Anda di halaman 1dari 13

Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat BAB 1 Ricky W.

Griffin Edisi 8 Bisnis dan Tujuan Utamanya Bisnis adalah sebuah organisasi yang memproduksi atau menjual barang/jasa untuk mendapatkan laba Bisnis memproduksi sebagian besar barang dan jasa yang dikonsumsi orang dan mempekerjakan banyak orang Laba adalah selisih antara pendapatan dan pengeluaran bisnis, sehingga mendorong orang untuk membuka dan memperluas bisnis 6 Tahap Riwayat Bisnis di Amerika Serikat 1. 2. 3. 4. 5. 6. Revolusi Industri Laissez-Faire dan Era Kewirausahaan Era Produksi Era Pemasaran Era Global Era Informasi

Tahap 1 : Revolusi Industri Pertengahan abad ke 18 Sistem pabrik memproduksi barang dalam jumlah besar dan mesin-mesin baru yang dibutuhkan, dikumpulkan dalam satu area dan spesialisasi tenaga kerja Tahap 2 : Laissez-Faire dan Era Kewirausahaan Abad ke-19 Laisserz-faire adalah prinsip bahwa pemerintah hendaknya tidak mencampuri perekonomian, melainkan harus membiarkan bisnis berfungsi tanpa regulasi Perkembangan perusahaan dan peningkatan sistem produksi harus dibayar dengan hilangnya kebebasan pekerja Tahap 3 : Era Produksi Sekitas awal abad ke-20 Era produksi menjadi solusi bangkitnya serikat buruh dan dimulainya regulasi oleh pemerintah Berfokus pada peningkatan produktivitas and efisiensi pabrik Tahap 4 : Era Pemasaran Muncul tahun 1950an dan 1960-an Filosofi bahwa supaya bisa mendatangkan keuntungan, bisnis harus berfokus pada identifikasi dan pemuasan keinginan konsumen Konsep pemasaran bermula dari pelanggan, sehingga produsen

barang/jasa mulai mencari tahu apa yang diinginkan oleh pelanggan dan kemudian menyediakannya Tahap 5 : Era Global Tahun 1980-an Alat komunikasi dan transportasi yang membaik, metode internasional yang lebih efisien dalam pembiayaan, produksi, distribusi dan pemasaran produk/jasa secara bersama-sama membuka pasar yang lebih jauh bagi bisnis Tahap 6: Era Informasi Dipicu oleh internet Memberikan dorongan dalam perdagangan di semua sektor ekonomi, terutama sektor jasa Sistem Ekonomi Sistem Ekonomi adalah sistem suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya ke warga negaranya, baik perorangan maupun organisasi Faktor-Faktor Produksi 1. Sumber Daya Manusia / Tenaga Kerja 2. Modal 3. Wirausahawan 4. Sumber Daya Fisik 5. Sumber Daya Informasi Jenis-Jenis Sistem Ekonomi 1. Perekonomian Terpimpin 2. Perekonomian Pasar 3. Pasar Input dan Output 4. Kapitalisme 5. Perekonomian Pasar Campuran (Mixed Market) Perekonomian Terpimpin Perekonomian yang : Mengandalkan pemerintah pusat untuk mengendalikan sebagian besar fakor produksi Untuk membuat sebagian besar keputusan produksi dan alokasi Diajukan oleh ekonom Jerman abad ke-19 Karl Marx Komunisme adalah suatu sistem dimana pemerintah memiliki dan mengoperasikan semua faktor produksi Perekonomian Pasar Pasar adalah mekanisme pertukaran antara pembeli dan penjual atas barang dan jasa tertentu Perekonomian pasar adalah perekonomian dimana individu-individu mengendalikan keputusan produksi dari alokasi melalui penawaran dan permintaan Pasar Input dan Output Pasar Input adalah pasar tempat perusahaan membeli sumber daya dari pemasok rumah tangga Pasar Output adalah pasar tempat perusahaan menyediakan barang dan jasa sebagai tanggapan atas permintaan dari pihak rumah tangga Kapitalisme Perekonomian pasar yang memberikan kepemilikan produksi pribadi dan yang mendorong kewirausahaan dengan menawarkan laba sebagai insentif

