Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
PemanIaatan teknologi nuklir saat ini telah merambah ke berbagai bidang kehidupan, tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga meliputi bidang kesehatan, industri, pangan
dan pertanian, ilmu Iisika dan kimia, serta kelautan dan hidrologi. PemanIaatan nuklir di bidang
kesehatan contohnya penggunaan sinar Rontgent untuk scanning anatomi tubuh pasien dan
terapi three dimensional conformal radiotherapy (3D-CRT) yang menggunakan radiasi pengion
untuk mengatasi kasus tumor ganas. Di bidang pangan dan pertanian, teknologi nuklir
bermanIaat untuk pemuliaan tanaman melalui metode induksi mutasi dengan sinar Gamma, dan
pemberantasan hama dengan teknik pejantan mandul. Sedangkan pemanIaatannya di bidang
hidrologi yaitu untuk mempelajari kecepatan aliran air sungai, penghitungan debit air dan pola
aliran air permukaan (Wahyuni 2003).
Seiring dengan perkembangan pemanIatan teknologi nuklir tersebut, maka sangat
dibutuhkan pengetahuan mengenai upaya pencegahan dan penangggulangan eIek radiasi dan
kecelakaan nuklir yang mungkin sewaktu-waktu dapat terjadi. Hal ini menjadi penting,
mengingat resiko kecelakaan nuklir dan radiasi berpotensi besar mengakibatkan bencana global
dan mengancam kelestarian lingkungan termasuk organisme yang hidup di dalamnya.
Berpijak dari permasalahan kecelakaan reactor nuklir Fukushima di Jepang dan beberapa
kejadian terdahulu yang telah mengakibatkan banyak kerugian, maka makalah ini mencoba
menguraikan tentang bahaya kontaminasi radioaktiI. Dalam hal ini, ruang lingkupnya ditekankan
pada kontaminasi yang diakibatkan oleh kecelakaan nuklir dan radiasi, beserta solusi yang
mencakup kemungkinan upaya-upaya dekontaminasi dan penanggulangan eIek kontaminasinya
terhadap manusia. Berdasarkan pengetahuan mengenai ancaman bahaya nuklir dan radiasi,
diharapkan pemanIaatan dan pengelolaan teknologi nuklir di masa yang akan datang dapat lebih
memperhatikan sisi keamanan dan keselamatan umum.



1.2.Tujuan Penulisan
. Menjawab permasalahan mengenai bahaya kontaminasi radionuklida akibat kecelakaan
nuklir dan radiasi terhadap lingkungan dan organisme yang hidup di dalamnya.
2. Mengetahui upaya-upaya dekontaminasi yang dapat dilakukan ketika terjadi kontaminasi
nuklir.
3. Mengetahui usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahaya radiasi nuklir
terhadap manusia.























BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA

2.1.Reaksi Fisi Atom dan Radioaktivitas
ecelakaan nuklir dapat berakibat Iatal bagi keselamatan lingkungan dikarenakan dua
alasan, yakni terbebasnya ribuan zat radioaktif (radionuklida) yang akan mengkontaminasi
lingkungan dan paparan radiasi yang secara bersamaan turut melepaskan energi tinggi yang
memicu rangkaian reaksi eksplosiI. Zat radioaktiI merupakan unsur-unsur yang mempunyai inti
atom kurang stabil sehingga berupaya menjadi stabil dengan berubah menjadi inti atom lain.
Perubahan menjadi inti atom lain dapat berlangsung secara reaksi Iisi maupun Iusi. Namun yang
sering terjadi adalah reaksi Iisi (pembelahan inti atom menjadi dua atau lebih inti atom kecil)
yang didorong oleh adanya tumbukan-tumbukan neutron dan akan membebaskan sejumlah besar
energi disertai pemancaran sinar-sinar alIa, beta dan gamma. Zat radioaktiI ini contohnya
Uranium, Plutonium dan Radium. Produk dari reaksi Iisi bervariasi, misalnya uranium
menghasilkan atom-atom yang bermassa lebih kecil, seperti: Ba, r , Zr , Te , Sr , Cs , I , La dan
Xe (Anonim 200).
Radiasi adalah pemancaran sinar-sinar radioaktiI, berupa sinar alIa, beta dan gamma yang
banyak mengandung energi. Sinar-sinar radioaktiI ini memiliki karakteristik masing-masing,
namun eIek yang ditimbulkan hampir sama, yaitu eksitasi dan ionisasi. Eksitasi adalah
munculnya satu tambahan elektron dalam suatu atom atau molekul pada tingkat energi yang
lebih tinggi tanpa pelepasan elektron orbital atom. Jika radiasi memiliki cukup energi untuk
mengusir satu atau lebih elektron orbital dari atom atau molekul, maka proses ini disebut
ionisasi. Radiasi sinar yang dapat menyebabkan ionisasi dikenal dengan istilah radiasi ionisasi
(radiasi pengion).

