Anda di halaman 1dari 1

BUDAYA DAN TRADISI CINA BENTENG

Pakaian adat suku Cina Benteng merupakan perpaduan antara pakaian adat suku besar
Tionghoa (yang didominasi suku Hokian) dan pakaian adat suku Betawi. Pakaian adat
prianya berupa baju koko hitam dan celana panjang, dengan topi yang khas yang mirip
dengan caping. Sedangkan pakaian adat wanitanya dinamakan hwa kun, yang berupa
blus dan bawahan lengkap dengan hiasan kepala serta tirai penutup wajah. Namun
seringkali digunakan pula kebaya encim, dengan aksen kembang goyang sebagai hiasan
kepala, yang menunjukkan pengaruh Betawi dalam pakaian tersebut.
Orang China Benteng dikenal dengan warna kulitnya yang sedikit lebih gelap
(walaupun tetap berkulit kuning) dibandingkan warga keturunan China lainnya di
Indonesia, mereka lebih mirip dengan orang-orang Vietnam ketimbang orang Tiongkok.
Kesenian mereka yang terkenal adalah kesenian campuran betawi-tionghoa, Cokek
yaitu sebuah tarian berpasangan lelaki dan perempuan dengan iringan musik gambang
kromong. Agama yang dianut beragam antara lain Konghucu, Buddhisme, Taoisme,
Katholik, Protestan, Pemujaan Leluhur, Pemujaan Surga, dan ada sedikit yang
beragama Islam.
Hal menarik dari China Benteng adalah biarpun mereka sudah tidak berbahasa China
lagi, mereka tetap melestarikan budaya leluhur dan tradisi Tiongkok, ini bisa dilihat dari
tradisi pernikahan mereka yang menggunakan upacara pernikahan gaya Dinasti Manchu
(Qing), mereka juga mengenakan pakaian gaya Dinasti Manchu seperti Manchu robe
dan Manchu hat pada saat menikah. Orang China Benteng adalah satu-satu nya
komunitas Tionghoa di Indonesia yang memiliki darah orang Manchu, karena hanya
orang China Benteng yang masih tetap menggunakan upacara nikah gaya Dinasti
Manchu setelah Dinasti Qing runtuh pada tahun 1912, di tiongkok sendiri, upacara
nikah gaya Dinasti Qing itu sudah hampir hilang dan sangat jarang ditemukan
|rujukan?|.
Selain itu, banyak orang china benteng yang sebenarnya adalah keturunan dari keluarga
kekaisaran Dinasti Qing (clan Manchu Aisin-Giorio atau Aixinjueluo dalam bahasa
mandarin). Mereka adalah keturunan dari anak haram hasil hubungan gelap antara
Kaisar Qianlong dengan seorang gadis cantik bermarga Wang di provinsi Fujian.
Karena sang Kaisar tidak mau hubungan gelapnya diketahui publik, maka untuk
menyembunyikan Iakta tersebut, anak hasil hubungan haram tersebut dipaksa memakai
nama marga ibunya, yaitu "Wang" dalam mandarin atau "Ong" dalam Hokkien. Mereka
adalah orang-orang China Benteng yang bermarga "Ong" dalam dialek Hokkien atau
"Wang" dalam dialek Mandarin. Kebanyakan orang china benteng dari marga tersebut
kini mengggunakan nama Indonesia : Wangsa Mulya, Wangsamulia, atau Wangsa
Kusuma. Kebanyakan orang dari keluarga Wangsa Mulya dan keluarga marga Ong
lainnya tidak menyadari kalau mereka adalah keturunan kekaisaran, namun
bagimanapun juga darah dan napas Kekaisaran Qing Raya tetap mengalir pada diri
mereka. Itulah mengapa kebanyakan dari mereka adalah orang-orang kaya dan sukses.

Anda mungkin juga menyukai