Anda di halaman 1dari 19

4

BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dalam istilah kedokteran, renal calculi disebut nephrolithiasis, kidney
stones, renal stones, urinary stones, urolithiasis, kidney calculi, atau batu ginjal,
yaitu batu yang berada di ginjal dan salurannya. (Sahid, 2009). Menurut Doenges
(1999) batu ginjal adalah bentuk deposit mineral, paling umum kalsium oksalat
dan kalsium IosIat, namun asam urat dan kristal lain juga termasuk pembentuk
batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran
perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelviks dan kaliks ginjal.
Sedangkan menurut Sudoyo (2006), batu ginjal merupakan keadaan tidak normal
di dalam ginjal, dan mengandung komponen kristal serta matriks organik. Lokasi
batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat terhenti
di ureter atau di kandung kemih.

2.2 5idemiologi
raig (2009) mengungkapkan bahwa renal calculi dapat ditemukan di
seluruh dunia, dengan lifetime risk yang rendah yaitu 2-5 di Asia, 8-15 di
negara barat, dan 20 di Saudi Arabia. Pria kulit putih akan berisiko 3-4 kali
lebih tinggi daripada pria AIrican American. Laki-laki akan lebih beresiko
daripada wanita, dengan rasio hingga mencapai 3:1. Gejala pada penyakit
umumnya muncul pada umur 20-49 tahun, walaupun pada umur 50 tahun juga
jarang terjadi. Puncak onset dari symptomatik renal calculi terjadi pada dekade
ketiga dan keempat dari kehidupan manusia yaitu klien dengan usia lebih dari 60
tahun. Renal calculi pada anak-anak jarang ditemukan.
Di Indonesia penyakit renal calculi masih menempati porsi terbesar dari
jumlah pasien di klinik urologi. Disamping itu, renal calculi mempunyai siIat
sering kambuh sehingga merupakan ancaman seumur hidup bagi penderitanya.
Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di Indonesia belum dapat
ditetapkan secara pasti. Sekitar 1 di antara 1000 pria dan 1 dari 3000 wanita
datang dengan keluhan utama batu ginjal yang pertama dalam satu tahun. Lima

5

belas persen mengalami batu rekuren dalam waktu setahun setelah keluhan
pertama, 30 dalam 5 tahun. Dari data dalam negeri yang pernah dipublikasi
didapatkan peningkatan jumlah penderita batu ginjal yang mendapat tindakan di
RSUPN-ipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun
1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002, peningkatan ini sebagian besar
disebabkan mulai tersedianya alat pemecah batu ginjal non-invasiI ESWL
(tracorporeal shock wave lithotripsy) yang secara total mencakup 86 dari
seluruh tindakan (ESWL, dan operasi terbuka) (Ashadi, 1998).

2.3 Teori Pembentukan Batu
%eori pembentukan batu:
a. %eori inti (nukleus): kristal dan benda asing merupakan tempat
pengendapan kristal pada urin yang sudah mengalami
supersaturasi.
b. %eori matrik: Matrik organik yang berasal dari serum atau protein-protein
urin memberikan kemungkinan pengendapan kristal.
c. %eori inhibitor kristalisasi: Beberapa substansi dalam urin menghambat
terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang atau
absennya ini memungkinkan terjadinya
kristalisasi (Purnomo, 2003)

2.4 Klasifikasi Batu
omposisi yang menyusun batu ginjal adalah batu kalsium (80) dengan
terbesar bentuk kalsium oksalat dan terkecil kalsium fosfat. Adapun macam-
macam batu ginjal atau kandung kemih dan proses terbentuknya:
a. Batu oksalat/kalsium oksalat
Asam oksalat di dalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan
asam askorbat (vitamin ). Asam askorbat merupakan prekursor oksalat
yang cukup besar, sejumlah 30, 50 yang lain dikeluarkan sebagai
oksalat urine. Manusia tidak dapat melakukan metabolisme oksalat,
sehingga dikeluarkan melalui ginjal. Jika terjadi gangguan Iungsi ginjal
dan asupan oksalat berlebih di tubuh (misalkan banyak mengkonsumsi

