Anda di halaman 1dari 9

Dleh SrI 8udhI UtamI (20 JunI 2009)

ahasa IndonesIa adalah bahasa resmI FepublIk ndonesIa


sebagaImana dIsebutkan dalam UndangUndang 0asar F 1945, Pasal J6. a juga merupakan bahasa
persatuan bangsa ndonesIa sebagaImana dIsIratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Dktober 1928. |eskI
demIkIan, hanya sebagIan kecIl darI penduduk ndonesIa yang benarbenar menggunakannya sebagaI
bahasa Ibu, karena dalam percakapan seharIharI yang tIdak resmI masyarakat ndonesIa lebIh suka
menggunakan bahasa daerahnya masIngmasIng sebagaI bahasa Ibu, sepertI bahasa |elayu pasar,
bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan laIn sebagaInya. Untuk sebagIan besar masyarakat ndonesIa
laInnya, bahasa ndonesIa adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmI bahasa ndonesIa adalah bahasa
pertama. 8ahasa ndonesIa merupakan sebuah dIalek bahasa |elayu yang menjadI bahasa resmI
FepublIk ndonesIa.
8ahasa ndonesIa dIresmIkan pada kemerdekaan ndonesIa tahun 1945. 8ahasa ndonesIa merupakan
bahasa dInamIs yang hIngga sekarang terus menghasIlkan katakata baru, baIk melaluI pencIptaan,
maupun penyerapan darI bahasa daerah dan asIng. 8ahasa ndonesIa adalah dIalek baku darI bahasa
|elayu yang pokoknya darI bahasa |elayu FIau sebagaImana dIungkapkan oleh KI Hajar 0ewantara
dalam Kongres 8ahasa ndonesIa tahun 19J9 dI Solo, Jawa Tengah, "1cny dncmckcn '8chcsc
lndonesc' ]ctoe bchcsc Melc]oe ]cny soenyyoehpoen pokokn]c bercscl dcr 'Melc]oe Rcoe', ckcn
tetcp ]cny soedch dtcmbch, doebch ctcoe dkoercny menoeroet keperloecn zcmcn dcn clcm
bchcroe, hnyyc bchcsc toe lcloe moedch dpckc oleh rck]ct d seloeroeh lndonesc; pembchcroecn
bchcsc Melc]oe hnyyc men]cd bchcsc lndonesc toe hcroes dlckoekcn oleh kcoem chl ]cny
berclcm bchcroe, clch clcm kebcnysccn lndonesc." atau sebagaImana dIungkapkan dalam Kongres
8ahasa ndonesIa 1954 dI |edan, Sumatra Utara, ".bchwc cscl bchcsc lndonesc clch bchcsc
Melc]u. 0cscr bchcsc lndonesc clch bchcsc Melc]u ]cny dsesuckcn denycn pertumbuhcnn]c dclcm
mcs]crckct lndonesc."
Secara sejarah, bahasa ndonesIa merupakan salah satu dIalek temporal darI bahasa |elayu yang
struktur maupun khazanahnya sebagIan besar masIh sama atau mIrIp dengan dIalekdIalek temporal
terdahulu sepertI bahasa |elayu KlasIk dan bahasa |elayu Kuno. Secara sosIologIs, bolehlah kIta
katakan bahwa bahasa ndonesIa baru dIanggap "lahIr" atau dIterIma keberadaannya pada tanggal 28
Dktober 1928. Secara yurIdIs, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa ndonesIa secara resmI dIakuI
keberadaannya.
FonologI dan tata bahasa darI bahasa ndonesIa cukuplah mudah. 0asardasar yang pentIng untuk
komunIkasI dasar dapat dIpelajarI hanya dalam kurun waktu beberapa mInggu. 8ahasa ndonesIa
merupakan bahasa yang dIgunakan sebagaI penghantar pendIdIkan dI perguruanperguruan dI
ndonesIa.
Sejarah
8ahasa ndonesIa berasal darI bahasa |elayu, sebuah bahasa AustronesIa yang dIgunakan
sebagaI lnyuc ]rcncc(bahasa pergaulan) dI Nusantara kemungkInan sejak abadabad awal
penanggalan modern. 8entuk bahasa seharIharI InI serIng dInamaI dengan IstIlah Melcyu Pcscr. JenIs
InI sangat lentur, sebab sangat mudah dImengertI dan ekspresIf, dengan toleransI kesalahan sangat
besar dan mudah menyerap IstIlahIstIlah laIn darI berbagaI bahasa yang dIgunakan para
penggunanya.
8entuk yang lebIh resmI, dIsebut Melcyu Tnyy yang pada masa lalu dIgunakan oleh kalangan
keluarga kerajaan dI sekItar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung |alaya. 8entuk bahasa InI lebIh sulIt
karena penggunaannya sangat halus, penuh sIndIran, dan tIdak seekspresIf 8ahasa |elayu Pasar.
