Anda di halaman 1dari 12

SUMBER HUKUM ISLAM AL QURAN, HADIST DAN IJTIHAD

DOSEN PEMBIMBING MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dra RAFIAH GAJALI, M.Ad

DISUSUN OLEH : KELOMPOK III 1. SANTANG 2. YANI SUMIYATI 3. WAHIDATUL AINIAH 4. SARKAJI 5. SYAHRUL ARNI 6. SITI HADIJAH

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM S1 PGSD GURU KELAS BANJARMASIN 2009 1

DAFTAR PUSTAKA 1. Dra. Murniyetti, M.Ag (2008). Diperlukan, Ganto.web.id Artikel Surat Kabar Kampus. Mengapa Ijtihad

2.

RifaI Mohamad, H, Drs (2004). Ilmu Fikih Islam, CV. Toha Putra, Semarang.

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala Puji bagi Allah yang telah menerangi hati kita dengan cahaya Al Quran, menghiasi akhlak kita dengannya, dan mengindahkan amalan-amalan kita dengan amalan Al-Quran. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya sepanjang zaman yang senantiasa mempelajari dan mengajarkan Al-Quran. Atas rahmad yang telah Allah berikan pula, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah perkuliahan mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Penyusun ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusun berharap pula makalah ini dapat sesuai yang diharapkan pembaca dan memohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar penyusun dapat lebih baik lagi kedepannya. Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini jika masih terdapat kekurangan. Akhir kata sebelum dan sesudahnya penyusun ucapkan terima kasih. Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.

Banjarmasin,

Nopember 2009

Penyusun

DAFTAR ISI Hal 3

KATA PENGANTAR

..

i ii 1 2 2 3 4 6 7 7 7

DAFTAR ISI . BAB I PENDAHULUAN . . ...................................................................................... .......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Islam B. Al-Quran C. Hadist D. Ijtihad BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

Sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan atau pedoman syariat Islam. Sumber utama Hukum Islam adalah Al-Quran dan Hadist, disamping itu pula para ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu hukum Islam setelah Al-Quran dan Hadist. Sebagai pedoman hidup, implikasi Al-Quran adalah sumber dari segala sumber Hukum Islam artinya segenap perilaku dan penyelesaian persoalan harus berdasar pada AlQuran. Bila terpaksa dapat menggunakan sumber-sumber lain seperti hadist dan ijtihad, karena AlQuran tidak mengungkapkannya secara eksplisit. Hukum-hukum Islam yang tercantum dalam Al-Quran pada umumnya global dan umum tidak detail dan tidak terperinci. Penjelasan dan detail atau rincinya dapat ditemukan pada hadist, apabila hadist masih memerlukan penjelasan lihatlah keterangan para sahabat/ulama-ulama terdahulu (salaf) karena mereka lebih mengetahuinya, atau ulama-ulama khalaf dan mereka yang memiliki wawasan dan pemahaman yang memadai tentang Islam. Sementara itu bersamaan dengan semakin meluasnya perkembangan Islam baik dari segi kewilayahan atau keanekaan, permasalahan yang munculpun semakin kompleks dan dinamis, masalah apapun selama tidak ada dalilnya secara pasti baik di dalam Al-Quran atau Hadist dapat diselesaikan dengan Ijtihad. Dalam makalah ini kami akan menguraikan mengenai Sumber Hukum Islam, Al-Quran, Hadist dan Ijtihad.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Islam Hukum Islam disebut juga syariat/ hukum Allah SWT, yaitu hukum atau UU yang ditentukan Allah SWT sebagaimana yang terkandung dalam kitab suci Al-Quran dan Hadist/ Sunah. Menurut Sudarsono (1992 :1) yang dimaksud sumber hukum adalah segala sesuatu yang melahirkan/menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata, dengan demikian sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan atau pedoman Syariat Islam. Ulama fikih sependapat bahwa sumber utama Hukum Islam adalah Al-Quran dan Hadist. Dalam sabdanya Nabi Muhammad SAW menyatakan, Aku tinggalkan bagi kalian 2 hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al Qur an) dan Sunahku (Hadist). (H.R. Al Baihaqi). Disamping itu pula, para ulama fikih menjadikan Ijtihad sebagai salah satu dasar hukum Islam setelah Al Quran dan Hadist. Menurut ulama fikih perbuatan Mukallaf (orang yang dibebani hukum yaitu orang yang sudah baliq dan berakal sehat) itu jika ditinjau dari syariat (Hukum Islam) dibagi menjadi 5 macam yaitu : 1. Fardu (wajib) yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa. Perbuatan fardu/wajb terbagi 2 yaitu : Fardu ain Fardu kifayyah

2. Sunah yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila itinggalkan tidak mendapat dosa. 3. Haram yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan pelakunya mendapat dosa dan apabila ditinggalkan akan mendapat pahala. 4. Makruh yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan tidak berdosa dan apabila ditinggalkan mendapat pahala. 5. Mubah yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan atau ditinggalkan tidak berpahala dan tidak pula dianggap berdosa.