6

nenas), maka terjadi akumulasi okalat yang memicu terbentuknya batu
oksalat di ginjal/kandung kemih.
b. Batu struvit
Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium
karbonat. Batu tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila produksi
ammonia bertambah dan pH urin tinggi, sehingga kelarutan IosIat
berkurang. Hal ini terjadi akibat inIeksi bakteri pemecah urea (yang
terbanyak dari spesies Proteus dan Providencia, Peudomonas eratia,
semua spesies Klebsiella, Hemophilus, Staphylococus, dan Coryne
bacterium) pada saluran urin.
Enzim urease yang dihasikan bakteri di atas menguraikan urin menjadi
amonia dan karbonat. Amonia bergabung dengan air membentuk amonium
sehingga pH urine makin tinggi. arbon dioksida yang terbentuk dalam
suasana pH basa/tinggi akan menjadi ion karbonat membentuk kalsium
karbonat.
Batu struvit (campuran dari magnesium, amoniak dan IosIat) juga disebut
batu inIeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinIeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2.5 sentimeter atau lebih. Batu
yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini mengisi hampir keseluruhan
pelvis renalis dan kalises renalis.
c. Batu urat
Batu urat terjadi pada penderita gout (sejenis rematik).batu urat dapat juga
terbentuk karena pemakaian urikosurik (misal probenesid atau aspirin).
Penderita diare kronis (karena kehilangan cairan, dan peningkatan
konsentrasi urine) serta asidosis (pH urin menjadi asam sehingga terjadi
pengendapan asam urat) dapat juga menjadi pemicu terbentuknya batu
urat.
d. Batu sistina
Sitin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil.
elarutannya semakin kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut

7

akan berpresipitasi (mengendap) dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam
sel ginjal/saluran kemih membentuk batu.
e. Batu kalium IosIat.
Batu ginjal berbentuk batu kalium IosIat dapat terjadi pada penderita
hiperkalsiurik (kadar kalsium dalam urine tinggi). Batu kalium IosIat juga
dapat terjadi karena asupan kalsium berlebih (misal susu dan keju) ke
dalam tubuh. Hal ini dikarenakan adanya endapan kalium di dalam tubuh
yang akan menyebabkan timbulnya batu ginjal.

2.5 tiologi
Menurut Purnomo (2003) dalam Israr, terbentuknya batu saluran kemih
diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik,
inIeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik). WolI (2009) mengungkapkan etiologi renal calculi yaitu:
a. Hiperkalsiuria: penyebab utama abnormalitas metabolik. Beberapa kasus
hiperkalsiuria dihubungkan dengan absorbsi intestinal yang meningkat
terhadap kalsium (dihubungkan dengan kalsium dietary yang berlebihan dan
atau mekanisme absorbsi kalsium yang overaktiI), yang lainnya terkait
dengan resorpsi kalsium dari tulang yang berlebihan (hiperparatiroid), dan
ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mereclaim kalsium pada Iiltrasi
glomerular (renal-leak hypercalciuria).
b. Magnesium terutama sitrat adalah inhibitor yang penting dalam
pembentukan batu pada saluran perkemihan. Penurunan levelnya pada urine
akan memicu terjadinya Iormasi batu.
c. Rendahnya intake cairan yang mengakibatkan produksi urine dengan
volume yang rendah, kemudian menghasilkan larutan pembentuk batu
dengan konsentrasi yang tinggi, lingkungan juga dapat berpengaruh.
d. erusakan alami atau disIungsi dari tubular.