PemerIntah kolonIal 8elanda melIhat kelenturan |elayu Pasar dapat mengancam keberadaan bahasa
dan budaya. 8elanda berusaha meredamnya dengan mempromosIkan bahasa |elayu TInggI,
dIantaranya dengan penerbItan karya sastra dalam 8ahasa |elayu TInggI oleh 8alaI Pustaka. TetapI
8ahasa |elayu Pasar sudah dIgunakan oleh banyak pedagang dalam berkomunIkasI.
|elayu Kuno
Penyebutan pertama IstIlah "8ahasa |elayu" sudah dIlakukan pada masa sekItar 68J686 |, yaItu
angka tahun yang tercantum pada beberapa prasastI berbahasa |elayu Kuno darI Palembang dan
8angka. PrasastIprasastI InI dItulIs dengan aksara Pallawa atas perIntah raja SrIwIjaya, kerajaan
marItIm yang berjaya pada abad ke7 sampaI ke12. Wangsa SyaIlendra juga menInggalkan beberapa
prasastI |elayu Kuno dI Jawa Tengah. KepIng Tembaga Laguna yang dItemukan dI dekat |anIla juga
menunjukkan keterkaItan wIlayah Itu dengan SrIwIjaya.
8erbagaI batu bertulIs (prasastI) yang dItemukan Itu sepertI:

1. PrasastI Kedukan 8ukIt dI Palembang, tahun 68J.
2. PrasastI Talang Tuo dI Palembang, tahun 684.
J. PrasastI Kota Kapur dI 8angka 8arat, tahun 686.
4. PrasastI Karang 8rahI antara JambI dan SungaI |usI, tahun 688.
Yang kesemuanya beraksara Pallawa dan bahasanya bahasa |elayu Kuno memberI petunjuk bahwa bahasa |elayu dalam bentuk
bahasa |elayu Kuno sudah dIpakaI sebagaI alat komunIkasI pada zaman SrIwIjaya.
PrasastIprasastI laIn yang bertulIs dalam bahasa |elayu Kuno juga terdapat dI:
1. Jawa Tengah: PrasastI CandasulI, tahun 8J2, dan PrasastI |anjucrIgrha.
2. 8ogor: PrasastI 8ogor, tahun 942.
Kedua prasastI dI pulau Jawa Itu memperkuat pula dugaan bahwa bahasa |elayu Kuno pada saat Itu bukan saja dIpakaI dI
Sumatra, melaInkan juga dIpakaI dI Jawa.
PenelItIan lInguIstIk terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa palIng sedIkIt terdapat dua dIalek bahasa |elayu Kuno yang
dIgunakan pada masa yang berdekatan.
|elayu KlasIk
Karena terputusnya buktIbuktI tertulIs pada abad ke9 hIngga abad ke1J, ahlI bahasa tIdak dapat menyImpulkan apakah bahasa
|elayu KlasIk merupakan kelanjutan darI |elayu Kuno. Catatan berbahasa |elayu KlasIk pertama berasal darI PrasastI
Terengganu berangka tahun 1J0J.
SeIrIng dengan berkembangnya agama slam yang dImulaI darI Aceh pada abad ke14, bahasa |elayu klasIk lebIh berkembang dan
mendomInasI sampaI pada tahap dI mana ekspresI "|asuk |elayu" berartI masuk agama slam.
8ahasa ndonesIa
8ahasa |elayu dI ndonesIa kemudIan dIgunakan sebagaI lnyuc ]rcncc, namun pada waktu Itu belum banyak yang
menggunakannya sebagaI bahasa Ibu. 8ahasa Ibu masIh menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapaI J60 bahasa.
Pada pertengahan 1800an, Alfred Fussel Wallace menulIskan dI bukunya Mclcy Archpelcyo bahwa, "PenghunI |alaka telah
memIlIkI suatu bahasa tersendIrI yang bersumber darI cara berbIcara yang palIng elegan darI negaranegara laIn, sehIngga bahasa
orang |elayu adalah yang palIng Indah, tepat, dan dIpujI dI seluruh dunIa TImur. 8ahasa mereka adalah bahasa yang dIgunakan dI
seluruh HIndIa 8elanda."
Jan Huyghen van LInschoten dI dalam bukunya ltnercro menulIskan bahwa, "|alaka adalah tempat berkumpulnya nelayan darI
berbagaI negara. |ereka lalu membuat sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendIrI, dengan mengambIl katakata
yang terbaIk darI segala bahasa dI sekItar mereka. Kota |alaka, karena posIsInya yang menguntungkan, menjadI bandar yang
utama dI kawasan Tenggara AsIa, bahasanya yang dIsebut dengan |elayu menjadI bahasa yang palIng sopan dan palIng pas dI
antara bahasabahasa dI TImur Jauh."
8ahasa ndonesIa modern dapat dIlacak sejarahnya darI lIteratur |elayu Kuno. Pada awal abad ke20, bahasa |elayu pecah
menjadI dua. 0I tahun 1901, ndonesIa dI bawah 8elanda mengadopsI ejaan 7an DphuIjsen, sedangkan pada tahun 1904 |alaysIa
dI bawah nggrIs mengadopsI ejaan WIlkInson.
8ahasa ndonesIa secara resmI dIakuI sebagaI bahasa nasIonal pada saat Sumpah Pemuda 28 Dktober 1928. Penggunaan bahasa
|elayu sebagaI bahasa nasIonal atas usulan |uhammad YamIn, seorang polItIkus, sastrawan, dan ahlI sejarah. 0alam pIdatonya
pada Kongres NasIonal kedua dI Jakarta, YamIn mengatakan bahwa, "1kc menyccu pcdc mcsc depcn bchcscbchcsc ycny cdc d
lndonesc dcn kesuscstrccnnyc, hcnyc cdc duc bchcsc ycny bsc dhcrcpkcn men]cd bchcsc persctucn yctu bchcsc 1cwc dcn
Melcyu. Tcp dcr duc bchcsc tu, bchcsc Melcyulch ycny lcmbct lcun ckcn men]cd bchcsc peryculcn ctcu bchcsc persctucn."