Perekonomian Pasar Campuran (Mixed Market) Sistem ekonomi yang menampilkan sifat-sifat perekonomian terpimpin maupun perekonomian pasar Privatisasi adalah proses perubahan perusahaan pemerintah menjadi milik swasta Sosialisme adalah sistem ekonomi perpimpin dimana pemerintah hanya memiliki dan menjalankan sumber daya terpilih Aliran Sirkuler dalam Perekonomian Pasar Perekonomian Sistem Pasar Permintaan dan Penawaran dalam Perekonomian Pasar Hukum Permintaan dan Penawaran Mekanisme Permintaan dan Penawaran Kurva Permintaan dan Penawaran Surplus dan Defisit Empat Prinsip Perusahaan Swasta 1. Hak Properti Pribadi : kekayaan berada ditangan individu 2. Kebebasan Memiliki : tenaga kerja, produk, apa yang diproduksi, menjual kepada siapa 3. Laba : mendorong menjadi wirausaha 4. Persaingan : memotivasi untuk menjalankan perusahaan secara efisien Tingkat Persaingan di Perekonomian Pasar 1. 2. 3. 4. Persaingan Sempurna Persaingan Monopolistik Oligopoli Monopoli

Persaingan Sempurna (1) Kondisi yang harus dipenuhi : Semua perusahaan dalam suatu industri harus berskala kecil Jumlah perusahaan dalam industri tersebut harus banyak

Empat Prinsip Persaingan Sempurna (2)

1. Produk-produk yang ditawarkan setiap perusahaan mirip, sehingga para pembeli memandangnya identik dengan produk yang ditawarkan perusahaan lain 2. Baik pembeli maupun penjual mengetahui harga-harga yang dibayarkan dan diterima pihak lain di pasar 3. Karena semua perusahaan berskala kecil, setiap perusahaan mudah memasuki dan meninggalkan pasar 4. Harga-harga ditentukan sepenuhnya oleh penawaran dan permintaan serta diterima baik oleh penjual maupun pembeli

Persaingan Monopolistik

1.

Banyak pembeli

2. Relatif banyak penjual yang berusaha membedakan (mendeferensiasi) produk mereka dari pesaingnya

Oligopoli

1. 2.

Penjual yang sedikit (umumnya berskala sangat besar) Mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga produk-produk mereka

Monopoli

Hanya ada satu produsen Dapat menetapkan harga produk-produknya

http://www.sylabus.web44.net/bisnisfile/bisniskuliah1.htm

Pengertian sistem ekonomi dan sejarah sistem ekonomi indonesia


Posted: February 11, 2011 by araisieou in Uncategorized

1.Sistem ekonomi adalah suatu kumpulan dari aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan yang saling berkaitan dalam upaya memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran Macam-macam sistem ekonomi Sistem ekonomi tradisional adalah sistem ekonomi di mana kegiatan ekonominya yang masih sangat sederhana Ciri-ciri sistem ekonomi tradisional adalah 1) masyarakat hidup berkelompok secara kekeluargaan, 2) tanah merupakan sumber kehidupan, 3) belum mengenal adanya pembagian kerja, 4) pertukaran secara barter, 5) tingkat dan macam produksi sesuai kebutuhan. Sistem ekonomi komando adalah sistem ekonomi yang seluruh kegiatan ekonominya diatur oleh pusat. Ciri-ciri ekonomi komando adalah 1) semua sumber dan alat produksi dikuasai negara, 2) hak milik perorangan atas alat dan sumber produksi tidak ada, 3) kebijakan perekonomian sepenuhnya diatur pusat 4) Pembagian kerja diatur negara, 5) Masyarakat tidak dapat memilih jenis pekerjaan. Sistem ekonomi pasar adalah sistem ekonomi yang sepenuhnya dilaksanakan oleh wisata, dan pemerintah hanya mengawasi jalannya perekonomian. Ciri-ciri ekonomi pasar adalah 1) sumber dan alat produksi dikuasai oleh swasta, 2) rakyat diberi kebebasan mengatur sumber dan alat produksi 3) munculnya persaingan antarpengusaha 4) dalam masyarakat terdapat pembagian kelompok-kelompok, yaitu pemilik faktor produksi dan pekerja / buruh Sistem ekonomi campuran adalah gabungan dari sistem ekonomi komando dan pasar, berikut ciri-ciri ekonomi pasar. 1) Alat produksi yang vital dikuasai negara 2) Alat produksi yang kurang penting dikelola swasta 3) Perekonomian dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat 4) Hak milik diakui sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan umum 2.Indonesia mengalami masa penjajahan yang terbagi dalam beberapa periode. Ada empat negara yang pernah menduduki Indonesia, yaitu Portugis, Belanda,Inggris, dan Jepang. Portugis tidak meninggalkan jejak yang mendalam di Indonesia karena keburu diusir oleh Belanda, tapi Belanda yang kemudian berkuasa selama sekitar 350 tahun, sudah menerapkan