8

raig (2009) membagi etiologi renal calculi menurut batu pembentuknya:
a. Batu kalsium (75)
alsium oxalate, kalsium phosphate, dan kalsium urate dihubungkan dengan
kelainan berikut ini:
OHyperparathyroidism
OAbsorbsi kalsium yang berlebihan
Oebocoran phosphate ginjal
OHyperuricosuria
OHyperoxaluria
OHypocitraturia
OHypomagnesuria
b. Batu struvite (magnesium ammonium phosphate) (15)
OBatu struvit sering dihubungkan dengan U%I yang kronik dengan gram-
negative rods yang mampu mengubah urea menjadi ammonium, yang
dikombinasikan dengan phosphate dan magnesium.
Organisme yang mencakup Proteus, Pseudomonas, dan spesies Klebsiella.
OU%I tidak dapat disebuhkan hingga batu dihilangkan seluruhnya dan
biasanya pH urine lebih dari 7.
c. Batu Uric Acid (6)
Dihubungkan dengan pH urine kurang dari 5.5, intake purin yang tinggi
(misalnya tumbuhan polong, ikan, kuah daging) atau malignansi.
Sebanyak 25 klien dengan batu uric acid mempunyai gout.
d. Batu cystine (2)
Batu cystine timbul karena deIek metabolic intrinsic yang menghasilkan
kegagalan reabsorbsi cystine, ornithine, lysine, and arginine oleh renal
tubular, kemudian urine menjadi tersupersaturasi cystine yang
menghasilkan deposisi kristal.
e. Batu yang dipicu obat-obatan
Banyak medikasi dan metabolism obat yang dapat memicu Iormasi batu
pada urine, yaitu indinavir, atazanavir, guaiIenesin, triamterene, silicate
(pemakaian berlebihan pada antacids yang mengandung magnesium

9

silicate), dan sulIa drugs termasuk sulIasalazine, sulIadiazine,
acetylsulIamethoxazole, acetylsulIasoxazole, dan acetylsulIaguanidine.

2.6 aktor Resiko
Secara epidemiologik terdapat beberapa Iaktor yang mempermudah
terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah
Iaktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan Iaktor
ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Faktor intrinsik antara lain:
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah:
1. GeograIis: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stonebelt.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi.
4. Diet: diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
5. Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktiIitas atau sedentary life dan pada orang yang cenderung
immobilisasi semisal bedrest

2.7 Patofisiologi
Menurut raig (2009) kebanyakan calculi timbul di ginjal ketika urine
tersupersaturasi dengan garam-garam yang mampu membentuk padatan kristal.
Gejala muncul setelah calculi ini memadat dan terjepit pada ureter saat melewati
saluran perkemihan. Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa
obstruksi dan inIeksi saluran kemih. ManiIestasi obstruksi pada saluran kemih
bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada

10

batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrineIrosis.
Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan inIeksi, abses
ginjal, pioneIrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).
Batu saluran kemih merupakan hasil dari beberapa gangguan
metabolisme, meskipun belum diketahui secara pasti mekanismenya. Namun
beberapa teori menyebutkan diantaranya teori inti matriks, teori supersaturasi,
teori presipitasi-kristalisasi, teori berkurangnya Iaktor penghambat. Setiap orang
mensekresi kristal lewat urine setiap waktu, namun hanya kurang dari 10 yang
membentuk batu. Supersaturasi Iiltrat diduga sebagai Iaktor utama terbentuknya
batu, sedangkan Iaktor lain yang dapat membantu yaitu keasaman dan kebasaan
batu, stasis urine, konsentrasi urine, substansi lain dalam urine (seperti:
pyrophospat, sitrat dll). Sedangkan materi batunya sendiri bisa terbentuk dari
kalsium, phospat, oksalat, asam urat, struvit dan kristal sistin. Ukuran batu
bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, berukuran
kecil yaitu diameter 6 mm, sedang yaitu diameter 5-30 mm, sampai ukuran besar
yaitu diameter ~30. Batu yang besar disebut "kalkulus staghorn". Batu ini
terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum,
inIundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan
gambaran menyerupai tanduk rusa sehinggga disebut batu staghorn. Jika
penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di
dalam ginjal. Jika demikian, terjadi penekanan yang akan menggelembungkan
ginjal (hidroneIrosis) dan selanjutnya bisa merusak ginjal.

