Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Persalinan lama adalah proses persalinan yang mempunyai masalah Iase laten yang
panjang. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir. Persalinan lama
disebabkan oleh his tidak eIisien, Iaktor janin, dan Iaktor jalan lahir (panggul sempit,
kelainan serviks, vagina, dan tumor)
Bila tidak didapatkan adanya CPD (Cepalo Pelvic Disproportion) atau adanya
obstruksi. Memberikan penanganan umum yang mungkin akan memperbaiki kontraksi dan
mempercepat kemajuan persalinan.
Isi
Anamnesis
Anamnesis yang baik dan cermat, sudah dapat diperkirakan prognosisnya dan
rancangan tindakan untuk melakukan pertolongan persalinan.
Status Biologis
Tujuan untuk dapat membedakan dengan jelas seandainya terdapat kesamaan
sehingga tidak terjadi kemungkinan kesalahan dalam intepretasi dan intervensi medis.
Berdasarkan prognosis, kehamilan dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Primi muda: hamil dibawah umur 16 tahun
2. Primi tua:
a. Sekunder juka umur anak terkecil telah berumur diatas 5 tahun
ata Status Keterangan
Nama :
Umur : Umur ikut menentukan prognosis
Alamat :
Pekerjaan :
Nama Suami :
Agama :
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
eadaan
kehamilan
O Bagaimana dengan keadaan patologisnya?
- Disertai pusing, mata kabur, BB cepat bertambah
- Disertai pendarahan atau mengeluarkan air
- Disertai panas badan
- Gerak bayinya berkurang
Anamnesis
keluarga
O Apakah mempunyai penyakit keturunan herediter?
- Cacat bawaan herediter
- Penyakit ginjal
- Penyakit diabetes melitus
- penyakit TBC
O Apakah pernah mengalami kehamilan ganda?
1
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Iisik harus dilakukan secara menyeluruh karena telah terjadi perubahan
akibat kehamilan, yang bersumber dari perubahan hormonal. Perubahan sistem hormonal ini
dapat memperberat penyakit ibu yang diderita sebelumnya sehingga saling memengaruhi
antara kehamilan dan penyakitnya. Selain itu, dasar keadaan umum sebelum hamil
merupakan bagian penting karena akan memengaruhi tumbuh kembangnya janin.
1
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Dari pemeriksaan umum sering didapat keterangan-keterangan yang menuju kearah
tertentu dalam usaha membuat diagnosis.
Bentuk konstitusi tubuh mempunyai korelasi dengan keadaan jiwa penderita.
Penimbunan dan penyebaran lemak mempunyai hubungan dengan makanan, kesehatan
badan, penyakit menahun, dan Iaal kelenjar-kelenjar endokrin. Pertumbuhan rambut,
terutama di daerah pubis, betis, dan kumis, menunjuk kearah gangguan endokrin.
Selanjutnya, perlu diperiksa nadi, suhu badan dengan perabaan tangan (kalau perlu
dengan thermometer), tekanan darah, pernapasan, mata (anemia, ikterus, eksoItalmus),
kelenjar gondok (struma), payudara, kelenjar ketiak, jantung, paru-paru, dan perut. Adanya
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
edema, pannikulus adiposus yang tebal, asites, gambaran vena yang jelas/melebar, dan
varises-varises perlu pula mendapat perhatian yang seksama.
1
Pemeriksaan
Fisik
Penjabaran eterangan
esadaran
Umum
O esadaran penderita sangat
peting dinilai, dengan
melakukan anamnesis
O esadaran dinilai baik jika
dapat menjawab semua
pertanyaan
O Penderita sadar akan
menunjukan tidak ada kelainan
psikologis
eadaan gizi O Hubungan antara tinggi
badan/ berat badan seimbang
O Berat badan ideal adalah tinggi
badan dikurangi 100, sebagai
perhitungan dasar
O Berat badan bumil akan
bertambah terus sesuai tumbuh
kembang kehamilan
O Tidak anemia, dapat diartikan gizi
cukup. Anemia akan dapat
dibuktikan dengan pemeriksaan
laboratorium.
ulit/mukosa O kterus O Menunjukan adanya kemungkinan
kelainan Iungsi liver
Jantung/ paru O Dispneu
O Sianosis
O emungkinan terdapat desakan
uterus yang terlalu besar
O emungkinan penyakit paru dan
atau jantung
O Warna biru di bagian akral,
menunjukan kekurangan konsumsi
O
2
yang dapt disebabkan oleh
penyakit jantung/ paru
dema O Dapat terjadi pada muka,
kaki dan tangan
O Dapat merupakan gejala dari
preeklamsia, eklamsia
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
- ekurangan gizi
- Bentuk anemia
O loasma gravidarum
serta hiperpigmentasi
kulit, dahi dan pipi
O Hiperpigmentasi pipi simetris kanan
kiri chloasma gravidarum
O Akibat peningkatan melanocyte
stimulating hormone dari hipoIisis
anterior
Leher O Bandungan vena O Akibat penyakit jantung
O Perhatikan keadaan lain
- elenjar tiroid
- Pembengkakan kelenjar limIa
Buah dada O Bertambah besar O Timbunan lemak air dari karena
pengaruh esterogen
O Pembuluh darah tampak karena
esterogen untuk persiapan AS
O Hiperpigmentasi
areola payudara
O Pengaruh melanocyte stimulating
hormone dari hipoIisis anterior
O Puting susu menonjol
O elenjat Montgomery
tampak
Perut O Makin membesar
sesuai umur
O Uterus makin besar
O Hiperpigmentasi kulit
- Linea alba
- Striae gravidarum
O Bekas luka insisi
O melanocyte stimulating hormone
Vulva O Perlukaan perineum
O Varises
O Tanda Chadwick
O Penyakit daerah kulit
- ondiloma
akuminata
O Pada mulitipara bekas episiotomi
O Warna biru akibat pembuluh vagina
O nIeksi virus dan gonore
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
- Tampak leukore
Tungkai bawah O dema O Faktor mekanis
O Tanda preeklamsia/eklamsia
O Varises O Bendungan vena akibat multigravida
atau herediter
O Bekas luka O Akibat inIeksi yang meninggalkan
sikatrik limIavenerium inguinalis
1
Gambar 1: Chloasma Gravidarum
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Gambar 2: Striae Gravidarum
Gambar 3: Hiperplasia Gingiva
Gambar 4: pulis Gravidarum
Pemeriksaan Palpasi
Tujuan melakukan pemeriksaan palpasi dalah:
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
1. Menentukan besar serta tinggi Iundus uteri sehingga dapat diperkirakan usia
kehamilan
2. Menentukan letak janin dalam rahim yang akan menetapkan jalan persalinan dan
sekaligus prognosisnya
3. Menentukan terdapatnya kelainan yang akan ikut serta menentukan jalannya
pertolongan persalinan, diantaranya:
a. epala janin sampai pada waktunya belum masuk pintu atas panggul
b. Terdapat tumor di jalan lahir yang mungkin dapat mengganggu proses
persalinan per vaginam. Dengan demikian, perlu dipertimbangkan tindakan
persalinan dengan operasi.
Metode pemeriksaan palpasi yang lazim dilakukan:
1. Tehnik palpasi menurut Leopold,
2. Tehnik palpasi menurut neble,
3. Tehnik palpasi menurut AhIold,
4. Tehnik palpasi menurut Buddin,
5. Tehnik palpasi menurut Pawlik,
edudukan janin dalam uterus sebagian besar letak membujur (99), sedangkan letak
lintang hanya 1. Berbagai kedudukan kepala pada pintu atas panggul sebagian besar letak
Ileksi. Dengan demikian, pada akhirnya dapat terlahir spontan belakang kepala artinya
suboksiput sebagai hipomoklionnya.
Dengan demikian, ukuran lingkarang kepala yang terkecil yang dapat melalui jalan
lahir adalah suboksipito bregmatika sekitar 33 cm.
Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus diyakini bahwa kandung kencing dan rectum kosong
karena kandung kencing penuh teraba sebagai kista dan rectum penuh menyulitkan
pemeriksaan. Jikalau perlu, penderita disuruh kencing/buang air besar lebih dahulu, atau
dilakukan kateterisasi (ingat bahaya inIeksi).
Penderita diberitahu bahwa perutnya akan diperiksa, supaya ia tidak menegangkan
perutnya dan bernapas biasa. Jikalau perlu, kedua tungkai ditekuk sedikit dan wanita disusuh
bernapas dalam.
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Perabaan perut dilakukan perlahan-lahan dengan seluruh telapak tangan dan jari-jari.
Mula-mula diraba saja (tanpa ditekan) seluruhnya sebagai orientasi dengan satu atau kedua
tangan, dimulai dari atas (hipochondrium) atau di tempat yang tidak dikeluhkan nyeri. Lalu,
diperiksa dengan tekanan ringan apakah dinding perut lemas, tegang karena rangsangan
peritoneum, ataukah dirasakan nyeri, dan di mana yang paling nyeri. Sekaligus diperiksa pula
gejala nyeri lepas.
Baru kemudian dilakukan palpasi lebih dalam, sebaiknya bersamaan dengan irama
pernapasan, untuk mencari kelainan-kelainan yang tidak tampak dengan inspeksi. ni
sebaiknya dimulai dari bagian-bagian yang tampaknya normal, yaitu yang tidak dirasakan
nyeri dan tang tidak menonjol/membesar. arena telapak tangan dan jari-jari bagian ulna
lebih peka, maka palpasi dalam dilakukan dengan bagian ulna ini. #asa nyeri yang letaknya
lebih dalam menjadi lebih jelas. Perlu diperhatikan bahwa tidak boleh ditimbulkan perasaan
nyeri yang berlebihan karena wanita sangat menderita, dan secara reIlex menegangkan
perutnya.
2
Pemeriksaan Leopold yang dinyatakan sebagai metode pemeriksaan palpasi paling
lengkap dijabarkan secara skematis sebagai berikut:
1
Tehnik palpasi Pelaksanaan eterangan
Leopold -V Persiapan:
O Tidur terlentang dengan
tangan dibawah kepala/
sejajar dengan badan
disampingnya
O Penutup abdomen dibuka
secukupnya
O aki sedikit ditekuk sehingga
dinding abdomen menjadi
lemas
O Ajaklah penderita sedikit
berdiskusi tentang palpasi
sehingga sehingga perhatiannya
beralih dan dinding abdomen
menjadi lemas
Leopold O edua telapak tangan ada di
Iundus uteri untuk meraba
pada letak membujur
- Apa yang ada di Iundus
- Tingginya Iundus uteri
O epala keras, bulat dan terdapat
gerak balotemen
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
kanan
O Bagian terendah dipegang
antara ibu jari dan jari
lainnya
O Ciri ciri kepala adalah
bulat, keras dan bentuk yang
pasti
O riterianya sebagai berikut:
- Apakah msih dapat
digoyang
- Tidak dapat digoyang
O Goyangan ringan berarti sudah
masuk sebagian kecil
O Goyangan keras/ lebar berarti
bagian terendah belum masuk ke
PAP
O ni berati bagian terendah sudah
masuk PAP
Leopold V O Pemeriksaan terhadap kaki
penderita
O Dengan dua tangan
menentukan:
- Apa bagian paling
rendahnya
- Apakah sudah masuk PAP
atau belum
- Jika sudah masuk, berapa
bagiankah yang sudah
masuk?
-
O Leopold V tidak dilakukan
jika kepala (bagian terendah)
masih tinggi
O ntepretasi leopold V
- Tangan konvergen yang
berarti hanya sebagian
O arena bentuk kepala yang oval,
ada kemungkinan dalam posisi
Ileksi atau deIleksi. Dengan
demikian terdapat tonjolan dahi
(Ileksi) atau tonjolan belakang
kepala (deIleksi)
O Situasi tersebut akan menyulitkan
jika kedua tangan dimasukan ke
PAP.
