Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena
sekresi hormone pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang
berlebihan. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, edisi 3). Akromegali adalah
kelainan yang jarang didiagnosis, ditandai dengan hipersekresi dari hormon
pertumbuhan, dengan insiden diperkirakan 3 - 4 kasus per satu juta penduduk.
Lebih dari 95 kasus, penyebab dari hipersekresi GH adalah adenoma dari
hipoIise. Namun juga dapat disebabkan oleh lesi diluar hipoIise yang
prevalensinya kurang dari 1 antara lain tumor extra hipoIise seperti
pancreatic isleth cell tumor, ekses sekresi GHRH central seperti hamartoma
hipotalamus, Choriostoma, ganglioneuroma, disebabkan oleh ekses sekresi
GHRH periIer seperti bronchial carcinoid, dan lain sebagainya (Cook,2004;
melmed,2005). Data gigantisme?
Angka kematian akromegali adalah dua kali lipat bila dibandingan
dengan populasi normal. Acromegaly adalah penyakit langka, dengan
perkiraan prevalensi sekitar 69 kasus per juta penduduk (European Journal oI
Endocrinology ,2004)

Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein
dalam banyak jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan
adipose dan kadar glukosa darah. (Keperawatan Medikal Bedah,
Bruner&Suddarth, 2001). Akromegali dan gigantisme merupakan penyakit
kronis yang diakibatkan oleh kelebihan GH (growth hormone)/IGF-1 (insulin
like growth Iactor-1) yang dapat mengganggu Iaal jantung dan pernapasan
sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Penyebab kematian
tersering pada akromegali adalah penyakit kardiovaskuler.
Kelebihan GH pada masa kanak-kanak, dimana lempeng epiIisis
(epiphyseal plate) pada ujung-ujung tulang panjang masih belum tertutup,
akan berakibat timbulnya tubuh raksasa (gigantisme). Apabila kelebihan GH
terjadi setelah dewasa, dimana lempeng eIisisnya sudah menutup maka yang
terjadi adalah akromegali. Pada umumnya pasien gigantisme juga
menunjukkan gambaran akromegali. Penyakit ini jarang sekali. Insiden pasien
baru adalah 3-4/1 juta penduduk/tahun. Usia rata-rata pada saat
ditegakkannya diagnosis akromegali adalah 40-45 tahun.
Peningkatan GH/IGF-1 biasanya akibat tumor hipoIisis yang
menghasilkan GH (somatotroph tumor). Penyebab lain yang sangat jarang
adalah peningkatan GHRH (growth hormone releasing hormone) yang
dihasilkan oleh tumor-tumor hipotalamus dan GHRH/GH ektopik dari tumor-
tumor non endokrin.
Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu
rata-rata antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun.
Gambaran klinis akromegali/gigantisme dapat berupa akibat kelebihan
GH/IGF-1 dan akibat massa tumor sendiri. Pengobatan pada kasus dini
dengan pembedahan tumor, obat-obatan dan penyinaran dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien.

(latar belakang berisi MSKS)
1.2 #:2:san Masalah
1. Apakah deIinisi dari gigantisme dan akromegali?
2. Apakah etiologi dari gigantisme dan akromegali?
3. Apakah maniIestasi dari gigantisme dan akromegali?
4. Bagaimana patoIisiologi dari gigantisme dan akromegali?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari gigantisme dan akromegali?
6. Bagaimana asuhan keperawatan dari gigantisme dan akromegali?

1.3 T::an
1.3.1 T::an U2:2
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada gangguan
kelenjar hipoIise, gigantisme dan akromegali.
1.3.2 T::an Kh:s:s
1. Untuk mengetahui deIinisi dari gigantisme dan akromegali.
2. Untuk mengetahui etiologi dari gigantisme dan akromegali.
3. Untuk mengetahui maniIestasi dari gigantisme dan akromegali.
4. Untuk mengetahui patoIisiologi dari gigantisme dan akromegali.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gigantisme dan akromegali.

1.4 Manfaat
1. Untuk memahami deIinisi dari gigantisme dan akromegali.
2. Untuk memahami etiologi dari gigantisme dan akromegali.
3. Untuk memahami maniIestasi dari gigantisme dan akromegali.
4. Untuk memahami patoIisiologi dari gigantisme dan akromegali.
5. Untuk memahami penatalaksanaan dari gigantisme dan akromegali.
6. Untuk memahami asuhan keperawatan dari gigantisme dan akromegali.

BAB 2
TIN1AUAN PUSTAKA

2.1 Gigantis2e
2.1.1 Definisi

Gambar 1. Gigantisme
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan,
dengan tinggi dan besar yang diatas normal. Gigantisme disebabkan
oleh kelebihan jumlah hormon pertumbuhan. Tidak terdapat deIinisi
tinggi yang merujukan orang sebagai "raksasa." tinggi dewasa.
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan,
dengan tinggi dan besar diatas normal yang disebabkan oleh sekresi
Growth Hormone (GH) berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau
sebelum proses penutupan epiIisis. (Corwin, 2007)

2.1.2 Etiologi
Penyebab gigantisme dapat digolongkan, sebagai berikut:
1. Gigantisme primer atau hipoIisi, di mana penyebabnya adalah
adenoma hipoIisis.
2. Gigantisme sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena
hipersekresi GHRH dari Hipothalamus
3. Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll)
yang mensekresi GH atau GHRH

Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan
ini dapat diakibatkan tumor hipoIisis yang menyekresi GH atau karena
kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara
berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone
pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epiIisis tulang menutup atau
masih dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi
hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada sel-sel somatrotop
yang menghasilkan hormone pertumbuhan.

