Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PERENCANAAN WILAYAH KOTA

SINTESA 1URNAL

PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI WILAYAH PESISIR SELATAN
KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA





OLEH
VINDYA IAN PADMASARI 080810211

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
NOVEMBER 2011






BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih
17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di
dunia setelah Kanada 81.000 km. Sepanjang garis pantai tersebut terdapat wilayah pesisir yang
relatiI sempit namun mempunyai sumber daya pesisir yang kaya dan sangat rentan mengalami
kerusakan jika pemanIaatannya kurang memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan yang lestari.
Wilayah pesisir sebagai kawasan peralihan yang menghubungkan ekosistem darat dan ekosistem
laut terletak antara batas sepandan dan ke arah darat sejauh pasang tertinggi dan ke arah laut
sejauh 12 mil laut dari garis surut terendah sangat rentan terhadap kerusakan dan perubahan yang
diakibatkan oleh berbagai aktivitas manusia di darat maupun di laut.
Kekayaan alam merupakan sumberdaya utama yang mempengaruhi tingkat
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi wilayah. Salah satu andalan penerimaan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) pada era otonomi daerah adalah sektor kepariwisataan, dengan siIatnya yang
multi sektor dan multi eIek berpotensi untuk menghasilkan pendapatan yang besar. Dengan
berkembangnya sektor kepariwisataan akan menghasilkan pendapatan wilayah dari berbagai sisi
diantaranya retribusi masuk obyek wisata, pajak hotel, restoran dan industri makanan, perijinan
usaha pariwisata maupun penyerapan tenaga kerja dari sektor Iormal maupun inIormal.
Kabupaten Bantul memiliki potensi wisata cukup berlimpah dan bervariasi. Obyek wisata di
Bantul dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu wisata alam serta wisata budaya dan
sejarah.
Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang strategis untuk dikembangkan di
Kabupaten Bantul dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah dan memperluas lapangan
usaha dan kesempatan kerja. Masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Bantul sejak lama
mengandalkan pemenuhan kebutuhan hidup dari kegiatan pertanian dan pariwisata (Asyiawati et.
al., 2002). Kegiatan pariwisata yang dilakukan di Kabupaten Bantul didominasi oleh obyek
wisata pantai sebagai komoditas unggulan wilayah. Tujuan penelitian untuk mengetahui potensi
dan peluang pengembangan obyek dan daya tarik wisata bahari di wilayah pesisir selatan
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB II
PEMBAHASAN

Pada Kabupaten Bantul minat pengunjung tertuju pada obyek wisata alam pantai,
wisata budaya dan kesenian dan pembentukan gumuk pasir (8and dune8). Jenis obyek dan daya
tarik wisata yang terdapat di wilayah penelitian berupa wisata alam, wisata sejarah/budaya, dan
taman rekreasi. Sebaran obyek dan daya tarik wisata di wilayah pesisir Kabupaten Bantul
tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Sebaran Obyek dan Daya Tarik Wisata di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul

Diantara jenis obyek tujuan wisata yang ada, yang mengalami perkembangan yang
cukup pesat dilihat dari minat para pengunjung pada tahun terakhir adalah wisata alam pantai,
wisata budaya (berupa upacara labuhan), dan pengamatan pembentukan gumuk pasir di
Parangtritis, hal ini ditandai dengan banyaknya kunjungan wisatawan. Jumlah wisatawan yang
berkunjung pada obyek wisata pantai yang terdiri dari Pantai Pandansimo, Samas dan
Parangtritis pada tahun 2001 adalah 1,756,874 jiwa dengan laju pertumbuhan pengunjung
sebesar 7,89 per tahun yang dihitung mulai tahun 1997. Yang paling banyak dikunjungi oleh
wisatawan adalah Pantai Parangtritis, hal ini disebabkan karena banyaknya obyek dan daya tarik
wisata serta didukung dengan penyediaan Iasilitas yang memadai dibandingkan dengan obyek
tujuan wisata lainnya.
Agar kawasan wisata di Kabupaten Bantul dapat tetap menjadi sumber pendapatan
daerah yang utama dan berlangsung secara stabil, maka dalam rangka pengeloaan kawasan
bahari khususnya di Kabupaten Bantul terdapat prinsip dasar yang harus dikembangkan, yaitu :
1. Prinsip co-ownership yaitu bahwa kawasan wisata bahari adalah milik bersama untuk itu ada
hak-hak masyarakat di dalamnya yang harus diakui namun juga perlindungan yang harus
dilakukan bersama.
2. Prinsip co-operation/co management yaitu bahwa kepemilikan bersama mengharuskan,
pengelolaan pesisir untuk dilakukan bersama-sama seluruh komponen masyarakat (stakeholder)
yang terdiri dari pemerintah, masyarakat dan organisasi non pemerintah (ORNOP) yang harus
bekerja sama
3. Prinsip co-responsibility yaitu bahwa keberadaan kawasan wisata bahari menjadi tanggung
jawab bersama karena pengelolaan kawasan wisata bahari merupakan tujuan bersama.
Ketiga prinsip tersebut dilaksanakan secara terpadu, sehingga Iungsi kelestarian pesisir
tercapai dengan melibatkan secara aktiI peran serta masyarakat sekitar pesisir (Gumelar S.
Sastrayuda, 2010).
Pada kawasan wisata bahari bukan hanya alam yang dapat menjadi komoditas
pariwisata, tetapi budaya masyarakat pesisir yang unik dan khas dapat pula dikembangkan
sebagai komoditas pariwisata bahari. Seperti pada Kabupaten Bantul selain wisata alam pesisir,
Kabupaten Bantul juga mengembangkan wisata budaya. Adapun kegiatan-kegiatan budaya yang
dilakukan oleh masyarakat di wilayah penelitian adalah upacara adat dan kesenian. Kegiatan-
kegiatan upacara adat yang unik dilakukan di wilayah penelitian meliputi Upacara adat Desa,
Bekti Pertiwi, dan Upacara Labuhan Kraton Yogyakarta. Upacara Adat desa pada umumnya
bersih desa/sedekah bumi, nyadran. Upacara ini diselenggarakan setahun sekali pada bulan-bulan
Jawa (Sapar, Sura) atau sebelum panen (Ruwah), misalnya upacara bersih desa diselenggarakan
pada bulan Sapar sesudah selesai panen. Sedangkan upacara adat Labuhan Kraton Yogyakarta
merupakan upacara adat yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta. Labuhan berasal dari kata
labuh yang artinya sama dengan larung yaitu membuang sesuatu ke dalam air (sungai atau laut).
Ada juga pendapat bahwa labuhan berarti memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di
suatu tempat (Sri Sumarsih et. al., 1990 dalam Soenarto et al., 2000).
Faktor yang berpengaruh dalam pengembangan wisata bahari di Bantul terbagi dalam
dua hal yaitu Iaktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi :
1) Penerapan kebijakan pemerintah daerah tentang pengembangan obyek wisata belum optimal
dilakukan, meskipun potensi cukup tersedia,
2) Strategi promosi wisata cenderung konvensional,
3) Pelayanan Prima kepada wisatawan masih kurang terutama implementasi Sapta Pesona dan
4) Lemahnya koordinasi antara pelaku pariwisata, Pemerintah Daerah dan pihak terkait.
Faktor eksternal yang mempengaruhi kunjungan wisatawan di Kabupaten Bantul
antara lain :
1) Kondisi perekonomian nasional yang belum mantap dan
2) Citra negatiI keamanan dan kenyamanan wisata di Indonesia.
Pengembangan obyek wisata bahari di Kabupaten Bantul dapat dilakukan dengan
beberapa langkah yaitu :
1) Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata berdasarkan hasil studi pengembangan
obyek wisata yang pernah dilakukan lembaga terkait,
2) Strategi promosi dengan penerapan teknologi inIormasi melalui media elektronik terutama
internet dengan membuka situs pariwisata Bantul, dilengkapi dengan data yang terbaru,
3) Implementasi Sapta Pesona pariwisata (aman, indah, tertib, bersih, ramah-tamah dan
kenangan), kualitas pelayanan kepariwisataan yang baik merupakan sarana promosi yang eIektiI
untuk meningkatkan jumlah wisatawan,
4) Pemulihan kondisi ekonomi nasional dan jaminan keamanan dan kenyamanan berwisata,
5) Menambah event-event wisata dan diversiIikasi produk wisata, Iestival budaya lokal (upacara
adat), pertunjukan kesenian (seni tari, theater dan seni musik) dan aspek kelestarian lingkungan
(konservasi penyu), pembenahan Iasilitas dan akses obyek wisata diantaranya taman bermain,
akuarium biota laut, marine 8.ien.e tour, pencitraan baru semisal dengan Parangtritis dengan
citra baru sebagai daerah wisata kuliner masakan laut yang murah dan higienis dan penataan
lingkungan sekitar pantai berpeluang meningkatkan pendapatan masyarakat dan wilayah.