O Akibatnya hanya satu tangan akan
dapat lebih masuk ke dalam
dibandingkan dengan tangan
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
Gambar 5: Pemeriksaan Leopold
Penurunan Kepala 1anin ke dalam PAP
Pada primigravida dengan ruang panggul yang normal, kepala janin akan sudah masuk ke
PAP mulai minggu ke 36, dan dapat disebabkan oleh hal hal berikut:
1. ontraksi ritmis Braxton Hicks
2. etegangan dinding abdomen
3. etegangan diaIragma abdomen, dan
4. etegangan ligamentum rotundum
Masuknya kepala janin ke PAP pada minggu ke 36 dijumpai pada sekitar 90 95.
adang dijumpai kepala janin belum masuk ke PAP setelah minggu ke 36 yang mungkin
disebabkan oleh:
1. esalahan perkiraan umur kehamilan
2. Panggul yang sempit
3. Bantuk panggul yang abnormal
4. emungkinan terdapat lilitan tali pusat (umbilikus) pada leher janin yang
menghambat masuknya kepala
5. emungkinan terdapat tumor yang menghalangi masuknya kepala ke PAP
6. Belum sempurnanya pembentukan segmen bawah rahim (SB#)
7. emungkinan terdapat plasenta previa
8. elainan posisi saat masuk ke PAP
Untuk dapat menegakan kemungkinan tersebut diatas dapat dilakukan pemeriksaan seoerti di
bawah ini:
1. Pemeriksaan ultrasonograIi
2. Semua kemungkinan tersebut dapat ditegakan khususnya oleh mereka yang berbekal
pendidikan/ latihan
3. emungkinan kesempitan panggul dapat ditetapkan dengan pemeriksaan:
a. Pemeriksaan Osborn
b. Pemeriksaan head Iitting test menurut Muller err
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
3. Jika tingginya sekitar 2 jari di atas simIisis, ini disebut Osborn positiI yang berarti ada
kemungkinan panggul sempit.
4. Untuk membuktikan kebenaran Osborn positiI selanjutnya masih dapat dibuktikan
dengan trial oI labor (persalinan percobaan).
Tanpa pemeriksaan Osborn, kemungkinan kesempitan panggul akan dijumpai pada hasil
pemeriksaan palpasi Leopold (Pawlik), yaitu:
1. epala janin masih tinggi di atas simIisis
2. Masih dapat digoyangkan di atas simIisis.
Menghadapi kepala janin yang masih melayang, terdapat kemungkinan sebagai berikut:
1. Terdapat kesempitan panggul atau disproporsi seIalopelvik
2. emungkinan lilitan tali pusat pada leher yang menghambat masuknya kepala janin
ke PAP
Sekarang ini untuk menghadapi kehamilan primigravida dengan kepala janin masih tinggi
dapat langsung dilakukan seksio sesarea. Dengan semikian, dapat tercapai well born baby dan
well health mother
1
Kelainan attitude kepala janin
elainan attitude kapala janin ditentukan oleh seberapa jauh keadaan deIleksi kepala janin.
Perubahan attitude kepala janin menunjukan perubahan pada lingkaran yang akan melalui
jalan lahir.
Lingkaran terbesar yang akan melalui jalan lahir dijumpai pada letak dahi, yaitu
oksipitomentalis berukuran sekitar 35 cm. Pada palpasi dengan Pawlik/ Leopold V, dapat
diraba benjolan pada kepala yang belum masuk PAP. Jika situasi ini tidak berubah dalam
perjalanan persalinan dengan kekuatan his, berarti deIleksi kepala masih belum masuk ke
PAP. Tindakan yang dianjurkan adalah seksio sesaria sehingga trauma yang akan dialami
oleh bayi dan ibu dapat diminimalkan.
Pemeriksaan dengan metode Muller err
Untuk lebih membuktikan kesempitan panggul setelah pemeriksaan Osborn menunjukan
hasil yang positiI, dapat dilakukan pemeriksaan Muller err yang disebut Iitting head test.
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
perut. Dengan cara demikian, inspeksi vulva, anus dam sekitranya tidak seberapa
mudah.
7
O Letak miring
Penderita diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri, sambil
paha dan lututnya ditekuk dan kedua tungkai sejajar. Posisi demikian hanya baik
untuk pemeriksaan in spekulo.
7
O Letak sims
Letak ini hampir sama dengan letak meiring, hanya tungkai kiri hampir lurus,
tungkai kanan ditekuk kea rah perut, dan lututnya diletakkan pada alas (tempat
tidur), sehingga panggul membuat sudut miring dengan alas, lengan kiri di
belakang badan dan bahu sejajar dengan alas. Dengan demikian, penderita
berbaring setengah tengkurap.
7
Dalam keadaan tertentu, posisi Sims mempunyai keunggulan, yaitu dengan
penggunaan speculum Sims atau speculum cocor bebek; pemeriksaan in spekulo
dapat dilakukan lebih mudah dan lebih teliti, teutama pemeriksaan dinding vagina
depan untuk mencari Iistula vesikovaginalis yang kecil.
7
Gambar 6. Pelbagai letak posisi untuk pemeriksaan ginekologik. (A) Letak
miring. (B) Letak Sims. (C) pemasangan spekulum Sims (belakang) pada wanita
dalam letak miring. (D) Letak litotomi.
Pemeriksaan genitalia eksterna
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Dalam letak litotomi alat kelamin luar tampak jelas. Dengan inspeksi perlu
diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan, dan sebagainya dari genitalia eksterna,
perineum, anus, dan sekitarnya; dan pakah ada darah atau Iluor albus. Apakah hymen
masih utuh dan klitoris normal? Pertumbuhan rambut pubis perlu diperhatikan.
7
Terutama dicari apakah ada peradangan, iritasi kulit, eksema, dan tumor; apakah
oriIisium urethra eksternum merah dan ada nanah, apa ada karunkula atau polip. Nanah
tampak lebih jelas, apabila dinding belakang urethra diurut dari dalam ke luar dengan jari.
Apakah ada benda menonjol dari introitus vagina (prolapsus uteri, mioma yang sedang
dilahirkan, polypus servisis yang panjang); adakah sistokel dan rektokel; apakah glandula
Bartholini membengkak dan meradang; apakah hymen masih utuh; apakah introitus
vagina sempit atau lebar; dan apakah ada parut di perineum; adakah condyloma
akuminata atau kondiloma lata?. Pada perdarahan per vaginam dan Iluor albus perlu pula
diperhatikan banyaknya, warnanya, kental atau encernya dan baunya. Dalam menghadapi
prolapsus uteri, penderita disuruh batuk atau meneran sambil meniup punggung
tangannya, sehingga tampak lebih jelas. Sekalian untuk pemeriksaan apakah ada stress
inkontinensia.
7
Pemeriksaan dengan spekulum
Untuk wanita yang belum pernah melahirkan dipilih spekulum yang lebih
kecil. Spekulum sims dipasang lebih dahulu ke dalam vagina bagian belakang. Mula-
mula ujung spekulum dimasukkan agak miring ke dalam introitus vagina, didorong ke
dalam sedikit, dan diletakkan miring dalam vagina lalu spekulum ditekan ke belakang dan
didorong lebih dalam lagi, sehingga hujung spekulum menyentuh puncak vagina di Iornik
posterior. Pada proses yang mudah berdarah di porsio pemasangan spekulum ini harus
harus dilakukan sangat hati-hati sehingga ujung spekulum tidak menyentuh/atau menekan
posio yang mudah berdarah itu. Ujung spekulum harus diarahkan lebih ke belakang lagi
dan langsung ditempatkan di Iornik posterior pada dinding belakang vagina. Setelah
spekulum pertama dipasang dan ditekan ke belakang, maka pemasangan spekulum Sims
yang kedua (depan), yang harus lebih kecil daripada yang pertama, menjadi lebih mudah,
ujungnya ditempatkan di Iornik anterior dan ditekan sedikit ke depan. Biasanya porsio
langsung tampak dengan jelas.
Untuk pemasangan spekulum colok bebek, dalam keadaan tertutup spekulum
dimasukkan ujungnya ke dalam introitus vagina sedikit miring, kemudian diputar kembali
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
menjadi melintang dalam vagina dan didorong masuk lebih dalam ke arah Iorniks
posterior sampai di puncak vagina. Lalu spekulum dibuka melalui mekanik pada
tangkainya. Dengan demikian, dinding vagina depan dipisah dari yang belakang dan
porsio tampak jelas dan dibersihkan dari lendir atau getah vagina.
Dengan menggunakan spekulum, diperiksan dinding vagina (rugae vaginales,
karsinoma, Iluor albus) dan porsio vaginalis servisis uteri (bulat, terbelah, melintang,
mudah berdarah, erosio, peradangan, polip, tumor, atau ulkus terutama karsinoma). Selain
itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan pelengkap, seperti usap vagina dan usap serviks
untuk pemeriksaan sitologi, getah kanalis servikalis untuk pemeriksaan gonorea, dan
getah dari Iorniks posterior untuk pemeriksaan trikomonoasis dan kandidiasis.
Pemeriksaan -imanual
Pemeriksaan genitalia interna dilakukan dengan kedua tangan (bimanual), dua
jari atau satu jari dimasukkan ke dalam vagina, atau satu jari dimasukkan ke dalam
rectum, sedang tangan lain (biasanya empat jari) diletakkan di dinding perut.
7
Untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya, penderita berbaring dalam letak
litotomi; diberitahu bahwa padanya akan dilakukan pemeriksaan dalam dan harus santai,
tidak boleh menegangkan perutnya. Pemeriksa memakai sarung tangan dan berdiri atau
duduk di depan vulva.
7
Sebelum tangan kanan dimasukkan, vulva dibersihkan dengan kapas sublimat
atau kapas detol. Waktu tangan kanan akan dimasukkan ke dalam vagina, jari telunjuk
dan jari tengah diluruskan ke depan, ibu jari lurus ke atas, dan dua jari lainnya dalam
Ileksi. Vulva dibuka dengan dua jari tangan kiri. Mula-mula jari tengah dimasukkan ke
dalam introitus vagina, lalu kommisura posterior ditekan ke belakang supaya introitus
menkadi lebih lebar. Baru kemudian jari telunjuk dimasukkan juga. Cara ini dimasukkan
untuk menghindari rasa nyeri, apabila dinding belakang urethra tertekan terlampau keras
oleh kedua jari yang dimasukkan sekaligus. ni tentu tidak berlaku bagi multi-para dengan
introitus dan vagina yang sudah lebar.
7
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Pemeriksaan Auskultasi
Auskultasi berarti mendengarkan detak jantung janin dalam rahim. Untuk dapat mendengar
detak jantung janin dapat dipergunakan stetoskop Laeneck atau alat Doppler.
Detak jantung janin beru terdengar dengan stetoskop bulan ke 5, sedangkan dengan alat
Doppler sudah mulai terdengar pada akhir bulan ke 3.
Detang jantung janin yang terdengar merupakan yanda pasti kehamilan. Lebih lanjut lagi
berarti janin ada dalam rahim hidup atau masih hidup.
Pada pemeriksaan auskultasi yang ikut terdengar adalah:
1. Dari janin:
a. Bunyi detak jantung janin
b. Gerak janin
c. Bising tali pusat
2. Dari sudut ibunya terdengar:
a. Bising arteri uterina
b. Bunyi aorta abdominalis
c. Bunyi bising usus
Detak jantung janin dikendalikan oleh beberapa Iaktor sebagai berikut:
1. Pacemaker yang terdapat pada atrium jantung
2. eseimbangan antara saraI simpatis dan parasimpatis
3. Beroreseptor dan kemoreseptor yang terdapat pada arteri karotis janin. #eseptor
tersebut sensitiI terhadap perubahan PO
2
janin.
4. Makin dewasa janin makin dominan pengeruh serabut saraI parasimpatis, yaitu nervus
vagus.
Pillai dan James 1990, mengemukakan bahwa dominannya nervus vagus dalam
mengendalikan detak jantung janin ditunjukan dengan menurunkannya, yaitu 'setiap minggu
1 detak jantung janin sampai bayi berumur 8 minggu.
