Anda di halaman 1dari 9

Gambar 1.

PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun 2003**) dan 2004***) ISSN : 1412 - 4343
89.07 87.59 93.91

Buletin
Pusat Data dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian

(Rp. Triliun)

Volume 3, Nomor 4, Desember 2004


Dari Redaksi
Pembaca Yth., Buletin PDB Sektor Pertanian hadir kembali dengan informasi tentang perkembangan kinerja sektor pertanian selama periode triwulan III 2004. Berdasarkan nilai PDB tersebut dapat diketahui posisi sektor pertanian terhadap sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia. Selain itu juga akan dibahas perkembangan kinerja setiap sub sektor pendukung sektor pertanian. Kami berharap buletin ini dapat memberikan manfaat bagi Anda yang memerlukannya.

60.00 40.00 20.00 0.00

59.97

65.51

70.13

PDB Sektor Pertanian


81.49 79.01 83.11 80.00 63.37 62.63 Tw. I 2003 Tw. II 61.55 Tw. III Tw. IV 52.00 Tw. I 2004 Tw. II Tw. III 67.08

100.00

Harga Berlaku

Harga Konstan

Sumber : Badan Pusat Statistik Kerangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara

SDaftar

Isi

Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2004 ................................... 2 Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Nasional Triwulan III Tahun 2004 ................................... 3 Perkembangan PDB Sektor Pertanian Menurut Sub Sektor Pendukungnya Triwulan III Tahun 2004 ................................... 3 Tingkat Perubahan Harga ................................... 5 Perkembangan Inflasi Sektor Pertanian ................................... 7

epanjang triwulan III tahun 2004, sektor pertanian berhasil mencapai nilai nominal PDB sebesar Rp. 93,91 triliun. Nilai tersebut diukur berdasar-kan harga yang berlaku dan merupakan nilai tertinggi dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya. Berdasarkan besaran PDB tersebut sektor pertanian memberikan sumbangan 15,68 persen terhadap PDB Indonesia, berada pada peringkat ketiga setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan-hotelrestoran. Sementara itu berdasarkan harga konstan 2000, kinerja sektor pertanian secara riil naik dari Rp. 62,63 triliun pada triwulan II tahun 2004 menjadi Rp. 67,08 triliun atau setara dengan pertumbuhan positif 7,11 persen (Gambar 1). Kenaikan PDB sektor pertanian terutama di-dukung oleh pertumbuhan kinerja sub sektor perkebunan dan perikanan dengan persentase masingmasing sebesar 44,14 persen dan 7,16 persen.

B u l e t i n P D B S e k t o r P e r t a n i a n diterbitkan 4 (empat) kali dalam setahun (Triwulanan) oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian. Pengarah/Penanggung Jawab : Dr. Ir. Edi Abdurachman, MS; Buletin PDB SektorHarisno, MM, Ir. Tassim Billah, MSc.; Penyunting Pelaksana : Ir. Yasid Taufik, MM; 1 Penyunting : Ir. Pertanian Penyusun : Ir. Anna A. Susanti, Metha Herwulan N; Alamat Redaksi : Pusat Data dan Informasi Pertanian, Jl. Harsono RM No. 3 Gedung D Lantai IV Jakarta Selatan 12550, Telp. (021) 7805305, Fax. (021) 7816385, Email : anna@deptan.go.id Homepage: http://www.deptan.go.id

Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2004
PDB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan sebagai akibat dari timbulnya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Nilai tambah yang terbentuk dari setiap sektor ekonomi tersebut menunjukkan struktur perekonomian suatu negara/ daerah, sehingga PDB juga digunakan untuk menggambar-kan kemampuan suatu negara/ daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Pada triwulan III tahun 2004, kinerja perekonomian Indonesia yang dinyatakan dengan nilai PDB menunjukkan adanya peningkatan dibanding-kan triwulan-triwulan sebelumnya. Total PDB Indonesia secara nominal telah mencapai Rp. 599,01 triliun yang merupakan sumbangan dari 9 sektor/lapangan usaha termasuk sektor pertanian. Menurut harga berlaku nilai PDB tersebut naik dibandingkan triwulan II tahun 2004 senilai Rp. 573,96 triliun maupun dibandingkan triwulan III tahun 2003 senilai Rp. 530,01 triliun (Tabel 1).
2

Tabel 1.

PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah), 2003-2004

LAP
Tabel 2.

1. Pertanian

PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah), 2003-2004

a. Tanaman B LAPANG
Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara

pertanian sendiri memberi sumbangan sebesar Rp. 93,91 triliun. Dari perkembangan PDB selama beberapa tahun umumnya PDB pada triwulan III merupakan PDB tertinggi

Sektor

b. Tanaman P
dalam satu tahun. Sementara itu sektor non pertanian juga berhasil meningkatkan kinerjanya melalui pencapaian PDB pada masing-masing sub sektor. Berdasarkan harga konstan 2000, total PDB
Buletin PDB Sektor Pertanian

1. Pertanian

c. Peternakan

Indonesia pada triwulan III tahun 2004 tercatat sebesar 422,92 triliun. Nilai tersebut juga naik dibandingkan periodeperiode sebelumnya. Persentase kenaikan PDB Indonesia terhadap triwulan II tahun 2004 sebesar 3,05 persen, sedangkan terhadap triwulan III tahun 2003 sebesar 5,03 persen (Tabel 2). Pertumbuhan positif terjadi di seluruh sektor dengan persentase laju pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertanian sebesar 7,11 persen, yaitu dari Rp. 62,63 triliun pada triwulan II tahun 2004 menjadi Rp. 67,08 triliun pada triwulan III tahun 2004, diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 5,32 persen, sedangkan sektorsektor lainnya tumbuh kurang dari 5 persen. Namun demikian jika dilihat dari perkembangan ekonomi tanpa memperhitungkan faktor musim, maka pertumbuhan tertinggi pada triwulan III tahun 2004 terhadap triwulan III tahun sebelumnya dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 14,19 persen. Pertumbuhan di sektor pertanian mencapai 2,39 persen, yaitu dari Rp. 65,51 triliun (triwulan III

tahun 2003) menjadi Rp. 67,08 triliun.

Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Nasional Triwulan III Tahun 2004

terhadap total PDB Indonesia secara keseluruhan mencapai 61,24 persen, sedangkan enam sektor lainnya masing-masing memberikan andil kurang dari 10 persen.

Tabel 3.

Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia (%), 2003-2004

LAP
Berdasarkan basis Tabel Input Output 2000 kontribusi yang diberikan sektor pertanian terhadap total PDB Indonesia menempati pering-kat ketiga setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan hotel restoran. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 29,60 persen, sektor perdagangan hotel restoran 15,97 persen, dan sektor pertanian memberikan kontribusi 15,68 persen (Tabel 3). Kontribusi ketiga sektor tersebut Kontibusi sektor pertanian berasal dari sumbangan sektor tanaman bahan makanan mencapai 7,27 persen, tanaman perkebunan 3,45 persen, peternakan dan hasil-hasilnya 1,91 persen, kehutanan 0,86 persen dan perikanan 2,19 persen. Kontribusi sektor pertanian mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II tahun 2004 dikarenakan naiknya kontribusi tanaman perkebunan dan perikanan.

