FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL 'VETERAN JATIM SURABAYA Kepemimpinan
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri. Gaya kepemimpinan 1. Otokratis. Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Jadi kekuasaanlah yang sangat dominan diterapkan. 2. Demokrasi. Gaya ini ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatiI. Di bawah kepemimpinan demokratis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri. 3. Gaya kepemimpinan kendali bebas. Pemimpin memberikan kekuasan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersiIat longgar dan pemimpin bersiIat pasiI.
enis dan Macam Gaya Kepemimpinan 1.Gaya Kepemimpinan Otoriter Authoritarian Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. 2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak inIormasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Dalam gaya ini, besar peluang untuk melakukan pengembangan diri. Sehingga setiap orang yang dipimpin memiliki motivasi diri untuk berkembang. 3.Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktiI menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi. Anda bisa menilai bagaimana kualitas manajemen yang ini.
Kepemimpinan Transformasional Dalam upaya pengenalan lebih dalam tentang konsep kepemimpinan transIormasional, perlu dijelaskan tentang kepemimpinan transaksional, yaitu kepemimpinan yang memelihara atau melanjutkan status quo. Kepemimpinan jenis ini dideIinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran (exchange process) di mana para pengikut mendapat imbalan yang segera dan nyata untuk melakukan perintah-perintah pemimpin. Sementara itu kepemimpinan transIormasional adalah kepemimpinan yang dipertentangkan dengan kepemimpinan yang memelihara status quo. Kepemimpinan transIormasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru.
Kepemimpinan transIormasional dideIinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi (dipertentangkan dengan kepemimpinan yang dirancang untuk memelihara status quo). Kepemimpinan ini juga dideIinisikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran "tingkat tinggi" yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu. Perhatian orang pada kepemimpinan di dalam proses perubahan (management oI change) mulai muncul ketika orang mulai menyadari bahwa pendekatan mekanistik yang selama ini digunakan untuk menjelaskan Ienomena perubahan itu, kerap kali bertentangan dengan anggapan orang bahwa perubahan itu justru menjadikan tempat kerja itu lebih manusiawi. Di dalam merumuskan proses perubahan, biasanya digunakan pendekatan transIormasional yang manusiawi, di mana lingkungan kerja yang partisipatiI, peluang untuk mengembangkan kepribadian, dan keterbukaan dianggap sebagai kondisi yang melatarbelakangi proses tersebut, tetapi di dalam praktek, proses perubahan itu dijalankan dengan bertumpu pada pendekatan transaksional yang mekanistik dan bersiIat teknikal, di mana manusia cenderung dipandang sebagai suatu entiti ekonomik yang siap untuk dimanipulasi dengan menggunakan sistem imbalan dan umpan balik negatiI, dalam rangka mencapai manIaat ekonomik yang sebesar- besarnya. Kepemimpinan yang lebih baik terjadi bila para pemimpin dapat menjalankan salah satu atau kombinasi dari empat cara ini, yaitu (1) Memberi wawasan serta kesadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormatdan kepercayaan pada para bawahannya (Idealized InIluence - Charisma) (2) Menumbuhkan ekspektasi yang tinggi melalui pemanIaatan simbol-simbol untuk memIokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana (Inspirational Motivation). (3) Meningkatkan intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama (Intellectual Stimulation). (4)Memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara khusus dan pribadi (Individualized Consideration). Pemimpin yang seperti ini akan dianggap oleh rekan-rekan atau bawahan mereka sebagai pemimpin yang eIektiI dan memuaskan.
Pemimpin transIormasional bisa berhasil mengubah status quo dalam organisasinya dengan cara mempraktikkan perilaku yang sesuai pada setiap tahapan proses transIormasi. Apabila cara-cara lama dinilai sudah tidak lagi sesuai, maka sang pemimpin akan menyusun visi baru mengenai masa depan dengan Iokus strategik dan motivasional. Visi tersebut menyatakan dengan tegas tujuan organisasi dan sekaligus berIungsi sebagai sumber inspirasi dan komitmen. Pengembangan kepemimpinan transIormasional adalah proses yang memerlukan jangka waktu panjang, dan pada setiap bagiannya melibatkan masa lalu dan masa sekarang. Pemimpin transIormasional cenderung untuk menciptakan kesempatan pada pengalaman kepemimpinannya, sehingga membantu dirinya dalam posisiyang sedang dijalankan. Terdapat beberapa hipotesis tentang kepemimpinan transIormasional :
1. Dimensi kepemimpinan transIormasional mempunyai hubungan dengan karakteristik personal pemimpin. kepemimpinan karismatik tidak hanya terdapat pada manajer tingkat puncak saja, tetapi terdapat pada manajer tingkat bawah. Hal ini berarti kepemimpinan karismatik tidak ditentukan oleh lama bekerja di organisasiyang diwujudkan oleh jenjang karir, tetapi lebih ditentukan oleh lama menjabat pada jabatan sekarang.
2. Kepemimpinan transIormasional 'kharismatik' berhubungan paling erat dan searah dengan karakteristik personal lama menjabat pemimpin dibandingkan dengan karakteristik personal pemimpin lainnya. Dalam kepemimpinan transIormasional inspirasional diperlukan manajer dengan dimensi mengkomunikasikan visi secara lancardan percaya diri. Manajer yang sudah dapat menyatukan visi pribadinya dengan visi perusahaan memerlukan waktu dan proses yang panjang yang dapat diperolehnya dari lamanya waktu bekerja di organisasi.
3. Kepemimpinan transIormasional 'motivasi inspirasional' berhubungan paling erat dan searah dengan karakteristik personal lama bekerja pemimpin dibandingkan dengan karakteristik personal pemimpin lainnya. Pada dimensi kepemimpinan transIormasional stimulasi intelektual pemimpin mendorong bawahannya untuk menyelesaikan masalah dengan carayang baru , dalam hal ini perlu dipergunakan kecerdasan dan alasan yang rasional dalam mendukung pendapatnya dan dalam berpikir. Dalam ini ini tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pendidikan akan menentukan pola pikir manajer dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematis.
4. Kepemimpinan transIormasional 'stimulasi intelektual' berhubungan paling erat dan searah dengan karakteristik personal tingkat pendidikan pemimpin dibandingkan dengan karakteristik personal pemimpin lainnya. Dimensi kepemimpinan konsiderasi individual ditemukan pada pemimpinyang mengembangkan kinerja bawahan tidak hanya pada posisinya sekarang (jabatan sekarang), tetapi juga pada pekerjaan dan posisi berikutnya. Hal ini berarti hubungan kedekatan atasan dan bawahan akan berlangsung terus-menerus dan dalam jangka panjang. Berdasarkan uraian di atas kepemimpinan transIormasional konsiderasi individual kurang berhubungan dengan lama menjabat, tetapi lebih berhubungan dengan lama bekerja di organisasi.
5. Kepemimpinan transIormasional 'konsiderasi individual' berhubungan paling erat dan searah dengan karakteristik personal lama bekerja pemimpin dibandingkan dengan karakteristik personal pemimpin lainnya.. Secara garis besar ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signiIikan antara kepemimpinan transIormasional dengan karakteristik personal pemimpin, sedangkan seluruh dimensi kepemimpinan transIormasional 'karismatik', 'motivasi inspirasional', 'stimulasi intelektual',dan 'konsiderasi individual' berhubungan paling erat dan searah dengan karakteristik personal tingkat pendidikan pemimpin.
Walaupun tidak ada hubungan yang berarti antara dimensi kepemimpinan transIormasional dengan karakteristik personal pemimpin pada organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, organisasi tetap harus memperhatikan hubungan dari kedua variabel ini karena karakteristik personal tidak hanya terbatas pada pengalaman (experience), tetapijuga meliputi derajat kemampuan pemimpin menghadapi kegagalan dan memiliki kekuatan pribadi (emotional coping), derajat kemampuan pemimpin mendukung perilaku yang eIektiI dan memelihara rasa optimis (behavioral coping), kemampuan pemimpin untuk menyalurkan dan mengevaluasi ide kritis (abstrak orientation), derajat kesediaan pemimpin untuk menerima tantangan (risk taking), kesediaan pemimpin untuk mecoba halbaru dan menantang status quo (inovation), derajat kemampuan pemimpin menggunakan humor untuk menyenangkan bawahannya (use oI humor). Program pengembangan dan pelatihan untuk mengembangkan kepemimpinan transIormasional perlu juga diupayakan karena individu bukan dilahirkan menjadi pemimpin transIormasional, melainkan melalui pengalaman hidupnya akan mampu mengembangkan karakteristikdan membangun keahlian kepemimpinan transIormasionalnya.
KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN
Menurut Max Weber kekuasaan itu dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang actor didalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan. Walter Nord merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemampuan untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya. Secara sederhana, kepemimpinan adalah setiap usaha untuk mempengaruhi, sedang kekuasaan diartikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seseorang pemimpin tersebut. Adapun otoritas (Authority) dirumuskan sebagai suatu tipe khusus dari kekuasaanyang secara asli melekat pada jabatan yang diduduki oleh pemimpin. Dengan demikian otoritas adalah kekuasaan yang disahkan (legitimatized) oleh suatu peranan Iormal seseorang dalam suatu organisasi. Sumber dan Bentuk Kekuasaan hubungannya dengan Gaya Kepemimpinan.Sumber dan bentuk kekuasaan ada dua yakni kekuasaan jabatan (position power) dan kekuasan pribadi (personal power). Menurut Amitai Etzomi perbedaan keduanya terletak pada konsep kekuasan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi perilaku. Kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi, pengaruh pribadi, atau keduanya. Kekuasan dibagi menjadi beberapa macam serta hubungannya dengan gaya kepemimpinan dan tingkat kematangan pengikut : 1. Kekuasaan paksaan (coercive) berdasar atas rasa takut. Misalnya penggunaan kekerasan Iisik dan benturan senjata. Gaya kepemimpinan yang cocok adalah dengan pemberian intruksi terhadap pengikut di tingkat kematangan yang rendah.M1.
2. Kekuasaan Legitimasi (legitimate) bersumber pada jabatan seorang pemimpin. Semakin tinggi jabatannya, semakin besar kekuasaan legitimasinya. Gaya kepemimpinanyang sesuai adalah dengan gaya 'konsultasi dan 'partisipasi bagi para pengikut di tingkat sedan (antara M2 dan M3). 3. Kekuasan keahlian (Expert) bersumber dari keahlian, kecakapan, atau pengetahuan yang dimiliki. Di tingkat ini pengikut hanya perlu diberikan sedikit pengarahan dan dukungan dan pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan 'delegasi bagi pengikutnya. 4. Kekuasan penghargaan (Reward) bersunber atas kemampuan menyediakan penghargaan bagi orang lain. Disini pengikut berada di tingkat perkembangan dari rendah ke sedang, sehingga gaya kepemimpinan 'konsultasi dirasakan sesuai. 5. Kekuasan ReIerensi (ReIerent) bersumber pada siIat-siIat pribadi seorang pemimpin. Tingkat kematangan pengikut berada dari sedang ke tinggi (M3 ke M4) sehingga gaya kepemimpinan 'partisipasidan sedikit pengarahan dapat dipergunakan secara eIektiI. 6. Kekuasan inIormasi (InIormation) bersumber atas akses inIormasi yang dimiliki oleh pemimpin. Gaya kepemimpinan ang dapat memotivasi secara eIektiI pengikut di tingkat kematangan M3 dan M4 ialah 'partisipasi dan 'delegasi. 7. Kekuasaan Hubungan (Connection) bersumber hubungan yang dijalin pimpinan dengan orang penting dan berpengaruh baik di luar atau dalam organisasi. Gaya kepemimpinan melalui intruksi dan konsultasi sesuai dengan pengikut yang beranjak di level tingkat M1 ke M2.