2.2.Radionuklida Alami
Pada dasarnya, organisme di bumi menerima radiasi alami setiap harinya. Radiasi alami
dapat berasal dari sinar kosmik (radiasi kosmik), radiasi yang terpancar dari inti atom akibat
interaksi antara radiasi kosmik dengan inti atom yang berada di atmosIer bumi (radiasi
kosmogenik), serta radiasi yang berasal dari bahan radioaktiI di dalam kerak bumi (radionuklida
terrestrial/primordial). Radiasi juga dapat berasal dari bahan buatan manusia. Sumber radiasi

buatan manusia yang paling umum adalah dari mesin sinar-X dan berbagai peralatan medis
(ensiklopedia BATAN).
Dosis rata-rata seseorang terkena radiasi sekitar 3,0 mili Sieverts (mSv) setiap tahunnya, di
mana 80 (2,4 mSv) ini disebabkan oleh sumber yang terjadi secara alamiah, ,6 (hampir 0,6
mSv) adalah disebabkan dari radiasi medis dan 0,4 sisanya (sekitar 0,0 mSv) adalah karena
sumber-sumber lain radiasi buatan manusia (BrieIing WHO 20). Dosis radiasi yang diterima
secara alami berbeda dengan dosis radiasi ketika terjadi sebuah kecelakaan nuklir, sehingga eIek
dan bahaya kontaminasi nuklir yang ditimbulkan juga berbeda.

2.3.Bahaya Kecelakaan Nuklir dan Radiasi: Contoh Kasus Annya Pesenko
Beberapa kecelakaan nuklir pernah terjadi di dunia. ecelakaan nuklir di Fukushima yang
dipicu oleh gempa bumi dan tsunami merupakan salah satu yang terburuk yang berdasarkan
skala radiologi IAEA telah mencapai level radiasi di atas 6. Meski demikian, bencana Cernobyl
tetap tercatat sebagai kecelakaan nuklir terburuk yang pernah terjadi. Chernobyl merupakan
sebuah kota di Ukraina utara, tepatnya di Oblast iev dekat dengan perbatasan Belarusia.
Bencana nuklir yang terjadi pada 26 April 86 ini digolongkan dalam level 7 pada skala
kejadian nuklir internasional. Sebanyak 0 ton uranium yang sangat radioaktiI dimuntahkan ke
ketinggian lebih dari kilometer ke atmosIer bumi. Ledakan Chernobyl menyebarkan awan
radioaktiI di atas sebagian besar wilayah Uni Soviet, seluruh Eropa, dan menjangkau Greenland
dan sebagian Asia.

Gambar . Skala ecelakaan Nuklir Internasional

ecelakaan Chernobyl menewaskan lebih dari 30 orang dengan seketika, dan radiasi tinggi
yang mencapai radius 20 mil menyebabkan 35.000 orang diungsikan. Sejak 86, laju kanker
tiroid di daerah terkontaminasi meningkat sepuluh kali lipat. Secara khusus, peningkatan kanker
tiroid yang signiIikan terjadi pada kasus pasien berumur 5 tahun atau lebih muda (Qillbe 2008).
Annya Pesenko merupakan salah satu contoh kasus seorang anak yang mengalami eIek
kotaminasi radioaktiI Cernobyl sejak dalam kandungan. Vyacheslav, ayah Annya berasal dari
desa yang sangat terkontaminasi saat meltdown Chernobyl. Annya belum lahir saat kecelakaan
Chernobyl itu terjadi. EIek kontaminasi radioaktiI mulai dirasakannya sejak usia empat tahun,
Annya Pesenko seringkali pingsan dan jatuh saat mencoba untuk duduk atau makan di meja.
Dokter menyatakan Annya mengidap tumor di otak, namun meski tumornya telah diangkat,
kesehatan Annya tidak pernah pulih. Tumor itu kembali tumbuh saat Annya berumur sembilan
tahun. Hingga saat ini, Annya hanya dapat berbaring menghabiskan sisa umurnya dan setiap tiap
lima belas menit tubuh Annya harus dibantu dibalikkan untuk menghindari lecet di punggungnya
( Dikutip dari Antoinette de Jong dalam Greenpeace 200, Sumber Ioto: Robert noth).