2.1.3 Manifestasi Klinis
Manusia dikatakan berpostur raksasa (gigantisme) apabila tinggi
badan mencapai dua meter atau lebih. Ciri utama gigantisme adalah
perawakan yang tinggi hingga mencapai 2 meter atau lebih dengan
proporsi tubuh yang normal. Hal ini terjdi karena jaringan lunak seperti
otot dan lainnya tetap tumbuh. gigantisme dapat disertai gangguan
penglihatan bila tumor membesar hingga menekan khiasma optikum
yang merupakan jalur saraI mata.
Presentasi pasien dengan gigantisme biasanya dramatis, tidak
seperti acromegaly pada orang dewasa yang membahayakan. Alasan
untuk perbedaan ini mencakup pemantauan penutupan pertumbuhan
anak dan tulang rawan mereka relatiI responsiI pertumbuhan-
piring. Anak-anak dengan gigantisme memiliki eIek beberapa jaringan
lunak (misalnya, edema periIer, Iitur wajah kasar) karena pertumbuhan
linier yang cepat pada mereka.
Semua parameter pertumbuhan terpengaruh, meskipun tidak selalu
simetris. Seiring waktu, IGF-I kelebihan ditandai dengan pengrusakan
kosmetik progresiI dan maniIestasi organ sistemik. ManiIestasi klinis
Iisik meliputi:
1. Bertubuh tinggi
2. Ringan-sampai sedang obesitas (umum)
3. Macrocephaly (mungkin mendahului pertumbuhan linier)
4. HipertroIi jaringan lunak
5. Berlebihan pertumbuhan tangan dan kaki dengan jari-jari tebal dan
jari kaki
6. Fitur wajah yang kasar
7. Penyakit kardiovaskular (misalnya, hipertroIi jantung, hipertensi,
hipertroIi ventrikel kiri) jika IGF-I kelebihan berkepanjangan
. Sering dikaitkan endocrinopathies (misalnya, hipogonadisme,
diabetes dan/atau toleransi glukosa, hiperprolaktinemia)
9. Lingkar kepala bertambah
10. Hidung lebar
11. Lidah membesar
12. ajah kasar
13. Mandibula tumbuh berlebihan
14. Gigi menjadi terpisah-pisah
15. Jari dan ibu jari tumbuh menebal
16. KiIosis
17. Kelelehan dan kelemahan gejala awal
1. Hipogonadisme
19. Keterlambatan maturasi seksual
20. Kehilangan penglihatan pada pemeriksaan lapang pandang secara
seksama

2.1.4 Patofisiologi
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan . keadaan
ini diakibatkan oleh tumor hipoIisis yang menyekresi GH atau karena
kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara
berlebihan.
Sel asidoIilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar
hipoIisis anterior menjadi sangat aktiI atau bahkan timbul tumor pada
kelenjar hipoIisis tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi hormone
pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh
tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini
terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epiIisis tulang panjang
bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus
meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi.
Hiperglikemi terjadi karena produksi hormone pertumbuhan yang
sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan tersebut
menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak
glukosa yang beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau
Langerhans pancreas menjadi terlalu aktiI akibat hiperglikemi dan
akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen
pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan
menderita panhipopitutarisme bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab
Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar
hipoIisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
Bila kelebihan GH terjadi selama masa anak-anak dan remaja,
maka pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat, dan pasien akan
menjadi seorang raksasa. Setelah pertumbuhan somatic selesai,
hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi
menyebabkan penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak yang disebut
akromegali. Penebalan tulang terutama pada wajah dan anggota gerak.
Akibat penonjolan tulang rahang dan pipi, bentuk wajah menjadi kasar
secara perlahan dan tampak seperti monyet.
Tangan dan kaki membesar dan jari-jari tangan kaki dan tangan
sangat menebal. Tangan tidak saja menjadi lebih besar, tetapi
bentuknya akan makin menyerupai persegi empat (seperti sekop)
dengan jari-jari tangan lebih bulat dan tumpul. Penderita mungkin
membutuhkan ukuran sarung tangan yang lebih besar. Kaki juga
menjadi lebih besar dan lebih lebar, dan penderita menceritakan mereka
harus mengubah ukuran sepatunya. Pembesaran ini biasanya
disebabkan oleh pertumbuhan dan penebalan tulang dan peningkatan
pertumbuhan jaringan lunak. Sering terjadi gangguan saraI periIer
akibat penekanan saraI oleh jaringan yang menebal. Dan karena
hormone pertumbuhan mempengaruhi metabolisme beberapa zat
penting tubuh, penderita sering mengalami problem metabolisme
termasuk diabetes mellitus.
Selain itu, perubahan bentuk raut wajah dapat membantu diagnosis
pada inspeksi. Raut wajah menajdi makin kasar, sinus paranasalis dan
sinus Irontalis membesar. Bagian Irontal menonjol, tonjolan
supraorbital menjadi semakin nyata, dan terjadi deIormitas mandibula
disertai timbulnya prognatisme (rahang yang menjorok ke depan) dan
gigi-geligi tidak dapat menggigit. Pembesaran mandibula menyebabkan
gigi-gigi renggang. Lidah juga membesar, sehingga penderita sulit
berbicara. Suara menjadi lebih dalam akibat penebalan pita suara.
DeIormitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang yang
berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri di punggung dan perubahan
Iisologik lengkung tulang belakang. Pemeriksaan radiograIik tengkorak
pasien akromegali mnunjukkan perubahan khas disertai pembesaran
sinus paranasalis, penebalan kalvarium, deIormitas mandibula (yang
menyerupai bumerang), dan yang paling penting ialah penebalan dan
destruksi sela tursika yang menimbulkan dugaan adanya tumor
hipoIisis.

