Anda di halaman 1dari 5

M.

Asroruddin*

Dalam ilmu kedokteran, reproduksi bermakna menghasilkan keturunan. Sedangkan
kesehatan reproduksi (kespro) dideIinisikan sebagai keadaan sejahtera Iisik, mental, sosial
dalam segala hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi juga
berkaitan dengan kemampuan untuk memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman,
serta kemampuan untuk memiliki keturunan dan bebas menentukan waktu memiliki
keturunan dan jumlah keturunan. Sebagian orang memandang bahwa kesehatan reproduksi
hanya terkait pada organ reproduksi laki-laki dan perempuan, padahal hal itu tidak
sepenuhnya benar karena cakupan kesehatan reproduksi sangat luas.
Kespro memiliki tiga komponen yaitu kemampuan untuk prokreasi, mengatur tingkat
kesuburan, dan me nikmati kehidupan seksual; dampak kehamilan
yang baik melalui angka harapan hidup dan pertumbuhan bayi dan balita yang meningkat;
serta proses reproduksi yang aman. Adapun cakupan kesehatan reproduksi meliputi alat
reproduksi, kehamilan dan persalinan, kespro remaja, pencegahan kanker leher rahim, metode
kontrasepsi dan KB, kesehatan seksual dan gender, perilaku seksual yang sehat dan yang
berisiko, pemeriksaan payudara dan panggul, impotensi, HIV/AIDS, inIertilitas, kesehatan
reproduksi laki-laki, perempuan usia lanjut, kesehatan reproduksi pengungsi, inIeksi saluran
reproduksi, safe motherhood, kesehatan ibu dan anak, aborsi, serta inIeksi menular seksual.

Kesehatan Reproduksi dalam Islam

Islam sebagai pandangan hidup tentu saja memiliki kaitan dengan kesehatan
reproduksi mengingat Islam berIungsi sebagai pengatur kehidupan manusia dalam rangka
mencapai keadaan sesuai dengan deIinisi kesehatan reproduksi itu sendiri. Islam mengatur
kesehatan reproduksi manusia ditujukan untuk memuliakan dan menjunjung tinggi derajat
manusia. Dan Islam sejak belasan abad yang lalujauh sebelum kemajuan ilmu kesehatan
dan kedokteranmengaturnya sesuai dengan Quran, hadits, dan ijma para ulama, yang
mencakup seksualitas, kehamilan, menyusui, kontrasepsi dan KB, dan aborsi, serta hal lain
yang tidak dapat dijelaskan satu-satu persatu. Dan sebagai umat muslim kita wajib mengikuti
aturan-aturan yang telah ditetapkan Islam dalam rangka mencapai kesejahteraan sebagai umat
manusia.

Islam dan Seksualitas

Seksualitas dalam Islam dapat menjadi hal yang terpuji sekaligus tercela. Seksualitas
menjadi hal yang terpuji jika dilakukan dalam lingkup hubungan yang sesuai syariat, yaitu
hubungan pasangan laki-laki dan perempuanbukan antara pasangan sejenis (homoseksual)
atau dengan binatang (zooIilia)yang telah menikah secara sah. Sebaliknya seksualitas
dalam Islam dapat menjadi hal yang tercela jika hubungan dilakukan di luar pernikahan,
antara pasangan sejenis, atau dengan binatang.
Ayat Quran yang paling terkenal untuk menjelaskan hubungan laki-laki dan
perempuan yang sesuai syariat adalah dalam surat Ar Ruum: 21 yang menyatakan tujuan
pernikahan yaitu dijadikannya rasa cinta dan kasih sayang Seorang ahli taIsir dalam kitab
taIsir Al Futuhatul Ilahiyah menyatakan bahwa cinta berarti hubungan seksual, dan kasih
sayang berarti hasil hubungan seksual yaitu seorang anak. Hal ini berarti Islam sangat
mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam hal seksualitas adalah untuk
kebaikan bersama secara Iisik dan mental serta menghasilkan keturunan sebagai penerus
diinul Islam, bukan hanya untuk kepuasan secara biologis saja.
Islam melarang hubungan seksual melalui dubur & mulut (anal & oral sex),
homoseksualitas, sodomi, lesbianisme, dan perilaku seksual lain yang tidak wajar.
Kekhawatiran Islam tentang hal ini sangat beralasan mengingat saat ini perilaku di atas
banyak ditemukan di masyarakat di seluruh dunia yang berakibat pada timbulnya penyakit-
penyakit menular seksual dan desakralisasi hubungan pernikahan dimana hanya
mementingkan syahwat semata. Hubungan seksual juga dilarang untuk dilakukan saat
menstruasi (lihat QS. Al Baqarah: 222), pasca melahirkan, penyakit berat, dan siang hari di
bulan Ramadhan. Penelitian-penelitian di abad modern menunjukkan korelasi positiI antara
larangan tersebut dengan eIek merugikan yang ditimbulkannya bila dilakukan.
Dalam Islam hubungan seksual pranikah dan perselingkuhan dilarang dan dapat
dihukum sesuai syariat. Bahkan negara kita juga telah memasukkan perihal ini dalam KUHP.
Supaya umat manusia tidak terjebak pada perilaku tercela maka Islam mengaturnya dalam
Quran surat Al Israa: 32 yaitu tentang larangan mendekati zina. Bukan hanya melakukan,
mendekatinya saja dilarang dalam Islam seperti hubungan laki-laki dan perempuan bukan
muhrim yang terlampau bebas.
Hubungan seksual yang bebas (freesex) secara kedokteran dapat menyebabkan
penyakit/ inIeksi menular seksual, kehamilan tak diinginkan, aborsi dan kematian ibu, dan
bayi tanpa ibu. Secara sosial maka akan menimbulkan nasab yang tidak jelas, sehingga
kehidupan keluarga dan sosial budaya akan terganggu. Semua hal itu akan berujung pada
penurunan kualitas generasi bangsa.