Gambar 2. Annya Pesenko, korban kontaminasi Cernobyl






BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1.Efek Kontaminasi Zat Radioaktif terhadap Lingkungan
Pada kasus kecelakaan nuklir, zat radioaktiI (radionuklida) hasil Iisi akan terbebas ke udara,
salah satunya adalah radioaktiI cesium dan radioaktiI yodium. eberadaan zat radioaktiI di udara
dapat membahayakan organisme yang hidup di dalamnya, karena dapat terserap secara langsung
melalui permukaan kulit dan saluran pernaIasan. emudian zat-zat radioaktiI akan terdeposisi
dan mengkontaminasi daratan dan perairan hingga radius ribuan kilometer dari pusat terjadinya
kecelakaan nuklir tersebut. Zat radioaktiI yang terdeposisi di tanah akan diserap oleh tumbuhan
dan dapat masuk kedalam tubuh hewan dan manusia melalui rantai makanan, sedangkan yang
terlepas ke perairan dapat masuk ke tubuh manusia melalui air minum atau bahan makanan yang
berasal dari perairan, misalnya konsumsi ikan.
ontaminasi radioaktiI ini lebih terlihat dampaknya pada organisme yang tinggal di suatu
lingkungan tercemar radiasi. Pada hewan dan tumbuhan, kontaminasi zat radioaktiI dapat
mengganggu proses metabolisme. Pada manusia, dosis radiasi yang melebihi ambang batas
dalam jangka pendek dapat berakibat eIek akut, seperti kulit menjadi merah, rambut rontok, luka
bakar akibat radiasi, dan serangan sindrom radiasi akut atau acute radiation syndrome (ARS).
Sedangkan EIek Jangka panjangnya yaitu meningkatkan resiko kanker, seperti kanker kulit
akibat luka di lapisan kulit jangat oleh kontaminasi zat radioaktiI sehingga memicu mutasi pada
saat pembelahan sel-sel kulit. Resiko kanker yang terbesar adalah kanker tiroid yang disebabkan
akumulasi zat radioaktiI yodium di dalam kelenjar tyroid. Resiko kanker tiroid beserta paparan
radiasinya lebih tinggi terjadi pada anak-anak dan remaja. Selain itu, radiasi dapat berpengaruh
pada kehamilan janin dan menyebabkan kelahiran cacat, resiko leukemia, kebutaan dan katarak
apabila radiasi ionisasi terjadi pada protein kornea mata (anonim 200).
Dampak kontaminasi zat radioaktiI pada organisme dipengaruhi oleh besarnya energi yang
tertimbun dan jenis radiasinya. Semakin tinggi energi yang diterima dan semakin lama waktu
pemaparannya, maka eIek yang ditimbulkan juga semakin besar dan membahayakan. Begitu
pula jenis radiasi turut mempengaruhi, sehingga jenis radiasi dari partikel yang menghasilkan
rapat ionisasi tinggi (misalnya radiasi sinar alIa) umumnya memiliki daya perusak lebih daripada

jumlah radiasi yang sama dari jenis partikel yang menghasilkan rapat ionisasi rendah (misalnya
sinar gamma) (Tarmizi 200).

Efek Kontaminasi Zat Radioaktif bagi Organisme (Kajian Sitologi)
Berdasarkan kajian sitologi, eIek radiasi dan kontaminasi unsur radioaktiI terhadap
organisme, baik pada tumbuhan hewan maupun manusia pada dasarnya mengakibatkan
kerusakan DNA. Energi dari radiasi yang terserap dapat menyebabkan eksitasi atau ionisasi
molekul di dalam sel atau komponen subseluler, misalnya inti yang banyak mengandung
kromosom. Sedangkan kontaminasi zat radioaktiI juga dapat berinteraksi dengan atom atau
molekul lain dalam sel (terutama air) untuk menghasilkan radikal bebas yang dapat berdiIusi
lebih jauh di dalam sel (Lusiyanti dan Mukh 2007). erusakan DNA yang terjadi dapat berupa
kerusakan utas tunggal DNA (single strand break), kerusakan DNA utas ganda (double strand
breaks), berbagai jenis kerusakan basa dan pautan silang (cross-links), serta kombinasi dari
semua kerusakan tersebut (IAEA, 200). erusakan DNA tersebut ditunjukkan oleh gambar 3.