2.1.5 Penatalaksanaan
1. Pe2eriksaan Pen:nang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1)Pemeriksaan glukosa darah:
Gigantisme (): glukosa darah meningkat
2)Pemeriksaan Growth Hormone darah atau SM-C (IGF 1):
Gigantisme (): peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
Kadar GH berlebihan mencapai 400 ng/ml
3)Pemeriksaan Somatostatin:
Gigantisme (): somatostatin meningkat 2,6-21,7 U/ml ( 0,31-
1,4 U/ml)
b. Pemeriksaan Radiologi
1)CT-Scan
2)MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Roentgenogram tengkorak dapat menunjukkan pembesaran
sella tursika dan sinus paranasalis; sken tomograIi komputasi
atau Ioto resonansi nmagnetik (MRI) menampakkan tumor.
Ikatan Ialangs dan bertambahnya penebalan bantal tumit
adalah biasa. Maturasi tulang adalah normal.
2. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah:
a. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
b. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
c. Menormalkan Iungsi hipoIisis
d. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-
C akibat pembesaran tumor
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
a. Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2
macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu bedah
makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC
atau Trans Cranial) dan bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid
Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan
dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita
dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor
hipoIisis.
b. Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau
tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan
pembedahan atau masih terdapat gejala aktiI setelah terapi
pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
1)Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage
Radiation, 45 69 4500 RAD)
2)Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy
Particles Radiation, 150 69 15000 RAD)
c. Terapi medikamentosa
Pada orang normal dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi
tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali
dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh dopamine:
1)Brokriptin
2)Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam,
dan dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan
klinis yang dicapai antara lain adalah:
a) Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
b)Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
EIek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital,
hipotensi ortostatik, sesak naIas ringan, nausea, konstipasi, dll.
3)Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah
100-200 mikrogram diberikan setiap jam. Perbaikan klinis
yang dicapai.
a) Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1
pada 50 kasus
b)Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50 kasus
c) Penyusunan tumor
EIek samping: ringan dan mempunyai siIat sementara yaitu
nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.




2.2 Akro2egali
2.2.1 Definisi

Gambar 2. Akromegali
Akromegali adalah suatu penyakit poliIerasi jaringan penyambung,
dijumpai pada individu dewasa dengan kelebihan GH. Akromegali
adalah pertumbuhan atau penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak
akibat dari hipersekresi GH yang t erjadi setelah pertumbuhan
somatic selesai. Penderita akromegali memperlihatkan pembesaran tangan
dan kaki. Karena pertumbuhan tulang panjang berhenti pada individu
dewasa, kelebihan GH tidak dapat menyebabkan pertumbuhan skelet.
Akromegali berkaitan dengan pertumbuhan kartilago tangan, kaki,
hidung, rahang, dagu, dan tulang wajah. PoliIerasi jaringan
penyambung di organ internal, termasuk jantung, juga terjadi.
(Corwin,2007)

2.2.2 Etiologi
Lebih dari 95 kasus akromegali disebabkan oleh adenoma
hipoIisis yang menghasilkan GH secara berlebihan. Pada saat diagnosis
ditegakkan, 75 pasien akromegali menunjukkan adanya
makroadenoma (diameter tumor ~ 1 cm) dan sebagiannya telah meluas
ke daerah paraselar dan supraselar. Amat jarang akromegali disebabkan
oleh GH/GHRH ektopik yang diproduksi oleh tumor-tumor ganas.
Peningkatan kadar GH dalam darah pada penderita akromegali semata-
mata akibat produksi GH yang berlebihan, bukan akibat gangguan
distribusi atau klirens GH.
HipoIisis adalah kelenjar kecil yang terletak di dasar otak. kelenjar
adalah kumpulan sel-sel yang melepaskan bahan kimia tertentu, atau
hormon, yang penting bagi Iungsi organ tubuh lainnya atau sistem
tubuh. Hormon hipoIisis terlibat dalam sejumlah besar kegiatan,
termasuk regulasi pertumbuhan dan Iungsi reproduksi. Itu penyebab
Akromegali dapat ditelusuri untuk produksi hipoIisis GH.

2.2.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala akromegali meliputi:
1. Perubahan pada bentuk wajah: hidung, bibir, dahi, rahang, serta
lipatan kulit menjadi besar dan kasar secara progresiI. Rahang
bawah menjadi besar dan menonjol ke depan sehingga wajah
kelihatan seperti ada edema.
2. Kedua tangan dan kaki membesar secara progresiI.
3. Lidah, kelenjar ludah, limpa, jantung, ginjal, hepar, dan organ
lainnya juga membesar.
4. Gangguan toleransi glukosa bisa berkembang sampai timbul
diabetes melitus.
5. Gangguan metabolisme lemak dengan akibat hiperlipidemia.
6. Cepat lelah dan letargi.
7. Pertumbuhan kartilago dan jaringan ikat yang berlebihan.
. Suara terdengar dalam dan bergaung.
9. Jari-jari tangan menebal.
10.Hipertensi.
11.Obstruksi jalan napas atas yang disertai sleep apnea.
12.Viseromegali yang merata, meliputi kardiomegali, makroglosia dan
pembesaran kelenjar tiroid.