Islam dan Kehamilan

Dr Maurice Bucaille, ilmuwan Perancis dalam bukunya yang Ienomenal a Bible e
Coran Et a Science (Bibel, Quran, dan Sains Modern) menyatakan bahwa sebelum ilmu
kedokteran modern berkembang, para ilmuwan memiliki konsep yang salah tentang
penciptaan manusia padahal Quran telah menyatakannya dengan sangat jelas sejak 14 abad
yang lalu. Dalam surat Al Mukminun: 14 dan Al Hajj: 5, Quran telah menjelaskan tahap demi
tahap perkembangan penciptaan manusia. Quran menyebutkan tempat-tempat mekanisme
yang tepat dan menyebutkan tahap-tahap yang pasti dalam reproduksi, tanpa memberi
bahan yang keliru sedikit jua pun. Semuanya diterangkan secara sederhana dan mudah
dipahami oleh semua orang serta sangat sesuai dengan hal-hal yang ditemukan oleh sains di
kemudian hari. Mari kita lihat kandungan surat Quran di bawah ini yang begitu menakjubkan:
emudian air mani itu ami fadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu ami
fadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu ami fadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu ami bungkus dengan daging emudian ami fadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik`(QS Al Muminun.
14)
Hal yang dijelaskan Al Quran di atas sangat sejalan dengan ilmu kedokteran dan
embriologi modern, termasuk diciptakannya pancaindera seperti tercantum dalam Surat As
Sajadah: 9, yang berbunyi: "emudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam
tubuhnya roh (ciptaan)Nya, dan Dia menfadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur"

Islam dan Menyusui

Penelitian ilmiah modern baru dapat menyatakan kelebihan dan manIaat air susu ibu
(ASI) di penghujung abad ke-20. Namun, kajian tentang ASI telah termaktub di dalam Quran
beribu tahun yang lalu sejak diturunkannya pedoman hidup manusia itu. ASI sebagai
makanan terbaik bagi bayi itu telah menjadi rekomendasi WHO untuk diberikan secara
eksklusiI selama 4-6 bulan dan dilanjutkan bersama makanan lain hingga berusia 2 tahun. Hal
ini sesuai dengan surat Al Baqarah: 233, yang secara ilmiah berkaitan erat dengan
pembentukan sistem kekebalan tubuh bayi dalam tahun-tahun pertama kehidupannya.
ASI tidak hanya penting bagi bayi saja tetapi penting pula bagi ibunya. Hubungan
batin antara ibu dan bayinya menjadi lebih terasa karena dekatnya hubungan mereka melalui
proses penyusuan. Secara klinis telah pula diteliti bahwa penyusuan dapat mengurangi risiko
kanker payudara. Selain itu proses penyusuan berguna pula sebagai kontrasepsi alamiah.

