosis pada pasien ini sudah benar. Namun untuk mencari
etiologi masih perlu dilakukan penjajakan lebih lanjut. Tetapi dari hasil CT-
Scan kepala, diagnosa pasien mengarah kepada meningitis.

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah benar?
Berdasarkan reIerensi, sebagian besar penatalaksanaan pada kasus ini sudah
sesuai.

3. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Prognosis pada kasus ini:
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad Iunctionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam


BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan pada laporan kasus ini adalah pasien mengalami parase Nervus
VII sinistra akibat meningitis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa
dan pemeriksaan neurologis. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini
berupa istirahat (-0/ 7089), terapi cairan dengan IVFD Ringer Solution 20
gtt/menit,Inj.Dexamethasone 1 amp / 8 jam, Inj. CeItriaxone 2gr /12 jam, Inj.
Ranitidine 1 amp /12 jam, Inj. Fenitoin 3x100mg,PCT tablet 3x1 dan
Fenitoin tablet 3x100 mg. Prognosis pada pasien ini baik.




















BAB VII
SARAN

Saran yang dapat diberikan kepada pasien ini, terutama kepada keluarga pasien
adalah agar keluarga pasien dapat kooperatiI dalam pemberian terapi pasien dan
membantu dalam menjalankan terapi menemani pasien selama terapi dijalankan.
Saran yang dapat diberikan kepada praktisi klinis adalah agar mampu mendiagnosis
meningitis secara cepat dan tepat serta mampu melakukan tatalaksana meningitis.

Anda mungkin juga menyukai