2.2.4 Patofisiologi

2.2.5 Penatalaksanaan
1. Pe2eriksaan Pen:nang
a. Pengukuran kadar GH melalui radio immunoassay; kadarnya
hanya meningkat pada penyakit aktiI dan tidak ditekan oleh
glukosa pada tes toleransi glukosa standar. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala-gejalanya dan diperkuat oleh tingginya kadar
hormon pertumbuhan atau IGF-I (insulin-like growth Iactor I)
dalam darah. Jika hasil pemeriksaan darah berada di daerah
perbatasan, maka kepada penderita diberikan sejumlah gula untuk
melihat apakah kadar hormon pertumbuhannya turun. Pada bukan
penderita akromegali, kadar hormon pertumbuhan akan turun
setelah pemberian sejumlah gula. Pada penderita akromegali,
kadar gula darah dan hormon pertumbuhan tetap tinggi.
b. Perimetri untuk mencari deIek lapang pandang visual bitemporal
(50).
c. Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella,erosi prosesus
klinoid,alur supraorbita,dan rahang bawah.Lantai Iosa hipoIisis
biasanya tampak mengalami erosi atau menjadiganda pada
tomogram tampak lateral Rontgen tulang tengkorak bisa
menunjukkan penebalan tulang, pembesaran sinus hidung dan
pembesaran atau pengikisan sella tursika (struktur bertulang yang
mengelilingi hipoIisa).
d. CT scan atau MRI untuk melihat ekstensi suprasellar.
e. Rontgen tangan untuk mencari bentuk lempeng pada Ialang dista
dan peningkatan jarak rongga antara sendi hipertroIi kartilago.
Bantalan tumit biasanya menebal.
I. Kadar glukosa serum meningkat.
g. Rontgen dada dan EKG bisa menunjukkan hipertroIi ventrikel kiri
akibat hipertensi.

2. Pe2eriksaan Laboratori:2
Pemeriksaan kadar GH sewaktu, tidak bernilai diagnostik oleh
karena sekresi GH yang episodik, waktu paroh yang pendek dan
terdapat tumpang tindih nilai GH akromegali dan sehat.
Yang bernilai diagnostik adalah test supresi GH untuk melihat
kemampuan pembebanan glukosa oral dalam menekan kadar GH.
Diperiksa kadar GH pada sebelum, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan
120 menit setelah pemberian 75 100gr glukosa oral. Pada pasien
dengan akromegali, glukosa tidak dapat menekan kadar GH sampai
2 ng/ml (atau 1 mcg/l dengan metoda IRMA).
Pemeriksaan IGF-1 (waktu paruh lebih panjang) lebih berguna
untuk menilai sekresi GH secara terintegrasi, untuk skrining
akromegali dan memantau hasil pengobatan. Perlu dicatat bahwa
IGF-1 menurun pada kelaparan, obesitas dan DM, serta meningkat
pada kehamilan.
Pemeriksaan IGFBP-3 (IGF-binding protein-3) bernilai
diagnostik bagi akromegali, disamping berguna untuk menilai
aktiIitas penyakit selama pengobatan.
Pemeriksaan kadar PRL (prolaktin) perlu dilakukan oleh karena
sekitar 20 adenoma hipoIisis menghasilkan PRL bersamaan
dengan GH. Prolaktin biasanya meningkat pada anak-anak dengan
kelebihan GH.
Pemeriksaan lain yang jarang dilakukan adalah kadar GHRH.
Peninggian GHRH menunjukkan adanya GHRH ektopik. Pada
penyakit hipoIisis (GHRH independen), kadar GHRH normal atau
menurun.
Apabila diperlukan, dilakukan pemeriksaan hormon hipoIisis
lainnya, seperti TRH (thyrotropic hormone), ACTH
(adrenocorticotrophic hormone) dan gonadotropin.
Disamping itu perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula darah,
trigliserida, kalsium urine dan IosIat darah.

