Mahluk Sosial
Oleh Fauziah Abubakar Chaniago
HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DAN MAHLUK SOSIAL
PENGERTIAN MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU
Manusia, mahluk dan individu secara etimologi diartikan sebagai berikut:
1. Manusia berarti mahluk yang berakal budi dan mampu menguasai mahluk lain.
2. Mahluk yaitu sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.
3. Individu mengandung arti orang seorang, pribadi, organisme yang hidupnya berdiri
sendiri. Secara Iisiologis ia bersiIat bebas, tidak mempunyai hubungan organik
dengan sesama.
Kata manusia berasal dari kata 2anu (Sansekerta) atau 2ens (Latin) yang berarti berpikir,
berakal budi, atau ho2o (Latin) yang berarti manusia. Istilah individu berasal dari bahasa
Latin, yaitu individu2, yang artinya sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu
kesatuan yang terkecil dan terbatas.
Secara kodrati, manusia merupakan mahluk 2onodualis. Artinya selain sebagai mahluk
individu, manusia berperan juga sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk individu, manusia
merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa)
yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri
sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa
akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat
individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang
membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal
pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Manusia adalah
ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain.
BEBERAPA TEORI PENDEKATAN PEMAHAMAN TENTANG MANUSIA
Secara teoritis, pemahaman tentang manusia dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan,
antara lain:
1. Pendekatan Materialis2e Antropologi. Menjelaskan bahwa pada hakikatnya
manusia adalah materi, manusia adalah jasad yang tersusun dari bahan-bahan material
dari dunia organik.
2. Pendekatan Materialis2e Biologi. Menjelaskan bahwa manusia merupakan badan
yang hidup atau organisme yang mempersatukan segala pembawaan dan kegiatan
kehidupan badan di dalam dirinya. Struktur kehidupan manusia yang memiliki
kewaspadaan indrawi berlaku juga bagi hewan. Dalam kenyataan, manusia memang
merupakan bagian dari kehidupan organik yang dapat ditelusuri dari bentuk sub
human (evolusi).
3. Pendekatan Idealis2e Antropologi. Menjelaskan bahwa manusia adalah mahluk
yang memiliki unsur spiritual intelektual yang secara intrinsik tidak bergantung pada
materi. Manusia tidak dapat dijelaskan dengan satu prinsip saja, sebab di dalam diri
manusia bergabung berbagai prinsip yang menyusun suatu pemahaman tentang
dirinya secara utuh dan lengkap.
ASPEK KEGIATAN MANUSIA
Prof. Dr. N. Drijarkara berpendapat, bahwa pada hakikatnya manusia sebagai individu
mempunyai empat aspek kegiatan dalam penggabungan alam jasmani kepada manusia.
Aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Aspek Ekono2i. Manusia dengan menurunkan tangannya ke alam jasmani dapat
merubah barang-barang sehingga berguna untuk kehidupan umat.
2. Aspek Kultural. Manusia dengan maniIestasinya mendirikan monumen, kuil, candi,
menciptakan kesusasteraan, musik, kesenian, dan sebagainya.
3. Aspek Peradaban. Dimaksudkan sebagai keadaan dan peradaban pada diri manusia
dalam tingkah lakunya, seperti cara bergaul, adat istiadat, pakaian yang wajar, dan
sebagainya. Bentuk peradaban manausia di luar tingkah lakunya tercermin pada
gedung dan bangunan yang dimasukkan unsur keindahan, peralatan yang sempurna,
barang konsumsi yang menyenangkan
4. Aspek Teknik. Manusia dengan kegiatannya mengaktiIasi alam jasmani menurut
hukum-hukumnya sehingga menimbulkan eIisiensi. Permulaan teknik adalah dari
badan manusia, semua penggunaan badan mengandung unsur-unsur teknik dalam
kehidupan manusia. Jadi tidak terbatas dalam lapangan memenuhi kebutuhan untuk
mempertahankan atau memperpanjang kehidupan saja, melainkan termasuk bidang
kesenian, permainan, bahasa, mengatur negara, dan sebagainya.