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan ndonesIa banyak dIpengaruhI oleh sastrawan |Inangkabau, sepertI: |arah
FuslI, Abdul |uIs, Nur Sutan skandar, Sutan TakdIr AlIsyahbana, Hamka, Foestam EffendI, drus, dan ChaIrIl Anwar. Sastrawan
tersebut banyak mengIsI dan menambah perbendaharaan kata, sIntaksIs, maupun morfologI bahasa ndonesIa.
hyperlink: Peristiwa-peristiwa Penting yang Berkaitan dengan Perkembangan Bahasa Indonesia
KategorI: KutIpan nternet
TopIk: ndonesIa TercInta
Bahasa !ndonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1328. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul
dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah !ndonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa
!ndonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa !ndonesia. !krar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa !ndonesia merupakan bahasa persatuan
bangsa !ndonesia. Pada tahun 1328 itulah bahasa !ndonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa !ndonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 134S karena pada saat itu Undang
Undang Dasar 134S disahkan sebagai UndangUndang Dasar Negara Republik !ndonesia. Dalam UndangUndang Dasar 134S
disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa !ndonesia (Bab Xv, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa !ndonesia !! tahun 13S4 di Nedan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa !ndonesia berasal dari
bahasa Nelayu. Bahasa !ndonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Nelayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan
sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia
Tenggara.
Bahasa Nelayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya
prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 N (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 N (Palembang), Kota Kapur
berangka tahun 686 N (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 N (]ambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari
berbahasa Nelayu Kuna. Bahasa Nelayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di ]awa Tengah (Candasuli)
juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 N dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 342 N yang juga menggunakan
bahasa Nelayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Nelayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa
Nelayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa
antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
!nformasi dari seorang ahli sejarah Cina, !Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di
Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koenlouen (!Tsing:63,1S3), Kouluen (!Tsing:183), K'ouenlouen (Ferrand, 1313), Kw'enlun
(Alisjahbana, 1371:1083). Kun'lun (Parnikel, 1377:31), K'unlun (Prentice, 1078:13), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang
dimaksud Koenluen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Nelayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Nelayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan !slam, baik yang berupa batu
bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Ninye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 N, maupun hasil susastra (abad ke16 dan ke
17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat RajaRaja Pasai, Sejarah Nelayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Nelayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama !slam di wilayah Nusantara. Bahasa
Nelayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang,
antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Nelayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Nelayu dipakai di manamana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa
Nelayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Nelayu
menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasabahasa Eropa.
Bahasa Nelayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Nelayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan
bangsa !ndonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Nelayu. Para pemuda
!ndonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Nelayu menjadi bahasa !ndonesia,
yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa !ndonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1328).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa !ndonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan,
persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa !ndonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik !ndonesia, 17 Agustus 134S, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa !ndonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa !ndonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat !ndonesia, baik di tingkat
pusat maupun daerah. (from: berbagai sumber)
SE]ARAH PERKENBANCAN BAHASA !NDONES!A
A.PERKENBANCAN BAHASA !NDONES!A SEBELUN NERDEKA
Pada dasarnya bahasa !ndonesia berasal dari bahasa Nelayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Nelayu dipakai sebagai bahasa
perhubung antar suku di nusantara dan sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam nusantara
dan dari luar nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Nelayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan - peninggalan, misalnya :
.Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Ninye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 N.
.Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683.
.Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684.
.Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.
.Prasasti Karang Brahi Bangko, Nerangi, ]ambi, pada tahun 688.
Bahasa Nelayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama !slam di wilayah nusantara, serta makin
berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Nelayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara
sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Nelayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa
persatuan bangsa !ndonesia, oleh karena itu para pemuda !ndonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara
sadar mengangkat bahasa Nelayu menjadi bahasa!ndonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa !ndonesia (Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1328)
B.PERKENBANCAN BAHASA !NDONES!A SESUDAH NERDEKA
Bahasa !ndonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1328. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok nusantara berkumpul
dalam rapat, para pemuda berikrar:
1.Kami putra dan putri !ndonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air !ndonesia.
2.Kami putra dan putri !ndonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa !ndonesia.
3.Kami putra dan putri !ndonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa !ndonesia.
!krar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda".
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda" merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa !ndonesiamerupakan bahasa persatuan
bangsa !ndonesia. Pada tahun 1328 bahasa !ndonesia dikokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa !ndonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 134S, karena pada saat itu Undang
- Undang Dasar 134S disahkan sebagai Undang - Undang Dasar Negara Republik !ndonesia. Di dalam UUD 134S disebutkan bahwa
Bahasa Negara Adalah Bahasa !ndonesia" (Bab Xv, Pasal 36)
Prolamasi kemerdekaan Republik !ndonesia pada 17 Agustus 134S, telah mengkukuhkan kedudukan dan fungsi
bahasa !ndonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa !ndonesia dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat !ndonesia.
C.PERANAN BAHASA !NDONES!A
Peranan bahasa bagi bangsa !ndonesia adalah bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir dan bernalar, seperti yang telah
dikemukakan bahwa manusia berpikir tidak hanya dengan otak. Dengan bahasa ini pula manusia menyampaikan hasil pemikiran
dan penalaran, sikap, serta perasannya. Bahasa juga berperan sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan.
Nelalui bahasa nilai - nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Di dalam suatu masyarakat, bahasa mempunyai suatu peranan yang penting dalam mempersatukan anggotanya. Sekelompok
manusia yang menggunakan bahasa yang sama akan merasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya.

