Anda di halaman 1dari 21

Langkah-langkah penanganan infertilitas

Posted on November 9, 2010 by admin

Pada prinsipnya, evaluasi pada pasangan infertilitas harus memerhatikan faktor wanita dan pria. Pada wanita, perhatikan pemeriksaan fisiknya termasuk endokrin, pemeriksaan ginekologi, karakteristik haid dan galaktorea, serta masa ovulasi. Pada pria, perlu diperhatikan/dianalisis spermanya untuk mengevaluasi pasangan yang infertil. Kategori infertilitas dipengaruhi oleh faktor garnet lakilaki, gamet perempuan, dan faktor saluran genitalia perempuan. Penanganan infertilitas dapat dibedakan penanganan pada pria. Penanganan pada wanita dapat dibagi dalarn 7 (tujuh) langkah yang digambarkan sebagai berikut: Langkah I (anamnesis), cara yang terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Banyak faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas dapat ditanyakan pada pasien. Anamnesis meliputi hal-hal berikut. 1. Lama fertilitas. 2. Riwayat haid, ovulasi, dan dismenorea. 3. Riwayat sanggama, frekuensi sanggama, dispareunia. 4. Riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir. 5. Konstrasepsi yang pernah digunakan. 6. Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya. 7. Riwayat penyakit sistematik (tuberkulosis, diabetes melitus, tiroid). 8. Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme. 9. Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi. 10. Riwayat PID, PHS, leukorea. 11. Riwayat keluar ASI. 12. Pengetahuan kesuburan. Langkah II (analisis hormonal), dilakukan jika dari hasil anamnesis ditemukan riwayat, atau sedang mengalami gangguan haid, atau dari pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi. Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan sekresi GnRH yang akibatnya terjadi anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 5- 25 ng/ml. Pemeriksaan dilakukan antara pukul 7 sampai 10.

Jika ditemukan kadar prolaktin >50 ng/ml disertai gangguan haid, perlu dipikirkan ada tumor di hipofisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat memberi informasi tentang penyebab tidak terjadinya haid. Langkah III (uji pasca-sanggama). Tes ini dapat memberi informasi tentang interaksi antara sperma dan getah serviks. Untuk pelaksa-naan uji pascasanggama telah dijelaskan sebelumnya. Jika hasil UPS negatif, perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap sperma. Hasil UPS yang normal dapat menyimpulkan penyebab infertilitas suami. Langkah IV (penilaian ovulasi). Penilaian ovulasi dapat diukur dengan pengukuran suhu basal badan (SBB). SBB dikerjakan setiap hari pada saat bangun pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, atau sebelum makanlminum. Jika wanita memiliki siklus haid berovulasi, grafik akan memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran grafiknya monofasik. Pada gangguan ovulasi idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui, induksi ovulasi dapat dicoba dengan pemberian estrogen (umpan balik positif) atau antiestrogen (umpan balik negatif). Untuk umpan balik negatif, diberikan klomifen sitrat dosis 50-100 mg, mulai hari ke-5 sampai ke-9 siklus haid. Jika dengan pemberian estrogen dan klomifen sitrat tidak juga terjadi sekresi gonadotropin, untuk pematangan folikel terpaksa diberikan gonadotropin dari luar. Cara lain untuk menilai ovulasi adalah dengan USG. Jika diameter folikel mencapai 18-25 mm, berarti menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi. Langkah V (pemeriksaan bakteriologi). Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi akibat Clamydia trachomatis dan gonokokus sering menyebabkan sumbatan tuba. Jika ditemukan riwayat abortus berulang atau kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap TORCH. Langkah VI (analisis fase luteal). Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi dan keadaan seperti ini sering ditemukan pada

