Gambar 1. Kerangka Penelitian
Ket : parsial
simultan
Jumlah wajib pajak eIektiI dapat dilihat dari jumlah wajib pajak yang memenuhi
kewajiban perpajakannya yang tercermin dari pemenuhan penyampaian SPT Masa dan
atau SPT Tahunan. Penelitian yang dilakukan oleh Hendra (2008) yang berjudul
'Pengaruh Jumlah ajib pajak EIektiI Pajak Penghasilan pasal 21 terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan (Studi kasus pada KPP Pratama Bandung Karees) menyatakan
bahwa, jumlah wajib pajak eIektiI berpengaruh signiIikan terhadap penerimaan pajak
penghasilan di KPP Pratama Bandung Karees. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh
Euphrasia (2010), menunjukan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak yang diukur dari
Jumlah ajib Pajak
EIektiI
(X
1
)
Kepatuhan ajib
Pajak
(X
2
)
Jumlah Pemeriksaan
Pajak
(X
3
)
Penerimaan Pajak
Penghasilan Badan
(Y)
jumlah Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan yang disampaikan berpegaruh signiIikan
terhadap peningkatan pajak penghasilan badan pada KPP.
Berdasarkan dari penelitian terdahulu maka hipotesis pertama yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H
1
: 1umlah Wajib Pajak Efektif, Kepatuhan Wajib Pajak dan 1umlah
Pemeriksaan Pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Purwokerto.
Jumlah wajib pajak Indonesia per 28 Februari 2011 tercatat sebanyak 19.410.174.
Mereka ini terdiri dari tiga unsur, yakni wajib pajak orang pribadi, bendahara dan badan.
Dengan rincian jumlah wajib pajak orang pribadi mencapai 17.112.405 P. Disusul
kemudian, wajib pajak badan sebanyak 1.822.407 P, dan wajib pajak bendahara
sebesar 475.366 P. Namun per 31 Maret 2011, Ditjen Pajak hanya menerima SPT PPh
sebanyak 7.946.390. Capaian itu sendiri sudah menunjukkan pertumbuhan sebesar 30,02
persen dibanding tahun sebelumnya yakni tahun 2010 yang hanya sebanyak 6.111.727
SPT. Namun, capaian tersebut masih jauh dari nilai ideal yang seharusnya didapat oleh
Direktorat Jendral Pajak (tribunnews,08 april 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Hendra (2008) yang berjudul 'Pengaruh Jumlah
ajib pajak EIektiI Pajak Penghasilan pasal 21 terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
(Studi kasus pada KPP Pratama Bandung Karees) menyatakan bahwa, jumlah wajib
pajak eIektiI berpengaruh signiIikan terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP
Pratama Bandung Karees.
Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktiI wajib pajak dalam
menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak tinggi, yaitu
kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya.
Karena sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan itu dilakukan
oleh wajib pajak, bukan Iiskus selaku pemungut pajak. Sehingga kepatuhan diperlukan
dalam sistem sel1 ,ssessment, dengan tujuan pada penerimaan pajak yang optimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Suryadi (2006) menyimpulkan bahwa kepatuhan
wajib pajak yang diukur dari pemeriksaan pajak, penegakan hukum dan kompensasi
berpengaruh signiIikan terhadap kinerja penerimaan pajak. Devano (2006) menyatakan
dalam penelitiannya bahwa 'Jika semua ajib Pajak di Indonesia berpredikat patuh
maka akan berimplikasi pada optimalisasi penerimaan pajak, maka eIeknya pada
penerimaan negara yang bertambah besar.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ika Kurnia (2010) menyimpulkan bahwa
pemeriksaan secara parsial berpengaruh seigniIikan terhadap peningkatan penerimaan
pajak pada KPP Pratama Purwokerto. Gunadi (2005) menyimpulkan bahwa, upaya
peningkatan kepatuhan pajak (t, .ompl,n.e) terkait erat dengan Iungsi pemeriksaan
pajak, dimana pada gilirannya akan dapat meningkatkan optimalisasi penerimaan pajak.
Pemeriksaan ini apabila dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik maka akan meningkatkan
penerimaan pajak dari KPP setempat.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, disimpulkan hipotesis kedua
sebagai berikut :
H