B. Al-Quran Secara harfiah, Al-Quran (bahasa arab) berarti bacaan. Secara maknawi Al-Quran adalah Kallam Allah SWT yang merupakan mukjizad yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan yang tulis di Mushaf dan diriwayatkan dengan Mutawatir serta membacanya adalah ibadah. Al-Quran merupakan kitab Allah yang terakhir yang diturunkan kepada Nabi terakhir, Nabi Muhammad SAW, dan merupakan penyempurnaan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya seperti Taurat, Injil dan Zabur. Al-Quran bersifat universal dalam arti cakupan sasarannya seluruh umat manusia tanpa dibatasi ras (suku atau bangsa) dan wilayah (daerah atau negara) serta golongan atau strata sosial tertentu. Universal dalam arti masa berlakunya sepanjang masa/jaman tanpa dibatasi waktu sejak Nabi Muhammad SAW sampai akhir jaman. Oleh sebab itu, keluasan dan kelengkapan ajarannya, menjadikan Al-Quran sebagai satu satunya pedoman kehidupan yang dapat membawa manusia pada keselamatan dan kebahagiaan lahir-batin, dunia-akhirat. Dalam Al-Quran terdapat petunjuk yang jelas dan nyata, bagaimana manusia harus hidup dan menghadapi berbagai masalah kehidupan ini tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaannya yang telah dianugrahkan Allah kepadanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran yang artinya : Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka adalah pahala yang besar. (Q.S. Al-Israa, 17 : 9). Adapun 3 komponen dasar hukum dalam Al-Quran : 1. Hukum Itiqadiah, yaitu hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah. Hukum ini tercermin dalam rukun iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin atau Ilmu Kalam. 2. Hukum Amaliah, yaitu hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia serta manusia dengan lingkungan sekitar. Hukum amaliah tercermin dalam rukun Islam dan disebut Hukum Syara/ Syariat, ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fiqih.

3. Hukum Khuluqiah, yaitu hukum yang berkaitan dengan perilaku moral manusia dalam kehidupan, tercermin dalam konsep ihsan, ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf. Khusus hukum syara dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : 1. Hukum Ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT. Misalnya sholat, puasa, zakat, haji dank urban. 2. Hukum Muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Yang termasuk dalam hukum muamalat adalah : Hukum munakahat (pernikahan) Hukum faraid (waris) Hukum jinayat (pidana) Hukum hudud (hukuman) Hukum jual beli dan perjanjian Hukum al-khalifah Hukum makanan dan penyembelihan Hukum aqdiah (pengadilan) Hukum jihad (peperangan) Hukum dauliyah (antar bangsa)

C. Hadist Hadist/Sunah adalah ucapan, perbuatan dan persetujuan Rasulullah SAW. Dari definisi tersebut hadist Nabi terbagi menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Hadist Qauliyah yaitu hadist yang didasarkan atas segenap perkataan dan ucapan Nabi Muhammad SAW, 2. Hadist Filiyah yaitu hadist yang didasarkan atas segenap perilaku dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, 3. Hadist Taqririyah yaitu hadits yang didasarkan pada persetujuan Nabi Muhammad SAW atas apa yang dilakukan para sahabatnya. Nabi Muhammad SAW membiarkan