Di samping itu perlu disadari pula secara sungguh-sungguh bahwa setiap manusia itu pada
hakikatnya tidak mungkin terlepas dari hidup intern pribadi dan kehidupan ekstern
antarpribadi. Hidup intern pribadi tersebut merupakan cerminan bahwa manusia itu sebagai
mahluk individu dan sekaligus sebagai mahluk Tuhan, sedangkan kehidupan ekstern
antarpribadi merupakan cerminan bahwa manusia itu sebagai mahluk sosial. Hidup intern
pribadi artinya bahwa manusia sebagai mahluk sosial itu lebih menitikberatkan kepada hal-
hal yang bersiIat interaktiI antarsesama manusia dari pada individualistis.
KEISTIMEWAAN MANUSIA
Kelahiran manusia di dunia bukan merupakan kehendak manusia, bukan kehendak kedua
orang tuanya, bukan pula kehendak dari alam. Melainkan kehendak Tuhan Yang Maha
Kuasa. Maka dari itu, sebagai konsekuensinya manusia mempunyai kewajiban berbakti serta
mengabdi dengan beribadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
Pada prinsipnya, setiap manusia di samping terdiri dari unsur-unsur jasmani (raga) dan rohani
(jiwa) yang lebih sempurna, juga dikaruniai keistimewaan-keistimewaan seperti:
1. Daya jiwa yang disebut cipta, rasa, dan karsa. Dengan daya ciptanya yang bersiIat
kreatiI, setiap manusia dapat menciptakan sesuatu yang bermanIaat, dengan dorongan
rasa dalam dirinya, manusia dapat mencari dan menikmati sesuatu yang indah. Oleh
sebab itu dengan daya ciptanya manusia mampu membentuk berbagai macam
maniIestasi rasa dan seni, dan dengan karsanya (suatu kehendak kodrat untuk
mengabdikan diri pada kekuasaan tertinggi) pula manusia dapat menjadi produktiI.
2. Hak-hak asasi kodrati. Karena manusia memiliki hak asasi kodrati dapat melakukan
sesuatu yang sesuai dengan daya cipta, rasa dan karsanya sendiri.
3. Harkat, 2artabat, dan derajat yang tinggi. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga: harkat adalah kemuliaan, taraI, mutu, nilai atau harga;
2artabat adalah tingkat harkat kemanusiaan atau harga diri; derajat adalah
tingkatan martabat atau pangkat. Dengan harkat atau martabat (derajat), manusia
dapat memposisikan dirinya di atas mahluk-mahluk lain.
4. Keinginan ber2asyarakat dan dilengkapi segala potensi su2ber kekayaan ala2.
Melalui keinginannya, setiap manusia dapat berinteraksi dengan warga masyarakat
lainnya. Oleh karena itu, setiap manusia memanIaatkan segala potensi kekayaan alam
yang disediakan oleh Tuhan.
Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda. Setiap orang dilahirkan ke dunia ini
dengan siIat yang berbeda dengan manusia lain. Setiap pribadi memiliki perbedaan sehingga
selalu dapat dibedakan dengan yang lain. Orang yang dilahirkan secara kembar pun pasti
memiliki perbedaan.
Manusia dikaruniai hak dasar yang melekat dalam dirinya, yaitu hak asasi manusia. Hak asasi
merupakan hak kodrat sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa pada setiap individu tanpa
memandang perbedaan yang ada. Hak ini tidak dapat dikurangi atau diminta orang lain sebab
jika demikian akan hilang siIat kemanusiaannya, contohnya hak hidup, hak beragama, dan
hak milik.
Manusia secara individu adalah bebas. Ia dapat menentukan sendiri apa yang dapat dilakukan
dan apa yang tidak dapat dilakukan. Ia dapat mengambil sikap untuk menyesuaikan dengan
lingkungan sekitarnya atau pun ia bertindak melawan lingkungannya. Manusia adalah bebas
sejauh ia sendiri dapat mengembangkan pikiran tentang tujuan dan sarana untuk mencapai
tujuan itu. Ia bebas memutuskan sendiri tindakannya dan pilihan yang ia ambil. Ia juga
bertanggung jawab sendiri atas segala sikap dan perbuatannya.
Individu artinya perseorangan atau pribadi yang terpisah dari orang lain. Pandangan yang
mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasarnya adalah individu yang bebas dan
merdeka adalah paha2 individualis2e.
Paham ini menekankan pada kekhususan, martabat, hak dan kebebasan orang perorang.
Manusia sebagai individu yang bebas dan merdeka tidak terikat apapun dengan masyarakat
atau negara. Manusia bisa berkembang dan sejahtera hidupnya apabila secara bebas dapat
bekerja dan berbuat apa saja untuk memperbaiki dirinya sendiri. Paham individualisme ini
tumbuh di dunia Barat dan dikembangkan oleh beberapa IilsuI, di antaranya 1ean 1acques
Rousseau.
Dasar semangat individualisme adalah manusia itu lahir secara bebas dan merdeka. Ia boleh
berbuat apa saja asal jangan mengganggu keamanan orang lain. Semangat individualisme
menimbulkan revolusi besar, yaitu Revolusi Perancis 1789 yang bersemboyan liberte,
egalite, fraternite (kebebasan, persamaan, persaudaraan). Dasar Revolusi Perancis ini
menjadi sumber bagi demokrasi Barat. Jadi demokrasi Barat berdasarkan paham
individualisme.
Di bidang politik, individualisme melahirkan ideologi liberal, yang sangat menekankan
pentingnya kedudukan individu dan menghargai peranan masing-masing individu. Negara
yang terbentuk harus dapat melindungi individu dari berbagai ancaman dan tekanan. Jadi
individualisme berkaitan erat dengan liberalis2e. Pandangan hidup individualisme lah yang
melahirkan ideologi liberal. Keduanya sama-sama berpandangan akan pentingnya kedudukan
manusia sebagai mahluk individu.
Di bidang ekonomi, individualisme melahirkan kapitalis2e, yaitu sistem perekonomian
individualis yang diusahakan oleh pihak swasta atau perseorangan. Tujuannya adalah
mencari keuntungan yang setinggi-tingginya sehingga dapat mensejahterakan individu yang
bersangkutan. Untuk berjalannya sistem ini, diadakan persaingan bebas antarindividu. Negara
atau masyarakat tidak boleh turut campur, tetapi hanya menjaga agar tidak terjadi gangguan
keamanan dan ketertiban di masyarakat. Sistem ekonomi yang muncul adalah sistem
ekonomi pasar bebas.
KONSEKUENSI MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU
Dalam keadaan status manusia sebagai mahluk individu, segala sesuatu yang menyangkut
pribadinya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri, sedangkan orang lain lebih banyak
berIungsi sebagai pendukung. Kesuksesan seseorang misalnya sangat tergantung kepada niat,
semangat, dan usahanya yang disertai dengan doa kepada Tuhan secara pribadi. Demikian
juga mengenai baik atau buruknya seseorang di hadapan Tuhan dan dihadapan sesama
manusia, itu semua sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku manusia itu sendiri. Jika iman
dan takwanya mantap maka dihadapan Tuhan menjadi baik, tetapi jika sebaliknya, maka
dihadapan Tuhan menjadi jelek. Jika sikap dan perilaku individunya baik terhadap orang lain,
tentu orang lain akan baik pula terhadap orang tersebut.