Gambar 3. erusakan DNA akibat paparan Radiasi dan ontaminasi Zat RadioaktiI

EIek kontaminasi zat radioaktiI dan radiasi pada DNA terbukti berperan dalam
menyebabkan mutasi, inaktivasi sel, aberasi kromosom dan eIek seluler lainnya (Lusiyanti et al.
2008, Thacker dalam Lusiyanti 2007, Natarajan dan esavan 2005). Terutama untuk kasus
aberasi kromosom, penyebab utamanya adalah kerusakan pada utas ganda DNA (double strand
breaks) (Natarajan dan esavan 2005).
Melalui sebuah penelitian mengenai eIek radiasi yang dilakukan selama lebih dari 40 tahun
juga diketahui bahwa paparan radiasi ionik pada sel secara in vivo maupun secara in vitro dapat
memicu terbentuknya sel raksasa (giant cell). Di dalam sel tersebut, volume sel dan DNA, RNA
serta massa protein bertambah hingga 20-200 kali lipat daripada sel normal. Sebagian besar
pengamatan menunjukkan bahwa sel raksasa terbentuk setelah radiasi dosis ,5 Gy atau lebih,
meskipun dapat juga terjadi pada dosis serendah 0,2 Gy (Prieur Carillo et al. 2003).
Aberasi kromosom yang terjadi dapat bersiIat tidak stabil (unstable aberrations) ataupun
aberasi kromosom stabil (stable aberrations). Aberasi kromosom yang bersiIat tidak stabil berupa
pembentukan kromosom dicentric, kromosom ring centric dan acentric (gambar 4). etiga tipe
aberasi kromosom ini hanya terjadi pada individu yang mengalami radiasi dan tidak diwariskan
kepada keturunannya. SiIat aberasi kromosom yang tidak stabil tersebut tidak dapat bertahan
lama di dalam sel, selanjutnya sel akan mengalami kematian saat Iase pembelahan (IAEA, 200)
Nur et al. 2005 menduga bahwa kematian sel terjadi karena terganggunya proses replikasi DNA.


Gambar 4. a. tipe kromosom dicentric, b. ring centric kromosom dan c. acentric kromosom

Frekuensi aberasi kromosom disentrik dapat meningkat sesuai dengan bertambahnya dosis
paparan radiasi yang diterima. Pada dosis radiasi Gy Irekuensi disentrik/sel metaIase pada sel
limIosit periIer yang diinduksi radiasi gamma Co-60 meningkat dari 0,007 pada dosis radiasi
Gy menjadi 0,08 pada dosis 4 Gy (tabel ) (Lusiyanti et al. 2008).
Tabel . Data aberasi kromosom disentrik pada sel limIosit yang diiradiasi
dengan sinar gamma Co-60 pada laju dosis 00 cGy/menit
Dosis (Gy) Jumlah sel romosom
Disentrik
romosom Disentrik/sel
0 800 0 0
3465 60 0,073 0,002
2 500 3 0,0206 0.003
3 46 6 0,046 0,005
4 0 2 0, 0843 0,008

Aberasi kromosom stabil yang dapat terjadi yaitu, translokasi kromosom, insersi dan delesi.
Tipe aberasi kromosom stabil ini dapat diturunkan pada keturunannya. Namun pemanIaatan
aberasi kromosom stabil sebagai biodesimeter radiasi cukup sulit dikarenakan peluang terjadinya
translokasi secara spontan atau alamiah pada manusia dewasa sehat lebih besar yaitu sekitar 5-0
translokasi/000 sel dibandingkan dengan aberasi disentrik yang hanya -2 disentrik/000 sel
(Lusiyanti dan Mukh 2007).