1. Pertanian

a. Tanama
3

Buletin PDB Sektor Pertanian

b. Tanama

Namun jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2003 kontribusi sektor pertanian justru turun bahkan cenderung hampir sama. Perkembangan PDB Sektor Pertanian Menurut Sub Sektor Pendukungnya Triwulan III Tahun 2004

terhadap sektor pertanian disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan harga berlaku, PDB sub sektor tanaman bahan makanan pada triwulan III tahun 2004 mencapai Rp. 43,54 triliun dan tetap memegang andil terbesar bagi pembentukan PDB sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 46,36 persen terhadap PDB sektor pertanian. Kontribusi ini turun dibandingkan triwulan II tahun 2004 maupun triwulan III tahun 2003. Secara riil menurut harga konstan 2000, PDB sub sektor ini mengalami

penurunan dibandingkan triwulan II tahun 2004 yaitu dari Rp. 32,02 triliun menjadi Rp. 31,74 triliun atau setara dengan pertumbuhan negatif 0,87 persen. Besarnya perubahan tanpa pengaruh faktor musim dapat diketahui dengan membandingkan nilai PDB terhadap periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dibandingkan triwulan III tahun 2003 pertumbuhan yang dicapai oleh sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 4,55 persen yang terutama diperoleh dari kenaikan

PDB sektor pertanian terdiri atas sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasilhasilnya, kehutanan, dan perikanan. Kontribusi kelima sub sektor Gambar 2.

Kontribusi Sub Sektor Pendukung Pertanian terhadap PDB Sektor Pertanian Triwulan III 2004 (%)

13,98% 5,48% 46,36%

12,19%

21,98%

Tabama

Perkebunan

Peternakan

Kehutanan

Perikanan

Buletin PDB Sektor Pertanian

produktivitas luas panen padi dan palawija. Perkembangan PDB sub sektor tanaman perkebunan atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun 2004 mencapai Rp. 20,64 triliun dan menempati peringkat kedua dalam kontribusinya terhadap PDB sektor pertanian dengan persentase 21,98 persen. Kontribusi ini naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana pada triwulan II tahun 2004 perkebunan memberikan kontribusi sebesar 16,03 persen. Berdasarkan harga konstan 2000, PDB sub sektor tanaman perkebunan mencapai Rp. 13,58 triliun yang berarti secara riil naik dibandingkan triwulan II tahun 2004 sebesar 44,14 persen, tetapi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2003 maka PDB sub sektor tanaman perkebunan triwulan III tahun 2004 justru turun 1,84 persen. Kinerja perekonomian di sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya menurut perhitungan PDB atas dasar harga berlaku pada
Buletin PDB Sektor Pertanian

triwulan III tahun 2004 mencapai Rp. 11,45 triliun dan memberikan kontribusi sebesar 12,19 persen terhadap total PDB pertanian. Sementara itu berdasar-kan harga konstsn 2000, PDB sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya mencapai Rp. 7,75 triliun yang berarti terjadi pertumbuhan positif dibandingkan triwulan II tahun 2004 maupun triwulan III tahun 2003 berturut-turut sebesar 0,76 persen dan 1,82 persen. PDB sub sektor kehutan-an menurut penghitungan harga berlaku triwulan III tahun 2004 mencapai Rp. 5,15 triliun dengan kontribusi terhadap PDB sektor pertanian sebesar 5,48 persen. Peranan sub sektor ini turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,90 persen. Sementara itu berdasarkan harga konstan 2000, PDB sub sektor kehutanan mencapai Rp. 4,62 triliun yang berarti turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai nilai Rp. 4,73 triliun atau setara dengan pertumbuhan negatif 2,39 persen. Namun jika dibandingkan triwulan III tahun 2003, kinerja sub sektor kehutanan menunjukkan peningkatan 0,76 persen. Kinerja perekonomian sub sektor perikanan pada triwulan III tahun 2004 berhasil mencapai PDB sebesar Rp. 13,13 triliun berdasarkan harga berlaku dan Rp. 9,39 triliun berdasarkan harga konstan 2000. Dengan nilai nominal tersebut sektor perikanan memberikan kontribusi 13,98 persen terhadap PDB sektor petanian. Secara riil dibandingkan triwulan sebelumnya, kinerja sub sektor perikanan naik 7,16 persen, demikinan pula dibandingkan triwulan III tahun 2003 terjadi kenaikan 2,92 persen.

Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga

Perhitungan PDB sektor pertanian


5

Gambar 3. Indeks Implisit Sektor Pertanian Periode Triwulanan, 2001 - 2004

170,00

140,00

110,00

80,00 I II III IV 2001 I II 2002 Perkebunan III IV I II 2003 Peternakan III IV

II III 2004 Perikanan

Pertanian

Tabama

Kehutanan

menggunakan pendekatan produksi. Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiaptiap sub sektor. Pendekatan ini juga biasa disebut dengan pendekatan nilai tambah. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini akan
6

sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi. Pendekatan produksi tersebut dipilih karena cara perhitungannya relatif lebih mudah. Selain itu data yang tersedia yaitu data produksi, harga, dan biaya antara secara langsung dapat dipakai untuk memperkirakan besar-nya nilai tambah. Data produksi yang digunakan terdiri dari produksi utama dan produksi ikutan. Data harga yang digunakan dapat berupa harga produsen, tetapi karena harga produsen sulit diperoleh maka dapat

digunakan data harga perdagangan besar dan harga ekspor dengan memper-timbangkan margin per-dagangan dan pengangkutan, atau dapat pula menggunakan indeks harga perdagangan besar. Besarnya produksi umumnya mempengaruhi harga terutama pada komoditas tanaman bahan makanan. Pada saat musim panen petani menjual hasil pertaniannya dengan harga yang relatif lebih rendah dan sebaliknya. Terjadinya inflasi atau deflasi merupakan gambaran terjadinya perubahan harga.

Buletin PDB Sektor Pertanian

Hal ini penting untuk diketahui karena perubahan harga yang terjadi akan mempengaruhi daya beli konsumen, karena mengakibatkan ketidakseimbangan antara pengeluaran dengan pendapatan. Indeks harga dapat diturunkan dari perhitungan PDB yang disebut sebagai PDB deflator atau indeks implisit. Indeks implisit diperoleh dari perbandingan antara PDB atas dasar harga berlaku dan PDB atas dasar harga konstan. Berbeda dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), indeks implisit meng-gambarkan perubahan harga di tingkat produsen. Harga yang dicakup dalam indeks implisit relatif lebih lengkap karena memperhitungkan harga barang dan jasa. Dalam periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 terdapat kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa baik di sektor pertanian maupun di sektor non pertanian. Indeks implisit tertinggi pada triwulan III 2004 dicapai oleh sektor
Buletin PDB Sektor Pertanian

listrik, gas dan air bersih sebesar 194,41 persen yang menunjukkan adanya kenaikan harga di sektor ini sebesar 94,41 persen terhadap tahun 2000. Untuk triwulan III tahun 2004, indeks implisit sektor pertanian telah mencapai 139,99 persen atau ada kenaikan harga sebesar 39,99 persen dibandingkan tahun 2000. Persentase indeks ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara umum fluktuasi harga pada indeks implisit sub sektor tanaman bahan makanan cenderung turun. Indeks implisit sub sektor tanaman bahan makanan triwulan III tahun 2004 sebesar 137,18 persen atau ada kenaikan harga sebesar 37,18 persen dibandingkan tahun 2000. Persentase indeks ini mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 140,08 persen (Gambar 3). Indeks implisit tertinggi dicapai oleh sub sektor perkebunan sebesar 151,96 persen, berarti harga meningkat 51,96 persen dibandingkan tahun dasar 2000. Harga barang dan jasa di sub sektor ini juga

cenderung meningkat dengan peningkatan yang relatif lebih stabil dibandingkan sub sektor lainnya. Harga barang dan jasa di sub sektor peternakan mencapai 147,77 persen, berarti harga meningkat 47,77 persen dibandingkan tahun dasar 2000. Indeks implisit pada sektor perikanan juga terjadi pertumbuhan mencapai 139,80 persen atau ada kenaikan harga sebesar 39,80 persen dibandingkan tahun 2000. Secara umum harga terendah dicapai pada triwulan III terjadi pada sektor kehutanan mencapai 111,44 persen atau ada kenaikan sebesar 11,44 persen terhadap tahun 2000.

