A. Hipoksemia Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO 2 ) atau saturasi O 2 arteri (SaO 2 ) dibawah nilai normal (nilai normal PaO 2 85-100 mmHg), SaO 2 95. Hipoksemia dibedakan menjadi ringan sedang dan berat berdasarkan nilai PaO 2 dan SaO 2 . hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO 2 60-79 mmHg dan SaO 2 90- 94, hipoksemia sedang PaO 2 40-60 mmHg, SaO 2 75-89 dan hipoksemia berat bila PaO 2
kurang dari 40 mmHg dan SaO 2 kurang dari 75. Umur juga mempengaruhi nilai PaO 2 dimana setiap penambahan umur satu tahun usia diatas 60 tahun dan PaO 2 80 mmHg maka terjadi penurunan PaO 2 sebesar 1 mmHg. Hipoksemia dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi, perIusi, hipoventilasi, pirau, gangguan diIusi dan berada ditempat yang tinggi. 2
Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan Iisiologi yan gbertujuan untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila tekanan oksigen arteriol (PaO 2 ) dibawah 55 mmHg.kendali naIas akan meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol (PaO 2 ) yang meningkat dan sebaliknyatekanan karbondioksida arteri (PaCO 2 ) menurun.jaringan Vaskuler yang mensuplai darah di jaringan hipoksia mengalami vasodilatasi, juga terjadi takikardi kompensasi yang akan meningkatkan volume sekuncup jantung sehingga oksigenasi jaringan dapat diperbaiki. Hipoksia alveolar menyebabkan kontraksi pembuluh pulmoner sebagai respon untuk memperbaiki rasio ventilasi perIusi di area paru terganggu, kemudian akan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis dan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis danterjadi peningkatan kapasiti transIer oksigen. Kontraksi pembuluh darah pulmoner, eritrositosis dan peningkatan volume sekuncup jantung akan menyebabkan hipertensi pulmoner. Gagal jan tung kanan bahkan dapat menyebabkan kematian. 2
B. Hipoksia 3
Hipoksia adalah kekurangan O 2 ditingkat jaringan. Istilah ini lebih tepat dibandingkan anoksia, sebabjarang dijumpai bahwa benar-benar tidak ada O2 tertinggal
dalam jaringan, secara tradisional, hipoksia dibagi dalam 4 jenis. Berbagai klassiIikasi lain telah digunakan namun sidtim 4 jenis ini tetap sangat bergunaapabila masing-masing deIinisi istilah tetap diingat. Keempat kategori hipoksia adalah sebagai berikut : !--|iI !supportLists|--~1. !--|endiI|--~Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila PO 2 darah arteri berkurang !--|iI !supportLists|--~2. !--|endiI|--~Hipoksia anemik yaitu apabila O 2 darah arteri normal tetapi mengalami denervasi maupun pada ginjal yang diangkat (diisolasi) dan diperIusi !--|iI !supportLists|--~3. !--|endiI|--~Hipoksia stagnan; akibat sirkulasi yang lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok !--|iI !supportLists|--~4. !--|endiI|--~Hipoksia histotoksik; hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida Hipoksia Hipoksik 3
Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernaIasan lainnya. Gejala dan tanda hipoksia hipoksik 3
!--|iI !supportLists|--~1. !--|endiI|--~Pengaruh penurunan tekanan barometer Penurunan PCO 2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis respiratorik !--|iI !supportLists|--~2. !--|endiI|--~Gejala hipoksia saat bernaIas oksigen Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan pada atau lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh. Setiap orang yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu meninggal saat hipoksia, sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh menimbulkan kematian !--|iI !supportLists|--~3. !--|endiI|--~Gejala hipoksia saat bernaIas udara biasa Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar 3700 m. Pada ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya seseorang hilang kesadaran. !--|iI !supportLists|--~4. !--|endiI|--~EIek lambat akibat ketinggian Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak naIas, serta mual dan muntah. !--|iI !supportLists|--~5. !--|endiI|--~Aklimatisasi Respon awal pernaIasan terhadap ketinggian relatiI ringan, karena alkalosis cenderung melawaneIek perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya asidosis laktat dalam otak akan menyebabkan penurunan pH LCSdan meningkatkan respon terhadap hipoksia. Penyakit yng menyebabkan Hipoksia Hipoksik 3
Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan kegagalan organ pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung kongenital dengan sebagian besar darah dipindah dari sirkulasi vena kesisi arterial, serta penyakit dengan kegagalan pompa pernaIasan. Kegagalan paru terjadi bilakeadan seperti Iibrosis pulmonal menyebabkan blok alveoli kapiler atau terjadi ketidak seimbangan ventilasi perIusi. Kegagalan pompa dapat disebabkan oleh kelelahan otot-otot pernaIasan pada keadaan dengan peningkatan beban kerja pernaIasan atau oleh berbagai gangguan mekanik seperti pneumothoraks atau obstruksi bronkhialyang membatasi ventilasi. Kegagalan dapat pula disebabkan oleh abnormalitas pada mekanisme persaraIan yang mengendalikan ventilasi, seperti depresi neuron respirasi di medula oblongata oleh morIin dan obat-obat lain. Hipoksia Anemik 3
Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapat peningkatan kadar 2,3- DPG didalam sel darah merah,kecuali apabila deIisiensi hemoglobin sangat besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami kesulitan cukup besar sewaktu melakukan latihan Iisik karena adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan pengangkutan O 2 kejaringan aktiI. Hipoksia Stagnan 3
Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestiI. Pada keadaan normal, aliran darah ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung. Hipoksia Histotoksik Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan sianida, menghasilkan sianmethemoglobin, suatu senyawa non toksik. Kemampuan pengobatan menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat dibentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen hiperbarik mungkin juga bermanIaat. C. Gagal NaIas 2
Gagal naIas merupakan suatu keadaan kritis yang memerlukan perawatan di instansi perawatan intensiI (IP). Diagnosis gagal naIas ditegakkan bila pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat atau tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen darah dan sistem organ. Gagal naIas terjadi karena disIungsi sistem respirasi yang dimulai dengan peningkatan karbondioklsida dan penurunan jumlah oksigen yang diangkut kedalam jaringan. Gagal naIas akut sebagai diagnosis tidak dibatasi oleh usia dan dapat terjadi karena berbagai proses penyakit. Gagal naIas hampir selalu dihubungkan dengan kelainan diparu,tetapi keterlibatan organ lain dalam proses respirasi tidak boleh diabaikan. Gagal NaIas Tipe I 2
Pada tipe ini terjadi perubahan pertukaran gas yang diakibatkan kegagalan oksigenasi. PaO 2 _50 mmHg merupakan ciri khusus tipe ini, sedangkan PaCO 2 _40 mmHg, meskipun ini bisa juga disebabkan gagal naIas hiperkapnia. Ada 6 kondisi yang menyebabkan gagal naIas tipe I yaitu: !--|iI !supportLists|--~1. !--|endiI|--~Ketidak normalan tekanan partial oksigen inspirasi (low PIO 2 ) !--|iI !supportLists|--~2. !--|endiI|--~Kegagalan diIusi oksigen !--|iI !supportLists|--~3. !--|endiI|--~Ketidak seimbangan ventilasi / perIusi |V/Q mismatch| !--|iI !supportLists|--~4. !--|endiI|--~Pirau kanan ke kiri !--|iI !supportLists|--~5. !--|endiI|--~hipoventilasi alveolar !--|iI !supportLists|--~6. !--|endiI|--~konsumsi oksigen jaringan yang tinggi Gagal NaIas Tipe II 2
Tipe ini dihubungkandengan peningkatan karbondioksida karena kegagalan ventilasi dengan oksigen yang relatiI cukup. Beberapa kelainan utama yang dihubungkan dengan gagal naIas tipe ini adalah kelainan sistem saraI sentral, kelemahan neuromuskuler dam deIormiti dinding dada. Penyebab gagal naIas tipe II: !--|iI !supportLists|--~1. !--|endiI|--~Kerusakan pengaturan sentral !--|iI !supportLists|--~2. !--|endiI|--~Kelemahan neuromuskuler !--|iI !supportLists|--~3. !--|endiI|--~Trauma spina servikal !--|iI !supportLists|--~4. !--|endiI|--~Keracunan obat !--|iI !supportLists|--~5. !--|endiI|--~inIeksi !--|iI !supportLists|--~6. !--|endiI|--~Penyakit neuromuskuler !--|iI !supportLists|--~7. !--|endiI|--~Kelelahan otot respirasi !--|iI !supportLists|--~8. !--|endiI|--~Kelumpuhan saraI Irenikus !--|iI !supportLists|--~9. !--|endiI|--~Gangguan metabolisme !--|iI !supportLists|--~10. !--|endiI|--~DeIormitas dada !--|iI !supportLists|--~11. !--|endiI|--~Distensi abdomen massiI !--|iI !supportLists|--~12. !--|endiI|--~Obstruksi jalan naIas III. TU1UAN TERAPI OKSIGEN Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO 2 lebih dari 90 mmHg atau SaO 2
lebih dari 90. Besarnya Iraksi oksigen inspirasi yang didapat unit paru sesuai dengan volume oksigen yang diberikan pada pasien dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 2
Alat Aliran (L/menit) Fi O 2 (Iraksi oksigen inspirasi) Kanula nasal 1 2 3 4 5 6 0,24 0,28 0,32 0,36 0,40 0,44 Masker oksigen 5-6 6-7 0,40 0,50 7-8 0,60 Masker dengan kantong reservoir 6 7 8 9 10 0,60 0,70 0,80 _0,80 _0,80 Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat terbatas pada hipoksia stagnan. Anemik dan histotoksik, karena yang dapat dicapai melalui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O 2 yang larut di dalam darah arteri. Hal ini juiga berlaku bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah vena yang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pada bentuk hipoksia hipoksik lainnya, pemberian O 2 sangat bermanIaat. Namun perlu diingat, bahwa pada penderita gagal paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO 2 dapat sedemikian tingginya sampai menekan dan bukan merangsang pernaIasan. 3
Walau tergolong jenis terapi dan teknologi kesehatan mutakhir, tetapi dengan menggunakan oksigen murni yang mulai marak sekarang, sebenarnya sudah ditemukan sejak hampir 400 tahun yang lalu, namun berbgai benturan yang dihadapi membuat dunia kesehatan terkesan kurang mengakui teknik ini. Di Indonesia sendiri terapi oksigen murni dengan mempergunakan ruang hiperbarik mulai dikenal sejak tahun enam puluhan. Namun penggunaannya masih terbatas bagi kalangan penyelam AL yang mengalami penyakit dekompensasi yang terjadi akibat penurunan tekanan yang terlampau cepat dari bawah keatas permukaan air. Gejala-gejalanya antara lain adalah nyeri diseluruh tubuh, pusing dan kehilangan orientasi. 1
IV. INDIKASI TERAPI OKSIGEN Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat terbatas pada hipoksia stagnan, anemik dan histologik.karena yang dapat dicapai melelui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O 2 yang larut didalam darah arteri. Hal ini berlaku juga bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah venayang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pad abentuk hipoksia hipoksik lainnya, pemberian O 2 sangat bermanIaat namun perlu diingat, bahwa penderita dengan gagal paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO 2 dapat sedemikian tingginya sampai menekan dan bukan merangsang pernaIasan. Sebagian penderita ini tetap bernaIas karena adanya rangsang kemoreseptor karotis dan aorta padapusat pernaIasan. Apabila pemicuan oleh hipokisia dihilangkan melalui pemberian O 2 , pernaIasan dapat berhenti. Selama apnea, PO 2 darah arteri menurun, namun pernaIasan mungkin tidak akan timbul kembali, karena peningkatan PCO 2 akan lebih mendepresi pusat pernaIasan. Oleh sebab itu, pemberian O 2 pada keadaan ini dapat berakibat Iatal. 3