3.Penatalaksanaan (Corwin, 2007)
Terapi kelebihan GH biasanya adalah eksisi tumor penyekresi
GH pembedahan. Terapi yang paling tepat untuk kelebihan hormon
pertumbuhan tak lain adalah pengangkatan tumor pada hipoIisis
sedini mungkin untuk mencegah eIek negative darinya. Ada dua
macam pembedahan tergantung daribesarnya tumor:
a. Bedah makro: pembedahan batok kepala (TC atautrans kranial)
b.Bedah mikro: pembedahan melalui sudut celahinIraorbital dan jembatan
hidung antara kedua mata (TESH: Trans Et hmoid
sphenoid hy popy sectomy).
Sasaran pengobatan akromegali adalah mengendalikan
pertumbuhan/menormalkan sekresi GH dan mengangkat massa
tumor. Sasaran biokimiawi: IGF-1 normal dan kadar GH 1 ng/ml
setelah beban glukosa. 3 macam pengobatan akromegali yaitu
pengobatan medis, bedah dan radiasi.
a. Pengobatan Medis
Pengobatan medis/Iarmakologis sangat pesat akhir-akhir
ini. Tujuan pengobatan medis adalah menghilangkan
keluhan/gejala eIek lokal dari tumor dan/atau kelebihan GH/IGF-
1. Untuk itu sasaran pengobatan adalah kadar GH 2 ng/ml pada
pemeriksaan setelah pebebanan dengan glukosa ( 1 mcg / l
dengan cara IRMA), disamping tercapainya kadar IGF-1 normal.
Pengobatan medis utama adalah dengan analog somatostatin dan
analog dopamin. Oleh karena somatostatin, penghambat sekresi
GH, mempunyai waktu paruh pendek maka yang digunakan
adalah analog kerja panjang yang dapat diberikan 1 kali sebulan.
Yang banyak digunakan adalah octreotide yang bekerja
pada reseptor somatostatin sub tipe II dan V dan menghambat
sekresi GH. Pengobatan dengan octreotide dapat menurunkan
kadar GH sampai 5 ng/ml pada 50 pasien dan menormalkan
kadar IGF-1 pada 60 pasien akromegali. Lanreotide, suatu
analog somatostatin 'sustained-release yang dapat diberikan
satu kali dua minggu ternyata eIektiI dan aman untuk pengobatan
akromegali.Bromokriptin merupakan suatu antagonist dopamin
yang banyak digunakan dalam menekan kadar GH /IGF-mbalikan
kadar hormone ke normal,memulihkan Iertilitas,dan memperkecil
tumor. Somatostatin (Sandostatin) juga berhasil memperbaiki
akromegali karena bisa menekan pengeluaran hormone
pertumbuhan.Obat ini diberikan subkutan 3-4 kali sehari.
b.Pembedahan
Untuk adenoma hipoIisis, pembedahan transsphenoid
merupakan pilihan dan dapat menyembuhkan. Laws dkk. (2000)
Laws dkk. (2000) melaporkan hasil terapi pembedahan
transsphenoid pada 6 pasien akromegali : IGF-1 mencapai
normal pada 67, kadar GH dapat disupresi sampai 1 ng/ml
oleh beban glukosa pada 52. alaupun pembedahan tidak dapat
menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun terapi perbedahan
disepakati sebagai terapi lini pertama. Pada pasien-pasien dengan
gejala sisa setelah pembedahan dapat diberikan pengobatan
penunjang (medis dan radiasi). HipoIisektomi transsIenoid akan
segera menghilangkan keluhan-keluhan akibat eIek lokal massa
tumor sekaligus menekan/ menormalkan kadar GH/IGF-1. Remisi
tergantung pada besarnya tumor, kadar GH dan keterampilan ahli
bedahnya. Angka remisi mencapai 05 pada mikroadenoma
dan 5065 pada makroadenomia. Pembedahan hipoIisis
transsphenoid berhasil pada 0 90 pasien dengan tumor 2
cm dan kadar GH 50 ng/ml.
c. Radiasi
Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi
radiasi diperlukan waktu bertahun-tahun. Terapi radiasi
konvensional saja menghasilkan remisi sekitar 40 setelah 2
tahun dan 75 setelah 5 tahun terapi, namun disertai eIek negatiI
berupa panhipopituitarisme.Di samping itu studi Ariel dkk (1997)
pada 140 pasien akromegali mendapatkan terapi radiasi tidak
dapat menormalkan kadar IGF-1 walaupun kadar GH sudah dapat
dikontrol. Oleh karena kekurangannya tersebut, terapi radiasi
hanya diberikan sebagai terapi penunjang untuk tumor besar dan
invasiI dan apabila terdapat kontraindikasi operasi.

BAB 3
ASUHAN KEPE#AWATAN

3.1 Gigantis2e
3.1.1 Pengkaian
1. Riwayat penyakit dahulu.
2. Riwayat penyakit sekarang.
3. Riwayat penyakit keluarga.
4. Riwayat tumbuh kembang.
5. Apakah klien mengalami penambahan pada lingkar kepala.
6. Apakah klien mengalami pembesaran hidung.
7. Apakah klien mengalami pembesaran hidung.
. Apakah mandibula tumbuh berlebihan.
9. Apakah klien mengalami gigi yang terpisah-pisah.
10. Apakah jari dan ibu jari tumbuh menebal.
11. Apakah klien mengalami kiIosis.
12. Apakah klien mengalami kelelahan dan kelemahan pada gejala
awal.
13. Apakah klien mengalami hipogonadisme.
14. Apakah kien mengalami keterlambatan maturasi seksual.
15. Apakah terjadi tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial.
16. Apakah klien mengalami kehilangan penglihatan pada pemeriksaan
lapang pandang.

