- Positive Beneficence Prevent evil or harm Remove evil or harm Do or promote good - Prinsip Balancing of Utility/Propotionality Balancing benefit and harm 2. Non-Maleficence Definition: Primum Non Noncere: Pertama, jangan menyakiti. Above all do no harm Non Malfeasance satu continuum dengan Beneficence Not to inflict evil or harm Prevent evil or harm Remove evil or harm Do or promote good Justice, fairness Egalitarian Equal access to the goods Rights to social and economic liberty (fair procedure and system) Kombinasi kedua di atas Memaksimalkan public utility Libertarian Utilitarian Seseorang patut menerima apa yang selayaknya dia terima Distribusi sumber daya dalam masyarakat Distributive justice
3. Justice
4. Autonomy - Menghargai hak pasien - Menjaga privasi pasien - Menghargai rasionalitas pasien - Melaksanakan informed consent - Tidak berbohong pada pasien meskipun demi kebaikan pasien 2
1.2 Latar Belakang Masalah Seorang dokter umum yang sudah praktek selama 2 tahun memiliki pasien cukup banyak, terutama pada hari sabtu dan minggu. Dengan ruangan praktek yang luas, dokter tersebut menempatkan 2 bed dalam kamar prakteknya, namun di sisi lain terdapat kesulitan bila ada pasien yang datang dengan kelainan kulit dimana ia harus memeriksa pasien dalam keadaan setengah telanjang. Oleh sebab itu bioetika kedokteran sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai hal yang terjadi dalam praktek yang dialami oleh dokter Tenar.
1.3 Tujuan Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa dan diharapkan dapat menjadi bahan bermanfaat bagi kita semua saat kita berprofesi sebagai dokter nanti. Khususnya kita dapat lebih memahami hal-hal tentang bioetika yang mencakup ( Autonomy, Beneficence, Non Maleficence, dan Justice ) yang sangat berguna ketika seorang dokter membuka praktek.
BAB 2
ISI
2.1 Kalimat-kalimat Penerapan Beneficence i. Maka dr . Tenar memberikan puyer batuk pada ketiganya serta nasehat untuk istirahat cukup, banyak minum air putih serta mengkonsumsi buah buahan. (Paragraf 3) Alasannya : Dr. Tenar selain memeriksa pasien, memberikan resep obat,ia pun memberikan nasehat kepada pasien agar cepat sembuh yang merupakan mengusahakan agar kebaikan pasien lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya, maka dari itu termasuk kedalam beneficence karena dokter mementingkan untuk kebaikan pasien ii. Dr. tenar melakukan EKG karena kecurigaan terjadi penyempitan pembuluh darah jantung. Lalu, Dr. tenar memberikan surat rujukan beberapa pemeriksaan laboratorium. (Paragraf 4) Alasannya : Dengan melakukan EKG dan memberikan surat rujukan pemeriksaan laboratorium, dr.Tenar menunjukan bahwa ia memeriksa dengan teliti untuk kebaikan pasien yang termasuk dalam beneficence. iii. Dr . Tenar menawarkan untuk menjadi mediator menyampaikan masalah Rana yang mencuri uang bapaknya dan menjelaskan kepada bapak Rana. (Paragraf 10) Alasannya : Dokter menghargai hak hak pasien secara keseluruhan, serta dokter meminimalisasi akibat buruk dari rasa stress yang dihadapi Rana dengan menawarkan diri sebagai mediator untuk menyampaikan apa adanya kepada bapak Rana. iv. Begitulah keseharian dr. tenar dalam membantu menyelesaikan masalah pasien pasiennya sampai ia rela pulang larut malam. (Paragraf 11)
Alasannya : Dalam hal ini setidaknya dokter sudah mengabdi pada pekerjaannya sampai ia rela pulang larut malam untuk membantu menyelesaikan masalah pasienpasiennya, meskipun dalam melakukan prakteknya ada banyak juga bioetika yang ia langgar, tapi dokter setidaknya sudah membantu menyelesaikan masalah pasien- pasiennya sampai pulang larut malam. 2.2 Kalimat-kalimat Penerapan Non-Maleficence 1. Dr.Tenar merujuk ibu tersebut ke Lab Klinik langganannya. Dari lab klinik ini dr. Tenar mendapat bingkisan kue yang dia amati ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien yang ia kirim ke situ. Pernah dua bulan yang lalu dengan 20 pasien yang ia kirim , ia memperoleh voucer belanja Rp 300.000 di supermarket terkenal di kotanya. (Paragraf 4) Alasannya : Dalam hal ini ada kemungkinan dokter Tenar melakukan prinsip nonmaleficence negatif yaitu melakukan white collar crime dengan mengambil keuntungan bagi diri sendiri dalam bekerja sama dengan klinik laboratorium setempat karena selalu dapat hadiah dari laboratorium tersebut. 