Konsekuensi (akibat) lainnya, masing-masing individu juga harus mempertanggung
jawabkan segala perilakunya secara moral kepada dirinya sendiri dan kepada Tuhan. Jika
perilaku individu itu baik dan benar maka akan dinikmati akibatnya, tetapi jika sebaliknya,
akan diderita akibatnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai
individu yang sudah dewasa memiliki konsekuensi tertentu, antara lain:
1. Merawat diri bersih, rapi, sehat dan kuat
2. Hidup mandiri
3. Berkepribadian baik dan luhur
4. Mempertanggungjawabkan perbuatannya
Supaya konsekuensi tersebut di atas dapat direalisasikan dalam suatu kenyataan, maka
masing-masing individu harus senantiasa:
1. Selalu bersih, rapi, sehat, dan kuat
2. Berhati nurani yang bersih
3. Memiliki semangat hidup yang tinggi
4. Memiliki prinsip hidup yang tangguh
5. Memiliki cita-cita yang tinggi
6. KreatiI dan gesit dalam memanIaatkan potensi alam
7. Berjiwa besar dan penuh optimis
8. Mengembangkan rasa perikemanusiaan
9. Selalu berniat baik dalam hati
10.Menghindari sikap statis, pesimis, pasiI, maupun egois
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL
Plato mengatakan, mahluk hidup yang disebut manusia merupakan mahluk sosial dan
mahluk yang senang bergaul/berkawan (ani2al society hewan yang bernaluri untuk hidup
bersama). Status mahluk sosial selalu melekat pada diri manusia. Manusia tidak bisa bertahan
hidup secara utuh hanya dengan mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir sampai
meninggal dunia, manusia memerlukan bantuan atau kerjasama dengan orang lain.
Ciri utama mahluk sosial adalah hidup berbudaya. Dengan kata lain hidup menggunakan akal
budi dalam suatu sistem nilai yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Hidup berbudaya
tersebut meliputi IilsaIat yang terdiri atas pandangan hidup, politik, teknologi, komunikasi,
ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.
Menurut Aristoteles (384 322 SM), manusia adalah mahluk yang pada dasarnya selalu
ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya (zoon politicon yang artinya
mahluk yang selalu hidup bermasyarakat). Pada diri manusia sejak dilahirkan sudah memiliki
hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk berhubungan atau hidup di tengah-tengah manusia
lainnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia lainnya disebut
gregoriousness.
Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat dibedakan melalui
hak dan kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena manusia merupakan
bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin
dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Oleh karena itu harkat dan martabat setiap
individu diakui secara penuh dalam mencapai kebahagiaan bersama.
Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi sosial dan
interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antarindividu dalam suatu
pergaulan hidup bersama. Interaksi dimaksud, berproses sesuai dengan perkembangan jiwa
dan Iisik manusia masing-masing serta sesuai dengan masanya. Pada masa bayi, mereka
berinteraksi dengan keluarganya melalui berbagai kasih sayang. Ketika sudah bisa berbicara
dan berjalan, interaksi mereka meningkat lebih luas lagi dengan teman-teman sebayanya
melalui berbagai permainan anak-anak atau aktivitas lainnya. Proses interaksi mereka terus
berlanjut sesuai dengan lingkungan dan tingkat usianya, dari mulai interaksi non Iormal
seperti berteman dan bermasyarakat sampai interaksi Iormal seperti berorganisasi, dan lain-
lain.
Ada beberapa Iaktor yang mempengaruhi manusia hidup bermasyarakat, yaitu:
1. Faktor alamiah atau kodrat Tuhan
2. Faktor saling memenuhi kebutuhan
3. Faktor saling ketergantungan
Keberadaan semua Iaktor tersebut dapat diterima oleh akal sehat setiap manusia, sehingga
manusia itu benar-benar bermasyarakat, sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Khaldun
bahwa hidup bermasyarakat itu bukan hanya sekadar kodrat Tuhan melainkan juga
merupakan suatu kebutuhan bagi jenis manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Jika tingkah laku timbal balik (interaksi sosial) itu berlangsung berulang kali dan terus
menerus, maka interaksi ini akan berkembang menjadi interelasi sosial. Interelasi sosial
dalam masyarakat akan tampak dalam bentuk sense of belonging yaitu suatu perasaan hidup
bersama, sepergaulan, dan selingkungan yang dilandasi oleh rasa kemanusiaan yang beradab,
kekeluargaan yang harmonis dan kebersatuan yang mantap.
Dengan demikian tidak setiap kumpulan individu merupakan masyarakat. Dalam kehidupan
sosial terjadi bermacam-macam hubungan atau kerjasama, antara lain hubungan antarstatus,
persahabatan, kepentingan, dan hubungan kekeluargaan. Sebagai mahluk sosial, manusia
dikaruniai oleh Sang Pencipta antara lain siIat rukun sesama manusia.