3.1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan -ody image b.d perubahan struktur tubuh
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan metabolisme, lidah membesar, mandibula tumbuh
berlebih, gigi menjadi terpisah-pisah.
3. Perubahan proses keluarga b.d keluarga dengan gegantisme
4. Kelelahan b.d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
3.1.3 Intervensi
1. Gangguan bodi image b.d perubahan struktur tubuh.
Tujuan: Tidak terjadi penurunan bodi image pada klien
Kriteria:
i. Klien dapat menerima perubahan diri
ii. Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan
Intervensi dan rasional:
a. Pertahankan lingkungan yang kondusiI
R/ untuk membicarakan perubahan citra tubuh
b. Diskusikan perasaan yang berhubungan dengan perubahan yang
dialami oleh klien
R/ mengetahui perasaan yang dirasakan klien
c. Kaji klien dengan mengidentiIikasi dan mengembangkan
mekanisme koping
R/ untuk mengatasi perubahan Iisik
d. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang
berhubungan dengan perubahan Iisik
R/ agar klien lebih terbuka
e. Bantu klien dalam mengembangkan mekanisme koping untuk
mengatasi perubahan Iisik
R/ harga diri klien tidak rendah
I. Bantu klien dalam mengembangkan rencana
R/ untuk menyelaraskan semua perubahan ke dalam gaya hidup
g. Berikan penekanan perilaku yang memperlihatkan penerimam
terhadap perubahan
R/ dapat menerima perubahan diri yang terjadi
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan metabolisme, lidah membesar, mandibula tumbuh
berlebih, gigi menjadi terpisah-pisah.
Tujuan: Nutrisi klien adekuat
Kriteria:
a. Klien tidak mengalami penurunan berat badan yang berarti
b. NaIsu makan klien meningkat
Intervensi dan rasional:
a. Beri makan sedikit tapi sering (termasuk cairan)
R/ nutrisi klien dapat terpenuhi
b. Masukkan makanan kesukaan dalam diet
R/ meningkatkan naIsu makan klien
c. Anjurkan untuk makan sendiri, bila mungkin (kelemahan otot
dapat membuat keterbatasan)
R/ melatih klien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
d. Memilih makanan dari daItar menu
R/ meningkatkan naIsu makan dan memenuhi kebutuhan nutrisi
klien
e. Atur makanan secara menarik diatas nampan
R/ agar klien tertarik, sehingga naIsu makan meningkat
I. Atur jadwal pemberian makanan
R/ mengatur diet kliien
g. Berikan makanan yang bergizi tinggi dan berkualitas
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien
3. Perubahan proses keluarga b.d keluarga dengan gegantisme.
Tujuan:
a. Mempersiapkan keluarga untuk dapat merawat anggota dengan
gegantisme
b. Keluarga dapat beradaptasi dengan penyakitnya
Kriteria:
Keluarga dapat mengatasi masalah yang timbul dari adanya tanda
dan gejala yang muncul dan memberikan atau menyediakan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi klien.
Intervensi dan rasional:
a. Berikan dukungan emosional pada keluarga dan klien
R/ keluarga dapat menerima klien
b. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya
R/ keluarga dapat beradaptasi dengan penyakit klien
c. Anjurkan klien untuk berbagi rasa tidak berdaya, malu, ketakutan
yang berkaitan dengan maniIestasi penyakit
R/ untuk mengatasi masalah yang timbul
d. Bertindak sebagai pembela dan penghubung klien dan keluarga
dengan anggota tim perawatan kesehatan lainnya
R/ mempersiapkan keluarga untuk merawat klien
e. Anjurkan klien untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
R/ memotiIasi klien
I. Dorong keterlibatan klien dalam aktivitas rekreasi dan aktivitas
pengalih yang sesuai dengan usia
R/ meningkatkan rasa percaya diri klien
4. Kelelahan b.d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan: Menunjukkan perbaikan kemampuan berpartisipasi dalam
melakukan aktiIitas
Kriteria:
a. Tidak terjadi kelelahan yang berarti pada klien setelah melakukan
aktivitas
b. Klien tidak merasa malas saat akan melakukan aktivitas
Intervensi dan rasional:
a. Kaji tanda-tanda vital
R/ mengetahui perubahan yang terjadi
b. Ciptakan lingkungan yang tenang : ruangan yang dingin, turunkan
stimulasi sensori
R/ mengurangi hipermetabolik
c. Sarankan klien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan
istirahat di tempat tidur
R/ mengurangi kelelahan
d. Berikan tindakan yang membuat klien nyaman; sentuhan, masage.
R/ merelaksasikan klien
e. Memberikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang;
membaca, mendengarkan radio dan menonton televisi
R/ agar klien tidak merasa bosan dengan rutinitasnya
3.1.4 WOC


Kartilago epiIise
tulang belum
menutup
Kartilago EpiIis
yang berada di
bagian ujung
tulang matang
Insulin
melampaui batas
Rangsangan sel
beta pancreas
Sel beta 'burn out
Diabetes
mellitus
Membentuk tulang
baru dengan cepat
Osteoblas
membentuk tulang
baru
Ketebalan tulang
Tumor tumbuh
Merusak kelenjar
hipoIise
panhipoptuitarism
1. Keadaan stress nutrisi:
a. Kelaparan, deI.protein pada
kwarshiorkor
b. Hipoglikemi
2. Latihan berat
3. Ketegangan
4. trauma
adenoma hipoIisis
Bayi sebelum usia pubertas
Hipersekresi GHRH
81
(breaLh)

82
(blood)
83
(braln)
84
(bladder)
83
(bowel)
86
(bone)
Pemecahan
cadangan lemak
Kadar glukosa
darah
hiperglikemi
Diabetes
hipoIisis
3.2 Akro2egali
3.2.1 Pengkaian
Data subjektiI:
1. Perubahan sensori terutama penglihatan
2. Sakit kepala bagian Irontal dan temporal, nyeri pada sendi (atralgia),
dan nyeri punggung
3. Riwayat perubahan pada wajah, tangan, dan kaki ; banyak keringat
dan kulit tampak berlemak
4. Merasa cepat lelah, letargik, dan malas bergerak
5. Perubahan pada tingkah laku, misalnya cepat marah, cemas, dan
khawatir tentang citra diri
6. Perubahan menstruasi pada wanita dan perubahan libido; impotensi
dan inIertilitas pada pria
7. Riwayat obat: kontrasepsi oral dan obat psikotropik
Anamnesis:
1. Penampilan wajah berubah
2. Tangan/kaki membesar
3. Nyeri kepala
4. Berkeringat
Pemeriksaan Iisik:
1. Dahi menonjol
2. Hidung lebar dan membesar
3. Lidah membesar
4. Rahang menonjol
5. Suara dalam
6. Tangan besar
7. Cek rambut badan yang kasar dan ginekomastia.

3.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Cemas yang berhubungan dengan tidak ada kepastian penyebab
hipersekresi dan tumor, tidak ada kepastian hasil pengobatan,
perubahan struktur tubuh, serta disIungsi seksuL
2. Nyeri (sakit kepala) yang berhubungan dengan tekanan intrakranial
tumor.
3. Gangguan citra diri b.d perubahan pada struktur tubuh, kebutaan,
disIungsi seksual, masalah mobilitas, dan masalah kemandirian
4. DeIisit pengetahuan tentang gangguan hormonal, pengobatan, dan
komplikasi pengobatan b.d kurang inIormasi yang tepat