2. Sementara ibu menor, tidak sempat melakukan pengukuran darahnya, langsung diberikan resep sakit kencing yang sudah langganan ia derita 5 tahun ini. Dr. Tenar memeriksa sekilas dan menyalin resep dari catatan medis yang disodorkan suster. (Paragraf 6) Alasannya : Dokter tidak mengobati secara proporsional karena tidak melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengetahui penyakitnya lebih akurat dan dalam hal ini dokter dapat membahayakan kehidupan pasien karena dr.Tenar langsung memberikan obat tanpa pemeriksaan terlebih dahulu. 3. Saat mempersilakan Nn. Rana masuk ke ruang sekat kanan, dr. Tenar terkaget karena serombongan orang menyela masuk sambil menggendong seorang anak yang tadi pagi khitanan dalam keadaan berdarah, Ia menolong Malthus dulu selama 45 menit. (Paragraf 9)
Alasannya : Dr. Tenar memenuhi konsep non-maleficence karena menangani pasien yang lebih emergensi terlebih dahulu. 2.3 Kalimat-kalimat Penarapan Justice 1) Dengan tujuan memasyarakatkan budaya antre dr . Tenar memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran. (Paragraf 3) Alasannya : Dengan memasyarakatan budaya antre untuk menunggu pemeriksaan, berarti memberikan keadilan menghargai hak orang lain yang termasuk dalam bioetik justice. 2) Anak muda tadi tidak mengikuti nomor antrian karena mengaku teman SMP dr.Tenar sehingga suster memasukkan lebih dahulu ke ruang sekat kiri, ruang pasien yang memerlukan perlakuan khusus. (Paragraf 5) Alasannya : Anak muda ini tidak mengikuti antrian yang berlaku, melainkan menerobos yang dapat mengakibatkan kelancaran pemeriksaan terganggu, sehingga pasien lain tidak mendapatkan perlakuan serta hak yang sama untuk mendapat pemeriksaan. Dalam hal ini berarti dr.Tenar melanggar prinsip justice dalam konsep bioetika yaitu tidak memberlakukan segala sesuatu secara universal dan membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dll.
2.4
Kalimat-kalimat Penerapan Autonomy Dr.Tenar menempatkan 2 bed dalam kamar prakteknya yang dibatasi dengan gorden. Namun di sisi lain terdapat kesulitan kulit dimana ia harus memeriksa pasien dalam keadaan setengah telanjang (Paragraf 2)
Alasannya : Ada kemungkinan hak menghargai privasi pasien tidak terpenuhi, karena pasien di sisi satunya bisa mendengar percakapan antara dr.Tenar dengan pasien yg sedang ditangani. Hal ini menunjukkan non-autonomy.
Dr. tenar agak terpana untuk menjawab pert anyaan awam si ibu ini. Ah, Cuma panas dalam perut, jawab dr . Tenar.
Alasannya : Dr. Tenar menjaga hak privasi pasien dengan tidak memberitahukan penyakit pasien yang sebenarnya pada orang lain yang bertanya. Ini menunjukkan dr.Tenar memenuhi prinsip bioetika autonomy. Surat keterangan yang terdapat di dalam amplop CT scan menyatakan kecurigaan adanya SOL. Tanpa penjelasan mengenai isi di dalam surat keterangan tersebut, dr .Tenar memberikan surat rujukan ke rumah sakit bagian saraf. (Paragraf 6) Alasannya : Dr. Tenar tidak memenuhi prinsip bioetika autonomy karena seharusnya dr.Tenar memberikan informed consent kepada pasien sebelum memberikan rujukan ke rumah sakit bagian saraf agar pasien setidaknya dapat lebih mengeahui tentang penyakit yang dideritanya dan dapat melakukan pengobatan dengan lebih baik untuk memulihkan kesehatannya.
Kesimpulan Setelah mempelajari Bioetika dan prinsip-prinsip dasar bioetika serta ciri-cirinya, saya bisa menyimpulkan bahwa memang benar bahwa dr. Tenar dalam melakukan prakteknya menerapkan prinsip-prinsip bioetika tapi tidak dapat dipungkiri bahwa dr. Tenar juga banyak melakukan pelanggaran dalam melakukan prakteknya. Jadi dari hipotesis yang sudah ada, saya menerima hipothesis tersebut dan membenarkan bahwa, dr.Tenar dalam menjalankan prakteknya kurang memenuhi kaidah bioetik.
Daftar Pustaka
Williams, John R. Medical Ethics Manual. France. The World Medical Association: 2005. Beanchamp TL, Childrens F. Principles of Biomedical Ethics. Concept of beneficence 4th Edition. New York: Oxford University Press; 1994. Guwandi. Etika dan Hukum Kedokteran. Penerbit FK UI; 1991.