berbagai sistem yang masih tersisa hingga kini. Untuk menganalisa sejarah perekonomian Indonesia, rasanya perlu membagi masa pendudukan Belanda menjadi beberapa periode Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) pada tahun 1620 Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain meliputi : 1. a.Hak mencetak uang 2. b.Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai 3. c.Hak menyatakan perang dan damai 4. d.Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri 5. e.Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja Pada tahun 1795, VOC bubar karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC. Kemudian adanya Cultuurstelstel Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran dunia. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950) PADA MASA ORDE BARU Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain disebabkan oleh : Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957) a)Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun. b)Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menunbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi. c)Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi. d)Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi. Dan Indonesia pun pernah memakai sistem ekonomi demokrasi terpimpin pada yahun (19591967 Sistem ekonomi yang saat ini diterapkan di Indonesia, lebih condong ada sistem ekonomi liberal atau kapitalis

http://araisieou.wordpress.com/2011/02/11/pengertian-sistem-ekonomi-dan-sejarah-sistemekonomi-indonesia/

Overseas Think Tank for Indonesia


facilitating intellectuals to contribute to indonesia

Archive for the Prinsip bisnis Cina tag Usaha Ala Tionghoa
with 18 comments

Berikut adalah interview yang dilakukan oleh Majalah Duit dengan Dr. Beni Bevly mengenai usaha ala Tionghoa: Majalah Duit (MD): Bolehkah anda menyebutkan prinsip-prinsip memulai usaha mau pun berbisnis orang Tionghoa yang anda selalu ingat/pertimbangkan dan yakini kebenarannya? Beni Bevly (BB): Pertama, usaha keras, berani mencoba dan tidak takut gagal, memulai dengan apa adanya. Agaknya poin inilah yang menjadi kelebihan utama dari para pengusaha Tionghoa. Dalam keluarga Tionghoa, kerja keras bukanlah hal yang aneh. Mereka sudah terbiasa lembur hingga pagi. Jika ada kesempatan, seperti hari menjelang Lebaran, mereka tahu bahwa permintaan akan meningkat, maka mereka akan bekerja keras untuk memenuhi permintaan tersebut karena mereka menyadari bahwa Lebaran hanya satu kali dalam satu tahu. Moto orang Tionghoa dalam kerja keras yang sering saya dengar adalah Kita harus bisa memindahkan gunung dan Kita harus bisa seperti orang lain walaupun kita melakukannya 100 kali lebih keras dari mereka. Orang Tionghoa pada umumnya berani memulai suatu usaha dan tidak takut gagal. Mereka mempunyai sense of urgency yang tinggi. Mereka sering berpendapat, Jika tidak memulai sekarang, kapan lagi? Gagal bukanlah hal yang menakutkan karena umumnya mereka selalu memulai usaha dengan apa adanya dan dari bawah. Kedua, mengumpulkan informasi dan belajar. Sebelum terjun ke suatu bidang usaha, umumnya orang Tionghoa akan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Mereka tidak segan pergi ke saudara, teman, dan bahkan pihak yang tidak mereka kenal. Setiap