Gambar batu staghorn

11

Batu kalsium banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80 dari seluruh
batu saluran kemih, kandungan batu jenis ini terdir atas kalsium oksalat, kalsium
IosIat atau campuran dari kedua unsur itu. Batu asam urat merupakan 5-10 dari
seluruh BS yang merupakan hasil metabolisme purine. Batu struvit disebut juga
batu inIeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya inIeksi saluran
kemih, kuman penyebab inIeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau
urea splitter`, yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi
basa. Batu struvit biasanya mengandung magnesium, amonium dan sulIat. Batu
sistin masih sangat jarang ditemui di Indonesia, berasal dari kristal sistin akibat
adanya deIek tubular renal yang herediter (Purnomo, 2000).
Hiperkalsiuria merupakan penyebab paling umum renal kalkuli yaitu
penyebab utama abnormalitas metabolik. Beberapa kasus hiperkalsiuria
dihubungkan dengan absorbsi intestinal yang meningkat terhadap kalsium
(dihubungkan dengan kalsium dietary yang berlebihan dan atau mekanisme
absorbsi kalsium yang overaktiI), yang lainnya terkait dengan resorpsi kalsium
dari tulang yang berlebihan (hiperparatiroid), dan ketidakmampuan tubulus ginjal
untuk mereclaim kalsium pada Iiltrasi glomerular (renal-leak hypercalciuria).
Apabila karena suatu sebab, partikel pembentuk batu atau Iiltrat yang
harus diekskresikan semakin meningkat konsentrasinya, maka keadaan ini sangat
mendorong terjadinya keadaan supersaturasi. ontohnya sebagai eIek
immobilisasi yang lama dapat menyebabkan pengendapan dan mobilisasi calsium
dari tulang sehingga kadar serum kalsium meningkat yang berdampak terhadap
beban yang harus diekskresikan melalui urine. Dari sini jika intake cairan tidak
adekuat atau seseorang mengalami dehidrasi maka supersaturasi akan terjadi dan
kemungkinan terjadinya batu kalsium sangat besar.
Intake cairan yang tidak adekuat, eIeknya secara keseluruhan memang
tidak terasa. %api sebagai konsekuensi, tubuh akan menyeimbangkan diri dengan
jalan mengambil sumber air dari komponen tubuh sendiri. Diantaranya dari darah.
ekurangan air bagi darah amat berbahaya bagi tubuh. Sebab, darah akan menjadi
kental. Akibatnya, perjalanan darah sebagai alat transportasi oksigen dan zat-zat
makanan pun bisa terganggu.

12

Darah yang kental tersebut juga akan melewati ginjal yang berIungsi
sebagai Iilter atau alat untuk menyaring racun dari darah. Ginjal memiliki
saringan yang sangat halus, sehingga jika harus menyaring darah yang kental
maka ginjal harus kerja ekstra keras. Dan karena saringan dalam ginjal halus,
tidak jarang darah yang kental bisa menyebabkan perobekan pada glomerulus
ginjal. Akibatnya, air seni anda berwarna kemerahan, tanda mulai bocornya
saringan ginjal. Bukan tidak mungkin ginjal akan rusak.
pH urine juga dapat membantu terjadinya batu atau sebaliknya, batu asam
urat dan sistin cenderung terbentuk pada suasana urine yang bersiIat asam,
sedangkan batu struvit dan kalsium IosIat dapat terbentuk pada suasana urine
basa, adapun batu kalsium oksalat tidak dipengaruhi oleh pH urine. Adanya
obstruksi dan inIeksi akan menimbulkan nyeri koliks, nyeri tumpul (dull pain),
mual, muntah dan perkembangan hidroneIrosis yang berlangsung lamban dapat
menimbulkan nyeri ketok pada pinggang. adang-kadang dijumpai hematuri
akibat kerusakan epitel. Batu yang keluar dari pelvis ginjal dapat menyumbat
ureter yang akan menimbulkan rasa nyeri kolik pada pinggir abdomen, rasa nyeri
bisa menjalar ke daerah genetalia dan paha yang disebabkan oleh peningkatan
aktivitas kegiatan peristaltik dari otot polos pada ureter yang berusaha melepaskan
obstruksi dan mendorong urin untuk berlalu. Mual dan muntah seringkali
menyertai obstruksi ureter akut disebabkan oleh reaksi reIlek terhadap nyeri dan
biasanya dapat diredakan setelah nyeri mereda. Ginjal yang berdilatasi besar dapat
mendesak lambung dan menyebabkan gejala gastrointestinal yang
berkesinambungan. Bila Iungsi ginjal sangat terganggu, mual dan muntah
merupakan ancaman gajala uremia (Long, 1996).
Batu ginjal selalu berkaitan dengan penurunan progresiI GFR stadium.
Batu ginjal didasarkan pada tingkat GFR (Glomarular Filtration Rate) yang tersisa
dan mencakup:
1. Penurunan Iungsi ginjal dan cadangan ginjal
ang terjadi bila GFR turun 50 dari normal (penurunan Iungsi ginjal),
tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolik. NeIron yang sehat
mengkonpensasi neIron yang sudah rusak dan penurunan kemampuan