Buhusu Indoneslu uduluh vurlun buhusu Meluyu, sebuuh buhusu Austroneslu yung dlgunukun sebugul llnguu
fruncu dl Nusunturu kemungklnun se|uk ubud-ubud uwul penunggulun modern.
Keru|uun Srlwl|uyu (durl ubud ke-7 Musehl) memukul buhusu Meluyu (sebugul buhusu Meluyu Kunu) sebugul buhusu keneguruun. Hul lnl
dlketuhul durl emput prusustl beruslu berdekutun yung dltemukun dl Sumuteru buglun selutun penlnggulun keru|uun ltu. Pudu suut ltu
buhusu Meluyu yung dlgunukun bertuburun kutu-kutu pln|umun durl buhusu Sunskertu. Sebugul penguusu perdugungun dl kepuluuun lnl
(Nusunturu), puru pedugungnyu membuut orung-orung yung bernlugu terpuksu menggunukun buhusu Meluyu, wuluupun securu kurung
sempurnu. Hul lnl meluhlrkun berbugul vurlun lokul dun temporul, yung securu umum dlnumukun buhusu Meluyu Pusur oleh puru penelltl.
Penemuun prusustl berbuhusu Meluyu Kunu dl Juwu Tenguh (berungku tuhun ubud ke-9) dun dl dekut Bogor (Prusustl Bogor) durl ubud
ke-10 menun|ukkun udunyu penyeburun penggunuun buhusu lnl dl Puluu Juwu. Keplng Tembugu Lugunu yung dltemukun dl
dekut Munllu, Puluu Luzon, berungku tuhun 900 Musehl |ugu menun|ukkun keterkultun wlluyuh ltu dengun Srlwl|uyu.
Ku|lun llngulstlk terhudup se|umluh teks menun|ukkun buhwu pullng sedlklt terduput duu dlulekbuhusu Meluyu Kunu yung dlgunukun pudu
musu yung berdekutun. Suyung sekull, buhusu Meluyu Kunu tlduk menlnggulkun cututun dulum bentuk kesususteruun mesklpun luporun-
luporun durlTlongkok menyutukun buhwu Srlwl|uyu memlllkl perguruun ugumu Buddhu yung bermutu.
Pudu ubud ke-15 berkembung bentuk yung dlunggup sebugul bentuk resml buhusu Meluyu kurenu dlpukul oleh Kesultunun Muluku, yung
keluk dlsebut sebugul buhusu Meluyu Tlnggl. Penggunuunnyu terbutus dl kulungun keluurgu keru|uun dl sekltur Sumuteru, Juwu,
dun Semenun|ung Muluyu. Bentuk buhusu lnl leblh hulus, penuh slndlrun, dun tlduk seekspreslf Buhusu Meluyu Pusur.
Pudu ukhlr ubud ke-19 pemerlntuh kolonlul Hlndlu-Belundu mellhut buhwu buhusu Meluyu (Tlnggl) duput dlpukul untuk membuntu
udmlnlstrusl bugl kulungun peguwul prlbuml. Promosl buhusu Meluyu dllukukun dl sekoluh-sekoluh dun dldukung dengun penerbltun kuryu
sustru dulum buhusu Meluyu. Pudu perlode lnl mulul terbentukluh buhusu Indoneslu" yung securu perluhun terplsuh durl bentuk semulu
buhusu Meluyu Rluu-Johor.
Buhusu Meluyu dl Indoneslu kemudlun dlgunukun sebugul llnguu fruncu (buhusu perguulun), numun pudu wuktu ltu belum bunyuk yung
menggunukunnyu sebugul buhusu lbu. Buhusu lbu muslh menggunukun buhusu dueruh yung |umluhnyu mencupul 360 buhusu.
Pudu pertenguhun 1800-un, Alfred Russel Wulluce menullskun dl bukunyu Muluy Archlpelugobuhwu penghunl Muluku teluh memlllkl
suutu buhusu tersendlrl yung bersumber durl curu berblcuru yung pullng elegun durl neguru-neguru luln, sehlnggu buhusu orung Meluyu
uduluh yung pullng lnduh, teput, dun dlpu|l dl seluruh dunlu Tlmur. Buhusu mereku uduluh buhusu yung dlgunukun dl seluruh Hlndlu
Belundu."
Jun Huyghen vun Llnschoten dl dulum bukunyu Itlnerurlo menullskun buhwu Muluku uduluh temput berkumpulnyu neluyun durl berbugul
neguru. Mereku lulu membuut sebuuh kotu dun mengembungkun buhusu mereku sendlrl, dengun mengumbll kutu-kutu yung terbulk durl
segulu buhusu dl sekltur mereku. Kotu Muluku, kurenu poslslnyu yung menguntungkun, men|udl bundur yung utumu dl kuwusun tengguru
Aslu, buhusunyu yung dlsebut dengun Meluyu men|udl buhusu yung pullng sopun dun pullng pus dl unturu buhusu-buhusu dl Tlmur Juuh."
Pudu uwul ubud ke-20, buhusu Meluyu pecuh men|udl duu. Dl tuhun 1901, Indoneslu dl buwuhBelundu mengudopsl e|uun Vun
Ophul|sen sedungkun pudu tuhun 1904 Muluyslu dl buwuh Inggrlsmengudopsl e|uun Wllklnson.