3.2.Kemungkinan Usaha-usaha Dekontaminasi Nuklir
Dekontaminasi merupakan usaha menghilangkan atau mengurangi dosis kontaminasi yang
terjadi akibat paparan radiasi. Usaha-usaha dekontaminasi nuklir yang dapat dilakukan terbagi
menjadi dua cara, yaitu dekontaminasi paparan radiasi eksternal dan dekontaminasi paparan
radiasi internal.
a. Dekontaminasi paparan radiasi eksternal
Radiasi eksternal berupa debu radioaktiI yang menempel pada pakaian, kulit atau pelindung
tubuh bagian luar lainnya dapat segera dihilangkan dengan prosedur dekontaminasi
sederhana. Berikut prosedur dekontaminasi paparan radiasi eksterna yang diadaptasi dari
arahan Pusat Teknologi eselamatan dan Metrologi Radiasi (PTMR) BATAN tahun 2008:

. Prosedur dekontaminasi eksternal perlu dilakukan di sebuah ruangan yang pada


prinsipnya mencegah kontaminasi kembali oleh radiasi dari lingkungan luar dan tidak
mengakibatkan lingkungan luar terkontaminasi oleh bahan kontaminan yang telah ada.
2. Dekontaminasi zat radioaktiI yang menempel pada pakaian dan pelindung tubuh bagian
luar dilakukan dengan melepaskan seluruh pakaian yang terpapar kontaminan dan
membungkus pakaian tersebut dalam wadah plastik tertutup.
3. Dekontaminasi paparan yang terjadi pada permukaan kulit dilakukan dengan mencuci
bagian kulit yang terkena paparan dengan air bersih dan sabun atau memandikan seluruh
badan untuk membuang kontaminan.
4. Jika terdapat kontaminasi pada rambut, prosedur dekontaminasi dilakukan dengan
mencuci rambut menggunakan shampoo tanpa conditioner dan tidak melakukan
pencukuran rambut.
5. Usaha dekontaminasi untuk bagian rongga tubuh seperti telinga, mata, hidung, mulut atau
pada bagian luka yang terbuka (jika terjadi pendarahan, jangan dihentikan) dilakukan
dengan mencuci bagian tersebut menggunakan air steril atau NaCl 0,.
6. Jika diperlukan, dekontaminasi pada mulut dilakukan dengan menggosok gigi
menggunakan pasta gigi dan kumur dengan air steril/ NaCl 0,/ larutan Hydrogen
Peroksida 3.
7. Setiap selesai melakukan tindakan dekontaminasi, ruang dekontaminasi harus dibersihkan
kembali untuk menghindari terjadinya pemaparan zat radioaktiI ke material lainnya.
(Sumber : PTMR-BATAN, 2008. Panduan prosedur dekontaminasi eksterna terlampir).

Dekontaminasi juga dapat dilakukan terhadap makanan atau bahan pertanian yang terpapar
radiasi. Meskipun pada prinsipnya, makanan dan minuman atau bahan pertanian yang telah
terpapar radiasi sangat dianjurkan untuk tidak dikonsumsi, namun upaya dekontaminasi
masih mungkin dilakukan apabila makanan tersebut dalam kondisi tertutup pada saat
terpapar radiasi. Upaya dekontaminasi yang dapat dilakukan adalah mencuci bagian luar
kemasan makanan dengan air bersih dengan menghindari air tersebut meresap ke dalam
makanan. Setelah itu membuka atau membuang kemasan makanan yang telah
terkontaminasi dan meletakkan makanan ke dalam wadah yang bersih.

b. Dekontaminasi paparan radiasi internal


EIek zat-zat radioaktiI yang terdeposisi di dalam tubuh baik hewan maupun manusia
bergantung dari dosis dan lamanya paparan. Prinsip dekontaminasi zat radioaktiI pada
bagian dalam tubuh adalah dengan blocking dan embeding zat radioaktiI sebelum diserap
tubuh untuk selanjutnya diekskresikan dari tubuh (Rahardjo et al. 200). Upaya
dekontaminasi internal yang dapat dilakukan hanyalah mencegah dan mengurangi eIek
kontaminasi agar tidak semakin reaktiI, misalnya dengan meminum pil I (alium Iodida)
untuk mencegah dampak lanjut dari radioaktiI yodium yang terdeposisi pada kelenjar tyroid
dan menurunkan resiko kanker tiroid.
Zat-zat kimia lainnya yang dapat digunakan dalam prosedur dekontaminasi interna, antara
lain EDTA, Ca DTPA, Zn DTPA, prussian blue, LI-HOPO, NH
4
Fe|Fe(CN)
6
| dan
Fe|Fe(CN)
6
|, tergantung pada jenis bahan kontaminasi radionuklida dan lokasinya dalam
tubuh (Rahardjo et al. 200). Rekomendasi penggunaan zat kimia tertentu sebagai
dekontaminan perlu diuji tingkat toksisitas zat tersebut, serta perlu diketahui eIektiIitas dan
eIisiensi eliminasi kontaminan pada konsentrasi yang tidak bersiIat toksik. Prosedur
dekontaminasi interna ini perlu dilakukan di bawah pengawasan ahli/tim medis.