unexplained infertility. Pengobatan insufisiensi korpus luteum dengan pemberian sediaan progesteron alamiah. Lebih diutamakan progesteron intravagina dengan dosis 50- 200 mg daripada pemberian oral. Langkah VII (diagnosis tuba falopii). Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, pemeriksaan tuba menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormon, dan anovulasi merupakan penyebab tersering infertilitas. Untuk mengetahui kelainan pada tuba tersedia berbagai cara, yaitu uji insuflasi, histerosalpingografi, gambaran tuba falopii secara sonografi, hidrotubasi, dan laparoskopi. Penanganan pada tiap predisposisi infertilitas bergantung pada penyebabnya, termasuk pemberian antibiotik untuk infertilitas yang disebabkan oleh infeksi. Penanganan pada pria umumnya adalah dengan analisis sperma. Dari hasil analisis sperma dapat terlihat kualitas dan kuantitas dari spermatozoa. Jika ditemukan fruktosa di dalam semen, harus dilakukan tindakan biopsi testis. Jika tidak ditemukan fruktosa di dalam semen, menunjukkan tidak adanya kelainan vesikula dan vasa seminalis yang bersifat kongenital. Langkah-langkah penanganan infertilitas dari yang paling sederhana, yaitu dengan anamnesis pasangan suami-istri, analisis sperma, uji pascasanggama, penilaian ovulasi, pemeriksaan bakteriologi, analisis fase luteal, diagnosis tuba falopii, dan analisis sperma. Penanganan dilakukan secara bertahap dengan mengobati satu atau lebih faktor spesifik. Observasi prospektif dan pengobatan empiris dengan clomiphene atau antibiotik empiris. Daftar Pustaka
Kebidanan Komunitas Oleh Safrudin, SKM, M.Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes

Masalah Kesuburan, bukan cuma masalah pada reproduksi wanita saja dari bahan presentasi dr. Mulyadi Reproduksi ditentukan oleh

Sistem reproduksi o sistem reproduksi pada wanita o sistem reproduksi pada pria

Sistem endokrin o Hipotalamus-hipofisis > hormon gonadotropik (FSH dan LH) o Ovarium yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron o Testis yang menghasilkan hormon testosteron

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memiliki anak secara alamiah atau mempertahankan kehamilan hingga siap melahirkan anak. Batasan Infertilitas adalah gagal memiliki konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) setelah 6-12 bulan melakukan hubungan seksual secara teratur (3-4 kali per minggu) tanpa kontrasepsi. Penyebab Infertilitas

Usia (diluar usia produktif) o Pria > penurunan kualitas sperma o wanita > penurunan kualitas hormon-hormon penunjang kehamilan Frekuensi Hubungan Seksual o Normal : 3-4 kali per minggu o Keseringan menyebabkan kualitas dan jumlah sperma menurun o Jarang menyebabkan sperma terlalu matang dan sebagian besar mati o Pembuahan hanya akan terjadi pada masa subur (hanya 1 kali per bulan yaitu 14 hari menjelang haid yang akan datang) o Tanda masa subur : suhu basal naik dan peningkatan jumlah lendir pada vagina Lingkungan (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol dan infeksi) Gizi dan Nutrisi (makanan berpengawet) Stress o mempengaruhi siklus haid o penurunan libido o penurunan kualitas sperma

Infertilitas pada sistem reproduksi pria

Gangguan Penghantaran Sperma o sumbatan saluran sperma o ejakuasi retrograd > aliran sperma tidak lancar > tidak encapi saluran reproduksi wanita o impotensi o varikokel > pelebaran pembuluh darah vena di scrotum > aliran oksigen untuk sperma terganggu > sperma kekurangan oksigen > kualitas sperma turun rokok > kualitas dan jumlah seprma turun alkohol > mempengaruhi fungsi hati > kadar estrogen meningkat > produksi sperma menurun

celana ketat dan panas > testis memerlukan suhu yang lebih sejuk (posisi testis menggantung) gangguan hormon (FSH, LH dan testosteron) antibodi terhadap sperma