Sebagai gambaran dapat disampaikan bahwa detak jantung janin sebagai berikut:
1. Takikardi berat: detak jantung janin diatas 180 x/menit
2. Takikardi ringan: antara 161 180 x/menit
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan La-oratorium
Pemeriksaan
Laboratorium
Hasil Data eterangan
Darah lengkap
O Hb
O Anemia jika Hb kurang dari
11 gr
O Mengganggu tumbuh kembang
O Lahir dengan anemia
O Gangguan persalinan post partum
O Leukosit O Normal ibu hamil 8.000
10.000
O Lebih dari 10.000
kemungkinan inIeksi
O nIeksi ibu hamil jika leukosit
lebih dari 12.000/mm
Urin Lengkap
O Gula dalam
Urin
O Umumnya negatiI
O Terdapat gula dalam urin
menunjukan kemungkinan:
- Penyakit DM
- Fruktosa dalam urin
O Dilanjutkan pemeriksaan dengan
tes toleransi glukosa
O Sedimen
dengan
leukosit
O Terdapat leukosit, tetapi
jarang
O Tidak ada keluhan inIeksi
O Bakteri dalam
urine
O nIeksi tanpa gejala klinis O Perlu terapi sehingga tidak terjadi
inIeksi lokal atau bakterimia
Pemeriksaan
Iungsi hati
O valuasi penyakit hati O Umumnya dalam batas normal
Hbs Ag O Menentukan ibu sebagai
inIeksi atau karier hepatitis B
O Bayi perlu diimunisasi hepatitis B
O Berbahaya, dapat menjadi
hepatoma pada usia muda
Fungsi ginjal O Umumnya normal
O Terdapat ganguan
O valuasi adanya penyakit ginjal
karena gangguan lebih sering
terjadi pada organ ini
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
mekonium
Pemeriksaan
Amniosintesis
O Pengambilan air ketuban transabdominal/ transvaginal untuk
memastikan keadaan janin atau kelainan kongenital dengan
pemeriksaan khusus
O Dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dengan uji kocok
Pemeriksaan
Sitologi
O Umumnya sitologi caritan vagina dan sekitar seviks
- Menentukan kematangan aterm janin
- emungkinan terjadi keganasan serviks
- Terdapat inIeksi lokal yang memerlukan pengobatan lebih
lanjut
Pemeriksaan
Biopsi
O Dengan tuntunan USG dapat dilakukan pengambilan contoh vili
korealis untuk menentukan kemungkinan kelainan kongeital
O ndikasi pemeriksaan ini adalah
- Umur diatas 35 tahun
- emungkinan terjadi kelainan neural tube deIect
- #iwayat pernah melahirkan bayi dengan sindrom Down atau
kelainan kromosom
- ehamilan terdahulu mempunyai kelainan kongenital
- #iwayat penyakit sex linked
Thalasemia
HemoIilia
DistroIi otot Duchenne
Pasangan yang mempunyai kelainan penyakit
metabolisme
1
iagnosis
Persalinan lama, disebut juga 'distosia, dideIinisikan sebagai persalinan abnormal/
sulit. Sebab sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan berikut ini:
O Kelainan tenaga (kelainan his). His yang tidak normal dalam kekuatan atau siIatnya
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan,
tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Pada hamil tua dengan janin presentasi kepala dapat dinilai agak kasar adanya
disproporsi seIalopelvik dan kemungkinan mengatasinya. Untuk hal ini
pemeriksaan dengan tangan yang satu menekan kepala janin dari atas kearah
rongga panggul, sedang tangan yang lain diletakkan pada kepala, menentukan
apakah bagian ini menonjol di atas simIisis atau tidak (metoda osborn).
Pemeriksaan yang lebih sempurna adalah metoda Muller Munro err.
b. Diagnosis
Partus Percobaan. Suatu penilaian kemajuan persalinan, untuk memperoleh bukti
tentang ada atau tidaknya CPD. Untuk menilai hal ini perlu titik tolak tertentu,
keadaan pada satu titik berikutnya, dan juga suatu jangka waktu minimum antara
keduanya. Bila partus berjalan secara Iisiologis, terjadi perubahan pada pembukaan
serviks, tingkat turunnya kepala, dan posisi kepala. Perubahan bisa terjadi
bersamaan, berurutan, atau bergantian. Selama didapat perubahan, walaupun hanya
dalam satu jenis gerakan saja, masih dapat dikatakan partus maju. Jika tidak ada
perubhan pada ketiganya, disebut partus tidak maju. Jadi penilaian berdasarkan
ketiga Iaktor diatas. Syarat-syarat yang harus dilengkapi, yaitu :
1
His normal dan adekuat
Serviks lunak
Janin presentasi kepala dan viable
Pemeriksaan dilakukan antara 2-4 jam dan saat ketuban pecah. Bila terdapat inersia
uteri atau distosia servikalis, maka partus percobaan tidak dapat dilakukan.
eadaan patologik ini harus diperbaiki dahulu. Terdapat beberapa kemungkinan
:
1,6
a. Partus percobaan berhasil.
b. Partus percobaan gagal.
c. Partus percobaan dihentikan dengan indikasi. Tiap indikasi yang berlaku
pada partus biasa juga berlaku pada partus percobaan.
Maka jelaslah sekarang bahwa partus percobaan adalah salah satu cara untuk
mendapatkan diagnosis, apakah ada atau tidaknya CPD
6
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
harus dilewati kepala janin. adang-kadang korpus vertebra sakralis pertama bergeser
kedepan sehingga ukuran yang paling kecil ini sebenarnya berada di antara promontorium
sacrum yang palsu atau abnormal dan simIisis pubis.
6
Diameter biparietalis kepala janin yang aterm bisa ditentukan dengan pemeriksaan
ultrasonograIi sebelum persalinan, dan pada populasi klinik yang berbeda-beda mempunyai
kisaran rata-rata dari 9,5 cm sampai ukuran terbesar 9,8 cm. arena itu, sebagian bayi sukar
atau bahkan tidak mungkin dapat melewati pintu atas panggul dengan konjugata vera yang
panjangnya kurang dari 10 cm. Mengert (1948) dan altreider (1952), dengan menggunakan
pelvimetri roentgen, memperlihatkan bahwa insiden persalinan yang sulit akan meningkat
sampai suatu derajat yang sama kalau konjugata vera kurang dari 10 cm, atau diameter
tranversalis pintu atas panggul kurang dari 12 cm. alau kedua ukuran tersebut sempit,
insiden kesulitan obstetric akan jauh lebih besar daripada kalau hanya salah satu saja yang
sempit. onIigurasi pintu atas panggul juga merupakan Iaktor penting yang menentukan
apakah ukuran panggul memadai, tanpa tergantung pada hasil pengukuran sebenarnya
konjugata diagonalis serta diameter trasversalis dan 'daerah-daerah yang dikalkulasikan.
Wanita yang kecil barangkali akan memiliki panggul yang kecil, namun lebih besar
kemungkinannya pula untuk mempunyai bayi yang kecil. Thoms (1937), dalam suatu
penelitian terhadap 362 wanita primigravida, mendapatkan bahwa berat rata-rata bayi yang
dilahirkan oleh para wanita tersebut lebih rendah secara bermakna (278 gram) pada wanita
dengan panggul kecil daripada wanita dengan panggul atau besar. Dalam bidang obstetric
veteriner kerapkali ditemukan bahwa pada sebagian besar spesies hewan, Iaktor penting yang
menentukan besar janin bukan terletak pada ukuran paternal melainkan pada ukuran
maternal.
6
&uran Kepala 1anin
Tehnik-tehnik pemeriksaan secara klinis, radiologist ataupun ultrasonograIik telah
digunakan dengan berbagai derajat keberhasilan dalam menentukan ukuran kepala janin
terhadap ukuran pintu atas panggul.
6
Pemerisaan Klinis
Masuknya kepala janin kedalam panggul, seperti dijelaskan oleh Muller (1880), dapat
memberikan inIormasi yang berguna. Pada presentasi belakang kepala (oksiput), dokter dapat
memegang bagian dahi dan suboksiput melalui dinding abdomen dan melakukan
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
penekanankuat ke bawah menurut sumbu pintu atas panggul. Tekanan pada Iundus yang
diberikan oleh pada saat yang sama biasanya akan membantu pemeriksaan ini. Akibat
tekanan pada penurunan kepala janin dapat dievaluasi melalui palpasi dengan tangan yang
mengenakan sarung tangan steril didalam vagina. Jika tidak terdapat disproporsi, kepala
janinsudah akan masuk ke dalam panggul dan persalinan pervaginam dapat diramalkan.
Namun demikian, ketidakberhasilan kepala janin untuk masuk ke dalam panggul tidak selalu
menunjukkan bahwa persalinan per vaginam tidak mungkin berlangsung.
Gambaran yang memperlihatkan secara jelas kepala janin dalam posisi Ileksi yang bertumpuk
dengan simIisis pubis merupakan bukti presumptive adanya disproporsi.
6
Pemerisaan Radiologi
Pada umumnya, pengukuran diameter kepala janin dengan teknik radiograIik akan
memberikan hasil yang mengecewakan.
6
Pemerisaan <rasonografi
Pengukuran diameter biparietalis dan sirkumIerensia kepala janin dengan alat
ultrasonograIik akan memberikan hasil yang tepat. epala janin yang mengapung dengan
bebas, seperti halnya pada presentasi bokong, sayangnya bisa bergerak cukup leluasa selama
dilakukannya pemeriksaan USG sehingga mengurangi keabsahan hasil pengukuran tersebut.
Di samping itu, kepala janin pada presentasi bokong dapat mempunyai diameter
oksipitoIrontalis yang panjang (dolikoseIali)(asby dan Poll, 1982).
epala dolikoseIalik atau juga dinamakan kepala bokong ini dapat terlihat pula pada
kehamilan kembar dan pada kasus-kasus oligohidramnion (Berkowitz dan Hobbins, 1982).
Hasil pengamatan tersebut dapat menyebabkan dokter yang melakukan pemeriksaan USG itu
menaksir terlalu rendah berat janin dan usia kehamilan. alau pada USG terlihat
dolikoseIalik, hasil pengukuran sirkumIerensia kapala akan memberikan perkiraan ukuran
janin yang lebih akurat.
6
Presentasi an Posisi 1anin
Pintu atas panggul yang sempit mempunyai peranan yang penting sebagai penyebab
presentasi abnormal. Pada wanita primipara yang normal, presentasi janin umumnya turun
kedalam rongga panggul sebelum awal persalinan pada kehamilan aterm. Akan tetapi, kalau
pintu atas panggul amat sempit, penurunan tersebut biasanya tidak terjadi sampai awal
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
persalinan betul-betul terjadi. Presentasi kepala (verteks) masih merupakan presentasi yang
paling sering dijumpai pada panggul sempit, namun karena kepala mengambang secara bebas
di atas pintu atas panggul atau terletak lebih lateral pada salah satu Iosa iliaka, sedikit
pengaruh saja sudah membuat janin tersebut mengambil presentasi lainnya. Sebagai contoh,
presentasi muka dan bahu terjadi tiga kali lebih sering pada wanita dengan panggul sempit,
dan prolapsus Iunikuli serta ekstremitas empat sampai enam kali lebih sering.
6
Prognosis
eberhasilan persalinan per vaginam janin-aterm pada kasus-kasus kesempitan
panggul yang berat dengan konjugata vera kurang dari 9 cm menunjukan prognosis yang
hamper tanpa harapan. Untuk kelompok kasus yang ada pada borderline dimana konjugata
vera hanya sedikit di bawah 10 cm, prognosis bagi persalinan per vaginam dipengaruhi secara
bermakna oleh sejumlah variable, termasuk variable berikut ini:
1. Presentasi janin merupakan hal yang sangat penting. ecuali presentasi
belakang kepala, semua presentasi lainnya merupakan keadaan yang tidak
menguntungkan.
2. Ukuran janin jelas menjadi masalah penting. Meskipun sudah banyak kemajuan
yang dicapai dalam bidang pemeriksaan ultrasonograIi, perkiraan besar janin yang
aterm, khususnya kepala janin, kerapkali tidak tepat.
3. Faktor yang memegang peranan penting bukan saja diameter pintu atas panggul
tetapi juga bentuknya.. Pada panggul bentuk android, dengan panjang konjugata
vera berapapun, ruangan bagi lewatnya kepala janin kurang tersedia, khususnya
pada bagian depan panggul.
4. Frekuensi dan intensitas kontraksi uterus yang spontan merupakan inIormasi yang
penting. DisIungsi uterus, yaitu kontraksi uterus dengan Irekuensi yang jarang dan
intensitas yang rendah, lazim menyertai keadaan disproporsi yang bermakna.
Uterus jarang menimbulkan kerusakan pada dirinya sendiri.
5. Perilaku servik dalam persalinan mempunyai makna prognostic yang besar. Pada
umumnya, kemajuanpersalinan spontan yang teratur hingga tercapai dilatasi
lengkap menunjukkan bahwa persalinan per vaginam besar kemungkinannya
untuk berhasil.
6. Asinklitisme yang ekstrim dan moulase yang tampak nyata tanpa adanya
engagement, merupakan tanda prognostic yang tidak menguntungkan.