Perkembangan Inflasi Sektor Pertanian

Perubahan harga di tingkat produsen dapat digambarkan melalui indeks implisit. Pertumbuhan indeks implisit terhadap periode sebelumnya merupakan inflasi/deflasi harga produsen setiap sektor/sub sektor pada
7

periode yang bersangkutan. Tentu saja inflasi berdasarkan indeks implisit berbeda dengan inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) karena memperhitungkan harga serta kualitas barang dan jasa. Inflasi Indonesia pada triwulan III tahun 2004 berdasarkan indeks implisit sebesar 1,28 persen. Inflasi terjadi di hampir semua lapangan usaha kecuali sektor perdagangan, hotel dan restoran. Inflasi tertinggi terjadi di sektor bangunan sebesar 2,05 persen. Di sektor pertanian, inflasi umumnya terjadi pada triwulan I dan III, sedangkan deflasi terjadi pada triwulan II (Gambar 5). Perkembangan inflasi terjadi pada sub sektor perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya serta sub sektor kehutanan, sedangkan sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor perikanan mengalami deflasi. Pada triwulan III tahun 2004 inflasi sektor pertanian dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai 0,09 persen. Sub sektor tanaman bahan makanan sebagai kontributor PDB tertinggi

bagi sektor pertanian justru mengalami deflasii 2,07 persen, turun sedikit dibandingkan triwulan III tahun 2003 yang mencapai 1,04 persen. Sub sektor perkebunan mengalami inflasi 1,98 persen. Tingkat inflasi tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan pada triwulan II tahun 2004 yang mengalami deflasi mencapai 5,40 persen, tetapi jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2003 sub sektor perkebunan juga mengalami deflasi sebesar 2,85 persen. Hal ini menunjukkan kurang stabilnya harga komoditas tanaman perkebunan yang lebih berorientasi pada ekspor dibandingkan harga komoditas sub sektor lainnya. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar sangat mempengaruhi tingkat harga pada komoditas perkebunan. Harga komoditas sub sektor peternakan termasuk cukup stabil setelah menginjak tahun 2002. Jika terjadi lonjakan harga umumnya hanya terjadi menjelang hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, hari natal atau

tahun baru. Pada triwulan III tahun 2004 inflasi yang terjadi di sub sektor ini sebesar 1,08 persen. Sub sektor kehutanan mengalami inflasi sebesar 2,02 persen pada triwulan III tahun 2004 dibandingkan dengan triwulan II tahun 2004 inflasi juga terjadi pada sub sektor ini mencapai 3,90 persen, tetapi jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya sub sektor ini mencapai 11,75 persen. Perubahan harga di sub sektor ini juga cukup besar meskipun tidak sebesar sub sektor perkebunan. Pada sub sektor perikanan, deflasi terjadi pada triwulan III tahun 2004 mencapai 0,30 persen dimana pada triwulan sebelumnya justru mengalami inflasi baik dari triwulan II tahun 2004 maupun triwulan III tahun 2003 masingmasing infalsi sebesar 0,42 persen(triwulan II tahun 2004) dan 0,91 persen (triwulan III tahun 2003). Perkembangan inflasi dan deflasi sektor pertanian periode triwulan tahun 2001 -2004 dapat dilihat pada Gambar 4.

Buletin PDB Sektor Pertanian

Gambar 4. Perkembangan Inflasi Sektor Pertanian, 2001 - 2004

35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 -5,00 -10,00 -15,00 -20,00 Pertanian Peternakan Tabama Kehutanan Perkebunan Perikanan I 2001 II III IV 2002 I II III IV I 2003 II III IV I II 2004 III

Buletin PDB Sektor Pertanian

Anda mungkin juga menyukai