Infertilitas pada reproduksi wanita


Gangguan pada ovulasi > tidak ada ovum yang matang Gangguan pada tuba uterine > sumbatan atau perlekatan pada tuba uterine. untuk mengetahuinya dilakukan pemeriksaan HSG pada hari ke 11 setelah haid selesai (zat kontras tidak masuk ke pembuluh darah, belum terjadi ovulasi sehingga tidak mengganggu ovum). Catatan : ovum matang hanya bertahan 24 jam. Jika tidak dibuahi dalam 24 jam maka tidak terjadi embrio. gangguan hormon (FSh, LH, Estrogen dan progesteron) gangguan uterus / rahim (infeksi / tumor) antibodi terhadap sperma

Penanganan Infertilitas

Mengatur hormon yang berkaitan dengan reproduksi (obat spt HCG, Follitropin0) Memperbaiki kualitas dan kuantitas gamet / sel telur/sel sperma (obat spt Clomiphene) Mengatasi Inflamasi dan Infeksi di saluran reproduksi (obat antiinflamasi / antibakteri / antifungi) Mengatasi impotensi (obat dengan terapi hormon testosteron dan hormon pertumbuhan )

Bayi Tabung
Salah satu metode untuk mengatasi ketidaksuburan atau infertilitas adalah dengan bayi tabung. Bayi tabung pertama kali berhasil dilakukan terhadap seorang bayi perempuan bernama Louise Joy Brown di Inggris pada tanggal 25 Juli 1978. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium ibu lalu disatukan dengan sperma ayah dalam sebuah medium cair di gelas laboratorium. Lalu sel telur dibuahi di laboratorium. Setelah sel telur dibuahi, sekitar dua setengah hari kemudian, sel telur telah terbagi menjadi delapan sel yang sangat kecil. Kemudian dimasukkan ke dalam uterus atau rahim ibu untuk berkembang secara normal menjadi bayi. Sejak saat itu, berbagai terapi dan teknologi dikembangkan untuk mengatasi masalah kesuburan baik pada pria maupun wanita.

Proses bayi tabung dilakukan dengan proses yang dikenal sebagai in vitro fertilization (IVF) atau pembuahan in vitro. IVF menjadi momentum untuk pengembangan perawatan dan terapi berikutnya untuk teknologi pembantu reproduksi atau assisted reproductive technology (ART). ART mencakup berbagai perawatan untuk masalah kesuburan. Termasuk sel telur dari wanita lain lalu dibuahi untuk dikembangkan di rahim seorang wanita yang lain lagi. Tahun 1994 di Italia, seorang wanita tua berusia 62 tahun yang sudah tidak memiliki sel telur melahirkan seorang bayi yang berasal dari sel telur wanita lain yang dibuahi dengan sperma suaminya. Jadi banyak metode yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kesuburan.

Berbagai Teknik Perawatan Masalah Ketidaksuburan atau Infertilitas

Ada beberapa jenis perawatan untuk masalah kesuburan baik untuk pria maupun wanita. Selain bayi tabung, perawatan-perawatan berikut juga telah melalui serangkaian proses penelitian dan angka keberhasilannya cukup memuaskan bagi pasangan yang memiliki masalah kesuburan. Namun sebelum Anda menggunakan salah satu metode perawatan masalah kesuburan, sebaiknya Anda membuat riset mendalam terlebih dahulu dan berdiskusi baik kepada para ahli medis maupun kepada

pemimpin agama. Beberapa kelompok agama menganggap beberapa jenis metode bayi tabung maupun inseminasi buatan termasuk melanggar hukum agama. Hal ini khususnya jika pembuahan atau pengembangan bayi dilakukan bukan di rahim ibu yang memberikan sel telur ataupun bukan menggunakan sperma yang berasal dari suami sendiri. Dengan kata lain, bagi beberapa kelompok agama, jika melibatkan pihak ketiga baik sebagai donor maupun media pembuahan yang bukan suami atau istri sah, itu sudah dianggap melanggar hukum agama. Karena itu masalah memilih perawatan ini adalah keputusan pribadi setiap pasangan dan perlu didiskusikan secara mendalam. Sebelum memutuskan memilih jenis teknik perawatan untuk masalah infertilitas atau ketidaksuburan, sebaiknya Anda bertanya secara lebih dalam kepada ahli medis yang menangani masalah Anda. Tanyakan apa saja kerugian dan keuntungan dari masing-masing teknik untuk Anda maupun pasangan. Serta tanyakan berbagai risiko yang bisa terjadi bagi Anda dan pasangan. Beberapa jenis teknik perawatan untuk masalah ketidaksuburan atau infertilitas yang memiliki tingkat keberhasilan cukup tinggi di antaranya yaitu:

Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagai AI) dilakukan dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari pria ke dalam organ reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan secara alami. Cairan semen yang mengandung sperma diambil dengan alat tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Biasanya dokter akan menganjurkan inseminasi buatan sebagai langkah pertama sebelum menerapkan terapi atau perawatan jenis lainnya.

GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)

GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer merupakan teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun

1984. Tujuannya untuk menciptakan kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui operasi laparoskopik. Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan kehamilan.

IVF (In Vitro Fertilization)

IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung. Mula-mula sel telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar tubuh wanita. Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa embrio dimasukkan ke dalam rahim melalui serviks.

ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)

ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan zigot atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.

ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)

ICSI atau Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan memasukkan sebuah sel sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel sperma yang kurang aktif maupun tidak matang dapat digunakan untuk membuahi sel telur. Jadi Anda tidak perlu khawatir jika pasangan Anda mengalami masalah infertilitas atau ketidaksuburan, karena semuanya bisa diatasi dengan berbagai teknologi modern yang tersedia saat ini.

INFERTILITAS
DEFENISI Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / mgg, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun

Ada 2 jenis infertilitas : Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali. Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu tidak pernah hamil lagi

ETIOLOGI Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri. Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain : a. Pada wanita Gangguan organ reproduksi 1. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina 2. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim 3. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang 4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu Gangguan ovulasi Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan

pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi. Kegagalan implantasi Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus. Endometriosis Abrasi genetis Faktor immunologis Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil. Lingkungan Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

b. Pada pria Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu : Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia Abnormalitas ereksi Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer Abrasi genetik

MANIFESTASI KLINIS A. WANITA Terjadi kelainan system endokrin Hipomenore dan amenore Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan

gonatnya abnormal Wanita infertil dapat memiliki uterus Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor Traktus reproduksi internal yang abnormal

B. PRIA Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu Riwayat infeksi genitorurinaria Hipertiroidisme dan hipotiroid Tumor hipofisis atau prolactinoma Disfungsi ereksi berat Ejakulasi retrograt Hypo/epispadia Mikropenis Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis ) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis) Abnormalitas cairan semen

PATOFISIOLOGI a. Wanita Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut

perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.

a. Pria Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

PEMERIKSAAN Pemeriksaan Fisik: Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai ).

Pemeriksaan System Reproduksi A. Wanita Deteksi Ovulasi 1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature ) 2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma

Analisa hormon Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium hipofisis hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.

Sitologi vagina Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina

Uji pasca senggama Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital ).

Biopsy endometrium terjadwal

Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.

Histerosalpinografi Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.

Laparoskopi Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.

Pemeriksaan pelvis ultrasound Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.

B. Pria Analisa Semen Parameter Warna Putih keruh Bau Bunga akasia PH 7,2 - 7,8 Volume 2 - 5 ml Viskositas 1,6 6,6 centipose Jumlah sperma 20 juta / ml Sperma motil > 50% Bentuk normal > 60% Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik persentase gerak sperma motil > 60% Aglutasi Tidak ada Sel sel Sedikit,tidak ada Uji fruktosa 150-650 mg/dl

Pemeriksaan endokrin Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.