3.2.3 Intervensi
1. Cemas yang berhubungan dengan tidak ada kepastian penyebab
hipersekresi dan tumor, tidak ada kepastian hasil pengobatan,
perubahan struktur tubuh, serta disIungsi seksual
Tujuan: Pasien tidak cemas lagi
Kriteria hasil:
a. Kecemasan pasien menurun
b. Masalah pasien teratasi
Intervensi dan rasional:
a. Kaji tingkat kecemasan,stressor yang ada dan strategi yang
dipakai pasien untuk mengatasi stressor
R/ mengetahui tingkat kecemasan dan solusi untuk
menurunkannya
b. Jelaskan dengan rinci mengenai uji diagnostik dan pengobatan
R/ memberikan inIormasi untuk mengurangi kecemasan
c. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkanb masalah
yang dialami dan gunakan sumber yang bisa membantunya
R/ membantu mengurangi beban perasaan
2. Nyeri (sakit kepala) yang berhubungan dengan tekanan intrakranial
tumor
Tujuan: Nyeri berkurang sampai dengan hilang 3 X 24 jam
Kriteria hasil:
a. Nyeri berkurang skala (01)
b. Ekspresi menyeringai (-)
c. Nadi : 60100 x/menit
Intervensi dan rasional:
a. Pantau rasa nyeri setiap 4 jam. Pakai skala untuk menilai rasa
nyeri. Minta pasien memberi tahu secara spesiIik rasa nyeri dan
menunjuk lokasi rasa nyeri.
R/ Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan
dengan gejala nyeri pasien
b. Tentukan waktu rasa nyeri itu timbul dan beri obat analgesik yang
telah dipesan oleh dokter sebelum rasa nyeri memuncak. Kaji
eIek analgesik.
R/ menghindari puncak periode nyeri/ coping emosi
c. Bantu pasien memakai tindakan non Iarmakologis untuk
mengatasi rasa nyeri, misalnya mengubah posisi dengan kepala
ditinggikan, masase, mendengar lagu yang bisa menyenangkan,
distraksi, kompres hangat atau dingin.
R/ mengalihkan perhatian pasien terhadap rasa nyeri yang sedang
dirasakan.
d. Lakukan tindakan yangb bisa membantu pasien istirahat dan
tidur.
R/ untuk meminimalis mobilisasi pasien biar nyeri berkurang.
3. Gangguan citra diri b.d perubahan pada struktur tubuh, kebutaan,
disIungsi seksual, masalah mobilitas, dan masalah kemandirian
Tujuan: Tidak ada gangguan citra tubuh
Kriteria Hasil: Pasien dapat mengungkapkan perasaan tentang
perubahan Iisik pada orang lain.
Intervensi dan Rasional
a. Kaji Iaktor- Iaktor yang bisa mengancam harga diri dan ungkapan
pasien yang negatiI mengenai dirinya.
R/ mengembalikan dan meningkatkan rasa percaya diri
b. Memberikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang
berhubungan dengan perubahan Iisik.
R/ mengurangi beban perasaan
c. Bantu pasien mempertahankan seoptimal mungkin kemandirian
dalam melakukan aktiIitas hidup sehari- hari dan kontrol pribadi.
R/ menimbulkan dan meningkatkan potensi yang ada dalam diri
d. Bantu pasien mencari makna pengalaman penyakit-nya dan
mengatasi situasi.
R/ untuk mengatasi masalah secara positiI
4. DeIisit pengetahuan tentang gangguan hormonal, pengobatan, dan
komplikasi pengobatan b.d kurang inIormasi yang tepat.
Tujuan: Menambah pengetahuan pasien dan keluarga mengenai
penyakit yang diderita.
Kriteria Hasil:
a. Pasien memperlihatkan mulai menerima perubahan dalam
karakteristik Iisik dan kemampuan Iisik.
b. Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit,dan
perawatsan dirumah dan perawatan tindak lanjut.
Intervensi dan rasional:
a. Beri konsep dasar proses penyakit.
R/ Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai peyakitnya
b. Hindari minum obat yang dijual bebas tanpa konsultasi dokter
terlebih dahulu
R/ Mencegah penyalahgunaan obat
c. Beri penjelasan tentang tujuan eIek samping dan pengobatan
R/ meningkatkan pengetahuan pasien mengenai pengobatan yang
sedang dijalani

3.2.4 WOC


@or hlpoflsls
elepasan CP berleblh
kelalnan hlpoLalas
nyerl kepala blLeporal
ganggan pengllhaLan
helanopsla blLeporal Plperplasla hlpoflsls soaLoLroplk
dan hlpersekresl CP
neoplasa ensekresl
CP8A ekLoplk
enyebaran spraselar
Lor dan penekanan
klasa opLlk
ClganLlse
erbahan
soaLls LerhenLl
Akroegall
enebalan Llang
dan [arlngan lnak
erLbhan
soaLls
Mk nyer|
Anakanak/
rea[a
@angankakl
ebesar
8aL wa[ah
kasar
ebesaran
slns paranasal
ueforlLas
andlbla
Clgl Ldk dapaL
engglglL
prognaLlse
ebesaran
pada Llang
Langan kakl
uag en[orok
ke depan
kesllLan
engglglL
ebesaran
hldng
ebesaran
slns fronLal
kesllLan
pengecapan
MkGangguan
c|tra d|r|
uahl
enon[ol
Mk perubahan nutr|s|
kurang dar| kebutuhan
erbahan energl
yang dl bLhkan
LeLargl
rolakLln ser
CP enlngkaL
Mk gangguan
mob|||tas f|s|k
Mk anx|etas