3.3.Usaha Mengurangi Bahaya Radiasi Nuklir terhadap Manusia
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahaya radiasi nuklir terhadap manusia,
ketika terjadi kecelakaan nuklir adalah dengan menerapkan prinsip 'evakuasi - isolasi -
dekontaminasi - uji dosimetri.
. Evakuasi
Langkah awal yang terpenting dan tercepat sebagai upaya mengurangi bahaya nuklir
terhadap manusia adalah dengan perlindungan untuk mencegah terkena radiasi. Orang yang
berjarak paling dekat dari sumber radiasi memiliki resiko terbesar terkena radiasi. Semakin
jauh jarak seseorang dari sumber radiasi, semakin rendah resiko yang terjadi. Inilah
sebabnya, ketika insiden nuklir terjadi, tindakan yang direkomendasikan termasuk evakuasi
dan melindungi orang-orang yang tinggal di dekat lokasi kejadian.
2. Isolasi
Upaya yang kedua untuk mengurangi bahaya radiasi nuklir adalah dengan mengisolasi. Hal
ini bertujuan untuk membatasi kontak dengan sumber radiasi dan kontaminan. Mengisolasi

tempat yang mengalami kontaminasi berat dan mengurangi aktivitas Iisik di luar ruangan
sehingga resiko terkena paparan radiasi dari debu dan udara juga berkurang. Melarang
konsumsi sayuran dan susu yang dihasilkan di sekitar daerah pusat kecelakaan nuklir, atau
produk lainnya yang berasal dari daderah yang terkontaminasi tersebut.
3. Dekontaminasi
Sebagaimana telah disebut sebelumnya, bahwa dekontaminasi adalah upaya menghilangkan
atau mengurangi kontaminan yang terdeposisi pada suatu materi yang mengalami radiasi.
Oleh karena itu, melakukan prosedur dekontaminasi sesegera mungkin adalah usaha yang
dapat dilakukan untuk mengurangi bahaya radiasi nuklir terhadap manusia.
4. Uji dosimetri
Melakukan pengujian/pemeriksaan dosis paparan radiasi sangat penting untuk mengetahui
seberapa besar dosis radiasi yang diterima tubuh dan mengetahui secara dini eIek yang akan
ditimbulkan oleh radiasi pada tubuh. Saat ini, pemeriksaan dosis paparan tidak hanya dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Iisika. Uji dosimetri dengan memanIaatkan
komponen biologis (biodosimetri assay) telah banyak dikembangkan dan akan mendukung
hasil pemeriksaan secara Iisika dengan melihat langsung perubahan yang berlangsung di
dalam tubuh.













BAB IV
KESIMPULAN

Teknologi nuklir merupakan teknologi yang berpotensi dikembangkan untuk pemanIaatan di
berbagai bidang kehidupan. Tetapi apabila terjadi lepasan radionuklida ke lingkungan, maka
dampaknya dapat memapari daerah yang luas dan menimbulkan eIek radiologi jangka panjang.
Oleh karena itu, diperlukan perhatian lebih untuk menghindari bencana tersebut. Penelitian untuk
mengetahui dampak radiologi perlu ditingkatkan dan berbagai upaya pemulihan lingkungan
harus dilakukan.
Beberapa kasus kecelakaan nuklir yang pernah terjadi, seperti di Jepang dan Uni Sovyet
dapat menjadi suatu pembelajaran, agar pengelolaan dan pemanIaatan teknologi nuklir
selanjutnya perlu dilakukan dengan tepat dan lebih memperhatikan keamanan dan keselamatan
lingkungan.

