penafsiran dan perbuatan yang dilakukan sahabatnya atas suatu hukum Allah dan Rasulnya. Diamnya Rasul menandakan kesetujuannya. Selain itu ada pula hadist Hammiyah yaitu hadist yang berupa hasrat dan keinginan Rasul untuk melakukan sesuatu tetapi belum sempat dilaksanakannya. Para ulama sepakat bahwa hadist adalah sumber Hukum Islam Kedua setelah AlQuran, siapa yang tidak mengakuinya/mengingkarinya, ia termasuk kafir. Golongan seperti ini disebut ingkar sunah dan dinyatakan riddah/murtad. Firman Allah SWT Dengan demikian semua umat Islam wajib menikuti hadist sebagaimana wajibnya mengikuti Al-Quran. Fungsi hadist terhadap Al-Quran adalah : 1. Memperkuat/mempertegas hukum-hukum yang telah disebutkan di dalam Al-Quran, contoh keharusan berwudhu ketika melaksanakan sholat tercantum dalam surat Al-Maaidah ayat 6 diperkuat oleh hadist Nabi yang berbunyi Tidak diterima sholat seseorang yang berhadas sebelum berwudhu. (H.R. Bukhari) 2. Menjelaskan, menafsirkan dan merinci ayat-ayat Al-Quran yang masih umum dan samar misalnya dalam sholat. diterangkan dalam Hadist Nabi. 3. Mewujudkan suatu hukum/ajaran yang tidak tercantum di dalam Al-Quran. Namun secara prinsif tidak bertentangan dengan kandungan Al-Quran misalnya masalah menggosok gigi/siwak disunahkan Nabi SAW. Hal ini tidak terungkap secara eksplisit dan detail dalam Al-Quran, Al-Quran hanya menegaskan masalah kebersihan secara umum. Al-Quran menegaskan wajibnya sholat tetapi tidak dijelaskan bagaimana sholat itu dilakukan, syarat sholat, rukun dan sunahnya itu semua

D. Ijtihad Jika terjadi persoalan baru di kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa tertentu, maka persoalan tersebut dikaji apakah permasalahan itu sudah ada dan

jelas ketentuannya dalam Al-Quran atau Hadist.

Sekiranya sudah ada dan jelas, maka

permasalaah itu harus mengikuti ketentuan yang ada dalam Al-Quran dan Hadist itu. Namun, jika persoalan tersebut merupakan persoalan yang tidak jelas atau tidak ditemukan ketentuannya dalam Al Quran dan Hadist, pada saat itulah umat Islam memerlukan ketetapan ijtihad. Ijtihad sebagai sumber hukum ketiga sesudah Al Quran dan Hadist berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata jahada yang artinya bersungguh-sungguh. Sedangkan, pengertian ijtihad menurut hukum Islam adalah mengerahkan segala kemampuan secara maksimal dalam mengungkapkan kejelasan hukum syara. Tujuannya untuk menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di tengah masyarakat. Kedudukan ijtihad sebagai sumber hukum Islam tidak bisa disejajarkan dengan dua sumber pokok ajaran Islam, Al Quran dan Hadist. Tetapi, ijtihad lebih tepat dikatakan sebagai alat atau cara untuk meneropong dua sumber pokok itu, dalam kaitannya dengan permasalahan kehidupan umat. Orang yang mengerahkan kemampuan secara maksimal dalam mengungkapkan kejelasan hukum atau yang melakukan ijtihad dinamakan mujtahid. Melihat kepada pelaksanaannya ijtihad dibagi menjadi dua. Pertama, ijtihad Fardi. Ijtihad ini dilakukan oleh mujtahid secara fardi atau seorang diri. Kedua, ijtihad jamaI yang dilakukan oleh mujtahid secara ijtima atau berkelompok. Berijtihad tidak bisa dilakukan oleh siapa saja, tetapi hendaknya orang yang berijtihad itu memiliki kapasitas dan kualifikasi ilmu yang memadai. Dalam hal ijtihad lahirlah para ulama besar ahli fikih yaitu 4 orang imam yang sampai sekarang ini diikuti hasil ijtihadnya oleh sebagian besar umat muslim. Keempat orang imam tersebut adalah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam SyafiI dan Imam Hambali.

BAB III PENUTUP

10

A. Kesimpulan Hukum Islam disebut juga syariat/ hukum Allah SWT, yaitu hukum atau UU yang ditentukan Allah SWT sebagaimana yang terkandung dalam kitab suci Al-Quran dan Hadist/ Sunah. Al-Quran adalah dasar dan Sumber Hukum Islam yang utama dan pertama. dalam perintah dan larangan. Hukum-hukum Islam yang tercantum dalam Al-Quran pada umumnya global dan umum tidak terperinci, penjelasan dan detail/rinciannya dapat ditemukan pada Hadist sebagai Sumber Hukum Islam kedua. Jika ada persoalan yang tidak jelas/tidak ditemukan ketentuannya dalam Al-Quran dan Hadist pada saat itulah umat Islam memerlukan ketetapan ijtihad sebagai sumber hukum Islam ketiga. B. Saran Berijtihad tidak bisa dilakukan oleh siapa saja, tetapi hendaknya orang yang berijtihad itu memiliki kapasitas dan kualifikasi ilmu yang memadai. Dengan demikian hendaklah umat Islam perlu hati-hati dalam menyikapi hukum ketiga/ijtihad. Sebagai pedoman kehidupan manusia Al-Quran mengandung aturan-aturan Illahi yang dinyatakan

11

12

Anda mungkin juga menyukai