KEMPEMIMPINAN DALAM MANAEMEN: KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS DALAM USAHA MENGELOLA KEMITRAAN Kepemimpinan merupakan suatu konsep abstrak, tetapi hasilnya nyata. Kadangkala kepemimpinan mengarah pada seni, tetapi seringkali pula berkaitan dengan ilmu. Pada kenyataannya, kepemimpinan merupakan seni sekaligus ilmu. Ada banyak deIinisi mengenai kepemimpinan, tergantung pada perspektiI yang digunakan. Kepemimpinan dapat didedenisikan bebrdasarkan penerapannya pada bidang militer, olahraga, bisnis, pendidikan, industri, dan bidang-bidang lainnya. Robbins (1991) mendeIinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuandan sasaran yang ditetapkan.. Schriesheim, et al (dalam Kreitner dan Kinici, 1992, p. 516) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial di mana pemimpin mengupayakan partisipasi sukarela para bawahannya dalam usaha mencapai tujuandan sasaran organisasi. Sedangkan Gibson et al (1991, p. 364) memberikan deIinisi kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kempetensi individu- individu lainnya dalam suatu kelompok. DeIenisi-deIenisi diatas pada hakikatnya mengandung kesamaan, dimana konsep dasarnya berkaitan dengan penerapannya dalam manajemen, yaitu membangkitkan motivasi atau semangat orang lain, yaitu dengan jalan memberikan inspirasi atau mengilhami. Konsep ini mengandung pengertian bahwa motivasi tersebut telah ada dalam diri setiap karyawan dan otivasi tersebut bukanlah sekedar tanggapan temporer terhadap rangsangan eksternal. Kepemimpinan sendiri tidak hanya berada pada posisi puncak struktur organisasi perusahaan, tetapi juga meliputi setiap levelyang ada dalam organisasi. Istilah manajer dan pemimpin tidaklah perlu dicampuradukkan, karena kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari manajemen. Manajer melaksanakan Iungsi-Iungsi perencanaan, perorganisasian, pengkoordinasiaan, pelaksanaan, komunikasi,dan pengawasan. Termasuk di dalam Iungsi-Iungsi itu adalah perlunya memimpin dan mengarahkan. Zaleznik dalam Robbins (1991) menyatakan bahwa tidak semua pemimpin adalah menajer. Seorang manajer yang diberi hak-hak tertentu (Iormal) dalam suatu organisasi belum tentu dapat menajdi seorang pemimpin yang eIektiI. Akan tetapi kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang didapatkan dari luar struktur Iormal adalah sama atau bahkan lebih penting daripada pengaruh Iormal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin dapat muncul secara inIormal dari suatu kelompok dan dapat pula ditunjuk secara Iormal. Secara umum seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut (Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, 2003, hal. 153): 1. Tanggung jawab yang seimbang. Keseimbangan disini adalah tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut. 2. Model peranan yang positiI. Peranan adalah tanggung jawab, perilaku, atau prestas yang diharapkan dari seseorang yang memiliki posisi khusus tertentu. Oleh karena itu seorang pemimpin yang baik harus dapat dijadikan panutan dan contoh bawahannya. 3. Memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Pemimpin yang baik harus bisa menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas, serta dengan cara yang tepat. 4. Memiliki pengaruh positiI. Pemimpin yang baik memiliki pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positiI. 5. Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain akan sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut. Disamping memiliki karakteristik sebagaimana telah dijelaskan diatas, seorang pemimpin yang baik harus dapat memainkan peranan penting dalam melakukan tiga hal berikut, yaitu (Bennis dan Nanus, 1985, pp. 184-186): 1. Mengatasi penolakan terhadap perubahan 2. Menjadi perantara bagi kebutuhan kelompok-kelompok di dalam dan di luar organisasi 3. Membentuk kerangka etis yang menjadi dasar operasi setiap karyawan dan perusahaan secara keseluruhan. Kerangka etis ini dapat diwujudkan dengan cara: a. Memberikan contoh perilaku etis b. Memilih orang-orang yang berperilaku etis sebagai anggota tim c. Mengkomunikasikan tujuan organisasi d. Memperkuat perilaku yang sesuai di dalam dan di luar organisasi e. Menyampaikan posisi-posisi etis, secara internal dan eksternal Kepemimpinan bukanlah Iungsi dari kharisma. Oleh karena itu tidak bisa hanya mengandalkan kharisma yang ia miliki semata dalam usaha memimpin suatu kelompok tertentu. Bila seorang pemimpin mencoba menggunakan citra dan kharisma semata untuk memimpin suatu organisasi, maka ia bukanlah pemimpin, tetapi misleader.