Pengembangan kawasan wisata bahari pada Kabupaten Bantul juga harus
memperhatikan pendekatan pengembangan wisata bahari, yaitu sebagai berikut :
a. Pengembangan kawasan wisata bahari lebih diarahkan dan dipergunakan menuju upaya
pengembangan kawasan wisata ramah lingkungan. Pengembangan kawasan wisata bahari harus
menghindari pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan pemborosan sumber daya alam
bahari
b. Pengembangan kawasan wisata bahari perlu mengetengahkan Iaktor kewaspadaan terhadap
dampak lingkungan menjadi sangat penting, terutama dari kunjungan wisatawan yang tidak
terkendali guna memelihara keberlanjutan kualitas lingkungan hidup/sumber daya alam wisata
tropika khususnya dan menjamin pembangunan (ekonomi) berkelanjutan.
c. Analisis data potensi dan pemanIaatan sumber daya untuk mengidentiIikasikan nilai-nilai yang
berpengaruh terhadap kelangsungan pemeliharaan dan pengembangan sumber stakeholder
cakupan identiIikasi tersedia dan maupun untuk budi daya perairan, wisata pemukiman, bisnis
rekreasi atau industri .
d. Pengembangan kawasan wisata bahari memiliki keterkaitan luas dengan peran masyarakat
pesisir, oleh karena itu dalam pengembangan kawasan wisata bahari dibutuhkan penentuan
zonasi yang tepat dari setiap wilayah diperlukan untuk tidak menjadi benturan kepentingan
antara zona pertumbuhan pemukiman dengan zonasi kawasan wisata bahari yang dikelola dan
dimanIaatkan bagi kegiatan rekreasi.
e. Pengembangan prasarana yang dapat mendorong pertumbuhan antar wilayah melalui sistem
prioritas pengembangan kawasan wisata bahari berdasarkan tipe, potensi dan karakter alam yang
dimiliki oleh masing-masing kawasan
(Gumelar S. Sastrayuda, 2010).








BAB III
KESIMPULAN

1. Minat pengunjung obyek wisata di kawasan pesisir Kabupaten Bantul tertuju pada obyek
wisata alam pantai, wisata budaya dan kesenian dan pembentukan gumuk pasir (8and dune8).
2. Pengembangan obyek wisata bahari di Kabupaten Bantul dapat dilakukan dengan 1)
Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata berdasar-kan hasil studi pengembangan
obyek wisata yang pernah dilakukan lemba-ga terkait, 2) Strategi promosi dengan penerapan
teknologi inIorma-si melalui media elektronik terutama internet dengan membuka situs pari-
wisata, 3) Implementasi Sapta Pesona pariwisata (aman, indah, tertib, bersih, ramah-tamah
dan kenangan), 4) Pemulihan kondisi ekonomi nasional dan jaminan keamanan dan
kenyamanan berwisata, 5) Menambah event-event wisata dan diversiIikasi produk wisata,
aspek kelestarian lingkungan dan pembenahan Iasilitas dan akses obyek wisata diantaranya
taman bermain, akuarium biota laut, marine 8.ien.e tour, dan penataan lingkungan sekitar
pantai.
3. Pengembangan kawasan wisata bahari pada Kabupaten Bantul juga harus memperhatikan
pendekatan pengembangan wisata bahari agar kawasan wisata bahari dapat tetap lestari.
















DAFTAR PUSTAKA

Sastrayuda , Gumelar S. 2010. 'Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi
Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure

Yulia Asyiawati Dan Sinung Rustijarno. 2002. Pengembangan Wisata Bahari Di Wilayah
Pesisir Selatan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta .Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota UNISBA


Asyiawati, Y, J. Purwanto, E. Rustiadi, H. Hardjomidjojo. 2002. Pendekatan Sistem Dinamik
Dalam Penataan Ruang Wilayah Pesisir (Studi Kasus : Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). %e8i8. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai