Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAKSI Definisi Traksi : Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh.

Indikasi : 1. Pada pasien dengan fraktur dan atau dislokasi. Tujuan : 1. 2. 3. 4. 5. mobilisasi tulang belakang servikal reduksi dislokasi / subluksasi distraksi interforamina vertebre mengurangi rasa nyeri mengurangi deformitas

Jenis-jenis traksi : 1. 2. 3. 4. traksi lurus / langsung traksi suspensi seimbang traksi kulit/skelet traksi manual

Komplikasi

decubitus kongesti paru / pneumonia konstipasi anoreksia stasis & ISK trombosis vena profunda

ASKEP 1. Pengkajian

status neurology kulit (decubitus, kerusakan jaringan kulit) fungsi respirasi (frekuensi, regular/irregular) fungsi gastrointestinal (konstipasi, dullness) fungsi perkemihan (retensi urine, ISK)

fungsi cardiovaskuler (HR, TD, perfusi ke daerah traksi, akral dingin) status nutrisi (anoreksia) nyeri

Diagnosa Keperawatan : 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan traksi/ imobilisasi 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penata laksanaan medis 3. Resiko konstipasi berhubungan dengan imobilisasi Intervensi : Dx, 1 :

pengkajian nyeri Bantu klien melakukan mobilisasi pada ekstremitas yangf tidak ditraksi Anjurkan klien melakukan teknik distraksi dan relaksasi Kolaborasi pemberian analgesic

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAKSI Definisi Traksi : Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Indikasi : 1. Pada pasien dengan fraktur dan atau dislokasi. Tujuan : 1. 2. 3. 4. 5. mobilisasi tulang belakang servikal reduksi dislokasi / subluksasi distraksi interforamina vertebre mengurangi rasa nyeri mengurangi deformitas

Jenis-jenis traksi : 1. 2. 3. 4. traksi lurus / langsung traksi suspensi seimbang traksi kulit/skelet traksi manual

Komplikasi

decubitus kongesti paru / pneumonia konstipasi anoreksia stasis & ISK trombosis vena profunda

ASKEP 1. Pengkajian

status neurology kulit (decubitus, kerusakan jaringan kulit) fungsi respirasi (frekuensi, regular/irregular) fungsi gastrointestinal (konstipasi, dullness) fungsi perkemihan (retensi urine, ISK) fungsi cardiovaskuler (HR, TD, perfusi ke daerah traksi, akral dingin) status nutrisi (anoreksia) nyeri

Diagnosa Keperawatan : 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan traksi/ imobilisasi 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penata laksanaan medis 3. Resiko konstipasi berhubungan dengan imobilisasi Intervensi : Dx, 1 :

pengkajian nyeri Bantu klien melakukan mobilisasi pada ekstremitas yangf tidak ditraksi Anjurkan klien melakukan teknik distraksi dan relaksasi Kolaborasi pemberian analgesic

Dx. 2

kaji respon klien terhadap aktifitas kaji TTV setelah melakukan aktifitas mengajarkan gerak aktif pasif monitor tonus otot

Dx. 3

kaji pola defekasi jelaskan pentingnya diet tinggi serat ajarkan bowel training rubah posisi sesering mungkin dorong intake cairan peroral 6-10 gelas perhari.

DISLOKASI Definisi : Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth) Kelurnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000) Klasifikasi : 1. Dislokasi congenital Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan. 2. Dislokasi patologik Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. 3. Dislokasi traumatic Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan) Etiologi : 1. Tidak diketahui 2. Faktor predisposisi 1. 2. 3. 4. akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir. Trauma akibat kecelakaan. Trauma akibat pembedahan ortopedi Terjadi infeksi disekitar sendi.

Manifestasi Klinis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nyeri perubahan kontur sendi perubahan panjang ekstremitas kehilangan mobilitas normal perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi deformitas kekakuan

Pemeriksaan diagnostic 1. foto X-ray untuk menentukan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur. 2. foto roentgen Penata laksanaan : 1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat. 2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi. 3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil. 4. beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 34X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi 5. memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan. Askep : 1. Pengkajian 1. 2. 3. 4. 5. identitas dan keluhan utama riwayat penyakit lalu riwayat penyakit sekarang riwayat masa pertumbuhan pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas, fungsiolesa mis: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.

3. Intervensi Dx 1

kaji skala nyeri berikan posisi relaks pada Px ajarkan teknik distraksi dan relaksasi kolaborasi pemberian analgesic

Dx 2

kaji tingkat mobilisasi Px berikan latihan ROM anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan

Dx. 3

Bantu Px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya Kaji pengetahuan Px tentangh prosedur yang akan dijalaninya. Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani Px

Dx 4

kaji konsep diri Px kembangkan BHSP dengan Px Bantu Px mengungkapkan masalahnya Bantu Px mengatasi masalahnya. kaji respon klien terhadap aktifitas kaji TTV setelah melakukan aktifitas mengajarkan gerak aktif pasif monitor tonus otot

Dx. 3

kaji pola defekasi

jelaskan pentingnya diet tinggi serat ajarkan bowel training rubah posisi sesering mungkin dorong intake cairan peroral 6-10 gelas perhari.

DISLOKASI Definisi : Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth) Kelurnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000) Klasifikasi : 1. Dislokasi congenital Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan. 2. Dislokasi patologik Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. 3. Dislokasi traumatic Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan) Etiologi : 1. Tidak diketahui 2. Faktor predisposisi 1. 2. 3. 4. akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir. Trauma akibat kecelakaan. Trauma akibat pembedahan ortopedi Terjadi infeksi disekitar sendi.

Manifestasi Klinis 1. Nyeri

2. 3. 4. 5. 6. 7.

perubahan kontur sendi perubahan panjang ekstremitas kehilangan mobilitas normal perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi deformitas kekakuan

Pemeriksaan diagnostic 1. foto X-ray untuk menentukan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur. 2. foto roentgen Penata laksanaan : 1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat. 2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi. 3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil. 4. beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 34X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi 5. memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan. Askep : 1. Pengkajian

identitas dan keluhan utama riwayat penyakit lalu riwayat penyakit sekarang riwayat masa pertumbuhan pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas, fungsiolesa mis: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi

Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.

3. Intervensi Dx 1

kaji skala nyeri berikan posisi relaks pada Px ajarkan teknik distraksi dan relaksasi kolaborasi pemberian analgesic

Dx 2

kaji tingkat mobilisasi Px berikan latihan ROM anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan

Dx. 3

Bantu Px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya Kaji pengetahuan Px tentangh prosedur yang akan dijalaninya. Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani Px

Dx 4

kaji konsep diri Px kembangkan BHSP dengan Px Bantu Px mengungkapkan masalahnya Bantu Px mengatasi masalahnya.

Anda mungkin juga menyukai