Dalam perkembangannya barulah terapi oksigen ini dipakai untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti luka pada penderita diabetes hingga stroke. Tetapi yang membuatnya menanjakpopuler sekarang ternyata adalah dengan meningkatnya kebutuhan orang akan hal kecantikan dan kebugaran. Secra perlahan kalangan awam mulai mengenal hal ini hingga baru sekarang teknik terapi ini dikenal orang sebagai terapi modern dalam dunia kesehatan.sekarang banyak yang menggunakan terapi ini untuk mencegah penuaan,menambah kecantikan dan kebugaran juga mencegah terjadinya kebotakan, dimana melalui sebuah survei mencatat alasan yang cukup tinggi pada pengguna terapi ini. Begitupun belum banyak pusat pusat kesehatan yang menyediakan Iasilitas ini karena biayanya yang masih relatiI mahal dan terapinya yang harus dilakukan secara berkala. Sementara di Amerika, Eropa dan Jepang pemakaiannya ternyata sudah begitu meluas sampai pusat-pusat kebugaran. Sebuah laporan malah menyebutkan adanya tempat yang dinamakan Oxy Bar dimana pengunjung dapat menghirup oksigen murni dengan berbagai pilihan yang beragam. 1
PemanIaatan terapi hiprebarik oksigen ini mengambil suatu pelajaran dari kecelakaan penyelaman dan segala penyakit yang ditimbulkannya. Sebetulnya, bahaya atau penyakit yang dialami oleh penyelam juga dirasakan sama oleh pekerja di ruang adara bertekanan tinggi. Saat turun, dapat terjadi barotrauma yang terjadi pada telinga, gigi lubang, paru-paru dan lainnya. Ketika didasar, dapat mengalami keracunan udara pernaIasan seperti keracunan oksigen, nitrogen, karbonmonoksida, maupun karbondioksida. Sedang saat naik, dapat terjadi penyakit dekompresi, serta barotrauma. Karenanya banyak penyakit yang dapat di terapi dengan hiperbarik ini seperti penyakit dekompresi, emboli udara, aktinomikosis,anemia, insuIisiensi arteri periIer akut, inIeksi bakteri, keracunan CO, keracunan sianida, gas gangren, cangkokan kulit, inIeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan an-aerob, osteoradionekrosis, radionekrosis jaringan lunak, sistisis akibat radiasi, ekstraksi gigi pada rahang yang diobati dengan radiasi, mukomikosis, osteomielitis, ujung amputasi yang tidak sembuh, luka diabetik, inhalasi asap, serta luka bakar. 5
Terapi dengan oksigen murni mempunyai eIek yang baik bagi aliran darah da kelangsungan hidup jaringan yang terkena gangguan kekurangan oksigen. Penggunaan terapi oksigen bertekanan tinggi ini kian meningkat dalam klinis. Pada jaringan disekitar yang terdapat luka, biasanya terjadi hambatan kelancaran aliran oksigen. Padahal oksigen itu penting dan merupakan salah satu Iaktor penentu dalam proses penyembuhan luka, biasanya terjadi hambatankelancaran aliran oksigen. Padahal oksigen itu penting dan merupakan salah satu Iaktor penentu dalam proses penyembuhan luka, sekaligus menangkal terjadinya inIeksi. Kemampuan menghambat terjadi inIeksi dengan terapi oksigen bertekanan tinggi ini punya ciri dan kelebihan tersendiri dibanding dengan pemakaian antibiotika. 5
Beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum melakukan terapi oksigen yaitu diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan indikasi terapi oksigen ini akan dapat memperbaiki keadaan hipoksemia dan perbaikan klinik. Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini. 2
!--|iI !supportLists|--~1. !--|endiI|--~Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus) Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai: !--|iI !supportLists|--~O!--|endiI|--~PaO 2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88 !--|iI !supportLists|--~O!--|endiI|--~PaO 2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89 disertai kor pulmonale, polisitemia (hematokrit ~56) !--|iI !supportLists|--~2. !--|endiI|--~Pemberian secara berselang Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai: !--|iI !supportLists|--~O!--|endiI|--~Pada saat latihan PaO 2 55 mmHg atau saturasi 88 !--|iI !supportLists|--~O!--|endiI|--~Pada saat tidur PaO 2 55 mmHg atau saturasi 88 disertai komplikasi seperti hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia. Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka panjang. !