ASPEK YANG MENDORONG MANUSIA KE ARAH KER1ASAMA DENGAN
SESAMANYA
Beberapa aspek yang mendorong manusia ke arah kerjasama dengan sesama adalah sebagai
berikut:
1. Aspek Biologis. Manusia ingin tetap hidup dan mempertahankan kelangsungan
hidupnya yang hanya bisa dicapai secara kerjasama dengan sesama.
2. Aspek Psikologis. Kesediaan bekerjasama untuk menghilangkan rasa kejemuan dan
mempertahankan harga diri sebagai anggota pergaulan hidup bersama manusia.
3. Aspek Ekono2is. Kesediaan manusia untuk bekerja sama supaya dapat memenuhi,
mencukupi, dan memuaskan segala macam kebutuhan.
4. Aspek Kultural. Manusia sadar bahwa segala usahanya untuk menciptakan sesuatu
hanya bisa dihasilkan tidak secara sendirian.
TINGKATAN KEBUTUHAN MANUSIA
Prof. Dr. Soerjono Soekanto, SH. MA., berpendapat, bahwa kebutuhan manusia itu secara
garis besar terdiri dari kebutuhan akan:
1. Sandang, pangan, dan papan
2. Keselamatan jiwa dan harta
3. Harga diri
4. Mengembangkan potensi diri
5. Kasih sayang
Abraha2 Maslow berpendapat, bahwa kebutuhan hidup manusia itu terdiri dari 7 macam
kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan Iisik, seperti makan, minum, istirahat, tidur, dan lain-lain.
2. Kebutuhan rasa aman, seperti terhindar dari bahaya, ketakutan, dan lain-lain.
3. Kebutuhan diterima dan kasih sayang, yang berakar dalam ikatan keluarga, kelompok,
persahabatan, teman sebaya, dan lain-lain.
4. Kebutuhan untuk dihargai, seperti karena sukses, cakap mengerjakan sesuatu,
berkemampuan, dan lain-lain.
5. Kebutuhan perwujudan diri, seperti meningkatkan potensi, bakat, kemampuan
bekerja, dan lain-lain.
6. Kebutuhan untuk mengungkapkan rasa ingin tahu atau memperluas wawasan tentang
apa saja yang ada di permukaan bumi.
7. Kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan keindahan.
Peddington berpendapat, bahwa kebutuhan manusia itu terdiri dari:
1. Kebutuhan Uta2a (Pri2er) yang bersumber dari aspek biologis (organisme tubuh)
manusia, yaitu kebutuhan:
- makan, minum, oksigen, air, dll
- buang air besar, buang air kecil, berkeringat, dll
- perlindungan dari iklim, cuaca, suhu, dll
- beristirahat atau tidur
- pelepasan dorongan seksual dan reproduksi
- kesehatan yang baik
2. Kebutuhan Sosial (Sekunder) yang bersumber dari aspek adanya keterlibatan orang atau
kelompok lain, yaitu kebutuhan:
- berkomunikasi dengan sesama
- kegiatan bersama
- kepuasan akan benda material
- sistem pendidikan
- keteraturan dan kontrol sosial
3. Kebutuhan Integratif yang bersumber dari aspek pikiran dan moral yang berIungsi
mengintegrasikan (menyatukan) berbagai kebutuhan dan kebudayaan, yaitu kebutuhan:
- adanya perasaan benar salah, adil tidak adil, dll
- mengungkapkan perasaan dan sentimen kolektiI
- perasaan keyakinan dan keberadaan diri
- ungkapan estetika dan keindahan
- rekreasi atau hiburan
Ideologi politik yang mengembangkan pentingnya aspek sosial kehidupan manusia adalah
sosialis2e. Sosialisme merupakan reaksi atas sistem kapitalisme yang dilahirkan oleh Iaham
individualisme. Adanya persaingan bebas dalam kapitalisme akan menindas orang-orang
yang tidak memiliki modal dan orang-orang miskin. Dalam sistem ekonomi sosialis, setiap
orang memiliki kewajiban memberi kepada masyarakat, dan masyarakat berhak menerima
hasilnya sesuai dengan karyanya. Negara tidak hanya bersiIat pasiI memberi kesempatan
berusaha, tetapi juga aktiI mengusahakan keadilan dan kesejahteraan terutama bagi
masyarakat yang tidak mampu, miskin dan tidak memiliki modal yang cukup.
Sosialisme dalam bentuk ekstrim berkembang ke arah ko2unis2e. Dalam komunisme, hak
milik individu dihapuskan dan diganti menjadi kepemilikan bersama. Komunisme
berpandangan semua orang mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya.
Baik sosialisme maupun komunisme bertujuan sama, yaitu ingin membentuk masyarakat
sosialis. Perbedaan antara sosialisme dan komunisme terletak pada cara yang digunakan
untuk mengubah masyarakat kapitalis menjadi masyarakat sosialis. Paham sosialis
berpendapat bahwa perubahan dapat dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis,
sedangkan komunisme berpendapat bahwa perubahan masyarakat sosialis harus dilakukan
dengan cara revolusi, yaitu menghancurkan sistem kapitalisme. Untuk itu diperlukan
pemerintahan diktator proletariat dalam masa transisi perubahan masyarakat.
KONSEKUENSI MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL
Jika dalam menjalani hidup intern pribadi, setiap manusia sebagai mahluk individu harus
melakukan pertanggungjawabannya kepada Tuhan dan kepada dirinya masing-masing
dengan memperhatikan norma agama dan norma kesusilaan. Maka dalam menjalani
kehidupan ekstern antarpribadi, semua manusia sebagai mahluk sosial harus melakukan
pertanggungjawaban kepada orang lain atau warga masyarakat lainnya.
Pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat itu harus berlandaskan pada norma-
norma kesopanan (kebiasaan) dan norma-norma hukum. Dengan demikian mereka harus
melakukan pertanggungjawaban moral yang berlandaskan norma-norma kesopanan
(kebiasaan), dan pertanggungjawaban hukum yang berlandaskan norma-norma hukum.
1. PERTANGGUNG1AWABAN MORAL
Inti dari status manusia sebagai mahluk sosial terletak pada moralnya, jika manusia itu
bermoral maka harkat dan derajatnya semakin tinggi dalam masyarakat. Tetapi jika manusia
itu tidak bermoral, maka harkat dan derajatnya rendah, bahkan bisa lebih rendah dari pada
hewan manakala terjadi dekadensi moral (kerusakan moral).
Moral dapat diartikan sebagai suatu sikap dan perilaku seseorang yang baik dan benar atau
pantas dalam pergaulan bermasyarakat dan berbangsa. Manusia yang bermoral akan
memperoleh banyak manIaat, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Tetapi apabila
manusia itu tidak bermoral, akan banyak menghadapi berbagai masalah dalam
bermasyarakat.
Walaupun dalam hal tidak bermoralnya seseorang itu pada dasarnya tidak merupakan
masalah yang berkenaan dengan sanksi hukum, tetapi karena manusia itu tidak dapat terlepas
dari masyarakat maka tetap harus ada pertanggungjawaban. Misalnya harus:
- berahlak mulia
- berbicara sopan
- saling bertegur sapa
- tolong menolong dan bekerja sama
- saling menghargai dan menghormati
- mengembangkan solidaritas sosial
- toleransi dalam berbagai hal
- turut aktiI dalam menyelesaikan masalah sosial
2. PERTANGGUNG1AWABAN HUKUM
Perlu diketahui bahwa dalam bermasyarakat itu terdapat hukum atau ajaran agama, hukum
adat masyarakat setempat, dan hukum yang berlaku secara nasional. Oleh karena itu, setiap
warga masyarakat harus mempertanggungjawabkannya secara hukum (yuridis).