Lldah
ebesar
ueforlLas
Llang belakang
vlss aLa
enrn
ulsfagla Sara
ebesar
enrnan
keLa[aan
pengllhaLan
kopresl
saraf opLlks
PlperLrofl
larlng
Mk perubahan
nutr|s| kurang dar|
kebutuhan
Mk gangguan
c|tra d|r|
kesllLan dala
berhbngan
seksal
Llbldo enrn
Mk nyer|
erbahan flslologls
lengkng Llang
belakang
nyerl
pnggng
erLbhan
Llang berleblh
Mk gangguan
c|tra d|r|
alpasl
hepaLoegall
splenoegall
kesllLan hall
ada lakl lakl ada
wanlLa
erbahan
slkls
ensLrasl
lpoLensl
eerlksaan
dlagnosLlk dan perksl
kardloegall
Mk ganggan
persepsl sensorl
pengllhaLan
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesi2p:lan
Akromegali dan gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari
GH, yang merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan
maniIestasi klinis. Akromegali terjadi apabila peningkatan GH terjadi setelah
dewasa sedangkan pada anak-anak/remaja akan muncul sebagai
gigantisme.Penyebab terbanyak (95) dari akromegali/gigantisme adalah
adenoma hipoIisis yang mensekresi GH ; jarang sekali disebabkan oleh
GH/GHRH ektopik. Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH/IGF-1
dan eIek massa tumor. Konsekuensi akromegal dan gigantisme
meningkatkan angka morbiditas dan motalitas, terutama oleh komplikasi
cardioserobrovaskuler dan pernaIasan. Pengobatan akromegali dan
gigantisme lebih kompleks. Iradiasi hipoIisis, pembedahan kelenjar hipoIisis
untuk mengangkat tumor hipoIisis, atau kombinasi keduanya, dapat
mengakibatkan penurunan atau perbaikan penyakit. Pengobatan medis
dengan menggunakan ocreotide, suatu analog somatostatin, juga tersedia.
Ocreotide dapat menurunkan supresi kadar GH dan IGF-1, mengecilkan
ukuran tumor, dan memperbaiki gambaran klinis.Terapi yang paling tepat
untuk kelebihan hormone pertumbuhan tak lain adalah pengangkatan tumor
pada hipoIisis sedini mungkin untuk mencegah eIek negative darinya.
Untuk itu kita sebagai seorang perawat, kita perlu mengetahui dan
memahami tanda dan gejala berbagai penyakit khususnya akromegali dan
gigantisme agar kita dapat melaksanakan asuhan keperawatan yang
proIesional.
DAFTA# PUSTAKA

Baradero, Mary, dkk .2009. lien Gangguan Endokrin Seri Asuhan eperawatan.
Jakarta: EGC.
J. Corwin, Elizabet .2007. Buku Saku Patofisiologi Corwin ed 3. Jakarta: EGC.
Kliegma Arvin, Benheman .2000. Nelson Ilmu esehatan Anak. Jakarta: EGC.
Baradero, Mary, dkk .2005. lien Gangguan Endokrin. Jakarta:EGC.
Rubenstein, David, dkk .2005. Lecture Notes. edokteran linis Ed 6. Jakarta:
Erlangga.
ilson & Price .2005. Patofisiologi dan onsep linis Proses-proses Penyakit,
edisi 6. Jakarta: EGC.
Robbins,staney L, khumar, vinnay, cotran, ramzi S .2007. Buku Afar Patologi
edisi 7 vol.2. Jakarta : EGC.

Guyton, Artur C.2002.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta: EGC


Gigantisme.
Kadang kadang sel sel penghasil hormon pertumbuhan hipoIisis anterior menjadi
aktiI berlebihan, dan kadang kadang terdapat tumor sel hormon pertmbuhan
sel asidoIilik pada kelenjar ini. Sebagai akibatnya, di hasilkan hormon
pertumbuhan dalam jumlah besar. Semua jaringan tubuh tumbuh cepat,
termasuk tulang dan bila epiIisis tulang panjang belum bersatu dengan
batang tulang, tinggi badan bertambah sehingga orang tersebut menjadi
seperti raksasa dengan tinggi sebesar 9 kaki. Jadi, gigantisme akan
terjadi jika tumor timbul sebelum pubertas.
Sayangnya sebagian besar gigantisme akhirnya menderita hipopituitarisme bila
mereka tetap tidak di obati karena tumor kelenjar hipoIisis tumbuh sampai
sel kelenjar itu sendiri rusak.
DeIisiensi umum hormon hipoIisis ini bila tak d obati biasanya menyebabkan
kematian pada permulaan masa dewasa. Tetapi sekali gigantisme
didiagnosis, biasanya perkembangan selanjutnya dapat dihambat dengan
pembuangan tumor dari kelenjar hipoIisis dengan bedah mikro atau radiasi
kelenjar.

Akromegali
Bila tumor sel hormon pertumbuhan terjadi setelah pubertas yaitu setelah epiIisis
tulang panjang bersatu dengan batang tulang, orang tidak dapat tumbuh
lebih tinggi lagi, tetapi jaringan lunakkya dapat terus tumbuh, dan tulang
dapat tumbuh menebal. Keadaan ini di kenal dengan akromegali.
Pembesaran khususnya nyata pada tulang tulang kecil tangan dan kaki serta
pada tulang tulang memnbranosa, rahang bawah dan bagian bagian vertebra,
karena pertumbuhannya tidak berhenti pada pubertas. Akibatnya rahang
menonjol ke depan, kadang kadang sebesar 0,5 inci, dahi miring ke depan
karena pertumbuhan samping supraorbital yang berlebihan, hidung
bertambah besar sampai mencapai 2 kali ukuran normal, kaki memerlukan
sepatu ukuran lebih besar dari pada keadaan normal. Dan jari jari menjadi
sangat tebal sehingga ukuran tangan hampir 2 kali normal. Selain eIek eIek
ini perubahan pada vertebra, biasanya menyebabkan punggung bungkuk.
Akhirnya, banyak organ jaringan lunak seperti lidah, hati, dan khususnya
ginjal menjadi sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai