Anda di halaman 1dari 6

Press Organization Featuring Marketing, an Introduction

P Aditya Saputra A news story should be like a mini skirt on a pretty woman. Long enough to cover the subject but short enough to be interesting. Anonim Pemasaran vs Penjualan Ketika mendengar kata pemasaran (marketing), akan langsung terlintas di benak sebagian besar orang mengenai penjualan (selling), seragam putih-hitam yang sering dipakai salesman/women, atau secara gamblang berpikir tentang pasar. Padahal jika ditinjau lebih jauh, pemasaran dan penjualan sangat berbeda. Pemasaran terdiri dari 9 elemen marketing mulai dari 1) Segmentation, 2) Targeting, 3) Positioning, 4) Differentiation, 5) Marketing Mix (Product, Price, Place, Promotion), 6) Selling, 7) Branding, 8) Service, dan 9) Process. Sedangkan penjualan atau selling merupakan bagian dari 9 elemen tadi. Walaupun penjualan adalah elemen paling penting dalam pemasaran, karena dari penjualan inilah akan diperoleh profit. Namun, tanpa 8 elemen lain yang diterapkan secara tepat, akan sangat sulit terjadi. Secara sederhana, dari tujuannya dapat dibedakan bahwa penjualan adalah sebuah proses untuk membuat sebuah produk terjual, sedangkan pemasaran adalah proses untuk membuat sebuah produk terjual lagi, dan lagi, atau secara kontinyu. Sembilan Elemen Pemasaran untuk Organisasi Nirlaba. Pemasaran yang Penting untuk diketahui. Dalam bisnis, atau dalam sebuah perusahaan dan organisasi yang profit-oriented, fungsi utama pemasaran (marketing) adalah untuk meraup keuntungan finansial. Dengan pemasaran yang tepat dan sempurna, sebuah bisnis akan mampu meraup keuntungan yang luar biasa dan sebuah perusahaan ataupun organisasi akan mampu meraih sukses secara mengagumkan. Lalu, apa sesungguhnya peran pemasaran (marketing) ini dalam sebuah organisasi non-profit atau nirlaba? Banyak yang mengira bahwa pemasaran tidak dibutuhkan dalam organisasi nirlaba, padahal sebenarnya pemasaran disini sangat dibutuhkan. dr. Christopher Ryalino, dalam tulisannya yang berjudul Dasar-dasar Marketing mengatakan bahwa apabila organisasi yang profit-oriented membutuhkan pemasaran untuk meningkatkan pendapatan kotornya (gross-revenue), maka organisasi non-profit membutuhkan pemasaran terutama untuk meminimalkan pengeluarannya (expense atau daily cost).
1. Segmentation, yaitu
memilah pasar secara kreatif dan membagi mereka berdasarkan kriteria tertentu yang disebut segmen.

2. Targeting, yaitu
menentukan segmen mana yang akan anda masuki sesuai sumber daya yang ada.

3. Positioning, yaitu
image yang ingin dibentuk dalam benak konsumen anda perihal produk atau organisasi anda

Pemasaran dalam Pers dan Jurnalistik. Lebih jauh kita tinjau, pemasaran juga sangat penting artinya bagi sebuah media, atau organisasi yang bergerak di bidang jurnalistik. Peran pemasaran disini terutama adalah untuk untuk memikirkan strategi agar apa yang dibuat jurnalis (produk) bisa sampai ke tangan pembaca (customer) dengan tepat, dan mampu membuat pembaca menginginkan lagi dan lagi produk tersebut. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa pemasaran berperan sebagai penghubung yang antara penulis dan pembaca secara professional (writer-reader professional-connector). Selain berbagai peran lainnya seperti pencitraan (branding), promosi, iklan (advertising), atau kerjasama dan hubungan masyarakat. Kehadiran konsep pemasaran dalam sebuah media atau tulisan akan mampu menjadi energi baru dalam menuju apa yang ingin dicapai oleh penulis dan juga pembaca. Dan terkadang sering terjadi ironi, bahwa tulisan yang memang benar-benar bagus bahkan mendekati sempurna, kalah dalam berkompetisi dengan tulisan yang biasabiasa saja hanya karena strategi pemasaran yang berbeda. Di tengah persaingan yang ketat dalam bidang pers, terutama karena pembaca memiliki banyak pilihan akan sumber terpercaya akan berita yang sama. Disini akan terlihat jelas bagaimana pers memiliki tingkat kompetisi yang sangat tinggi, tidak heran jika pada akhirnya banyak organisasi pers yang akhirnya harus gulung tikar. Ditambah lagi kini masuknya era New Media, dimana Pers dituntut untuk senantiasa melakukan perubahan sehingga pembaca tetap setia. (Lebih lengkap mengenai New Media dan hubungannya secara khusus dengan Lembaga Pers Mahasiswa, silakan baca di lampiran terkhir materi ini).