Buhusu Indoneslu securu resml dlukul sebugul buhusu nuslonul pudu suut Sumpuh Pemudu tunggul28 Oktober 1928. Penggunuun buhusu
Meluyu sebugul buhusu nuslonul utus usulun Muhummud Yumln, seorung polltlkus, sustruwun, dun uhll se|uruh. Dulum pldutonyu pudu
Kongres Nuslonul keduu dl Jukurtu, Yumln mengutukun buhwu : Jlku mengucu pudu musu depun buhusu-buhusu yung udu dl Indoneslu
dun kesusustruunnyu, hunyu udu duu buhusu yung blsu dlhurupkun men|udl buhusu persutuun yultu buhusu Juwu dun Meluyu. Tupl durl
duu buhusu ltu, buhusu Meluyuluh yung lumbut luun ukun men|udl buhusu perguulun utuu buhusu persutuun."
Selun|utnyu perkembungun buhusu dun kesusustruun Indoneslu bunyuk dlpenguruhl oleh sustruwunMlnungkubuu, sepertl Muruh
Rusll, Abdul Muls, Nur Sutun Iskundur, Sutun Tukdlr Allsyuhbunu,Humku, Roestum Effendl, Idrus, dun Chulrll Anwur. Sustruwun tersebut
bunyuk menglsl dun menumbuh perbenduhuruun kutu, slntuksls, muupun morfologl buhusu Indoneslu.
PerIsLIwu-perIsLIwu penLIng yung berkuILun dengun perkembungun buIusu ndonesIu
1. Tuhun 1896 dlsusunluh e|uun resml buhusu Meluyu oleh Vun Ophul|sen yung dlbuntu oleh Nuwuwl Soetun Mumoer dun Moehummud
Tulb Soetun Ibruhlm. E|uun lnl dlmuut dulum Kltub Logut Meluyu.
2. Tuhun 1908 pemerlntuh kolonlul mendlrlkun sebuuh budun penerblt buku-buku bucuun yung dlberl numu Commlssle voor de
Volkslectuur (Tumun Bucuun Rukyut), yung kemudlun pudu tuhun 1917 dlubuh men|udl Bulul Pustuku. Budun penerblt lnl menerbltkun
novel-novel, sepertl Sltl Nurbuyu dun Suluh Asuhun, buku-buku penuntun bercocok tunum, penuntun memellhuru kesehutun, yung tlduk
sedlklt membuntu penyeburun buhusu Meluyu dl kulungun musyurukut luus.
3. Tunggul 16 Junl 1927 Juh|u Dutoek Ku|o menggunukun buhusu Indoneslu dulum pldutonyu. Hul lnl untuk pertumukullnyu dulum
sldung Volksruud, seseorung berplduto menggunukun buhusu Indoneslu.
[9]

4. Tunggul 28 Oktober 1928 securu resml Muhummud Yumln mengusulkun ugur buhusu Meluyu men|udl buhusu persutuun Indoneslu.
5. Tuhun 1933 berdlrl sebuuh ungkutun sustruwun mudu yung menumukun dlrlnyu sebugul Pu|unggu Buru yung dlplmpln oleh Sutun Tukdlr
Allsyuhbunu.
6. Tuhun 1936 Sutun Tukdlr Allsyuhbunu menyusun Tutubuhusu Buru Buhusu Indoneslu.
7. Tunggul 25-28 Junl 1938 dllungsungkun Kongres Buhusu Indoneslu I dl Solo. Durl husll kongres ltu duput dlslmpulkun buhwu usuhu
pemblnuun dun pengembungun buhusu Indoneslu teluh dllukukun securu sudur oleh cendekluwun dun buduyuwun Indoneslu suut ltu.
8. Tunggul 18 Agustus 1945 dltundutungunlluh Undung-Undung Dusur 1945, yung suluh sutu pusulnyu (Pusul 36) menetupkun buhusu
Indoneslu sebugul buhusu neguru.
9. Tunggul 19 Muret 1947 dlresmlkun penggunuun e|uun Republlk sebugul pengguntl e|uun Vun Ophul|sen yung berluku sebelumnyu.
10. Tunggul 28 Oktober s.d 2 November 1954 dlselenggurukun Kongres Buhusu Indoneslu II dl Medun. Kongres lnl merupukun perwu|udun
tekud bungsu Indoneslu untuk terus-menerus menyempurnukun buhusu Indoneslu yung dlungkut sebugul buhusu kebungsuun dun
dltetupkun sebugul buhusu neguru.
11. Tunggul 16 Agustus 1972 H. M. Soehurto, Preslden Republlk Indoneslu, meresmlkun penggunuun E|uun Buhusu Indoneslu yung
Dlsempurnukun (EYD) melulul plduto keneguruun dl hudupun sldung DPR yung dlkuutkun pulu dengun Keputusun Preslden No. 57 tuhun
1972.
12. Tunggul 31 Agustus 1972 Menterl Pendldlkun dun Kebuduyuun menetupkun Pedomun Umum E|uun Buhusu Indoneslu yung
Dlsempurnukun dun Pedomun Umum Pembentukun Istlluh resml berluku dl seluruh wlluyuh Indoneslu (Wuwusun Nusunturu).
13. Tunggul 28 Oktober s.d 2 November 1978 dlselenggurukun Kongres Buhusu Indoneslu III dl Jukurtu. Kongres yung dludukun dulum
rungku memperlngutl Sumpuh Pemudu yung ke-50 lnl seluln memperllhutkun kemu|uun, pertumbuhun, dun perkembungun buhusu
Indoneslu se|uk tuhun 1928, |ugu berusuhu memuntupkun kedudukun dun fungsl buhusu Indoneslu.