pembicaraan dengan siapa saja mereka untuk menanyakan usaha yang akan mereka tekuni. Kemanapun mereka pergi, mereka akan membuka mata dan telinga lebar-lebar. Dengan kata lain mereka sangat mahir melakukan survey terhadap usaha yang akan mereka geluti. Selain itu, mereka juga tidak segan untuk belajar. Cara belajar yang umum dari mereka adalah bekerja untuk orang yang usahanya serupa. Setelah yakin telah menguasai cukup informasi dan keterampilan mereka akan berusaha sendiri. Ketiga, melakukan perencanaan. Perencanaan yang paling umum dilakukan oleh orang Tionghoa adalah melihat dari segi untung-ruginya suatu usaha. Dalam bahasa akademis, mereka mempertimbangkan visibility usaha yang akan mereka jalankan. Berapa banyak ongkos yang akan dikeluarkan, bagaimana cara mendapatkan bahan baku/material, bagaimana mempersiapakan produk mereka, siapa yang akan beli, akan dijual dimana, kapan kembali modal, dan berapa keuntungannya merupakan faktor utama yang mereka pertimbangkan. Perencanaan mereka juga sangat memperhatikan efektifitas (tujuan tercapai) dan efisiensi (tepat cara, tanpa banyak mengorbankan waktu dan tenaga) usaha yang mereka geluti. Keempat, membina relasi. Walaupun orang Tionghoa sangat kompetitif, tetapi mereka selalu sadar bahwa membina relasi adalah salah satu kunci keberhasil usaha mereka. Untuk membina hubungan baik mereka tidak ragu untuk mengeluarkan pengorbanan tertentu, seperti pemberian hadiah, mengundang makan dan melakukan entertain terhadap relasi mereka. Siapa saja yang bisa membantu melancarkan dan mengembangkan usaha adalah relasi mereka. Dengan pembinaan relasi yang baik, akan terbuka kerja sama yang saling menguntungkan. Kelima, kemampuan administratif dan inventory control. Agaknya banyak orang lupa akan hal yang satu ini. Orang Tionghoa sangat sadar akan pentingnya kemampuan dalam beradministrasi dan melakukan mengontrolan inventory. Mereka sangat memperhatikan secara terperinci setiap kegiatan usaha mereka dan merekamnya dalam catatan. Karena itu mereka tahu betul bagaimana neraca keuagan mereka dan persediaan inventory mereka. Sebagai contoh, jika kita hendak belanja sesuatu di toko orang Tionghoa sangatlah jarang bahwa mereka sampai kehabisan persediaan. Keenam, kemampuan pemasaran. Kemampuan pemasaran orang Tionghoa umumnya ditunjang oleh kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan dan kemauan pelanggan dan kemampuan menentukan harga jual dari suatu produk secara tepat. Dari proses ini, maka terjadilah penyebaran iklan gratis dari mulut kemulut. Untuk pengusaha yang cukup besar, mereka melakukan positioning secara professional dengan mensponsori kegiatan tertantu dan pemasangan pengiklanan melalui media cetak dan media digital. Ketujuah, mendelegasikan. Orang Tionghoa sadar betul bahwa untuk mengembangkan suatu usaha agar menjadi besar, mereka harus bisa mendelegasikan pekerjaannya. Syarat utama pendeligasian adalah bahwa orang atau karyawan mereka harus bisa dipercaya. Karena itu,

mereka cenderung mencari orang yang sudah dikenal lama dan terbukti bisa dipercaya. Bagi mereka keahlian berusaha bisa diajarkan, tetapi kebercayaan tergantung dari masing-masing kepribadian. Karena sistem kepercayaan ini jugalah maka, mereka tidak segan-segan meminta anak mereka yang masih kecil untuk membantu usaha mereka. Di lain pihak, anak mereka yang sudah terbiasa terekspos dengan usaha orang tuanya, membuat sang anak tumbuh dengan naluri usaha yang mendarah daging. Kedelapan, mendiversifikasi. Pengusaha Tionghoa tidak mudah merasa puas dan cukup atas usaha mereka. Mereka selalu berusaha untuk memperluas usahanya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan deversifikasi produk. Mereka cenderung mempunyai keinginan untuk memenuhi semua kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Mereka ingin agar pelanggannya hanya datang ke mereka. Untuk itu, mewujudkan keinginan ini, cara yang paling tepat adalah berani melakukan deversifikasi produk. Kesembilan, mengolah keuangan. Tidak ada istilah uang mati dalam kamus berdagang ala orang Tionghoa. Mereka selalu mempekerjakan uang tersebut supaya bisa berlipat ganda. Cara yang paling umum dilakukan adalah menanamkan modal kembali ke usaha mereka. Hal ini bisa dilakukan untuk memdirikan usaha baru atau untuk membesarkan usaha yang telah ada. Mental untuk melipatgandakan uang memang sudah tertanam dari kecil di lingkungan keluarga mereka. Contohnya, jika mereka menerima pemasukan Rp.100, maka mereka akan menyimpan paling tidak Rp. 25 dan sisanya ditanamkan kembali keusaha mereka dan untuk kebutuhan hidup mereka. MD: Bolehkah anda menceritakan contoh bagaimana Bapak menerapkan prinsip tersebut dalam bisnis Bapak? BB: Contoh prinsip yang sering saya terapkan adalah perencanaan yang baik dan kerja keras. Prinsip perencanaan yang baik adalah untuk mencapai keefektifan dan keefisiensian dalam proses kerja. Prinsip kerja keras adalah bagaiman memotivasi saya sendiri dan karyawan saya untuk tidak cepat putus ada. Ketika saya masih remaja dan tinggal dengan orang tua, salah satu bisnis mereka adalah garmen atau perusahaan pembuat pakaian jadi. Pada masa tertentu, seperti bulan Ramadan, permintaan (demand) meningkat sedangkan output produksi menurun karena banyak kaeyawan yang berpuasa. Walaupun demikian, ayah saya tidak pernah menyerah dengan keadaan ini. Ia menyusun perencanaan yang matang dengan memilah proses produksi tertentu yang tidak cepat melelahkan ditugaskan pada karyawan yang berpuasa. Kami yang tidak berpuasa diminta untuk lembur dengan diberi imbalan yang lebih banyak. Dalam kondisi seperti ini, ayah saya sering memotivasi dengan berkata, Ayo, kita bisa memindahkan gunung . Pengalaman seperti sering saya terapkan dalam usaha saya sekarang ini.

MD: Bagaimana cara orang tua anda menanamkan nilai-nilai/prinsip-prinsip tersebut kepada anda atau anak-anaknya? BB: Agaknya jawaban dari pertanyaan ini adalah inti kesuksesan dari bisnis keluarga orang Tionghoa, yaitu warisan nilai-nilai atau prinsip-prinsip usaha yang berhasil diturunkan oleh orang tua Tionghoa kepada anak-anaknya. Sebagai contoh, jika kita pergi ke toko-toko orang Tionghoa, sering kali kita dilayani oleh anak mereka yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tanpa merasa canggung, anak tersebut bisa melayani kita dengan mahirnya. Adalah hal yang wajar jika suatu saat ia tumbuh menjadi orang dewasa, maka ia sudah siap untuk berusaha. Orang tua Tionghoa tidak pernah segan untuk melibatkan anaknya yang masih kecil dalam usaha mereka. Mereka sudah diberi tanggungjawab yang cukup besar untuk ukuran seorang murid SD. Mereka diajari setiap proses bisnis dari persiapan hingga sampai ke tangan pelanggan dan bagaimana menangani pelanggan setelah transaksi jual beli. Anak-anak orang Tionghoa juga diajak kerja lembur, bahkan banyak dari mereka yang diajak bekerja sampai pagi tanpa tidur. Dalam proses kerja itu, mereka di dampingi oleh orang tua mereka. Pada kesempatan itu terjadi penurunan nilai-nilai cara berusaha dari orang tua mereka. Melibatkan anak dari usia dini adalah cara yang paling ampuh dari orang tua mereka untuk membentuk anak mereka menjadi bisnismen tangguh di kemudian hari. Hal ini searah dengan wejangan Kong Hu Cu, Saya dengar dan saya lupa. Saya lihat dan saya ingat. Saya kerjakan dan saya ngerti. _____ Dr. Beni Bevly adalah penulis buku Aku Orang Cina? Narasi Pemikiran Politik Plus dari Seorang Tionghoa dan analist pada Overseas Think Tank for Indonesia, lingkar studi yang berlokasi di Kalifornia Utara, USA. http://www.overseasthinktankforindonesia.com/tag/prinsip-bisnis-cina/

ETIKA BISNIS PANCASILA

I.