USG Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori. Biopsi testis Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi. Uji penetrasi sperma Uji hemizona

PENATALAKSANAAN A. Wanita Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital

Pemberian terapi obat, seperti; 1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh . 2. Terapi penggantian hormon 3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal 4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat GIFT ( gemete intrafallopian transfer ) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate, Pengangkatan tumor atau fibroid Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

B. Pria Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat Agen antimikroba Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus

Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFERTIL

PENGKAJIAN 1. Identitas klien Termasuk data etnis, budaya dan agama

2. Riwayat kesehatan A. Wanita a. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah Riwayat infeksi genitorurinaria Hipertiroidisme dan hipotiroid Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama Tumor hipofisis atau prolaktinoma Riwayat penyakit menular seksual Riwayat kista

b. Riwayat Kesehatan Sekarang Endometriosis dan endometrits Vaginismus (kejang pada otot vagina) Gangguan ovulasi Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik Autoimun

c. Riwayat Kesehatan Keluarga Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

d. Riwayat Obstetri

Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi Mengalami aborsi berulang Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

B. Pria a. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu Riwayat infeksi genitorurinaria Hipertiroidisme dan hipotiroid Tumor hipofisis atau prolactinoma Trauma, kecelakan sehinga testis rusak Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih Riwayat vasektomi

b. Riwayat Kesehatan Sekarang Disfungsi ereksi berat Ejakulasi retrograt Hypo/epispadia Mikropenis Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma) Saluran sperma yang tersumbat Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis ) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis) Abnormalitas cairan semen

c. Riwayat Kesehatan Keluarga Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

3. Pemeriksaan Fisik Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita.

4. Pemeriksaan penunjang A. Wanita Deteksi Ovulasi Analisa hormon Sitologi vagina Uji pasca senggama Biopsy endometrium terjadwal Histerosalpinografi Laparoskopi Pemeriksaan pelvis ultrasound

B. Pria Analisa Semen Parameter Warna Putih keruh Bau Bunga akasia PH 7,2 - 7,8 Volume 2 - 5 ml Viskositas 1,6 6,6 centipose Jumlah sperma 20 juta / ml Sperma motil > 50% Bentuk normal > 60% Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik persentase gerak sperma motil > 60% Aglutasi Tidak ada Sel sel Sedikit,tidak ada Uji fruktosa 150-650 mg/dl

Pemeriksaan endokrin USG Biopsi testis Uji penetrasi sperma Uji hemizona

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ansietas b.d ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostic 2. Gangguan konsep diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas 3. Gangguan konsep diri; gangguan citra diri b.d perubahan struktur anatomis dan fungsional organ reproduksi 4. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga b.d metode yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas 5. Konflik pengambilan keputusan b.d terapi untuk menangani infertilitas, alternatif untuk terapi 6. Perubahan proses keluarga b.d harapan tidak terpenuhi untuk hamil 7. Berduka dan antisipasi b.d prognosis yang buruk 8. Nyeri akut b. d efek tes dfiagnostik 9. Efek tes diagnostic ketedakberdayaan b.d kurang control terhadap prognosis 10. Resiko tinggi isolasi social b.d kerusakan fertilitas, investigasinya, dan penataklaksanaannya

INTERVENSI Diagnosa keperawatan: Gangguan konsp diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas Kriteria hasil : Klien mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil Terjalin kontak mata saat berkomunikasi Mengidentifikasi aspek positif diri

Definisi infertilitas menurut WHO adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah berhubungan intim tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur minimal 1-2 tahun. Menurut data demografis dunia, 12,5 % pasangan usia subur mengalami kesulitan mendapatkan anak. Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang. Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria, wanita, kedua-duanya, maupun pasangan. Disebut infertilitas pasangan bila terjadi penolakan sperma suami oleh istri sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidaksesuaian antigen/antibodi pasangan tersebut. Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:

1. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna

Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.

2. Konsentrasi sperma rendah


Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.

3. Tidak ada semen


Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.

4. Varikosel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu.

5. Testis tidak turun


Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.

6. Kekurangan hormon testosteron


Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.

7. Kelainan genetik
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma.

Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan saluran ejakulasi.

8. Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya sperma.

9. Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.

10. Ejakulasi balik


Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra, dan pengaruh obat-obatan tertentu.

11. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi


Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang penis.

12. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)


Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks.

13. Antibodi pembunuh sperma


Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.

14. Pencemaran lingkungan


Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi

sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau arsenik.

15. Kanker Testis


Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 32 tahun.

Anda mungkin juga menyukai