14. Tunggul 21-26 November 1983 dlselenggurukun Kongres Buhusu Indoneslu IV dl Jukurtu. Kongres lnl dlselenggurukun dulum rungku
memperlngutl hurl Sumpuh Pemudu yung ke-55. Dulum putusunnyu dlsebutkun buhwu pemblnuun dun pengembungun buhusu Indoneslu
hurus leblh dltlngkutkun sehlnggu umunut yung tercuntum dl dulum Gurls-Gurls Besur Huluun Neguru, yung mewu|lbkun kepudu semuu
wurgu neguru Indoneslu untuk menggunukun buhusu Indoneslu dengun bulk dun benur, duput tercupul semukslmul mungkln.
15. Tunggul 28 Oktober s.d 3 November 1988 dlselenggurukun Kongres Buhusu Indoneslu V dl Jukurtu. Kongres lnl dlhudlrl oleh klru-klru
tu|uh rutus pukur buhusu Indoneslu durl seluruh Indoneslu dun pesertu tumu durl neguru suhubut sepertl Brunel
Durussulum, Muluyslu, Slngupuru,Belundu, Jermun, dun Austrullu. Kongres ltu dltundutungunl dengun dlpersembuhkunnyu kuryu besur
Pusut Pemblnuun dun Pengembungun Buhusu kepudu penclntu buhusu dl Nusunturu, yuknlKumus Besur Buhusu Indoneslu dun Tutu
Buhusu Buku Buhusu Indoneslu.
16. Tunggul 28 Oktober s.d 2 November 1993 dlselenggurukun Kongres Buhusu Indoneslu VI dl Jukurtu. Pesertunyu sebunyuk 770 pukur
buhusu durl Indoneslu dun 53 pesertu tumu durl muncuneguru mellputl Austrullu, Brunel Durussulum, Jermun, Hongkong, Indlu, Itullu,
Jepung, Ruslu, Slngupuru, Koreu Selutun, dun Amerlku Serlkut. Kongres mengusulkun ugur Pusut Pemblnuun dun Pengembungun Buhusu
dltlngkutkun stutusnyu men|udl Lembugu Buhusu Indoneslu, sertu mengusulkun dlsusunnyu Undung-Undung Buhusu Indoneslu.
17. Tunggul 26-30 Oktober 1998 dlselenggurukun Kongres Buhusu Indoneslu VII dl Hotel Indoneslu, Jukurtu. Kongres ltu mengusulkun
dlbentuknyu Budun Pertlmbungun Buhusu.
Sumber: http://ld.wlklpedlu.org
KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
Oleh Masnur Muslich
Konsep Dasar Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita pakai. Misalnya dalam kalimat
"Bagaimana kedudukan dia sekarang?, "Apa fungsi baut yang Saudara pasang pada mesin ini?, dan sebagainya.
Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya. Hal ini
terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa
sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa? Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai?
Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan maupun tertulis. Ini
adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan.
Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa.
Karena kondisi dan pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi `label secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa
kedudukan dan fungsi tertentu.
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca: masyarakat bahasa) perlu dirumuskan
secara eksplisit, sebab kejelasan `label yang diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa yang
bersangkutan. Pemakainya akan menyikapinya secara jelas terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannya
sesuai dengan `label yang dikenakan padanya.
Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapat `memilah-milahkan sikap dan
pemakaian kedua atau lebih bahasa yang digunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka
bisa mengetahui kapan dan dalam situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula
bahasa yang lainnya dipakai. Dengan demikian perkembangan bahasa (-bahasa) itu akan menjadi terarah.
Pemakainya akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya dengan,
antara lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang `masuk ke dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap
menguntungkannya akan diterima, sedangkan unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.
Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan, misalnya, suatu unsur lain
yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapan seharusnya ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk
kebijaksanaan pemerintah yang bersangkutan. Di negara kita itu disebut!4itik Bahasa Nasi4na, yaitu
kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai
sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah bahasa.
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
anganlah sekali-kali disangka bahwa berhasilnya bangsaIndonesia mempunyai bahasa Indonesia ini bagaikan
anak kecil yang menemukan kelereng di tengah jalan. Kehadiran bahasaIndonesia mengikuti perjalanan sejarah
yang panjang. (Untuk meyakinkan pernyataan ini, silahkan dipahami sekali lagi$ejarah !erkembangan Bahasa
Ind4nesia.) Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke bumi Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang
ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tuwo dan Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan
tercetusnya inpirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 yang konsepa aslinya
berbunyi:
ami p4etera dan p4eteri Ind4nesia
mengak4e bert4empah darah sat4e,
Tanah Air Ind4nesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengak4e berbangsa sat4e,
Bangsa Ind4nesia.
ami p4etera dan p4eteri Ind4nesia
mendj4endj4eng bahasa persat4ean,
Bahasa Ind4nesia.
Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian pengamat (baca: sosiolog) adalah butir ketiga. Butir ketiga
itulah yang dianggap sesuati yang luar biasa. Dikatakan demikian, sebab negara-negara lain, khususnya negara
tetangga kita, mencoba untuk membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan
bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan sedikit pun, sebab semuanya telah
mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita patut bersyukur dan angkat topi kepada mereka.
Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu dipakai sebagai ingua franca di
seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi sudah berabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang
semacam itu, masyarakat kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu, mereka
telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku,
sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai
sebagai ingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam
situasi kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-
pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.
Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober
1928? Perbedaan ujud, baik struktur, sistem, maupun kosakata jelas tidak ada. adi, kerangkanya sama. Yang
berbeda adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih
bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahsa Melayu
sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti
dengan nama bahasa Ind4nesia.
"Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di akarta pada tanggal 25-28 Februari
1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai-bagai
masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan
antarbudaya antardaerah.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia `memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur
bangsaIndonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsaIndonesia, kita harus bangga dengannya; kita
harus menjunjungnya; dan kita harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap
bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bngga
memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan `lambang bangsa Indonesia. Ini beratri, dengan
bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia.
Karena fungsinya yang demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak
tercermin di dalamnya. angan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang
sebenarnya.
Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakatIndonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan
berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama.
Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa
bersaing dan tidak merasa lagi `dijajah oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa
dengan menggunakan bahasaIndonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam
bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun.
Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar
belakang bahasa berbeda, mungkinkah kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi? Bagaimana
cara kita seandainya kita tersesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak mengenal bahasaIndonesia? Bahasa
Indonesialah yang dapat menanggulangi semuanya itu. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan
untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan (disingkat: ip4eks4sbudhankam) mudah
diinformasikan kepada warganya. Akhirnya, apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat
peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat
tercapai.


Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi
Sebagaimana kedudukannya sebagai bhasa nasional, bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi pun
mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Hal ini terbukti pada uraian berikut.
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini tidak berarti
sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian,
sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda.
Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa
Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang mendambakan persatuan
Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme pemakaian
bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya: jiwa kolonial dan jiwa nasional.
Secara terperinci perbedaan lapangan atau ranah pemakaian antara kedua bahasa itu terlihat pada
perbandingan berikut ini.
Bahasa Melayu: Bahasa Indonesia:
a.Bahasa resmi kedua di samping bahasa
Belanda, terutama untuk tingkat yang
dianggap rendah.
b.Bahasa yang diajarkan di sekolah-
sekolah yang didirikan atau menurut
sistem pemerintah Hindia Belanda.
c.Penerbitan-penerbitan yang dikelola oleh
jawatan pemerintah Hindia Belanda.
a.Bahasa yang digunakan dalam gerakan
kebangsaan untuk mencapai
kemerdekaanIndonesia.
b.Bahasa yang digunakan dalam
penerbitan-penerbitan yang bertuju-an
untuk mewujudkan cita-cita
perjuangan
kemerdekaan Indonesiabaik berupa:
1)bahasa pers,
2)bahasa dalam hasil sastra.
Kondisi di atas berlangsung sampai tahun 1945.
Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaanIndonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, diangkat pulalah
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal itu dinyatakan dalam Uud 1945, Bab XV, Pasal 36. Pemilihan bahasa
sebagai bahasa negara bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang harus
dipertimbangkan. Salah timbang akan mengakibatkan tidak stabilnya suatu negara. Sebagai contoh konkret,
negara tetangga kita Malaysia, Singapura, Filipina, dan India, masih tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa resmi di negaranya, walaupun sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadikan bahasanya sendiri
sebagai bahasa resmi.
Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai bahasa negara apabila (1)
bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk negara itu, (2) secara geografis, bahasa
tersebut lebih menyeluruh penyebarannya, dan (3) bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu.
Bahasa-bahasa yang terdapat di Malaysia, Singapura, Filipina, dan India tidak mempunyai ketiga faktor di atas,
terutama faktor yang nomor (3). Masyarakat multilingual yang terdapat di negara itu saling ingin mencalonkan
bahasa daerahnya sebagai bahasa negara. Mereka saling menolak untuk menerima bahasa daerah lain sebagai
bahasa resmi kenegaraan. Tidak demikian halnya dengan negara Indonesia. Ketig faktor di atas sudah dimiliki
bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Bahkan, tidak hanya itu. Sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan
tugasnya sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsaIndonesia. Dengan demikian, hal yang dianggap berat
bagi negara-negara lain, bagi kita tidak merupakan persoalan. Oleh sebab itu, kita patut bersyukur kepada Tuhan
atas anugerah besar ini.
Dalam "Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di akarta pada tanggal 25
s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
befungsi sebagai
(1)bahasa resmi kenegaraan,
(2)bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
(3)bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan
(4)bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi
modern.
Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebab minimal empat fungsi itulah memang sebagai ciri penanda bahwa
suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagai bahasa negara.
Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaran ialah
digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa
Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
Keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
lembaga-lembaganya dituliskan di dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato atas nama pemerintah atau dalam
rangka menuanaikan tugas pemerintahan diucapkan dan dituliskan dalam bahasaIndonesia. Sehubungan dengan
ini kita patut bangga terhadap presiden kita, Soeharto yang selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam situsi
apa dan kapan pun selama beliau mengatasnamakan kepala negara atau pemerintah. Bagaimana dengan kita?

Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bhasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan
mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa lembaga
pendidikan rendah yang anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah) menggunakan bahasa
pengantar bahasa daerah anak didik yang bersangkutan. Hal ini dilakukan sampai kelas tiga Sekolah Dasar.
Sebagai konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan tersebut,
maka materi pelajaran ynag berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Apabila hal ini dilakukan,
sangatlah membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan
teknolologi (iptek). Mungkin pada saat mendatang bahasa Indonesia berkembang sebagai bahasa iptek yang
sejajar dengan bahasa Inggris.