People of the same trade seldom meet together, even for merriment and diversion, but the conversation ends in a conspiracy against the public or in some contrivance to raise prices. It is impossible indeed to prevent such meeting by any law which either could be executed or would be consistent with liberty and justice. But though th law cannot hinder people of the same trade from sometimes assembling together it ought to do nothing to facilitate such assemblies, much less to render them necessary. (Dikutip dalam Mubyarto, PERPIIS, h. 57) Jika ada pendapat bahwa (ilmu) ekonomi tidak mengajarkan keserakahan sedangkan (ilmu atau praktek) bisnis memang serakah, maka memang yang relevan adalah etika bisnis bukan etika ekonomi atau ekonomi moral. Namun jelas Adam Smith mengajarkan adanya homo ekonomikus atau homo socius atau homo religiousus. Artinya manusia memang mengandung pada dirinya dua sifat yang nampak bertentangan, yaitu sifat-sifat selfish-egois dan sifat-sifat social-symphathetic. Inilah sifat-sifat manusia yang masing-masing digambarkan dalam buku Adam Smith Wealth of Nations (1776) dan The Theory of Moral Sentiments. Pengertian social economics atau economic sociology (Max Weber) adalah cara lain untuk menggambarkan sifat-sifat sosial manusia. Artinya manusia pada dasarnya suka hidup bermasyarakat dan saling membutuhkan yang dalam bahasa Jerman dikenal dalam konsep Gemeinschaft (paguyuban) yang dilawankan dengan konsep Gesellschaft (patembayan). Dalam dunia bisnis Jawa ada istilah Tuna Satak Bati Sanak yang artinya orang dapat mentoleransi kerugian uang dengan kompensasi bertambahnya persaudaraan (brotherhood).

II.

III.

IV. Dalam dunia perbankan di Indonesia sejak krisis moneter (krismon) tahun 1997, yang belum kunjung teratasi sampai sekarang, terlihat telah berkembang sistem dan praktek perbankan kapitalistik yang tidak etik karena menekankan pada pengejaran untung sebesar-besarnya. Dalam perbankan etik harus dihilangkan atau dikurangi nafsu mengejar untung tanpa batas, tanpa memperdulikan kepentingan pihak lain. Perbankan etik di Indonesia harus menuju pada upaya-upaya mengurangi kemiskinan dan ketimpangan ekonomi. Perbankan Syariah adalah perbankan yang demikian yang dewasa ini mulai digalakkan.
V. The outstanding faults of the economic society in which we live are its failure to provide for full employment and its arbitrary and equitable distribution of welath and income I believe that there is social and psychological justification for significant inequalities of income and wealth but not for such large disparities as exist today (JM Keynes, 1936). Meskipun pernah diantara kita menolak tuduhan Indonesia telah melaksanakan sistem ekonomi Kapitalisme yang cacatnya disebutkan Keynes di atas, tetapi sekarang lebih banyak orang terang-terangan menerima sistem ekonomi tersebut karena dianggap tak terelakkan dan karena sejak 1991 jelas kapitalisme telah terbukti memenangkan persaingan dengan sosialisme. VI. I shall argue that these perceptions are justified, that current capitalism is indeed morally deficient. This book is absolut whether, without abandoning capitalism, these serious deficiencies can be overcome (DW Hasslet, Capitalism with Morality, 1994).

Kapitalisme yang bermoral adalah yang kaum buruh (dan petani untuk Indonesia) ikut serta aktif dalam manajemen produksi, yang serius mengembangkan programprogram penanggulangan kemiskinan, dan jelas-jelas berusaha meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan.
It is not capitalism per se that is immoral, but current capitalism. Capitalism with morality is possible a capitalism without extreme inequalities of wealth and opportunity, a capitalism without alienated workers, a capital with morality. (Hasslet, h. 264). VII. Jika Indonesia pernah menyambut baik sistem sosialisme religius yaitu sistem sosialisme yang aturan-aturan mainnya banyak mengacu pada ajaran-ajaran agama, maka di pihak lain ada yang menganggap lebih tepat menerapkan sistem Kapitalisme Pancasila. Pada hemat kami Pancasila berhak menjadi ideologi, pegangan yang secara penuh menggariskan aturan main, kebijakan dan program-program pembangunan nasional baik dalam bidang ekonomi maupun sosial. VIII. Etika Bisnis Indonesia yang dapat kita sebut Etika Bisnis Pancasila mengacu pada setiap sila atau perasan-perasannya. Menurut Bung Karno, pada pidato kelahiran Pancasila 1 Juni 1945, Pancasila dapat diperas menjadi Sila Tunggal, yaitu Gotong Royong, atau Tri Sila sbb: 1. Socio-nasionalisme (Kebangsaan dan Peri Kemanusiaan) 2. Socio-demokrasi (Demokrasi/ Kerakyatan, dan Kesejahteraan Sosial); dan 3. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa Syarat mutlak dapat diwujudkannya Etika Bisnis Pancasila adalah mengakui terlebih dahulu Pancasila sebagai ideologi bangsa, sehingga asas-asasnya dapat menjadi pedoman perilaku setiap individu dalam kehidupan ekonomi dan bisnis sehari-hari. Baru sesudah asas-asas Pancasila benarbenar dijadikan pedoman etika bisnis, maka praktek-praktek bisnis dapat dinilai sejalan atau tidak dengan pedoman moral sistem Ekonomi Pancasila.

Prof. Dr. Mubyarto : Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM dan Ketua Yayasan Agro Ekonomika
Makalah disampaikan dalam Seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat, Etika Bisnis dan Ekonomi Moral, Jakarta, 5 Maret 2002.

http://www.ekonomirakyat.org/edisi_2/artikel_1.htm

dennis ramadian

Minggu, 21 November 2010


SEKILAS PANDANGAN ETIKA BISNIS DI INDONESIA
Di Indonesia tampaknya masalah penerapan etika perusahaan yang lebih intensif masih belum dilakukan dan digerakan secara nyata. Pada umumnya baru sampai tahap pernyataan-pernyaaatn atau sekedar lips-service belaka. Karena memang enforcement dari pemerintah pun belum tampak secara jelas. Sesungguhnya Indonesia harus lebih awal menggerakan penerapan etika bisnis secara intensif terutama setelah tragedi krisis ekonomi tahun 1998. Sayangnya bangsa ini mudah lupa dan mudah pula memberikan maaf kepada suatu kesalahan yang menyebabkan bencana nasional sehingga penyebab krisis tidak diselesaikan secara tuntas dan tidak berdasarkan suatu pola yang mendasar. Sesungguhnya penyebab utama krisis ini, dari sisi korporasi, adalah tidak berfungsinya praktek etika bisnis secara benar, konsisten dan konsekwen. Praktek penerapan etika bisnis yang paling sering kita jumpai pada umunya diwujudkan dalam bentuk buku saku code of conducts atau kode etik dimasing-masing perusahaan. Hal ini barulah merupakan tahap awal dari praktek etika bisnis yakni mengkodifikasi-kan nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis bersama-sama corporate-culture atau budaya perusahaan, kedalam suatu bentuk pernyataan tertulis dari perusahaan untuk dilakukan dan tidak dilakukan oleh manajemen dan karyawan dalam melakukan kegiatan bisnis. Sudah terlalu banyak kasus pelanggaran etika bisnis yang terjadi di negeri ini, dari pelaku bisnis terkecil seperti tukang gorengan keliling yang memakai plastik dalam pembuatan gorengan agar lebih renyah hingga pelaku bisnis besar seperti perusahaan operator seluler yang dalam iklannya mengandung unsur kebohongan. Kini saatnya pemerintah Indonesia bertindak tegas dalam urusan etika bisnis, tidak hanya itu masyarakat selaku konsumen seharusnya lebih bisa menjadi konsumen cerdas dalam memilih produk yang dijual. Dengan ini diharapkan akan timbul kesadaran terhadap para pelaku bisnis agar semua pihak merasa aman. Diposkan oleh dennis_ramadian di 05:14 Label: ETIKA BISNIS

http://dennisramadian.blogspot.com/2010/11/sekilas-pandangan-etika-bisnis-di.html

Anda mungkin juga menyukai