Islam dan Kontrasepsi

Hingga saat ini kontrasepsi sebagai sarana pengaturan jarak kehamilan masih menjadi
perdebatan di kalangan ulama dan ilmuwan Islam. Ada kalangan yang menentang karena
mereka beranggapan kontrasepsi atau keluarga berencana merupakan produk Yahudi dan
kaum kaIir untuk melemahkan kaum muslimin karena mereka takut kalau-kalau pertumbuhan
umat Islam akan mengancam tujuan, dominasi/pengaruh dan kepentingan mereka. Kalangan
yang menentang juga beranggapan bahwa KB bertentangan dengan anjuran Islam untuk
memperbanyak keturunan. Ada pula kalangan yang membolehkan atau membolehkan dengan
syarat.
Kontrasepsi di dunia Islam memiliki sejarah panjang. Dasar penggunaan kontrasepsi
di dalam Islam adalah hadits Rasulullah yang berbunyi, ami pernah melakukan a:l
(senggama terputus) di :aman Rasulullah Rasul mengetahui hal itu terapi tidak melarang
kami melakukannya`. Beberapa ulama menggunakan qyas, bila a:l diperbolehkan, maka
metode ikhtiar pengaturan kehamilan lainnya pun boleh, kecuali sterilisasi. Jarak kehamilan
dalam Islam pun telah diatur melalui program menyusui. Kedokteran Islam sendiri telah
mengembangkan kontrasepsi sejak awal dan memerintahkan Eropa untuk menggunakannya.
Penggunaan kontrasepsi dilarang jika ditujukan untuk menyuburkan kolonialisme dan
imperialism. Intinya ketentuan Islam yang berhubungan dengan kontrasepsi atau KB
bergantung kepada niat. Kalau kita menggunakan kontrasepsi karena ingin anak sedikit,
malas mengurus anak, takut kulit rusak, takut organ reproduksi atau Iungsi seksual terganggu,
atau takut miskin, tentunya menggunakan kontrasepsi bertentangan dengan anjuran Islam
karena unsurnya hanyalah egoisme bukan hablumminallah atau hablumminannas. Tentunya
berbeda kalau kita berupaya menjarangkan kehamilan itu karena ikhtiar untuk dapat
mendidik anak dengan lebih sempurna atau karena kita takut lahir anak yang cacat bila usia
kita sudah di atas 35 tahun. Ada baiknya kita renungkan ayat Quran berikut:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesefahteraan)
mereka Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar (QS An Nisaa. 9)`
Islam dan Aborsi

Permasalahan aborsi atau secara medis berarti penghentian kehamilan di bawah usia
kehamilan 20 minggu masih menjadi perdebatan di kalangan muslim. Kalangan yang
sepenuhnya menentang mendasarkan pendapatnya pada Quran Surat Ath-Thalaq: 3, yaitu,
Dan memberinya re:ki dari arah yang tiada disangka-sangkanya Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu`
Sementara itu kalangan muslim lainnya membolehkan aborsi hanya untuk alasan berat
seperti mengancam nyawa ibu atau kemungkinan janin lahir cacat. Saat ini berkembang
perdebatan di Indonesia tentang akan dikeluarkannya Undang-Undang (UU) yang cenderung
untuk melegalkan bahkan meliberalkan aborsi, dengan alasan saat ini banyak masyarakat
yang terlibat praktik aborsi yang tidak aman sehingga menimbulkan angka kematian ibu dan
bayi tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Tentu saja pembuatan produk legislatiI ini
harus disikapi dengan bijaksana dengan melibatkan berbagai unsur dalam masyarakat
termasuk kalangan ulama dan agamawan dalam proses pembuatannya.

Islam dan Pendidikan Seks
Islam juga sama sekali tidak lupa untuk mengajarkan kita tentang pendidikan seks
berupa penjelasan tentang alat-alat reproduksi, kehamilan, menstrusi (haid), hubungan
seksual yang aman dan syar`i, dengan bahasa yang sederhana dan dalam batas tata susila
yang diperlukan, bukan mengandung unsur pornograIi.

Akhirnya kita semua harus memahami bahwa Islam mengatur seksualitas untuk mencegah
umat manusia melakukan perilaku seksual yang serampangan, yang dapat mengancam
kemanusiaan.


Penulis adalah dosen Program Studi Pendidikan Dokter UNTAN,
pengurus Dewan Masfid Indonesia Provinsi ABAR
Alamat kontak. dinasroyahoocom

Anda mungkin juga menyukai