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
kelima. Linea transversal yang secara teoritis menghubungkan kedua spina iskiadika
membagi panggul tengah menjadi bagian anterior dan posterior. Bagian yang pertama
dibatasi di sebelah anteriornya oleh margo inIerior simIisis pubis dan di sebelah lateralnya
oleh ramus iskiopubikum. Bagian posterior dibatasi di sebelah dorsal oleh sacrum dan di
sebelah lateral oleh ligamentumsakrospinosum sehingga membentuk batas-batas inIerior
Ioramen iskiadikum mayor. Ukuran panggul tengah rata-rata adalah sebagai berikut: diameter
transversa (interspinosum), 10,5 cm; konjugata vera (dari pinggir bawah simIisis pubis ke
sambungan vertebra sakralis keempat dan kelima), 11,5 cm; dan diameter sagitalis posterior
(dari titik tengah linea interspinosum ke titik yang sama pada sacrum), 5 cm. Meskipun
deIinisi kesempitan panggul tengah belum dapat ditetapkan dengan ketepatan yang sama
seperti pada kesempitan pintu atas panggul, namun panggul tengah mungkin sempit kalau
jumlah diameter interspinarum dan diameter sagitalis posteriorpelvis (normalnya, 10,5 plus 5
cm, atau 15,5 cm) mencapai 13,5 cm atau lebih kecil lagi. onsep ini ditegaskan oleh Chen
dan Huary (1982) dalam mengevaluasi kemungkinan kesempitan panggul tengah. alau
diameter interspinarum kurang dari 10 cm, kita sudah mempunyai alas an untuk mencurigai
adanya kesempitan panggul tengah. Bila diameterinterspinarum lebih kecil dari 9 cm,
panggul tengah sudah pasti sempit. DeIinisi kesempitan panggul tengah yang sebelumnya,
tentu saja, tidak mengatakan bahwa distosia harus terjadi pada panggul semacam itu, tetapi
hanya menyebutkan bahwa distosia bisa terjadi. Terjadinya distosia pada kesempitan panggul
tengah juga tergantung pada ukuran serta bentuk pelvis bagian depan dan besar kepalajanin,
disamping derajat kesempitan panggul tengah sendiri.
6
Pengenalan
Meskipun tidak ada metode manual yang tepat untuk mengukur kesempitan panggul
tengah, tanda-tanda yang menunjukkan kesempitan panggul tengah kadang-kadang dapat
diperoleh dengan memastikan lewat pemeriksaan vagina bahwa spina iskiadika menonjol ke
dalam, dinding sampingpelvis berkonvergensi atau Ioramen iskiadikum mayor teraba sempit.
ller dan Mengert (1974) lebih lanjut menunjukkan bahwa hubungan antara distansia
tuberum dan distansia spinarum pada iskium cukup konstan sehingga penyempitan distansia
spinarum dapat diantisipasi kalau distansia tuberum sempit. Meskipun demikian, distansia
tuberum yang normal tidak selalu menyingkirkan kemungkinan distansi spinarum yang
sempit.
6
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Prognosis
esempitan panggul tengah mungkin lebih sering dijumpai daripada kesempitan pintu
atas panggul, dan sering menjadi penyebab kemacetan kepala janin dalam posisi melintang
(transversearrest) dan kesulitan dalam melakukan tindakan Iorsep tengah.
6
%indaan
Dalam penanganan persalinan yang dipersulit dengan adanya kesempitan panggul
tengah, tindakan pertama adalah membiarkan tenaga persalinan yang alami untuk mendorong
diameter biparietalis kepala janin melewati hambatan spinarum yang potensial tersebut.
Pemasangan Iorsep pada kepala janin mungkin sukar sekali dilakukan karena diameter yang
paling besar belum melewati bagian panggul tengah yang sempit. esukaran ini dapat
dijelaskan berdasarkan dua alasan: (1) penarikan kepala dengan Iorsep akan menghilangkan
Ileksi, sementara dorongan dari atas meningkatkan Ileksi; dan (2) kendati daun Iorsep hanya
memakan tempat beberapa millimeter, namun hal ini sudah mengurangi lagi ruangan yang
tersedia. Hanya kalau kepala janin sudah turun sampai perineum menonjol dan verteks benar-
benar terlihat, barulah kita mempunyai alas an untuk merasa yakin bahwa kepala janin sudah
melewati tempat obstruksi. Dalam keadaan ini, biasanya Iorsep sudah dapat dipasang dengan
aman. Dorongan yang kuat dari atas Iundus tidak boleh digunakan untuk mencoba memaksa
kepala janin melewati tempat obstruksi.
Pemakaian Iorsep untuk membantu persalinan pada kesempitan panggul tengah, yang
biasanya tidak terdiagnosis, bertanggung jawab atas begitu banyak kutukan yang dilontarkan
pada tindakan Iorsep tengah. arena itu, persalinan dengan Iorsep tengah merupakan
kontraindikasi pada setiap kasus kesempitan panggul tengah, dimana diameter biparietalis
kepala janin belum melewati tempat yang sempit itu. alau tidak, angka mortalitas dan
morbiditas perinatal yang menyertai tindakan tersebut akan tinggi sekali.
Penggunaan alat vakum ekstraksi telah dilaporkan memberikan hasil yang baik pada
beberapa kasus kesempitan panggul tengah setelah serviks benar-benar berdilatasi penuh.
Traksi yang dilakukan tidak perlu menimbulkan deIleksi kepala janin dan alat vakum juga
tidak memakan ruangan seperti halnya Iorsep. Seperti pada persalinan dengan Iorsep, vakum
ekstraksi tidak boleh dipasang sebelum diameter biparietalis melewati tempat obstruksi dalam
panggul. Oksitosin tentu saja tidak mempunyai tempat dalam penanganan distosia yang
disebabkan oleh kesempitan panggul tengah.
6
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
ifferential iagnosis
istosia e.c CP e.c akrosomia
a. Diagnosis
Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit. adang-kadang baru
diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada
panggul normal dan his yang kuat. Besarnya kepala dan tubuh janin dapat
diukur pula secara teliti dengan menggunakan alat ultrasonik.
Berat neonatus umumnya kurang dari 4000 gr dan jarang melebihi 5000 gr.
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gr. Pada
panggul normal, janin dengan berat badan 4000-5000 gr pada umumnya tidak
mengalami kesulitan dalam melahirkan.
10
b. tiologi
Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada janin ( akibat
hiperglikemia pada ibu) dan hiperinsulinisme janin yang menyebabkan :
10
Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah
Pertambahan ukuran dan berat dari hampir seluruh organ, yang
memperlihatkan hipertroIi dan hiperplasia seluler
Hematopoiesis ekstramedularis khususnya dari hepar yang menyebabkan
pertambahan berat badan
Selain itu, Iaktor keturunan serta aSupan gizi pada saat kehamilan juga
memegang peranan penting dalam terjadinya makrosomia. Faktor lain seperti
postmaturitas dan grande multipara juga dapa menyebabkan terjadinya
makrosomia.
10
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
2. ipoalsemia
Bayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang dari
7 mg/dl (dengan/tanpa gejala). ejadiannya adalah kira-kira 50. Beratnya
hipokalsemia berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan berkurangnya
Iungsi kelenjar paratiroid. adar kalsium terendah terjadi pada umur 24-72
jam.
10
3. Polisitemia dan hiperviskositas
Penyebab polistemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan oleh
meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh
hipoksia intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler
10
4. Hiperbilirubinemia
Dengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas darah dan
akan merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah yang akan
dihemolisis ini meningkatkan beban hederobin potensial
heperbilirubinemia. Bayi makrosomia dapat menderita Iraktur klavikula,
laserasi limpa atau hati cedera Ilesus brakial, palsi Iasial, cedera saraI Irenik
atau hemoragi subdural.
10
istosia e.c CP e.c Hidrosefalus
HidroseIalus ialah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
ubun. Cairan yang tertimbun dalam vetrikel biasanya antara 500-1500 ml, kadang mencapai 5
lt. HidroseIalus seringkali disertai kelainan bawaan misalnya spina bivida. HidroseIalus akan
menyebabkan disproporsi seIalopelvik dengan segala akibatnya.
2,9
Gambar 8. elainan hidroseIalus
Sumber : www.google.com
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
iagnosis. Bila janin dalam presentasi kepala. Diagnosis tidak terlalu sulit. Untuk
memudahkan pemeriksaan, kandung kencing harus dikosongkan terlebih dahulu. Pada
palpasi ditemukan kepala lebih besar daripada biasa serta menonjol diatas simIisis. Pada
pemeriksaan dalam diraba sutura-sutura dan ubun-ubun yang melebar dan tegang, sedangkan
tulang kepala sangat tipis dan mudah ditekan. Untuk menghilangkan keragu-raguan dapat
pula dibantu dengan pemeriksaan secara USG atau M#.
2,9
Gambar 9. HidroseIalus pada letak kepala dan letak sungsang
Sumber : Cunningham, Gary F.,et al. 2006. Obstetri Williams Jolume 1 Edisi 21.
Prognosis. Apabila tidak segera dilakukan pertolongan, bahaya ruptura uteri akan
mengancam penderita tersebut.
2,9
Penanganan. Persalinan pada wanita dengan janin hidroseIalus perlu dilakukan
pengawasan yang seksama, karena bahaya terjadi ruptura uteri selalu mengancam. Pada
hidroseIalus yang nyata, kepala janin harus dikecilkan pada permulaan persalinan. Pada
pembukaan 3 cm cairan cerebrospinalis dikeluarkan dengan pungsi pada kepala meggunakan
jarum spinal. Setelah kepala mengecil, bahaya regangan segmen bawah uterus hilang,
sehingga tidak terjadi kesulitan penurunan kepala ke dalam rongga panggul.
2,9
istosia e.c Incoordinate uterine action
Disini siIat his berubah. Tonus otot terus meningkat, juga di luar his, dan kontraksinya
berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian bagiannya. Tidak
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dam bawah menyebabkan his tidak
eIisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih
keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia janin. His jenis ini juga disebut
sebagai incoordinated hypertonic uterine contraction. adang kadang pada persalinan lama
dengan ketuban yang sudah pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat,
sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. ni dinamakan lingkarang
kontraksi atau lingkaran konstriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana mana,
tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus.
Lingkaran konstriksi tidak dapat diketahui dengan pemerikasaan dalam, kecuali jika
pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan bisa dimasukan ke dalam kavum uteri. Oleh
sebab itu, jika pembukaan belum lengkap, biasanya tidak mungkin mengenal kelainan ini
dengan pasti. Ada kalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada seviks yang
dimanakan distorsia servikalis. elainan ini bisa primer atau sekunder. Distorsia servikalis
dinamakan primer kalu serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubung
dengan incoordinated uterine action. Penderita biasanya seorang primigravida. ala
menjadi lama, dan dapat diraba jelas pinggir serviks yang kaku. alau keadaan ini dibiarkan,
maka tekanan kepala terus menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat
mengakibatkan lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Distorsia servikalis sekunder
disebabkan oleh kelainan organik pada serviks, misalnya karena jaringan parut atau karena
karsinoma. Dengan his kuat serviks bisa robek dan robekan ini bisa menjalar ke bagian
bawah uterus. Oleh kerena itu, setiap ibu yang pernah operasi pada serviks, selalu harus
diawasi persalinannya di rumah sakit.
3
tiologi
elainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua.
Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersiIat inersia uteri. Faktor herediter
mungkin memegang peranan pula dalam kelainan his. Sampai seberapa jauh Iaktor emosi
(ketakutan dan lain lain) mempengaruhi kelainan his, khususnya inersia uteri, ialah apabila
bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti pada
kelainan letak janin atau pada disproporsi seIalopelvik. Peregangan berlebihan pada
kehamilan ganda ataupun hidramnion juga dapat merupakan penyebab inersia uteri yang
murni. Akhirnya, gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional, misalnya
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
uterus bikornis unikolis, dapat pula mengakibatkan kelainan his. Akan tetapi, pada sebagian
besar kasus kurang lebih separuhnya, menyebab inersia uteri tidak diketahui.
3
Penanganan
Dalam menghadapi persalian lama oleh sebab apapun, keadaan ibu yang
bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah diukur tiap empat jam, bahkan
pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala preeklamsi. Denyut jantung
janin dicatat tiap setengah jam dalam kala dan lebih sering dalam kala . emungkinan
dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya. arena pada persalinan lama
selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan dengan narkosis, hendaknya
ibu jangan diberi makan biasa melainkan dalam bentuk cairan. Sebaiknya diberikan inIus
cairan glukosa 5 dan larutan NaCl isotonik secara intravena berganti ganti. Untuk
mengurangi rasa nyeri dapat diberikan peridin 50 mg yang dapt diulangi; pada permulaan
kala dapat diberikan 10 mg morIin. Pemeriksaan dalam perlu dilakukan, tetapi harus selalu
disadari bahwa setiap pemeriksaan dalam mengandung bahaya inIeksi. Apabila persalinan
berlangsung 24 jam tanpa kemajuan yang berarti, perlu diadakan penilaian yang seksama
tentang keadaan. Selain penilaian keadaan umum, perlu ditetapkan apakah persalinan benar
benar sudah mulai atau masih dalam tingkat false labour, apakah ada inersia uteri atau
incoordinated uterine action, dan apakah tidak ada disproposi seIalopelvik biarpun ringan.
Untuk menetapkan hal yang terakhir ini, jika perlu dilakukan pelvimetri roenthenologik atau
Macnetic Resonance Imaging (M#). Apabila serviks sudah terbuka untuk sedikit
sedikitnya 3 cm, dapat diambil kesimpulan bahwa persalinan sudah mulai.
3
Dalam menentukan sikap lebih lanjut perlu diketahui apakah ketuban sudah atau
belum pecah. Apabila ketuban sudah pecah, maka keputusan untuk menyelesaikan persalinan
tidak boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan bahaya inIeksi. Sebaiknya dalam 24 jam
setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan apakah perlu dilakukan seksio sesarea
alam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarkan berlangsung terus.
3
elainan ini hanya dapat diobati secara simtomatis karena belum ada obat yang dapat
memperbaiki koordinasi Iungsional antara bagian bagian uterus. Usaha yang dapat
dilakukan ialah mengurangi tonus otot dan mengurangi ketakutan penderita. Hal ini dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika, seperti morIin dan peridin. Akan tetapi persalinan
tidak boleh berlangsung berlarut larut apalagi kalau ketuban sudah pecahdalam hal ini pada
pembukaan belum lengkap, perlu dipertimbangkan seksio sesarea. Lingkaran kontriksi dalam
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
kalai biasanya tidak diketahui, kecuali kalu lingkaran ini terdapat dibawah kepala janin
sehingga dapat diraba melalui kanalis servikalis. Jikalau dignosis lingkaran kontriksi dalam
kala dapat dibuat, persalinan harus diselesaikan dengan seksio sesarea. Biasanya lingkaran
konstriksi dalam kala baru diketahui setelah usaha melahirkan dengan cunam gagal.
Dengan tangan yang dimasukan ke dalam kavum uteri untuk mencari sebab kegagalan
cunam, lingkaran konstriksi mungkin dapat diraba. Dengan narsosis dalam, lingkaran tersebut
kadang kadang dapat dihilangkan dan janin dapat dilahirkan dengan cunam. Apabila
tindakan gagal dan janin masih hidup terpaksa dilakukan seksio sesarea.
Pada distorsia servikalis primer diambil sikap seperti pada incoordinated uterine
action. Pada distorsia servikalis sekunder harus dilakukan seksio sesarea sebelum jaringan
parut serviks sobek, yang dapat menjalar ke atas sampai segmen bawah uterus.
3
istosia e.c Inertia uteri
ontraksi uterus kurang dari normal, lemah dan dalam durasi yang pendek
6
a. tiologi
Hingga saat ini masih belum diketahui, akan tetapi terdapat beberapa Iactor yang
dapat mempengaruhi :
6,7
i. Faktor umum
9
1. Primigravida terutama pada usia tua
2. Anemia dan asthenia
3. Perasaan tegang dan emosional
4. Pengaruh hormonal karena kekurangan prostaglandin atau oksitosin
5. etidaktepatan penggunaan analgetik
ii. Faktor Lokal
9
1.Overdistensi uterus
2.Perkembangan anomali uterus misal hipoplasia
3.Mioma uterus
4.Malpresentasi, malposisi, dan disproporsi cephalopelvik
5.andung kemih dan rektum penuh
b. Gambaran klinis
9
Waktu persalinan memanjang
ontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka waktu pendek
Dilatasi serviks lambat
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
ukuran normal. Dalam keadaan Ileksi, bagian kepala yang pertama mencapai dasar
panggul ialah oksiput. Oksiput akan memutar ke depan karena dasar panggul
dengan muskulus levator ani-nya membentuk ruang yang lebih luas di depan,
sehingga memberikan tempat yang lebih sesuai sebagai oksiput. Dengan demikian
keberadaan ubun-ubun kecil di belakang masih dapat dianggap sebagai variasi
persalinan biasa. Pada kurang dari 10 keadaan, kadang ubun-ubun kecil tidak
berputar ke depan, sehingga tetap di belakang. eadaan ini dinamakan posisi
oksiput posterior persistens.
1
a. tiologi
Salah satu penyebab terjadinya posisi oksiput posterior persistens tersebut ialah
usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul, sebagai contoh,
misalnya : apabila diameter anteroposterior panggul lebih panjang dari diameter
transversa seperti pada panggul antropoid, atau segmen depan menyempit
seperti pada panggul android, maka ubun-ubun kecil akan mengalami kesulitan
memutar ke depan. Sebab-sebab lain ialah otot-otot dasar panggul yang sudah
lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat, sehingga tidak
ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke depan.
1
b. Penatalaksanaan
Dalam menghadapi persalinan dengan ubun-ubun kecil di belakang sebaiknya
dilakukan pengawasan persalinan yang seksama dengan harapan terjadinya
persalinan spontan. Tindakan untuk mempercepat jalannya persalinan dilakukan
apabila kala terlalu lama, atau tanda-tanda bahaya terhadap janin.
1,6
Gambar 10. kstrasi cunam
Sumber www.obstetricgynecology.com
arena ekstraksi cunam pada persalinan letak kepala belakang akan lebih
mudah bila ubun-ubun kecil berada di depan, maka harus diusahakan terlebih
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Pada persalinan dengan presentasi muka jarus dilakukan pemeriksaan yang teliti
untuk menentukan adanya disproporsi seIalopelvik. Bila tidak ada dan dagu
berada didepan, maka diharapkan terjadi persalinan spontan. alau dagu berada
di belakang, harus diberi kesempatan kepada dagu untuk memutar ke depan.
Harus diingat bahwa putaran bagian dalam baru terjadi setelah muka mencapai
dasar panggul. Bila selama pengamatan kala terjadi posisi mento posterior
persistens, maka tidak ada gunanya untuk menunggu lebih lama lagi.
Diusahakan lebih dahulu untuk memutar dagu ke depan dengan satu tangan
yang dimasukkan ke dalam vagina. Apabila usaha ini berhasil, selanjutnya
ditunggu kelahiran spontan, tetapi apabila tidak berhasil atau bila didapatkan
disproporsi seIalopelvik sebaiknya dilakukan seksio sesarea.
6,7
Dalam keadaan tertentu dapat dicoba untuk mengubah presentasi muka menjadi
presentasi belakang kepala dengan cara memasukkan tangan penolong ke dalam
vagina, kemudian menekan muka pada daerah mulut dan dagu ke atas. alau
dengan cara ini tidak berhasil, dapat dicoba perasat Thorn : bagian belakang
kepala dipegang oleh tangan penolong yang dimasukkan ke dalam vagina
kemudian ditarik ke bawah, sedang tangan yang lain berusaha meniadakan
ekstensi tubuh janin dengan menekan dada dari luar. Untuk mengubah
presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala, harus dipenuhi beberapa
syarat :
1,6
1) Dagu harus berada di belakang, sebab bila dagu berada di depan akan
terjadi presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil di belakang
yang tidak lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan presentasi
muka dengan dagu di depan;
2) epala belum turun ke dalam rongga panggul dan masih mudah
didorong ke atas.
Indikasi untuk melakukan ekstraksi cunam pada presentasi muka dapat
berasal dari ibu, dari janin atau bila kala telah berlangsung lebih dari 2 jam.
Di samping syarat-syarat umum yang berlaku untuk penggunaan cunam, pada
presentasi muka dagu harus sudah berada di depan. ndikasi untuk melakukan
seksio sesarea pada presentasi muka adalah : posisi mento posterior persistens,
kesempitan panggul dan kesulitan turunnya kepala dalam rongga panggul.
1,7
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
d. Prognosis
Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa kesulitan.
Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul dengan
sirkumIerensia trakeloparietale yang hanya sedikit lebih besar daripada
sirkumIerensi suboksipitobregmantika. Tetapi kesulitan persalinan dapat terjadi
karena adanya kesempitan panggul dan janin yang besar yang merupakan
penyebab terjadinya presentasi muka tersebut. Di samping itu dibandingkan
dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks
secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai ke dasar panggul
sebelum ukuran terbesar kepala melewati pintu atas panggul.
7,8
Dalam keadaan di mana dagu berada di belakang prognosis kurang baik bila
dibandingkan dengan dagu di depan, karena dalam keadaan tersebut janin yang
cukup bulan tidak mungkin dapat lahir per vaginam. Angka kematian perinatal
pada presentasi muka ialah 2,5-5.
6
B.Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara Ileksi
maksimal dan deIleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada
umumnya presentasi dahi ini merupakan kedudukan yang bersiIat sementara, dan
sebagian besar akan berubah menjadi presentasi belakang kepala. Angka kejadian
presentasi dahi kurang lebih satu di antara 400 persalinan.
1
a. Diagnosis
Pada permulaan persalinan, diagnosis presentasi dahi sulit ditegakkan.
Pemeriksaan luar memberikan hasil seperti pada presentasi muka, tetapi bagian
belakang kepala tidak seberapa menonjol. Denyut jantung janin jauh lebih jelas
didengar di bagian dada, yaitu di sebelah yang sama dengan bagian-bagian
kecil.
elainan presentasi ini harus dicurigai apabila pada persalinan, kepala janin
tidak dapat turun ke dalam rongga panggul pada wanita yang pada persalinan-
persalinan sebelumnya tidak pernah mengalami kesulitan. Pada pemeriksaan
dalam dapat diraba sutura Irontalis, yang bila diikuti, pada ujung yang satu
diraba ubun-ubun besar dan pada ujung lain teraba pangkal hidung dan
lingkaran orbita. Pada presentasi dahi ini mulut dan dagu tidak dapat diraba.
1
b. tiologi
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Sebab terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya
presentasi muka. Semua presentasi muka biasanya melewati Iase presentasi dahi
lebih dahulu.
6,7
Gambar 11. Anak dengan moulase dan kaput suksedaneum berat
Sumber : www.obstetricgynecologi.com
c. Patogenesis
epala masuk melalui pintu atas panggul dengan sirkumIerensia
maksilloparietalis serta sutura Irontalis melintang atau miring. Setelah terjadi
moulage, dan ukuran terbesar kepala telah melalui pintu atas panggul, dagu
memutar ke depan. Sesudah dagu berada di depan, dengan Iossa kanina sebagai
hipomoklion, terjadi Ileksi sehingga ubun-ubun besar dan belakang kepala lahir
melewati perineum. emudian terjadi deIleksi, sehingga mulut dan dagu lahir di
bawah simIisis. Yang menghalangi presentasi dahi intuk berubah menjadi
presentasi muka, biasanya karena terjadi moulage dan kaput suksedaneum yang
besar pada dahi waktu kepala memasuki panggul, sehingga sulit terjadi
penambahan deIleksi.
6,7
arena besarnya ukuran ini, kepala baru dapat masuk ke dalam rongga panggul,
setelah terjadi moulage untuk menyesuaikan diri pada besar dan bentuk pintu
atas panggul. Persalinan membutuhkan waktu lama dan hanya 15 berlangsung
spontan. Angka kematian perinatal lebih dari 20, sedangkan persalinan per
vaginam berakibat perlukaan luas pada perineum dan jalan lahir lainnya.
1,7
d. Penatalaksanaan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan dapat
lahir spontan per vaginam, sehingga harus dilahirkan dengan seksio sesarea.
Pada janin yang kecil dan panggul yang luas pada garis besarnya sikap dalam
menghadapi pesalinan presentasi dahi sama dengan sikap dalam menghadapi
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
Bila dalam observasi keadaan tetap dan tidak ada kemajuan berkembang
pembukaan ostium eksternum, maka pertolongan yang tepat adalah dengan seksio
sesaria.
6
3. Serviks konglumer (conglumeratio cervix)
Adalah suatu keadaan dimana ostium uteri internum dapat terbuka sampai
lengkap, sedangkan ostium uteri eksternum tidak mau terbuka.
6
eadaan ini sering dijumpai pada ibu hamil dengan prolaps uteri disertai
servik dan porposi yang panjang (elongation services at portionis).
6
Gam-ar 13. Serviks konglumer (conglumeratio cervix)
6
Dalam hal ini servik menjadi tipis, namun ostium uteri eksternum tidak
membuka atau hanya terbuka 5 cm.
6
Penanganan
Penanganan tergantung pada keadaan turunnya kepala janin:
6
a. Ostium uteri eksternum dicoba melebarkan pembukaannya secara digital atau
memakai dilatator.
b. Ostium uteri eksternum duperlebar dengan cara membuat sayatan menurut
Duhrssen (duhrssen incision). nsisi ini dilakukan pada arah jam 10,2,6 dengan
masing-masing lebar 1-2cm. Janin dilahirkan dengan Iorsep dan insisi di jahit.
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Persalinan dengan insisi ini harus dilakukan pada keadaan serviks tipis dan
pembukaan hampir lengkap.
c. Bila hal-hal di atas tidak berhasil atau tidak mungkin sebaiknya dilakukan
seksio sesarea.
4. dema serviks
Bila dijumpai edema yang hebat pada serviks dan disertai hematoma serta
nekrosis, maka ini merupakan tanda adanya obstruksi. Bila syarat-syarat untuk
ekstraksi vakum atau Iorsep tidak dipenuhi, lakukan seksio sesarea.
6
Diagnosa distosia serviks
6
Dapat ditemukan melalui inspeksi atau sewaktu pemeriksaan bimanual
His baik tetapi pembukaan serviks tidak bertambah.
Pemeriksaan dilakukan 2-3 kali antara1-2 jam.
Penyait yang apat Menyebaban Kelainan &terus
ISTOSIA AKIBAT KELAINAN HIS
1. Anemia
Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di negara maju
maupun negara berkembang. Badan esehatan Dunia atau World ealth Organi:ation
(WHO) memperkirakan bahwa 35 - 75 ibu hamil di negara berkembang dan 18 ibu
hamil di negara maju mengalami anemia. Namun, banyak di antara mereka yang telah
menderita anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan prevalensi sebesar 43 pada
perempuan yang tidak hamil di negara berkembang dan 12 di negara yang lebih
maju.
17
Pada pemeriksaan Iisik penderita anemia dapat ditemukan kelainansebagai berikut:
17
a. Warna kulit : pucat, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning seperti jerami
b. uku : koilonychias (kuku sendok)
c. Mata : ikterus, konjugtiva pucat, perubahan pada Iundus
d. Mulut : ulserasi, hipertroIi gusi, atroIi papil lidah
e. LimIadenopati, hepatomegali, splenomegali
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
O Hitung darah lengkap (CBC) harus dilakukan menggunakan penghitung sel
automatis sebagai pemeriksaan penunjang awal. ndeks sel darah merah (mean
corpuscular volume MCV; mean corpuscular haemoglobin MCH; mean
corpuscular hemoglobin concentration MCHC; red cell distribution width
#DW) dan jumlah sel darah merah (SDM x 10
12
/L
-1
) akan memberikan
indikator jenis anemia (misalanya deIisisensi besi atau makrositik).
18
O #etikulosit adalah sel darah merah tidak berinti dan imatur yang menahan
#NA. Sel ini dapat dihitung dengan hitung diIerensial manual pada slide yang
diwarnai khusus dan dinyatakan sebagai presentase sel darah merah (noemal
1-3); atau dihitung secara otomatis menggunakan penghitung sel dan
dinyatakan sebagai bilangan absolute (kisaran normal 50- 150 X 10
9
/L).
jumlah sel ini meningkat, yang menunjukkan Iungsi sumsum tulang intak,
setelah terjadi peningnkatan kehilangan sel darah merah (misalnya
perdarahan) atau destruksi (misalanya hemolisis) atau setelah pengobatan
deIisiensi hematinik.
18
O Apusan darah dibuat dengan menyebarkan tetesan darah di atas slide kaca,
mewarnainya dengan pewarnaan #omanowsky, dan memeriksanya di bawah
mikroskop dengan pembesaran rendah (x10) pada awalnya dan kemudian
dengan pembesaran lebih tinggi (x40).
18
Apusan darah yang diwarnai adalah cara yang sangat baik untuk
memeriksa morIologi sel darah merah, sebagai petunjuk untuk mengetahui
patologi penyebabnya. Apusan darah juga memungkinkan perkiraan hitung
diIerensial sel darah putih, meskipun saat ini hal tersebut biasanya dilakukan
secara otomatis dengan penghitung sel. Apusan darah juga memungkinkan
pemeriksaan morIologi sel darah putih, trombosit, dan semua sel non
hemopoietik dalam sirkulasi (misalnya parasit)
18
O Gangguan hemoglobin merupakan keadaan herediter yang paling sering terjadi
pada manusia. lektroIoresis hemoglobin adalah suatu tekhnik sederhana
dimana sel darah merah dilisis untuk melepaskan hemoglobin, dan lisat
ditempatkan pada gel yang diberi aliran listrik. romatograIi cair kinerja
tinggi (high perIormance liquid chromatography, HLPC) dalah tekhnik
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil,
didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal
(_11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan
hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar
11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.
19
Pembagian Jenis Anemia berdasarkan Penyebab:
Penyebab anemia tersering adalah zar- zat nutrisi. Seringkali deIisiensinya bersiIat
multipel dengan maniIesyasi klinik yang disertai inIeksi, gizi buruk, atau kelainan
herediter seperti hemoglobinopati. Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional
meliputi asupan yang tidak cukup, absorbs yang tidak adekuat, bertambhanya zat gizi
yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi homopoietik.
Sekitar 75 anemia dalam kehamilan disebabkan oleh deIisiensi besi yang
memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi.
Penyebab tersering kedua adalah anemia megaloblastik yang daoat disebabkan oleh
deIisiensi asam Iolat dan deIisiensi vitamin B12. Penyebab anemia lainnya yang jarang
ditemui antara lain adalah hemoglobinopati, proses inIlamasi, toksisitas zat kimia, dan
keganasan.
17
1. Anemia DeIisiensi Besi
Dua kausa tersering anemia selama kehamilan dan masa niIas adalah
deIisiensi besi dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan
erat, karena pengeluaran darah yang berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin
dan terkurasnya simpanan besi pada satu kehamilan dapat menjadi kausa penting
anemia deIisiensi besi pada kehamilan berikutnya.
20
arena itu anemia DeIisiensi besi pada kehamilan terutama merupakan
konsekuensi dari ekspensi volume darah tanpa ekspansi normal massa hemoglobin
ibu.
20
DeIisiensi besi merupakan deIisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan
baik di negara maju maupun negara berkembang. #esikonya meningkat pada
kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan
kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat.
17
Anemia deIisiensi besi merupakan tahap deIisiensi besi yang paling parah,
yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
transIerin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang
menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal
ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi yang
jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah. Oleh
karena sebagian besar perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang
rendah, maka kebutuhan tambhana ini berakibat pada anemia deIisiensi besi.
17
Hubungan antara konsentrasi Hb dan kehamilan masih merupakan lahan
kontroversi. Di negara- negara maju misalnya, tidak hanya anemia, tetapi juga
konsentrasi hemoglobin yang tinggi selama kehamilan telah dilaporkan meningkatkan
resiko komplikasi seperti kelahiran kecil untuk masa kehamilan (M) atau small-
Ior-gestational age (SGA), kelahiran premature, dan mortalitas perinatal. adar Hb
yang tinggi terkait dengan inIark plasenta sehingga hemodilusi pada kehamilan dapat
meningkatkan pertumbuhan janin dengan cara mencegah thrombosis dalam sirkulasi
uteroplasental. Oleh karena itu, jika peningkatan kadar Hb mencerminkan kelebihan
besi, maka suplementasi besi secara rutin pada ibu hamil yang tidak anemik perlu
ditinjau kembali.
17
2. Anemia Megaloblastik
Pada wanita normal tidak hamil, kebutuhan asam Iolat harian adalah 50
sampai 100 mikro gram per hari. Selama kehamilan, kebutuhan akan asam Iolat
meningkat, asupan dianjurkan 400 mikro gram per hari.
20
Pada kehamilan, kebutuhan Iolat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat
karena transIer Iolat dari ibu ke janin yang menyebabkan dilepasnya cadangan Iolar
maternal. Peningkatan lebih besar dapat terjadi karena kehamilan multiple, diet yang
buruk, inIeksi, adanya anemia hemolitik atau pengobatan antikonvulsi. adar
estrogen dan progesterone yang tinggi selama kehamilan tampaknya memiliki eIek
penghambatan terhadap absorbsi Iolat. DeIisiensi asam Iolat oleh karenanya sangat
umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab utama anemia megaloblastik
pada kehamilan.
17
Anemia tipe megaloblastik karena diIisiensi asam Iolat merupakan penyebab
kedua terbanyak anemia deIisiensi zat gizi. Anemia megaloblastik adalah kelainan
yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan ditandai dengan adanya sel- sel
megaloblastik yang khas untuk jenis anemia ini. Selain karena deIisiensi asam Iolat,
anemia megaloblastik juga dapat terjadi karena deIisiensi vitamin B12 (kobalamin).
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Folat dan turunannya Iormil FH4 penting untuk sintesus DNA yang memadai dan
produksi asam amino. adar asam Iolat yang tidak cukup apat menyebabkan
maniIestasi anemia megaloblastik.
17
Gejala- gejala deIisiensi asam Iolat dama dengan anemia secara umum
ditambah kulit yang kasar dan glositis. Pada pemeriksaan apusan darah tampak
precursor eritrosit secara morIologis lebih besar (makrositik) dan perbandingan inti-
sitoplasma yang abnormal juga normokrom. MCH dan MCHC biasanya normal,
sedangkan MCV yang besar berguna untuk membedakan anemia ini dari perubahan
Iisiologik kehamilan atau anemia deIisiensi besi. Untuk MCV, adanya peningkatan
saturasi besi dan transIerin serum juga bermanIaat. Neutripenia dan trombositopenia
adalah akibat maturasi granulosit dan trombosit yang abnormal. Tanda awal deIisiensi
asam Iolat adalah kadar Iolat serum yang rendah (kurang dari 3 ng/ml). namun, kadar
tersebut merupakan cerminan asupan Iolat yang rendah pada beberapa hari
sebelumnya yang mungkin meningkat cepat begitu asupan diperbaiki. ndicator status
Iolat yang lebih baik adalah Iolat dalam sel darah merah, yang relative tidak berubah
di dalam eritrosit yang sedang beredar di sirkulasi sehingga dapat mencerminkan laju
turnover Iolat pada 2-3 bulan sebelumnya. Folat dalam sel darah merah biasanya
rendah pada anemia megaloblastik karena deIisiensi Iolat. Namun, kadarnya juga
rendah pada 50 penderita anemia megaloblastik karena deIisiensi kobalamin
sehingga tidak dapat digunakan untuk membedakan kedua jenis anemia ini.
17
DeIisiensi asam Iolat ringan juga telah dikaitan dengan anomaly congenital
janin, terutama deIek pada penutupan tabung neural (neural tube deIects). Selain itu,
deIisiensi asam Iolat dapat menyebabkan kelainan pada jantung, seluran kemih, alat
gerak, dan organ lainnya. Mutasi gen yang mempengaruhi enzim- enzim metabolism
Iolat terutama mutasi 677C T pada gen MTHF#, juga berpredisposisi terhadap
kelainan kongenital.
17
Anemia megtaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 selama
kehamilan sangat jarang terjadi. Ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B
12 karena tidak adanya Iactor instrinsik. ni adalah suatu penyakit autoimun yang
sangat jarang pada wanita usia subur.