13

mengkonsentrasi urine, menyebkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan
% 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan Iungsi ginjal.
2. %risuIisiensi ginjal
%erjadi apabila GFR turun menjadi 20-35 dari normal. NeIron-neIron
yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya
beban yang diterima. Mulai terjadi akumulasi sisa metabolik dalam darah
karena neIron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan
respon terhadap diuretic menyebabkan oligurasi edema. Derajat
insuIisiensi dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat, tergantung dari GFR,
sehingga perlu pengobatan medis.
Batu yang besar dan menyumbat saluran kemih akan menyebabkan
obstruksi sehingga menimbulkan hidroneIrosis atau kaliektasis. Peningkatan
tekanan akibat obstruksi menyebabkan ischemia arteri renalis diantara korteks
renalis dan medulla dan terjadi pelebaran tubulus sehingga dapat menimbulkan
kegagalan ginjal. bstruksi yang tidak teratasi akan menyebabkan urin stasis yang
menjadi predisposisi terjadinya inIeksi sehingga menambah kerusakan ginjal yang
ada. Sebagian urin dapat mengalir kembali ke tubulus renalis masuk ke vena dan
tubulus getah bening yang bekerja sebagai mekanisme kompensasi guna
mencegah kerusakan ginjal. Ginjal yang tidak menderita mengambil alih eliminasi
produk sisa yang banyak. arena obstruksi yang berkepanjangan, ginjal yang
tidak menderita membesar dan dapat berIungsi seeIektiI seperti kedua buah ginjal
seperti sebelum terjadi obstruksi. bstruksi kedua belah ginjal berdampak kepada
kegagalan ginjal. HidroneIrosis bisa timbul tanpa gejala selama ginjal berIungsi
adekuat dan urin masih bisa mengalir.

2.8 anifestasi Klinik
a. Asimptomatik
Pada batu yang masih berukuran kecil dapat tidak memberikan gejala.
Bahkan terkadang batu keluar sendiri saat buang air kecil yang sering
terlihat sebagai kencing berpasir.

14

b. Nyeri kolik
Nyeri yang disebabkan karena usaha untuk mengeluarkan batu, namun
tersangkut di saluran kemih. Nyeri ini dirasakan sangat hebat dan hilang
timbul. Nyeri juga dirasakan saat berkemih terutama saat batu bergerak.
Rasa nyeri timbul karena adanya sumbatan atau adanya radang,
pembengkakan dan iritasi selaput mukosa. Rasa sakit tersebut mulai ringan
sampai berat.
Daerah rasa sakit tergantung pada letak batu. Bila batu terletak di calix,
maka akan terjadi rasa pegal didaerah ginjal atau didaerah pinggang.
Apabila batu ginjal terletak pada ginjal sebelah kanan,maka rasa sakit sulit
dibedakan dengan rasa sakit akibat batu kantung empedu, sedangkan
apabila sebelah kiri, maka sulit dibedakan rasa sakitnya dengan penyakit
gastritis. Batu pada saluran ureter dapat menyebabkan sumbatan total
maupun partial dan rasa sakit yang ditimbulkan dapat hilang timbul yang
terasa di pinggang sampai perut bagian depan, kadang menjalar kearah
bawah lipat paha. Rasa sakit di urater paling diistal (ujung) bisa menyebar
kearah lipat paha, testis pada laki2 sehingga rasa sakit yang timbul dapat
menyerupai testis yang terpelintir atau saluran sperma yang terpelintir
sehingga sulit membedakannya dengan rasa sakit yang ditimbulkan oleh
inIeksi. Sedangkan rasa sakit di ureter palistal pada perempuan dapat
menyebar ke alat kelaminnya.
c. Hematuria
terlihat pada waktu buang air kecil atau pemeriksaan mikroskop. Dapat
tidak ditemukan hematuria karena adanya sumbatan total saluran kemih.
d. Retensi urine
Buang air kecil sedikit, yang disebabkan tersumbatnya saluran kemih oleh
batu. Biasanya gejala ini juga disertai dengan rasa anyang-anyangan.
e. InIeksi
Batu struvit terbentuk oleh adanya kuman tertentu yang menginIeksi
saluran kemih atau sebaliknya batu yang terdapat pada saluran kemih
dapat menyebabkan inIeksi

15

I. Demam
Salah satu tanda dari inIeksi adalah demam, disertai jantung berdebar-
debar, tensi menurun dan terjadi kemerahan di pinggang atau kulit.
g. Mual dan muntah
Sumbatan batu di saluran kemih bagian atas sering menyebabkan mual dan
muntah.

2.9 Kom5likasi
bstruksi ureter dapat menimbulkan hidroureter dan hidroneIrosis. Batu di
pielum dapat menimbulkan hidroneIrosis, batu di kaliks mayor dapat
menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang bersangkutan. Jika disertai dengan
inIeksi sekunder, dapat menimbulkan pioneIrosis, urosepsis, abses ginjal, abses
perineIrik, ataupun pieloneIritis. Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kerusakan
ginjal, dan jika mengenai kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen.

2.10Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
1. Urinalisis:
Urine 24 jam: kreatinin, asam urat, kalsium, oksalat, IosIat atau sistin
mungkin meningkat Warna urine mungkin kuning coklat gelap,
berdarah dan secara umum menunjukkan SDM, SDP, ristal (sisitin,
asam urat, kalsium oksalat), serpihan mineral, bakteri, pus, pH
mungkin asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), atau alkalin
(meningkatkan magnesium, IosIat ammonium atau batu kalsium
IosIat). Survei biokimia: peningkatan kadar magnesium, kalsium,
asam urat, IosIat, protein, elektrolit BUN/kreatinin serum dan urine:
abnormal (tinggi pada serum, rendah pada urine) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktiI pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis
2. ultur urine
mungkin menunjukkan IS (stapilococcus aureus, proteus, klabsiela,
pseudomonas)

16

3. Elektrolit
Hypokalemia dan level serum bicarbonate yang menurun
mengindikasikan distal (type 1) renal tubular acidosis, yang
berhubungan dengan pembentukan batu calcium phosphate.
4. B
Hitung darah lengkap: SDP mungkin meningkat menunjukkan inIeksi
atau septicemia. SDM: biasanya normal. Hb/Ht: abnormal bila pasien
dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong presipitasi
pemadatan) atau anemia (perdarahan, disIungsi atau gagal ginjal).
5. Pemeriksaan laboratorium lainnya
- adar klorida dan bikarbonat serum: peninggian kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis
tubulus ginjal.
- Hormon paratiroid: mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (P%H
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine)
Pemeriksaan Radiologi
1. Rontgen UB (idney, ureter, dan bladder)
Menunnjukkan adanya kalkuli dan atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
2. omputed tomography (%)
% mempunyai sensitivitas dan spesiIitas yang lebih baik jika
dibandingkan dengan IVP. euntungan yang lain yaitu helical %
mempunyai acquisition time yang cepat (5 min), penghindaran
intravenous (IV) contrast, dan sangat potensial untuk mendiagnosa
keadaan patologi yang lain. Namun

helical % tidak dapat memberikan
inIormasi tentanng Iungsi renal atau keparahan obstruksi urinal.
3. Intravenous pyelogram
Memberikan konIirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomic (distensi
ureter) dan garis bentuk kalkuli. Bekerja dengan kontras yang
diadministrasikan secara intravenous pada dosis 1mL/kg, dan pengambilan

17

Iilm UB dilakukan dan pada menit ke 1, 5, 10, dan 15 hingga kedua
ureter distal penuh terisi kontras. emudian dicari penampakan batu pada
ureter, unilateral ureteral dilation, kelambatan penampakan nephrogram
phase, kurangnya normal peristalsis pattern dari ureter, atau perirenal
contrast extravasasi. eparahan obstruksi ditunjukkan dengan lambatnya
penampakan nephrogram. erugian IVP termasuk paparan terhadap
radiasi dan resiko nephrotoxicity atau reaksi anaphylactoid terhadap agen
kontras. ontraindikasi IVP pada ibu hamil dan pasien yang dehidrasi atau
jika level pengeluaran serum creatinine 2 mg/dL.
4. USG (Ultrasonography)
USG merupakan pemeriksaan yang tepat bagi pasien yang sedang hamil.

Ultrasonography tidak lebih akurat dalam diagnosis renal calculi jika
dibandingkan dengan IVP atau helical %. euntungan dari USG yaitu
sedikitnya paparan radiasi yang diterima dan memungkinkan dilakukan di
ruangan pasien. Blader yang penuh akan menyediakan gambaran yang
bagus bagi ultrasound imaging
5. Magnetic resonance imaging (MRI)
Dapat digunakan untuk mendeteksi batu ureteral. Walaupun MRI
bukanlah alat diagnosis utama dalam penentuan batu ureteral, namun
minimalnya paparan radiasi yang diterima pasien membuat MRI menjadi
alat diagnosa yang baik bagi pasien yang hamil dan tidak ada temuan dari
pemeriksaan sonogram.

2.11 Penatalaksanaan
a. Sekitar 90 dari batu ginjal yang berukuran 4 mm dapat keluar dengan
sendirinya melalui urin. Namun, kebanyakan batu berukuran lebih dari 6
mm memerlukan intervensi. Pada beberapa kasus, batu berukuran kecil
yang tidak menimbulkan gejala, dapat diobservasi selama 30 hari untuk
melihat apakah dapat keluar dengan sendirinya sebelum diputuskan untuk
dilakukan intervensi bedah.

18

b. Analgesik
bat penghilang rasa sakit yang paling cocok untuk nyeri karena batu
ginjal adalah golongan narkotika seperti morIin, demerol, atau dilaudid.
Namun standar saat ini untuk menghilangkan nyeri akut karena batu ginjal
adalah penyuntikan ketorolak melalui pembuluh darah.
c. bat diuretik
Diuretic digunakan jika batuberukuran kecil yaitu diameter batu kurang
dari 6 mm atau cm. bat ini akan membuat produksi kencing lebih
banyak dan saluran kemih lebih rileks. Biasanya diberikan dalam waktu
dua minggu, kemudian nanti diperiksa kembali. Misalnya thiazid
(trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru.
d. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsi)
Merupakan alternative tindakan yang banyak dilakukan. yaitu metode non-
operatiI untuk memecahkan batu pada saluran kemih dengan
mengkonsentrasikan gelombang kejut pada lokasi batu dari luar tubuh.
Dengan ESWL ini kita dapat melakukan pengeluaran batu dengan resiko
yang seringan-ringannya. ara ini paling nyaman dan sangat minimal rasa
sakitnya.


Gambar tindakan ESWL
ESWL bekerja melalui gelombang kejut yang dihantarkan melalui
cairan tubuh ke batu. Gelombang ini akan memecah batu menjadi ukuran

19

yang lebih kecil sehingga diharapkan dapat keluar sendiri melalui air
kemih. Gelombang yang dipakai berupa gelombang ultrasonic,
elektrohidrolik atau sinar laser. Metode ini tidak memerlukan tindakan
operasi, hanya cukup mendekatkan lithotripter pada permukaan tubuh
sesuai dengan lokasi batu kemudian gelombang dihantarkan selama 20-30
menit.
ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan menggunakan
gelombang kejut antara 15-22 kilowatt. Meskipun hampir semua jenis dan
ukuran batu ginjal dapat dipecahkan oleh ESWL, masih harus ditinjau
eIektivitas dan eIisiensi dari alat ini. ESWL hanya sesuai untuk
menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta terletak
di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih (kecuali
yang terhalang oleh tulang panggul). Hal laim yang perlu diperhatikan
adalah jenis batu apakah bisa dipecahkan oleh ESWL atau tidak. ESWL
tidak boleh digunakan oleh penderita darah tinggi, kencing manis,
gangguan pembekuan darah dan Iungsi ginjal, wanita hamil dan anak-
anak, serta berat badan berlebih (obesitas).