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 200. Radiasi Nuklir. http://www.wikipedia.org/ diakses tanggal 4 Oktober 20.

-------. -------. Radionuklida di alam. Ensiklopedia BATAN.

--------. 200. A Manual: Cytogenetic Analysis Ior Radiation Dose Assessment. International
Atomic Energy Agency, Vienna.

--------. 2008. Panduan prosedur dekontaminasi eksterna. PTMR-BATAN.

Greenpeace. 200. Pengalihan waktu yang berbahaya.

Habib, Achsabul. 20. Dampak radiasi nuklir terhadap kesehatan pasca gempa dan tsunami.
Ringkasan BrieIing WHO. Jenewa

Lusiyanti, Yanti. Mukh SyaiIudin. 2007. Penerapan EIek Interaksi Radiasi dengan Sistem
Biologi sebagai Dosimeter Biologi. Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir
Yogyakarta, 2-22 november 2007.

Lusiyanti, Yanti. Zubaidah. Iwiq indrawati. 2008. Hubungan dosis respon aberasi kromosom
yang diinduksi radiasi gamma Co-60. Pusat Teknologi eselamatan dan Metrologi
Radiasi, BATAN.

Natarajan dan A.T. esavan. 2005. Cytogenetics Ior dosimetry in cases oI radiation accidents
and assessing the saIety oI irradiated Iood material. urrent science, 8(2).

Nur, Muhammad. M.G.I. Rukmi. omariyah. 2005. New method Ior bacterial decontamination
by using atmospheric non thermal plasma. Berkala Fisika, 8(3): -8.

PRIEUR-CARILLO, G. CHU, . LINDQVIST, J. DEWEY, W.C. 2003. Computerized Video
Time-Lapse (CVTL) Analysis OI The Fate OI Giant Cells Produced By x-Irradiating EJ30
Human Bladder Carcinoma Cells. Radiation Research, 5:705-72.

Qillbe. 2008. 0 Tragedi ecelakaan Nuklir Dunia.http://qillknows.wordpress.com/20/04
//0-tragedi-kecelakaan-nuklir/ diakses tanggal 04 Oktober 20.

Rahardjo, T. Nurhayati, S. Tetriana, D. 200. Pengembangan Prosedur Baku Dekontaminasi
Interna Radionuklida. Prosiding Seminar Nasional eselamatan, esehatan dan
Lingkungan VI, Depok.

Tarmizi. 200. Bahaya Radiasi Nuklir dan Sinar Rontgent. http://www.tarmizi.blogspot.com
diakses tanggal 04 Oktober 20.

Thacker, J. 2. Radiation-induced mutation in mammalian cells at low doses and dose rates,
advances in radiation biology dalam Lusiyanti, Yanti. 2007. Disentrik sebagai dosimeter
biologi yang handal. Buletin Alara, 8(3):37 44.

Anda mungkin juga menyukai

  • Lap. Ekotum Suksesi
    Lap. Ekotum Suksesi
    Dokumen11 halaman
    Lap. Ekotum Suksesi
    Iinayu Rahayu Yeni
    Belum ada peringkat
  • Tapak Dara Obat Alami untuk Kanker
    Tapak Dara Obat Alami untuk Kanker
    Dokumen2 halaman
    Tapak Dara Obat Alami untuk Kanker
    Iinayu Rahayu Yeni
    Belum ada peringkat
  • Poaceae
    Poaceae
    Dokumen19 halaman
    Poaceae
    Iinayu Rahayu Yeni
    Belum ada peringkat
  • Cyperaceae
    Cyperaceae
    Dokumen9 halaman
    Cyperaceae
    Iinayu Rahayu Yeni
    Belum ada peringkat
  • Citrus Spp.
    Citrus Spp.
    Dokumen17 halaman
    Citrus Spp.
    Iinayu Rahayu Yeni
    Belum ada peringkat
  • ARACEAE
    ARACEAE
    Dokumen11 halaman
    ARACEAE
    Iinayu Rahayu Yeni
    Belum ada peringkat
  • ARECACEAE
    ARECACEAE
    Dokumen6 halaman
    ARECACEAE
    Iinayu Rahayu Yeni
    Belum ada peringkat
  • Citrus Spp.
    Citrus Spp.
    Dokumen17 halaman
    Citrus Spp.
    Iinayu Rahayu Yeni
    Belum ada peringkat