20
3. Anemia Hemolitik
ni adalah penyakit yang jarang dan penyebab penyimpangan pembentukan
antibody tidak diketahui. Anemia yang disebabkan oleh Iactor Iactor ini mungkin
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
beberapa wamita, anemia hipoplastiknya pertama kali diidentiIikasi saat hamil dan
kemudian membaik atau bahkan sembuh saat kehamilan berakhir, namun kambuh
pada kehamilan berikutnya.
20
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipoIungsi sumsum tulang, membentuk sel-
sel darah baru, untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan Iungsi sternal, pemeriksaan retikolusit, dll.
PatoIisiologi
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan
produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah
(eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang
lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga trejadi penurunan
konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
17
kspansi volume plasma merupakn penyebab anemia Iisiologik pada kehamilan.
Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin
darah (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolute Hb atau eritrosit
dalam sirkulasi, mekanisme yang mendasari perubahan ini belum jelas. Ada spekulasi
bahwa anemia Iisiologik dalam kehamilan bertujuan menurunkan viskositas darah
maternal sehingga meningkatkan perIusi plasental dan membantu penghantaran oksigen
serta nutrisi ke janin.
17
kspansi volume plasma mulai pada minggu ke-6 kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu
ke- 37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40 lebih tinggi pada ibu hamil
dibandingkan perempuan yang tidak hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi
hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai ke-8
kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke-16 sampai ke-22 ketika titik
keseimbangan tercapai.
17
Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan
bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester pertama, konsentrasi Hb tampak menurun,
kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb rendah (11,5 g/dl). onsentrasi
paling rendah didapatkan pada trimester kedua, yaitu pada masa kehamilan sekitar 30
minggu. Pada trimester ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali pada perempuan
yang sudah memiliki kadar Hb tinggi ( ~14,6 g/dl) pada pemeriksaan pertama.
17
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
sebuah prosedur operasi emergensi harus disiapkan pada wanita hamil dengan anemia
berat.
20
Penatalaksanaan deIisiensi asam Iolat adalah pemberian Iolat secara oral sebanyak
1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umunya dapat dikoreksi meskipun
pasien mengalami pula malabsorbsi. bu hamil sebaiknya mendapat sedikitnya 400 ug
Iolat per hari.
17
Pada anemia deIisiensi B12. Pemantauan vitamin B12 dan tetap berikan asam
Iolat. Berikan 1000 mg sianokobalamin ( vitamin B12 ) M bagi mereka yang telah
menjalani gastrektomi total, sedangkan jika parsial tidak usah diberikan.
20
Pada Anemia hemolitik. Terapi kortikosteroid terhadap ibu biasanya eIektiI. Obat
ini digunakan untuk mengurangi respons autoimun.
20
Belum ada obat eritropoitik yang pada anemia lain dapat menyembuhkan remisi
secara eIektiI. Terapi untuk anemia hipoplastik adalah transplantasi tulang atau sel
induk.
20
PreventiI
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan
asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh
dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga
dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis,
kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat
pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada
makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
17
Pencegahan anemia deIisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi dan
asam Iolat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk
memenuhi kebutuhan Iisiologik selama kehamilan. Namun, banyak literatur
menganjurkan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan.
Di wilayah- wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk
memberikan siplementasi sampai tiga bulan postpartum.
17
Prognosis
Prognosis anemia deIisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan
anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau
komplikasi. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan
postpartum, dan inIeksi. Walaupun bayi yang dilahirkan tidak menunjukkan Hb yang
rendah, namun cadangan besinya kurang sehingga beberapa bulan kemudian tampak
sebagai anemia inIantum.
22
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis yang
cukup baik. Pengobatan dengan asam Iolat hampir selalu berhasil. Apabila penderita
mencapai masa niIas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan maka anemianya
akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak
keperluan akan asam Iolik jauh berkurang. Sebaliknya anemia pernisiosa memerlukan
pengobatan terus-menerus juga di luar kehamilan. Anemia megaloblastik dalam
kehamilan yang berat tidak diobati mempunyai prognosis kurang baik. Angka kematian
bagi ibu mendekati 50 dan anak 90.
22
Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan apabila selamat mencapai masa niIas akan
sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita menderita
anemia hipoplastik lagi. Pada kondisi yang berat jika tidak diobati mempunyai prognosis
yang buruk bagi ibu maupun anak.
22
2. Hidramnion
tiologi dan epidemiologi
Sebuah kasus tunggal polihidramnion mungkin memiliki satu atau lebih penyebab.
Sekitar 14 kasus adalah karena ibu diabetes mellitus , yang menyebabkan janin
hiperglikemia dan mengakibatkan poliuria (kencing janin merupakan sumber utama
cairan ketuban) dan juga rh-isoimmunisation dapat menyebabkan itu. Sekitar lain 20
dari kasus yang berhubungan dengan anomali janin yang merusak kemampuan janin
untuk menelan (janin biasanya menelan cairan ketuban). Anomali ini meliputi:
23
O gastrointestinal kelainan seperti atresia esoIagus , duodenum atresia , sumbing wajah,
leher massa, dan Iistula tracheoesophageal
O Janin ginjal gangguan yang mengakibatkan produksi urin meningkat selama
kehamilan, seperti dalam antenatal sindrom Bartter. Diagnosis molekuler yang
tersedia untuk kondisi ini.
O elainan kromosom seperti Sindrom Down dan sindrom dwards (yang itu sendiri
sering dikaitkan dengan kelainan G)
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
2. Hidramnion akut. Terjadi mendadak pada usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Penatalaksanaannya dilakukan memalui dua metode:
24
a. Amniosentesis
O Mengeluarkan air ketuban sekitar 500cc setiap kali tindakan
O Dilakuakn pada janin yang masih prematur dengan usia kehamilan kurang
dari 35 minggu.
b. Memecahkan ketuban (Amniotomi)
Amniotomi dapat dipertimbangkan untuk induksi persalinan dan
mengharapkan eutanasiaterhadap janin yang tidak mungkin bertahan hidup,
kareana kelainan kongenitalnya bersiIat Iatal. Amniotomi dilakuakn jika pada
hasil USG ditemukan adanya kelainan kongenital yang berat tanpa
memandang usia kehamilan dan diperlukan terlebi dahulu persetujuan
keluarga dengan inIormed Consent.
3. Hidramnion mendadak dengan usia kehamilan diatas 35 minggu. Amniotomi
mmerupakan satu-satunya tindakan untuk mencapai sasaran:
24
a. Mengurangi keluhan maniIestasi klinik hidramnion akut.
b. Bahwa dnegan usia diatas 35 minggu diharapkan janin dapat diselamatkan
dengan kempuan perawatan dan pelayanan prematuritas.
Teknik amnoitomi yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Harus ada pembukaan sedikitnta 2 cm untuk bisa memasukan alat pemecah
ketuban.
b. Setelah ketuban pecah, jari pemeriksa masih di dalam vagina sehingga aliran
air ketuban dapat dikendalikan.
c. Pengendalian air ketuban ini untuk menghindari sebanyak mungkin
komplikasi yang mungkin terjadi.
omplikasi amniotomi pada hidramnion:
a. Terjadinya Ietal distres sehingga harus dilakuakn seksio sesarea.
b. Solusio plasenta dan prolaps tali pusat, pada aliran air ketuban yang deras
akan meningkatkan tindakan sesio sesarea pada hidramnion.
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW
Di ndonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6 dan sekitar 40-60 wanita yang
pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap
diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila
hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi
glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg.
Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg berarti bukan DM dan bila nilainya diantara
100-200 mg belum pasti DM.
24
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah
diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140
mg maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.
24
Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan Iisiologi tersebut, akan terjadi suatu
keadaan di mana jumlah/Iungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika
insulin dan resistensi terhadap eIek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam
plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
24
Melalui diIusi terIasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga
ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi
berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga
mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya
24
Penatalaksanaan
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga
terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
24
O ontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih
dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak.
Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
O Hindari adanya inIeksi saluran kemih atau inIeksi lainnya. Lakukan upaya
pencegahan inIeksi dengan baik.
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
O Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan inIus
glukosa.
O Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB
ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
O Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal (TB-100)-10 BB.
O ebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
4 alori basal 25 kal/kgBB ideal
4 alori kegiatan jasmani 10-30
4 alori untuk kehamilan 300 kalor
4 Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai
normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2
jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
24
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah
kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya,
dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin
selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
24
O Mempertahankan kadar glukosa darah puasa 105 mg/dl
O Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp 120 mg/dl
O Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) 6
O Mencegah episode hipoglikemia
O Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
O Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap
hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai
jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol
semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
24
enaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan
selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal
12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
24
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. nsulin
yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang
bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan
terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar
darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.
24
Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja
intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus
lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk
mencapai kadar glukosa yang diharapkan.
24
Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena eIek teratogenitasnya
yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui AS.
Gambar 15. Penatalksanaan DM.
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
Komplikasi CP
Proses persalinan
alau kelainan panggul cukup menonjol dan menghalangi masuknya kepala dengan
mudah ke dalam pintu atas panggul, proses persalinan akan memanjang dan kerap kali tidak
pernah terjadi persalinan spontan yang eIektiI sehingga membawa akibat yang serius bagi ibu
maupun janinnya.
AKIBAT PAA IBU
A-normalitas pada ilatasi Serviks
Normalnya, dilatasi serviks dipermudah dengan adanya tekanan hidrostatik yang
ditimbulkan oleh ketuban yang utuh, atau setelah ketuban pecah terjadi tekanan langsung
bagian presentasi pada serviks. Tetapi , kalu kepala janin macet dalam pintu atas panggul
pada panggul yang sempit, maka keseluruhan tenaga uterus akan berkerja langsung pada
bagian ketuban yang terdapat di daerah serviks yang berdilatasi itu. Sebagai akibat,
kemungkinan terjadinya ruptur dini spontan pada membran amnion, semakin berat.
Setelah selaput ketuban atau membran amnion pecah, hilangnya tekanan kepala janin
pada serviks dan segmen bawah uterus merupakan predisposis kurang eIektiInya kontraksi
uterus. Dengan demikian, dilatasi serviks lebih lanjut dapat berlangsung lambat sekali atau
sama sekali tidak terjadi. Cibils dan Hendricks (1965) melaporkan bahwa adaptasi mekanis
passenger (janin dalam kandungan) terhadap passage (jalan lahir) yang berupa tulang,
merupakan bagian penting dalam menentukan eIesiensi kontraksiuterus. Semakin baik
adaptasi tersebut, semakin eIisien kontraksinya. arena adaptasi pada panggul sempit amat
buruk, pemanjangan proses persalinan sering terjadi. Pada kesempitan panggul pada derajat
yang menghalangi persalinan pervaginam, serviks jarang menunjukan dilatasi yang
memuaskan. Jadi, perilaku serviks ini mempunyai arti prognostik dalam hasil hasil akhir
persalinan pada wanita dengan pintu atas panggul yang sempit.
6
Bahaya #uptur Uteri
Penipisan segmen bawah uterus yang abnormal membawa bahaya yang serius pada
partus lama. alau disporposi antara kepala janin dan panggul ibu begitu besar sehingga
engagement dan penurunan janin tidak terjadi, maka segmen bawah uterus akan semakin
teregang dan bahaya ruptur uteri menjadi ancaman. Pada kasus kasus semacam ini,
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
lingkaran retraksi patologis dapat terjadi dan teraba sebagai suatu alur yang melintang
(transversal) atau oblik pada salah satu bagian uterus diantara simIisis pubis dan umbilikus.
alau saja terlihat keadaan seperti ini, persalinan segera merupakan indikasi mendesak. Bila
sectio sesarea tidak dilakukan untuk mengakhiri persalinan, pada keadaan ini akan terjadi
bahaya ruptur uterus yang besar disamping ancaman serius terhadap kelangsungan hidup
janin.
Tim-ulnya Fistula
alau bagian presentasi sudah terIiksasi kuat dalam pintu atas panggul, tetapi tidak
mau bergerak maju setelah ditunggu dalam waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang
terjepit diantara bagian presentasi dan dinding panggul bisa mengalami tekanan yang
berlepih. Dengan terganggunya sirkulasi pada bagian tersebut, nekrosis bisa terjadi beberapa
hari setelah persalinan dengan terlihatnya Iistula vesikovaginalis, vesikoservikalis, atau
rektovaginalis. Dahulu, ketika persalinan lewat operasi ditunda sedapat mungkin, komplikasi
Iistula sangat sering dijumpai, tetapi sekarang sudah jarang terlihat. omplikasi yang masih
sering terlihat adalah nekrosis akibat tekanan yang terjadi sesudah persalinan dengan kala dua
yang sangat lama.