4. Differentiation, yaitu
strategi yang akan dipakai untuk mencapai positioning yang diinginkan.

5. Marketing Mix, yaitu


4P. Product (produk apa yang anda tawarkan), Price (berapa harganya), Place (seberapa mudah mendapatkannya), dan Promotion (promosi apa yang anda gunakan).

6. Selling, yaitu
menerapkan strategi menjual yang benar dengan mengutamakan mutual and long term relationship.

7. Branding, yaitu
pembentukan image sesuai dengan penerapan langkah-langkah sebelumnya.

8. Service, yaitu pelayanan


kita terhadap konsumen atau pembaca.

9. Process, yaitu hubungan


berkelanjutan dan strategi-strategi dalam menghadapi perubahan.

Pemasaran sangat penting dalam pengembangan organisasi itu sendiri. Karena sangat mungkin terjadi yang lebih sering berhubungan dengan konsumen adalah para pemasar itu sendiri, disamping memang bagian pemasaran dituntut untuk mengetahui apa yang konsumen atau pembaca inginkan (segmentasi dan targeting). Dengan mengetahui peran pemasaran dalam organisasi nirlaba, maka diharapkan akan mampu membawa organisasi tersebut, khususnya dalam hal ini lembaga pers mahasiswa menjadi lebih unggul dan sukses dalam memenuhi kebutuhan pembaca, mengalami perkembangan organisasi

yang lebih luas, dan tentunya tidak menutup kemungkinan bahwa nantinya mampu menghasilkan laba secara finansial yang penting untuk kelangsungan organisasi itu sendiri.

New Media bagi Lembaga Pers Mahasiswa (Judul asli Pers Mahasiswa, Gunakanlah New Media, oleh Anton Muhajir dalam www.balebengong.net) Sedikit saya tambahan artikel asli dari Anton Muhajir, penulis merupakan mantan Pemred Akademika Udayanan, tentang penulis selengkapnya dapat dilihat langsung pada blognya di www.balebengong.net. Tulisan ini saya share karena penting untuk direnungi dan pikirkan bersama, demi perubahan dan pengembangan organisasi PCYCO maupun untuk pengembangan pribadi, selain manfaat informasinya yang berharga. Berikut artikelnya, selamat menikmati.

Ketika media arus umum bergairah mengantisipasi gelombang new media, pers mahasiswa justru tenggelam. Karena itu, pers mahasiswa (Persma) harus lebih sigap menghadapi perubahan ini. Mereka tak boleh melulu mengandalkan romantisme sebagai pers alternatif dari media arus utama (mainstream) saat ini. Gairah media arus utama itu terlihat, antara lain dengan kian banyaknya media yang awas pada media online. Ada sebagian media yang membuat varian baru dari media induk-nya. Kompas, salah satunya. Selain tetap menerbitkan koran harian, mereka juga sangat serius menggarap Kompas.com dan, bahkan, portal jurnalisme warga Kompasiana.com. Media online yang menyusul keberhasilan detik.com pun terus bertambah. Okezone milik grup MNC atau Vivanews.com milik grup Bakrie. Media-media baru ini tak hanya membuat beritaberita yang diupdate secara cepat (breaking news) tapi juga menampilkan saling silang format media (konvergensi). Teks, gambar, audio, video, grafis, semua dalam satu wadah. Semakin banyaknya media online di Indonesia ini berbalik dengan makin banyaknya media bangkrut: di Amerika Serikat, Eropa, China, Asia, lalu Indonesia. Media cetak berguguran satu per satu akibat pesatnya media online. Tapi, gairah media arus utama itu belum terasa di kalangan Persma, setidaknya di Denpasar, Bali. Beberapa media Persma yang saya kenal, seperti Akademika, Maestro, Khlorofil, Kertha Aksara, dan Media Ekonomi (Medikom) belum terlalu peduli dengan media online ini. Hanya Akademika yang agak peduli dibanding yang lain. Misalnya, dari domain yang sudah tak lagi nebeng, seperti Maestro yang masih nebeng di website Universitas Udayana atau Medikom dan Khlorofil yang masih nebeng di Blogspot. Di tengah hiruk pikuk new media, misalnya dengan makin murah dan terjangkaunya internet serta masifnya penggunaan jejaring sosial, seperti Twitter dan Facebook, ketertinggalan Persma

