1. Istilah-istilah dan deIenisi dalam pengukuran Pengamatan suatu gejala umumnya tidak lengkap bila menghasilkan inIormasi kuantitatiI. Untuk memperoleh inIormasi semacam ini dibutuhkan pengukuran suatu siIat Iisika dan karenanya pengukuran merupakan suatu bagian besar dari kegiatan rutin para ahli Iisika eksperimen. Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengkaitkan suatu bilangan pada suatu siIat Iisika dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan. (Marcelo Alonso, : 12) Umumnya alam pengukuran menggunakanbeberapa istilah yang dideIenisikan sebagai berikut : a. Instrumen : sebuah alat untuk menentukan nilai atau kebesaran suatu kuantitas atau variabel. b. Ketelitian (accuracy) : harga terdekat dengan mana suatu pembacaan instrumen mendekati harga sebenarnya dari variabel yang diukur. c. Ketepatan (precision) : suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang serupa. Dengan memberikan suatu harga tertentu bagi sebuah variabel, ketepatan (presisi) merupakan suatu ukuran tingkatan yang menunjukkan perbedaan hasil pengukuran pada pengukuran-pengukuran yang dilakukan secara berurutan. d. Sensitivitas (sensitivity) : perbandingan antara sinyal keluaran atau respons instrumen terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur. e. Resolusi (resolution) : perubahan terkecil dalam nilai yang diukur kepada mana instrumen akan memberi respons (tanggapan). I. Kesalahan (error) : penyimpangan variabel yang diukur dari harga (nilai) sebenarnya. (William D. Cooper, 1999 : 1-2) 2. Ketelitian dan ketepatan dalam pengukuran a. Ketelitian Ketelitian juga dikenal sebagai reproduksibilitas. Ketelitian pembacaan merupakan kecocokan antara pembacaan-pembacaan itu sendiri. Jika nilai yang sama dari peubah yang terukur, diukur beberapa kali dn memberikan hasil yang kurang lebih sama, maka alat ukur tersebut dikatakan mempunyai keteliitian atau reproduksibilitas tinggi, dan juga berarti alat ukur tidak mempunyai penyimpangan. b. Ketepatan Ketepatan dideIenisikan sebagai tingkat perbedaan yang sekecil-kecilnya antara nilai pengamatan dengan nilai sebenarnya. Untuk memperoleh ketepatan yang diharapkan kalibrasi alat ukur, perlu dilakukan secara berkala dengan menggunakan standar konstan yang telah diketahui. (Poerwanto, 2008 : 11) 3. Angka penting Ketelitian alat ukur berhubungan dengan jumlah angka penting pada sederetan angka hasil ukur yang menggunakan alat ukur itu. Ini berarti penyajian angka hasil ukur tidak sama dengan penyajian angka dari hitungan dengan kalkulator. (Priyambodo, Bambang dkk, 2009 : 19-20) Banyak bilangan-bilangan dalam sains merupakan hasil pengukuran, oleh karenanya, bilangan itu diketahui hanya dalam batas-batas beberapa ketidakpastian percobaan. Besarnya ketidakpastian tergantung pada keahlian pelaksana percobaan dan pada peralatan yang digunakan, yang seringkali hanya dapat ditaksir. Dijit yang diketahui yang dapat dipastikan (selain angka nol yang dipakai untuk menetapkan letak koma) disebut angka signiIikan. Contoh, Bilangan 2,50 mempunyai 3 angka signiIikan; sedangkan 2,503 mempunyai 4 angka signiIikan. Bilangan 0,00103 mempunyai 3 angka signiIikan. (Tiga angka nol yang pertama bukanlah angka signiIikan tetapi hanyalah untuk menempatkan koma). Dalam notasi ilmiah bilangan ini dinyatakan sebagai 1,03 x 10 -3 . Aturan umum yang diketahui adalah jumlah angka signiIikan pada hasil perkalian atau pembagian tidaklah lebih besar dari pada jumlah terkecil angka signiIikan dalam masing-masing bilangan yang terlibat perkalian dan pembagian. Dan Hasil dari penjumlahan atau pengurangan dua bilangan tidak mempunyai angka signiIikan diluar tempat desimal terakhir dimana kedua bilangan asal bilangan signiIikan. (Paul A. Tipler, 1998 : 9-10) 4. Jenis-jenis kesalahan Dalam setiap pengukuran tidak ada hasil yang menunjukkan ketelitian sempurna, tetapi penting untuk mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan yang berbeda digunakan dalam pengukuran. Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebb dan umumnya dibagi dalam tiga jenis utama, yaitu : a. Kesalahan-kesalahan umum (gross-errors) : kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia, diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai dan kesalahan penaksiran. b. Kesalahan-kesalahan sistematis (systematic errors) : disebabkan oleh kekurangan- kekurangan pada instrumen sendiri seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau pemakai. c. Kesalahan-kesalahan yang tak disengaja (random errors) : diakibatkan oleh penyebab- penyebab yang tidak dapat langsung diketahui sebab perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak. (William D. Cooper, 1999 : 6) 5. Pelaporan hasil pengukuran Hasil pengukuran suatu besaran dilaporkan sebagai berikut : x xo Ax Dengan x adalah nilai pendekatan terhadap nilai benar xo dan Ax adalah ketidakpastiannya. a. Pengukuran tunggal Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja, adapun ketidakpastian pada pengkuran tunggal sitetapkan sama dengan setengah skala terkecil (Ax x skala terkecil) 1. Mistar Ketidakpastian mistar (Ax) adalah 0,05 cm atau 0,5 mm. Pada saat pengukuran ujung benda yang diukur berada pada 5,4 cm lebih, maka besar x dilaporkan dalam 3 angka atau dua decimal karena Ax 0,05 cm terdiri atas dua decimal. Karena 5,4 lebih maka xo dituliskan 5,45 cm Sehingga laporan hasil pengukuran dituliskan : x ( xo Ax) x (5,45 0,05) cm artinya kita tidak tahu nilai benar xo, akan tetapi xo berada di sekitar 5,40 cm (x (5,45 0,05)cm) dan 5,50 cm (x (5,45 0,05) cm. 2. Jangka Sorong Ketidakpastian Jangka Sorong (Ax) adalah 0,005 cm atau 0,05 mm. Pada saat pengukuran diameter benda skala utama pada 5,4 cm lebih, dan skala nonius garis berimpit membentuk garis lurus pada 25, maka skala nonius (25 x 0,005) cm 0,125 cm sehingga xo dilaporkan xo 5,4 cm 0,125 cm xo 5,525 cm Karena Ax jangka sorong 0,005 cm maka pelaporan hasil pengukuran adalah x ( xo Ax) x (5,525 0,005) cm 3. Mikrometer Sekrup Ketidakpastian mikrometer sekrup (Ax) adalah 0,0005 cm atau 0,005 mm. Pada saat pengukuran diameter benda skala utama pada 5,4 mm lebih, dan skala nonius garis mendatar pada selubung luar pada garis ke 47. Maka skala nonius (47 x 0,005) mm 0,235 mm sehingga xo dilaporkan xo 5,4 mm 0,235 mm xo 5,635 mm Karena Ax micrometer sekrup 0,005 mm maka pelaporan hasil pengukuran adalah x ( xo Ax) x (5,635 0,005) mm
DAFTAR RU1UKAN Anonym. 2009. Pelaporan Hasil pengukuran. http://adiwarsito.wordpress.com/2009/08/10/laporan-hasil-pengukuran/. Diakses pada tanggal 22 september 2011. Alonso, Marcelo & Edward J. Finn. 1980 . Dasar-dasar Fisika Universitas edisi 2. Jakarta : Erlangga. Cooper, William David. 1999. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran edisi 2. Jakarta : Erlangga. Paul A, Tipler. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga. Poerwanto, dkk. 2008. Instrumentasi dan Alat Ukur. Yogyakarta : Graha Ilmu. Priyambodo, Bambang dkk. 2009. Fisika Dasar Untuk Mahasiswa Ilmu Komputer dan Informatika. Yogyakarta : penerbit Andi.