--|iI !supportLists|--~V. !--|endiI|--~KONTRA INDIKASI TERAPI OKSIGEN !--|iI !supportLists|--~O!--|endiI|--~Kasus-kasus yang tak diperkenankan menggunakan terapi ini antara lain adalah orang dengan kelainan paru-paru karena bisa mengakibatkan pecahnya paru-paru dalam ruangan bertekanan tinggi, orang dengan riwayat operasi paru, inIeksi saluran naIas atas, cedera paru, tumor ganas, orang yang mengidap penyakit-penyakit menular lain dan mengidap gaustrophobia (rasa takut berada dalam ruangan tertutup). Karena itu, biasanya pasien diminta menyediakan data pemeriksaan darah lengkap dan hasil Ioto rontgen paru minimal 6 bulan berselang sebelum memulai terapi oksigen hiperbarik ini. Jadi bila ingin mencoba terapi oksigen mutakhir dengan cara menghirup oksigen murni dalam ruangan hiperbarik ini tentu saja tak ada salahnya, tetapi jangan lupa untuk memenuhi persyaratan dan prosedurnya serta satu hal yang paling penting yaitu harus terlebih dahulu dimulai dengan berkonsultasi pada ahlinya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. 1
Berapa lama biasa terapi ini dilakukan? Berbeda dengan kasus-kasus penyelamanyang membutuhkan waktu hingga lima jam, dari survey didapat data kira-kira sekitar satu jam untuk tujuan kebugaran dan kecantikan dan bisa lebih lama sedikit untuk penyakit-penyakit yang lebih serius. Terapi oksigen hiperbarik ini dilakukan secara berkala mulai dari enam sampai sepuluh kali berturut-turut selama satu jam tergantung pada tempat penyedia Iasilitasnya. 1
!--|iI !supportLists|--~O!--|endiI|--~Kontra indikasi terapi hiperbarik terutama pada penderita pneumothorak yang belum dirawat, kecuali bila sebelum pemberian oksigen hiperbarik dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi pneumothorak tersebut, dan juga bagi yang sedang hamil. Karena tekanan partial oksigen yang tinggi berhubungan dengan penutupan patent ductus arteriosus bersiIat bahaya bagi kehamilan dan janin yang dikandung. Namun demikian, ada juga penelitian yang menunjukkan hasil, komplikasi seperti itu tidak terjadi. Penggunaan terapi oksigen hiperbarik sangat luas. Meskipun demikian penggunaannya relatiI masih kecil dibanding jumlah penduduk Indonesiayang sedemikian besar. 5
VI. METODE Oksigen diberikan dengan kanula nasal 2 (dua) liter permenit dapat meningkatkan Iraksi oksigen inspirasi dari 21 menjadi 27, pendapat lain menyatakan bahwa oksigen dapat diberikan 2-4 liter per-menit. Metode ini kurang eIisien sebab hanya oksigen yang mengalirpada awal inspirasi saja yang sampai di alveoli dan ikut proses pertukaran gas. Penggunaan kateter transtrakeal merupakan salah satu carauntuk mengatasi kurang eIisiennya metode pemberian oksigen dengan kanula nasal. Keuntungan kateter transtrakeal adalah mengurangi volume ruang rugi anatomik, karena oksigen yang diberikan dosis kecil dan langsung melalui trakea, mengurangi iritasi nasal, telinga dan Iasial serta mencegah bergesernya alat tersebut pada saat tidur. Komplikasi yang dapat terjadi dengan cara pemberian seperti ini adalah emIisema subkutis, bronkospasme, batuk paroksismal, dislokasi kateter, inIeksi di lubang trakea tempat masuknya kateter transtrakeal dan mucous ball yang bisa mengakibatkan keadaan menjadi Iatal. 2
Terapi oksigen dengan ruang hiperbarik dilakukan dalam ruangan yang terbuat dari baja dengan tekanan udara dibuat berkisar antara2-3 atm. Dalam tekanan yang lebih tinggi ini perjalanan oksigen ternyata akan menjadi lebih lancar termasuk bagi oarang yang mengalami penyempitan pembuluh darah. Oksigen murni yang dihirupnya akan tetap lancar memasuki pembuluh darah menuju sel karena tekanan tinggi akan oksigen larut dalam cairan tubuh sehingga dapat sampai kesetiap jaringan tubuh dengan cepat. Dengan mekanisme ini maka semua jaringan sel dalam tubuh akan mendapat oksigen secara maksimal sehingga metabolisme tubuh pun akan berlangsung lebih baik. Penggantian jaringan yang rusak termasuk