1. Menurut Huku2 Aga2a
Setiap agama memiliki hukum (aturan) seperti harus hidup baik dengan sesama, tidak boleh
membunuh, dilarang mencuri, dan larangan berbuat kejahatan lainnya. Dengan demikian,
setiap orang yang beragama harus mempertanggungjawabkan perbuatannya sebagaimana
diatur dalam hukum agama masing-masing yang berkaitan dengan masyarakat.
1. Menurut Huku2 Adat
Setiap masyarakat hukum adat, masing-masing memiliki aturan-aturan tertentu. Menurut
Prof. Van Vollenhoven, bahwa di Indonesia tidak kurang dari 19 masyarakat hukum adat
seperti hukum adat Minangkabau, hukum perkawinan di Tapanuli Utara, hukum adat
pemilihan kepala desa di Jawa, dan sebagainya. Dengan demikian pertangungjawabannya
berupa tunduk kepada hukum adat setempat sehingga jika terjadi suatu pelanggaran akan
dikenakan sanksi hukum adat tertentu.
1. Menurut Huku2 Negara
Negara membentuk berbagai macam hukum yang mengatur masyarakat luas. Misalnya
hukum pidana tentang larangan mencuri, membunuh, penganiayaan, narkoba, dan
sebagainya. Ketentuan seperti itu harus dipatuhi oleh semua warga masyarakat sebagai wujud
pertanggungjawaban hukum negara, dengan konsekuensinya berupa pengenaan sanksi hukum
tertentu dari pihak negara jika melawan hukum. Dengan demikian jelaslah bahwa setiap
warga masyarakat dalam kesehariannya harus tunduk dan patuh pada nilai-nilai, norma-
norma dan segala hukum yang berlaku sebagai bukti adanya pertanggungjawaban manusia
sebagai mahluk sosial.
KEDUDUKAN MANUSIA MENURUT PANCASILA
Individualisme dan sosialisme memiliki pandangan yang berbeda mengenai siIat manusia.
Individualisme memandang siIat sosial manusia sebagai sesuatu yang sekunder dan
belakangan. Individualisme mengutamakan segi manusia sebagai individu dari pada sosial.
Individualitas menentukan kehidupan sosial manusia.
Sosialisme atau kolektivisme memandang individu sekedar sarana untuk hidup
bermasyarakat secara keseluruhan. Yang diutamakan adalah siIat sosial manusia. Pancasila
memandang bahwa manusia adalah mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Hal ini bukan
sekedar menggabungkan dua pandangan (individualisme dan sosialisme) di atas, tetapi secara
hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial.
rans Magnis Suseno menyatakan bahwa manusia adalah individu yang secara hakiki
bersiIat sosial dan sebagai individu manusia bermasyarakat. Kedudukan manusia menurut
Pancasila, sebagai berikut:
1. Manusia adalah mahluk monopluralitas (mahluk yang memiliki keanekaragaman
tetapi tetap satu) yang memungkinkan manusia itu dapat melaksanakan sila-sila dalam
Pancasila.
2. Manusia adalah mahluk tertinggi ciptaan Tuhan yang dikaruniai kesadaran dan
kebebasan dalam menentukan pilihannya.
3. Dengan kebebasannya, manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan dapat menentukan
sikap dalam hubungannya dengan penciptanya.
4. Sila I menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai
ciptaan Tuhan. Oleh sebab itu, manusia harus mampu menentukan sikap terhadap
hubungannya dengan penciptanya.
5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
6. Sila II menuntut akan kesadaran dan keluhuran harkat dan martabatnya, yaitu dengan
menghargai akan martabat sesama manusia.
7. Sila III berarti manusia Indonesia adalah mahluk sosial yang berada dalam wilayah
Indonesia dan bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
8. Manusia Indonesia harus dapat hidup bersama untuk menghargai satu sama lain dan
tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kukuh.
9. Manusia adalah mahluk dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama manusia
Indonesia lainnya.
10. Sila IV menuntut manusia Indonesia saling menghargai, memiliki kebutuhan bersama
dalam menjalankan dan mengembangkan kepribadiannya.
11. Sila V menuntut manusia Indonesia untuk saling memiliki kewajiban menghargai orang
lain dalam memanIaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraI hidup yang lebih
baik.