ini adalah ironi. Karena itu, meski agak terlambat, Persma perlu segera merespon gelombang new media ini. Ciri-ciri new media ini ditandai antara lain oleh (1) digitalisasi (dari koran, radio, TV), (2) model berita yang realtime (aktual, breaking news), (3) konvergensi (teks, foto, video), (4) adanya interaksi dengan konsumen (kontribusi, kontrol), (5) reader driven (pembaca punya kuasa karena banyak pilihan), dan kebiasaan membaca sambil bergerak (mobile readership). Persma perlu melakukan lima hal penting untuk menyambut atau bahkan menikmati arus besar new media. Pertama dengan mengubah bentuk media. Dari yang semula melulu fokus pada media cetak, seperti tabloid dan majalah, Persma kini harus mengubah bentuk pada media online. Kalau toh tidak berubah sepenuhnya, setidaknya memberi tempat lebih pada media online. Misalnya dengan blog (dan, plis, deh jangan pakai blogspot) atau bahkan website. Kalau blog bisa murah meriah. Gratis pun banyak. Atau kalau beli domain dan hosting sendiri tak akan sampai Rp 1 juta per tahun. Bandingkan dengan biaya cetak yang setahuku bisa sampai Rp 5 juta per edisi. Kedua, Persma sebaiknya aktif menggunakan jejaring sosial semacam Twitter dan Facebook. Jejaring sosial terkesan main-main tapi sebenarnya sangat berguna untuk menyebarluaskan karya para penulis di masing-masing bentuk media. Apalagi, para mahasiswa masuk dalam kategori usia yang paling aktif menggunakan jejaring sosial. Mahasiswa, umurnya antara 18-25 tahun merupakan pengguna terbesar jejaring sosial ini. Menurut riset di Amerika Serikat, misalnya, sekitar 96 persen pengguna jejaring sosial ini masuk pada kategori umur ini. Di Bali pasti tak jauh berbeda. Ketiga, lebih baik kalau Persma memberikan porsi tulisan lebih banyak sesuai bidang ilmu masing-masing, terutama untuk media milik fakultas. Sebab, kalau mengambil tema seperti media arus utama, Persma tak punya cukup kapasitas sumber daya manusia (jumlah) dan waktu. Ini persoalan klasik. Dengan memberikan bahasan sesuai bidang keilmuan, Persma akan memberikan perspektif berbeda dengan media arus utama sekaligus mengelaborasi ilmu yang diperoleh di bangku kuliah. Tapi, ini tak mutlak. Persma tetap harus memberikan ruang untuk hal-hal di luar bidang keilmuannya biar tidak menjadi generasi apolitis. Keempat, ajaklah pembaca untuk terlibat dalam mengelola media. Keterlibatan ini bisa dalam bentuk komentar, koreksi, atau bahkan produksi. Ini yang banyak dikembangkan media arus utama seperti Kompas, detik.com, Tempo, dan seterusnya. Di tiap media ini ada fasilitas bagi pembaca untuk memberikan komentar sekaligus koreksi. Dalam media yang menganut model web 2.0, konsumen media bahkan diberikan keleluasaan untuk memproduksi beritanya sendiri dalam bentuk teks, foto, ataupun video. Persma harus mengajak pembaca melakukan hal yang sama. Ya, memang ini pekerjaan tak mudah seperti halnya di balebengong.net, tapi itu harus dicoba.

Kelima, Persma sebaiknya memilih kedalaman daripada keluasan. Di terbitannya, Persma sebaiknya mengurangi jumlah rubrik sekaligus memperdalam tulisan-tulisan. Sebab, salah satu persoalan media arus utama saat ini, terutama media online, adalah dangkalnya berita. Persma punya cukup modal untuk menulis dengan lebih mendalam, antara lain karena pada umumnya Persma menerbitkan medianya dalam waktu agak lama, antara dua hingga tiga bulan. Jadi, ya, cukuplah waktu untuk membuat tulisan yang agak mendalam disertai gambar dan video. Kalau ada analisis tentu tulisannya akan lebih keren lagi. [b] ~ Tulisan ini dikembangkan dari materi tentang new media yang disampaikan di pelatihan jurnalistik oleh Persma Khlorofil Fakultas Pertanian Universitas Udayana Bali. Silakan unduh presentasi lengkap tentang new media jika perlu. Materi bisa disebarluaskan dengan sesuka hati.

Anda mungkin juga menyukai