penyembuhan luka pun akan berlangsung lebih cepat. Beberapa penelitian malah menyebutkan keadaan ini juga dapat membunuh berbagai macam bakteri penyebab penyakityang ada didalam tubuh. Dengan metabolisme maksimal makaproses penuaan pun akan dapat dihanbat sehingga orang akan kelihatan tetap cantik dan bugar. Sebuah survey konsumen di Amerika mencatat berbagai problem kesehatan yang melatarbelakangi pemilihan terapi ini seperti diabetes, stroke, anemia berat, hingga cedera atau luka seperti cedera olah raga, luka bakar dan sebagainya. Rata-rata ruangan hiperbarik yang ada sekarang bisa menampung beberapa pasien sekaligus. 1
!--|iI !supportLists|--~O!--|endiI|--~Awalnya, terapi oksigen hiperbarik (OHB) biasa digunakan sebagai terapi bagi penyelam untuk menormalkan gas-gas dalam tubuhnya. Biasanya, penyelam dimasukkan kedalam perbaric Chamber atau Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) lalu diberi oksigen murni (100 persen) dengan cara dihirup melalui hidung dengan menggunakan masker. Peserta bisa duduk atau berbaring didalamnya. Pada prinsipnya, dalam terapi hiperbarik ini, penderita atau peserta menghisap oksigen dalam ruangan bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosIer absolut. Tekanan yang diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa. Sedangkan oksigen murni yang terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Hiperbarik ini mempunyai manIaat yang cukup banyak. Menurut Dr Muhammad Akbar, Sp.S, ketua bagian saraI Unhas/RS Wahidin Sudirohusodo, terapi hiperbarik sangat baik untuk menormalkan jaringan hipoksia (kekurangan oksigen) dan anoksia (tidak ada oksigen), dan meningkatkan kemampuan lekosit membunuh kuman. Tak hanya itu, terapi oksigen itu juga dapat meningkatkan neovaskularisasi (jaringan darah) dan proliIerasi (pertambahan sel baru yang menggantikan sel mati) serta mengobati penyakit dekompresi. Belakangan, para ilmuwan menemukan bahwa terapi oksigen tersebut juga baik bagi penderita diabetes mellitus (DM) maupun stroke. Bahkan, dikota-kota besar di luar negri maupun di Jakarta dan di Surabaya, penggunaan terapi oksigen ini berkembang pesat. Terapi oksigen hiperbarik mulai dikenal sebagai terapi yang dapat membuat tubuh sehat dan bugar, bahkan menjadi salah satu jurus ampuh untuk tampil awet muda dengan cara paling aman. 7
!--|iI !supportLists|--~O!--|endiI|--~Prinsip dasar terapi hiperbarik, penderita menghisap oksigen dalam ruangan bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosIer absolut. Dengan tekanan yang diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa, dan oksigen murni yang terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Sehingga total oksigen mampu terkonsumsi dalam terapi hiperbarik oksigen ini, 15 kali lebih banyak,dibanding bernaIas dalam keadaan biasa. Pelaksanaan pengobatan dengan oksigen hiperbarik dapat dikerjakan di dalam kamar tunggal (monoplace chamber) atau kamar ganda (multiplace chamber). Kamar udara bertekanan tinggi ganda dapat digunakan oleh banyak orang, maximum 10 orang.di sini penderita dapat didampingi oleh perawat atau dokter yang ikutmengalami tekanan bersama dengan penderita. Dalam kamar udara bertekanan tinggi ganda ini penderita menghisap oksigen 100 melalui masker. Kamar udara bertekanan tinggi ganda ini cocok digunakan untuk penderita yang karena keadaannya perlu seorang pendamping, atau bilamana akan dilakukan tindakan bedah atau yang akan menjalani tindakan lainnya. 5
Dengan terapi oksigen murni, tak perlu waktu yang begitu panjang, paling hanya satu jam. Meski demikian, dengan mekanisme sel yang mudah dipercepat menjadi tua, dan yang tua dengan cepat diganti yang muda, metabolisme sel tubuh menjadi sempurna kembali dalam waktu yang relatiI singkat. 5
VII. SISTEM PEMBERIAN OKSIGEN Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3 macam: 2
1. Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi Oksigen disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi, aliran udara dapat diatur dengan alat regulator. Macam-macam tabungnya adalah tabung H (244 cuII), tabung E (22 cuII), tabung D (13 cuII). Keuntungannya adalah murah harganya, tersedia cukup banyak dan dapat disimpan lama. Kerugiannya adalah berat, kurang praktis dalam pengisian dan mudah meledak. 2. Oksigen cair Oksigen cair tidak bertekanan tinggi dan dapat disimpan dalam tempat tertentu, dilengkapi dengan alat HCF4 untuk mengubah oksigen cair menjadi gas sehingga dapat dihirup. Tempat pennyimpanan tersebut dinamakan dewar yang dapat menyimpan O 2 cair pada suhu -273 o F. Umumnya dewar berisi 100 pound oksigen yang dapat habis dalam satu minggu bila dipakai terus-menerus dengan aliran 2 liter permenit. 3. Oksigen konsentrat Sistem oksigen konsentrat didapat dengan mengekstraksikan udara luar menggunakan metode molekuler sieve. Oksigen diekstraksi sehingga dapat diberikan kepada pasien dan nitrogen dibuang kembali ke udara luar. VIII. RESIKO TERAPI OKSIGEN Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan Iraksi lebih dari 50 terus-menerus selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H 2 O 2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis. 2
Oksigen 100 menimbulkan eIek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O 2 80-100 diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernaIasan akan teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru. Sejumlah bayi dengan sindroma gawat naIas yang diterapi dengan O 2 , selanjutnya mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti prematuritas (Iibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak pada matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O 2 100 pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O 2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan jumlah O 2 terlarut dalam darah. 3
IX. KESIMPULAN !--|iI !supportLists|--~1. !--|endiI|--~Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia, sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung Iatal akibatnya. Tak hanya untuk bernaIas dan mempertahankan kehidupan., oksigen juga sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. !--|iI !supportLists|--~2. !--|endiI|--~Tipe-tipe kekurangan oksigen dalam tubuh terbagi dua: !--|iI !supportLists|--~a. !--|endiI|--~Hipoksemia yaitu suatu keadaan dimana terjadipenurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO 2 ) atau saturasi O 2 arteri (SaO 2 ) dibawah nilai normal, SaO 2 95 !--|iI !supportLists|--~b. !--|endiI|--~Hipoksia yaitu kekurangan oksigen ditingkat jaringan !--|iI !supportLists|--~c. !--|endiI|--~Gagal naIas yaitu suatu keadaan kritis dimana kebutuhan oksigen darah dan sistem organ tidak tercukupi 3. Gejala-gejala yang timbul dari hipoksia adalah a. Alkalosis respiratorik b. Gejala mental seperti irritabilitas, dan penurunan kesadaran c. Sakit kepala, sesak naIas, insomnia serta mual dan muntah 4. Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO 2 lebih dari 90 mmHg atau SaO 2
lebih dari 90 5. Indikasi terapi oksigen antara lain: a. Diabetes b. Stroke c. terapi untuk kecantikan dan kebugaran d. Penyakit dekompresi e. Emboli udara I. Aktinomikosis g. Anemia h. InsuIisiensi arteri periIer akut i. InIeksi Bakteri j. Keracunan CO k. Keracunan sianida l. Gas ganren m. Cangkokan kulit n. InIeksi jaringan lunak o. Osteomielitis p. Ekstraksi gigi 6. Kontra indikasi terapi oksigen antara lain a. Kelainan paru b. Riwayat operasi paru c. InIeksi saluran naIas atas d. Cedera paru e. Tumor ganas I. Penyakit menular g. Pengidap gaustrophobia h. Kehamilan i. Pneumothorax 7. Resiko terapi oksigen antara lain adalah: a. Keracunan oksigen b. Retensi CO 2
c. Atelektasis d. Disstress substernal e. Kongesti hidung I. Nyeri tenggorokan g. Batuk h. Retinipati prematuritas i. Kedutan otot j. Rasa pening k. kejang l. Bunyi berdering dalam telinga m. Koma