Infeksi Intrapartum
nIeksi merupakan ancaman serius lainnya yang dihadapi ibu maupun janin dalam
proses persalinan yang dipersulit oleh ketuban pecah lama. Bahaya inIeksi semakin
meningkat dengan dilakukannya pemeriksaan vagina dan berbagai tindakan manipulasi
intravaginal dan intrauteri yang berkali kali. Jika cairan ketuban terinIeksi, selama
persalinan bisa timbul panas.
6
AKIBAT PAA 1ANIN
Partus lama sendiri merupakan keadaan yang berbahaya bagi janin. Pada wanita
dengan lama persalinan lebih dari 20 jam atau pada wanita dengan kala dua persalinan lebih
dari 3 jam. Hellman dan Prystowsky (1952) mendapatkan, secara imum, peningkatan
bermakna pada angka mortalitas perinatal. Jika panggul sempit dan disertai dengan ketuban
pecah dini serta inIeksi intrauteri, maka resiko terhadap janin, disamping terhadap ibu sendiri,
akan semakin berlipat ganda. nIeksi intrapartum bukan saja merupakan komplikasi yang
serius bagi ibu, tetapi juga menjadi penyebab kematian janin dan neonatus yang penting
mengingat bakteri dalam cairan ketuban dapat melintasi selaput ketuban serta mengenai
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
dinding pembuluh darah vili korialis sehingga menimbulkan bakterimia janin. Pneumonia,
yang disebabkan oleh aspirasi cairan ketuban yang terinIeksi itu merupakan akibat serius
lainnya bagi janin.
6
Pem-entukan Kaput Suksedanum
aput suksedanum yang besar sering terbentuk pada bagian kepala yang paling
tertekan selama persalinan jika panggul sempit. aput suksedanum dapat terjadi dengan
proporsi yang cukup besar dan mengakibatkan kekeliruan diagnostik yang serius. aput
tersebut bisa mendekati dasar panggul sementara kepala janin belum engaged, yaitu diameter
biparietalis belum melewati pintu atas panggul. Dokter yang belum berpengalaman dapat
melakukan upaya persalinan dengan Iorseps yang terlampau dini dan tidak dibenarkan.
Secara khas, kaput yang berukuran besar itu akan menghilang dalam waktu beberapa hari
setelah kelahiran bayi.
6
oulase Kepala 1anin
Dengan adanya tekanan dari kontraksi uterus yang kuat, tulang tulang kepala janin
akan saling bertumpuk pada garis sutura utama; proses ini dinamakan moulase atau molding.
Biasanya margo medialis atau os parietalis yang mengenai promontorium sakrum akan saling
tumpang tindih karena bagian sakrum ini; hal yang sama juga terjadi pada tulang tulang
Irontalis. Akan tetapi, tulang oksipitalis akan terdorong ke bawah tulang tulang parietalis.
Perubahan ini sering terjadi tanpa akibat yang membahayakan bayi, sekalipun bisa saja
terjadi robekan tentorium kalau distorsinya terlalu besar, dan perubahan intrakranial yang
Iatal kalau ada pembuluh darah yang pecah. Moulase kepala janin tersebut dapat mengurangi
diameter biparietalis sebanyak 0,5 cm atau lebih tanpa menimbulkan cedera kepala. Namun,
kalu derajat moulase yang terjadi itu lebih besar lagi, kemungkinan cedera intrakranial akan
meningkat.
6
Besamaan dengan moulase kepala, tulang parietalis yang mengenai promontorium,
dapat memperlihatkan tanda tanda adanya tekanan yan nyata pada tulang tersebut yang
kadang kadang terjadi datar sekali. Akomodasi kepala janin lebih mudah terjadi bila tulang
tulang kepala belum mengalami osiIikasi sempurna. Proses yang penting menjelaskan
perbedaan dalam perjalanan persalinan pada dua buah kasus yang tampak serupa dimana
panggul ibu dan kepala janin memiliki ukurang yang sama. Pada kasus yang satu, kepala
janin lebih lunak dan lebih mudah mengalami moulase sehingga persalinan bisa berlangsung
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
spontan. Pada kasus lainnya, kepala yang lebih mengalami osiIikasi itu tetap
mempertahankan bentuknya yang semula sehingga untuk melahirkan bayi ini diperlukan
tindakan operasi.
Tanda tanda tekanan yang khas dapat terbentuk pada kulit kepala janin yang
menutupi bagian kepala yang melintasi promontorium sakrum. Dari lokasinya, kita seringkali
dapat memastikan gerakan yang dialami kepala janin dalam melintasi pintu atas panggul. Hal
yang jauh lebih jarang lagi, tanda tanda serupa terlihat pada bagian kepala yang mengenai
simIisis pubis. Tanda tanda tersebut biasanya menghilang beberapa hari setelah kelahiran,
kendati pada kasus kasus yang merupakan kekecualian, tekanan yang hebat tersebut dapat
mengakibatkan nekrosis kulit kepala.
6
adang - kadang kita menemukan Iraktur tulang tengkorak, yang biasanya terjadi
sesudah melakukan upaya persalinan yang dipaksakan, sekalipun adakalanya dijumpai pula
pada persalinan spontan. Ada dua macam Iraktur, yaitu Iraktur dengan alur dangkal dan
Iraktur kompresi yang berbentu seperti sendok, tepat disebelah posterior sutura koronaria.
Jenis Iraktur yang pertama relatiI sering ditemukan, namun karena hanya mengenai lempeng
luar tulang tengkorak, Iraktur ini tidak berbahaya. Akan tetapi, Iraktur yang kedua, bila tidak
dikoreksi, dapat mengakibatkan kematian neonatus karena Iraktur tersebut melintasi seluruh
tebal tulang tengkorak dan menyebabkan penonjolan pada permukaan dalam tulang tersebut
yang menimbulkan cedera pada otak, serta mengakibatkan pendarahan. Begitu tanda tanda
Iraktur ini terlihat, bagian tulang tengkorak yang mengalami kompresi atau melekuk itu harus
dinaikan atau dihilangkan.
6
Prolapsus Funikuli
omplikasi janin yang serius adalah prolaps Iunikuli (tali pusat menumbung)yang
dipermudah oleh ketidaksempurnaan adaptasi antara bagian presentasi dan pintu atas
panggul. Bila persalinan tidak segera diselesaikan, kematian janin dapat terjadi. Tetapi atz
dan kawan kawan (1988) melaporkan bahwa pengisian kandung kemihsecara cepat dengan
500 hingga 700 ml larutan garam Iisiologis untuk menaikan bagian presentasi janin dan
pemberian inIus ritodrin untuk melemaskan uterus sebelum dilakukan sectio sesarea ternyata
memperbaiki keadaan neonatus yang dilahirkan.
6
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
Kelainan 1anin
eadaan janin yang besar juga dapat menyebabkan distosia. Janin besar biasanya juga
dapat dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus, postmaturitas, dan pada grande
multipara(terjadi abnormalitas . bu yang makan banyak saat mengandung masih diragukan
kaitannya dengan janin besar. Factor keturunan memegang peranan penting sehingga dapat
terjadi bayi besar. Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang
melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar. lmu
kebidanan.
3
PENCEGAHAN CP
ANTENATAL CA#E
Jadwal unjungan Asuhan Antenatal
Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih
ketata. Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat kali. Dalam bahasa
program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatak ini diberi kode angka yang
merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah 1, 2,
3, dan 4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia
kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28 36 minggu dan
sebanyak 2 kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan di atas 36 minggu.
12
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan
mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya
kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan
selama kehamilan yang mungkin dapat menggangu kualitas dan luaran kehamilan.
dentiIikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomic dan Iisiologik
kehamilan. Bila diperlukan, dpaat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan
berbagai metode yang tersedia.
12
EUKASI KESEHATAN BAGI IBU HAIL
Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan konseling
kesehatan yang memadai tentang kesehatan reprosuksi, terutama tentang kehamilan da upaya
untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat dan berkualitas. unjungan antenatal member
kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan inIormasi kesehatan esesnsial bagi ibu
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
hamil dan keluarganya termasuk rencana persalinan (di mana, penolong, dana, pendamping,
dan sebagainya) dan cara merawat bayi. Beberapa inIormasi penting tersebut adalah sebagai
berikut.
12
Nutrisi yang adekuat
alori
Jumlah kalori yang diperlukan ubu hamil untuk setiap harinya adalah 2500 kalori.
Pengetahuan tentan berbagai jenis makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori
tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para
ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas
dan hal ini merupakan Iactor predisposiso untuk terjadinya preeclampsia. Jumlah
pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10- 12 kg selama hamil.
12
Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari. Sumber
protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh- tumbuhan (kacang- kacangan) atau
hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). DeIisiensi protein dapat menyebabkan
kelahiran premature, anemia, dan edema.
12
alsium
ebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. alsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi penyembangan otot dan rangka. Sumber kalsium
yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. DeIisiensi
kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
12
Zat besi
Metabolism yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan
yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen melalui hemoglobin di dalam
sel- sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan
asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah trimester
kedua. Bla tidak ditemukan anemia pemberian besi per minggu cukup adekuat. Zat
besi yang diberikan dapat berupa Ierrous gluconate, Ierrous Iumarate, atau Ierrous
sulphate. ekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia deIisiensi
zat besi.
12
Asam Iolat
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%
Selain zat besi, sel- sel darah merah juga memerlukan asam Iolat bagi pematangan sel.
Jumlah asam Iolat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari.
ekurangan asam Iolat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.
12
Prognosis
Apabila persalinan dengan CPD dibiarkan berlangsung sendiri tanpa pengambilan
tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.
6
Kesimpulan
Persalinan lama disebabkan oleh banyak Iaktor diantaranya adalah kelainan his,
kelainan janin dan kelainan jalan lahir. Persalianan lama dengan kelainan his diantaranya
karena inertia uteri dan incoordinate uterine action, sedangkan janin biasa dikarenakan janin
yang terlalu besar atau karena Iaktor keturunan. Dan pada kelainan jalan lahir dapat
disebabkan karena kelainan panggul atau CPD.
Tindakan yang dapat diberikan berbagai macam, tergantung pada penyebab dari
persalianan lama itu sendiri. Dapat diberikan oksitosin apabila terdapat inertia uteri sampai
dilakukannya seksio sesarea pada kesempitan panggul yang tidak memungkinkan bayi lahir
pervaginam.
0niversitos Kristen KriJo Wocono SYW%%
aftar Pustaka
1. Manuaba . B.G, Manuaba Chandranita, Manuaba Fajar. Pemeriksaan
ehamilan.Pengantar uliah Obstetri. Jakarta: GC,2007.h.208-238
2. Winknjosastro H, SaiIuddin AB, #achimhadhi T. Pemeriksaan ginekologik. lmu
kandungan. disi ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
1994.h.132-74
3. Prawirohardjo Sarwono. Persalinan Lama. lmu ebidanan. disi V. Jakarta : F U,
2010.h.562-579
4. Supriyadi Teddy, Gunawan Johanes. Hidramnion. apita Selekta edaruratan
Obstetri dan Ginekologi. disi . Jakarta : GC, 1994.h.230-231
5. Supriyadi Teddy, Gunawan Johanes. Anemia. apita Selekta edaruratan Obstetri
dan Ginekologi. disi . Jakarta : GC, 1994.h.84-88
6. Cunningham Gary. Distosia Akibat esempitan Panggul. Dalam : Suryono Joko,
editor. Obsetri Williams. disi 18. Volume 1. Jakarta : CG, 1995.h.435-443
7. Mochtar, #ustain. Sinopsis obstetri : obstetri Iisiologi, obstetri patologi. Jilid . d. 2
Jakarta : GC, 1998.h. 375-7
8. Oxorn H, Forte W#. lmu kebidanan: patologi dan Iisiologi persalinan, editor; M.
Hakimi. d. 1. yogyakarta : AND YM; 1990.
9. At a Glance Hematologi/ Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson; alih
bahasa, Huriawato Hartanto; editor edisi bahasa ndonesia, Amalia SaIitri, #ina
Astikawati- Jakarta: Penerbit rlangga, 2006
10.SaiIuddin, Abdul editor. Buku Panduan Praktis Pelayanan esehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002