Gambar mekanisme kerja ESWL
euntungan ESWL:
O %idak invasiI (kulit utuh)
O Rasa nyeri kalau ada hanya sedikit sekali, tidak memerlukan anestesi
O Perawatan yang singkat

20

O Pada residiI dapat diulang lagi tanpa kesukaran
O Dapat digunakan pada semua usia
esuksesan dari ESWL sangat dipengaruhi oleh banyak Iaktor.
%idak semua jenis batu dapat dihancurkan dengan metode ini, ukuran,
lokasi batu, anatomi ginjal dan kondisi kesehatan pasien juga
mempengaruhi. Syarat untuk dapat dilakukan ESWL adalah:
O Ukuran batu sedang yaitu antara 0,5-3 cm dengan gejala yang
mengganggu.
O Jenis batu yang mengandung kalsium atau asam urat lebih rapuh dan
mudah dipecah.
O Lokasi batu di ginjal atau ureter bagian proksimal dan medial.
O %idak adanya obstruksi ginjal
O ondisi kesehatan pasien memenuhi syarat
ontra indikasi ESWL:
O ehamilan
O oagulopati (gangguan pembekuan darah)
O Hipertensi tak terkontrol
O bstruksi saluran kemih distal
O Ginjal sudah tidak berIungsi
O Adanya inIeksi aktiI
omplikasi ESWL:
O Steinstrasse atau pecahan batu yang tertahan di saluran kemih
sehingga menyumbat aliran kemih. Pecahan ini nantinya dapat keluar
sendiri atau dibutuhkan tindakan operatiI tambahan untuk
mengeluarkannya.
O Hematom (perdarahan) ringan perirenal
O Hematuri (kencing berdarah) akibat pecahan batu yang melukai
saluran kemih saat mau dikeluarkan dari tubuh.
e. URL (Urethro Renoscopy Lithotripsi)
yaitu suatu tindakan memecahkan batu dengan melakukan peneropongan
atau scopy melalui urethra, kandung kemih sampai ke ureter. Alat ini
dipakai bila ESWL tidak berhasil, batu tidak dapat dideteksi dengan

21

Iluoroscopy atau batu terhalang oleh tulang yang terdapat di ureter
sehingga tidak dapat dilakukan ESWL
I. PNL (Percutaneus NeIro Lithotripsi)
aitu batu dihancurkan dengan menembakkan gelombang ultrasonik pada
batu. Gelombang ultrasonik yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
lubang yang dibuat pada bagian panggul atau melalui selang kecil yang
dimasukkann lewat saluran kemih hingga mencapai lokasi batu dengan
bimbingan Fluoroscopy atau USG. PNL ini dilakukan khusus pada batu
~2,5 cm apabila ada sumbatan atau penyempitan di leher calyx.

Gambar PNL
g. Percutaneus nephrolithotomy
Di klinik-klinik yang belum mempunyai Iasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan
batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara
lain adalah neIrolitotomi. aitu suatu tindakan pembedahan terbuka yang
dilakukan pada batu ginjal yang besar atau yang mengalami komplikasi
atau untuk batu yang tidak berhasil dikeluarkan dengan terapi lain. Untuk
tindakan operasi, baru dilakukan bila ukuran batu termasuk besar yaitu

22

lebih dari 30 mm. Bisa pula berlaku pada batu yang berukuran lebih kecil
bilamana kondisi pasien tidak memungkinkan diberlakukan lipotripsi.
%indakan bedah perlu dilakukan pada pasien yang hanya mempunyai satu
ginjal, nyeri yang sangat hebat, atau adanya ginjal yang terinIeksi yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. %idak jarang pasien harus
menjalani tindakan neIrektomi karena ginjalnya sudah tidak berIungsi dan
telah terjadi pioneIrosis, korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami
pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan inIeksi yang
menahun

Anda mungkin juga menyukai