Anda di halaman 1dari 6

Kita adalah Pemilik Sah Republik ini

Tidak ada pilihan lain. Kita harus Berjalan terus Karena berhenti atau mundur Berarti hancur. Apakah akan kita jual keyakinan kita Dalam pengabdian tanpa harga Akan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun lalu Dalam setiap kalimat yang berakhiran Duli Tuanku? Tidak ada pilihan lain. Kita harus Berjalan terus Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan Mengacungkan tangat untuk oplet dan bus yang penuh Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan Dan seribu pengeras suara yang hampa suara Tidak ada pilihan lagi. Kita harus Berjalan terus 1966 diambil dari buku Tirani dan Benteng (Yayasan Ananda, Jakarta, 1993, halaman 113)

Miskin Desa, Miskin Kota


ke kuburan Tak terhitung kami mengaisKakekmu di zaman Jepang kena kudis dan beri-beri Bengkak di kaki, kelaparan dan mati Beribu kami mengais beribu pula mengemis Keluarga kita di zaman PKI makan bulgur kuda Panen sedesa dilindas cuaca dan hama Bu-likmu, misanmu, semua mati muda Berpuluh ribu kami mengais berpuluh ribu pula mengemis Tahun ini lagi kita ditebas kesengsaraan Negeri rubuh, kasau-jeriau dan pagu dapur berantakan Sesabar-sabar makhluk makan angan-angan Jam berdetak, angin lewat di atas tungku penjerangan Di halaman depan menanti keranda tak terhitung pula yang mengemis.

Mencatatkan Kerinduan
kepada Bimbo setelah 25 tahun lirik dituliskan Sam, tolong catatkan kerinduanku Pada daun-daun pohon jati Cil, tolong catatkan kerinduanku Pada nelayan laut sunyi Jaka, tolong catatkan kerinduanku Pada kata si rendah hati In, tolong catatkan kerinduanku Pada penangkap ikan dan 25 Nabi Adalah sunyi sipres tua Ada pula awan bulu domba Adalah anak tak putus bertanya Ada pula serangga berkata-kata Adalah merdu Daud burung-burungnya Ada pula dedahanan berkosakata Adalah tongkat nabi Musa Ada pula eling Ranggawarsita Ada sakratulmaut di mana dia Dari seribu kerinduan berapa kiranya Yang Dikau berikan Dari sepuluh kerinduan Manakah kerinduan Yang bersangatan?

Ele gi buat Sebuah Per ang Saudar a


Dengan mata dingin dia turun ke medan Di bahunya tegar tersilang hitam senapan Dengan rasa ingin ditempuhnya perbukitan Mengayun lengan kasar berbulu dendam Angin pun bagai kampak sepanjang hutan Bukit-bukit dipacu atas kuda kelabu Dada dan lembah menyenak penuh deram Di ujung gunung lawannya sudah menunggu Terurai kendali kuda, merentak ringkiknyaDi kaki langit teja mengantar malam tembagaLuluhlah senja dalam denyar. Api mesiuDi ujung gunung lawan rebah telungkup bahu Angin tak lagi menderu tapi desah tertahan Dengan kaki sombong dibalikkannya lelaki itu Ketika senja berayun malam di dahan-dahan Angin pun menggigiti kulit bagai gergaji Telentang kaku di bumi. Telah dibunuh adik sendiri.

Formulir Ini
Siapakah dirimu? Sebuah nomor Sederet huruf resmi Dalam abjad Latin Dan loket di ujung antri yang panjang Engkau bergegas ke luar gedung ini Di luar telah menanti matahari Suara dan undang-undang Sebelum keluar mereka di pintu akan Membekalimu dengan kertas-kertas Putih. Dan ransel bahu Terlampau gegas kau telah keluar dari gedung ini Di luar telah menanti padang Garis-garis Garis angin Garis badai Garis suara Garis lurus khayali di ujungnya sebutir Logam. Siapakah diriku? Sebuah anti-proses Sebilah tangan yang teracung Berhenti! Capung yang gelisah Srigunting menukik resah Gelatik-gelatik lalu bernyanyi Di pohon-pohon kecil di sawah Di atas tanggul sejarah Di luar sungai mengalir Dalam garis-garis Garis ilmu bumi Garis tegaklurus Garis granit.

Anda mungkin juga menyukai