Sebagai fungsinya di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah
dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman
sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut
agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh orang kedua (baca:
masyarakat).
Akhirnya, sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan teknologi, bahasa Indonesia terasa sekali
manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam itu, yang berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula,
rasanya tidaklah mungkin dapat disebarluaskan kepada dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan bahasa
lain selain bahasa Indonesia. Apakah mungkin guru tari Bali mengajarkan menari Bali kepada orang awa, Sunda,
dan Bugis dengan bahasa Bali? Tidak mungkin! Hal ini juga berlaku dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi
modern. Agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku
pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakn
bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang
dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.
!erbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Negara/Resmi
Perbedaan dari Segi Ujudnya
Apabila kita mendengarkan pidato sambutan Menteri Sosial dalm rangka peringatan Hari Hak-hak Asasi
Manusia dan pidato sambutan Menteri Muda Usaha wanita dalam rangka peringatan Hari Ibu, misalnya, tentunya
kita tidak menjumpai kalimat-kalimat yang semacam ini.
"Sodara-sodara! Ini hari adalah hari yang bersejarah. Sampeyan tentunya udah tau, bukan? Kalau kagak tau
yang kebacut, gitu aja.
Kalimat yang semacam itu juga tidak pernah kita jumpai pada waktu kita membaca surat-surat dinas, dokumen-
dokumen resmi, dan peraturan-peraturan pemerintah.
Di sisi lain, pada waktu kita berkenalan dengan seseorang yang berasal dari daerah atau suku yang berbeda,
pernahkah kita memakai kata-kata seperti `kepingin, `paling banter, `kesusu dan `mblayu? Apabila kita
menginginkan tercapainya tujuan komunikasi, kita tidak akan menggunakan kata-kata yang tidak akan dimengerti
oleh lawan bicara kita sebagaimana contoh di atas. Kita juga tidak akan menggunakan struktur-struktur kalimat
yang membuat mereka kurang memahami maksudnya.
Yang menjadi masalah sekarang ialah apakah ada perbedan ujud antara bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara/resmi sebagaimana yang kita dengar dan kita baca pada contoh di atas, dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional, sebagaimana yang pernah juga kita lakukan pada saat berkenalan dengan seeorang lain daerah
atau lain suku? Perbedaan secara khusus memang ada, misalnya penggunaan kosakata dan istilah. Hal ini
disebabkan oleh lapangan pembicaraannya berbeda. Dalam lapangan politik diperlukan kosakata tertentu yang
berbeda dengan kosakata yang diperlukan dalam lapangan administrasi. Begitu juga dalam lapangan ekonomi,
sosial, dan yang lain-lain. Akan tetapi, secara umum terdapat kesamaan. Semuanya menggunakan bahasa yang
berciri baku. Dalam lapangan dan situasi di atas tidak pernah digunakan, misalnya, struktur kata `kasih tahu
(untuk memberitahukan), `bikin bersih (untukmembersihkan), `dia orang (untuk mereka), `dia punya harga
(untuk harganya), dan kata `situ (untuk $audara, Anda, dan sebagainya), `kenapa (untuk mengapa), `bilang
(untukmengatakan), `nggak (untuk tidak), `gini (untuk begini), dan kata-kata lain yang dianggap kurang atau
tidak baku.
Perbedaan dari Proses Terbentuknya
Secara implisit, perbedaan dilihat dari proses terbentuknya antara kedua kedudukan bahasa Indonesia, sebagai
bahasa negara dan nasional, sebenarnya sudah terlihat di dalam uraian pada butir 1.2 dan 1.3. Akan tetapi, untuk
mempertajamnya dapat ditelaah hal berikut.
Sudah kita pahami pada uraian terdahulu bahwa latar belakang timbulnya kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara jelas-jelas berbeda. Adanya kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didorong oleh rasa persatuan bangsa Indonesia pada waktu itu. Putra-
putraIndonesia sadar bahwa persatuan merupakan sesuatu yang mutlk untuk mewujudkan suatu kekuatan.
Semboyan "Bersatu kita teguh bercerai kta runtuh benar-benar diresapi oleh mereka. Mereka juga sadar bahwa
untuk mewujudkan persatuan perlu adanya saran yang menunjangnya. Dari sekian sarana penentu, yang tidak
kalah pentingnya adalah srana komunikasi yang disebut bahasa. Dengan pertimbangan kesejarahan dan kondisi
bahasa Indonesia yang ingua francaitu, maka ditentukanlah ia sebagai bahasa nasional.
Berbeda halnya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi. Terbentuknya bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara/resmi dilatarbelakangi oleh kondisi bahasa Indonesia itu sendiri yang secara geografis menyebar
pemakiannya ke hampir seluruh wilayah Indonesia dan dikuasai oleh sebagian besar penduduknya. Di samping itu,
pada saat itu bahasa Indonesia telah disepakati oleh pemakainya sebagai bahasa pemersatu bangsa, sehingga
pada saat ditentukannya sebagai bahasa negara/resmi, seluruh pemakai bahasa Indonesia yang sekaligus sebagai
penduduk Indonesia itu menerimanya dengan suara bulat.
Dengan demikian jelaslah bahwa dualisme kedudukan bahasa Indonesia tersebut dilatarbelakangi oleh proses
pembentukan yang berbeda.
Perbedaan dari Segi Fungsinya
Setelah kita menelaah uraian terdahulu, kita mengetahui bahwa fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional berbeda sekali dengan fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Perbedan itu
terlihat pada wilayah pemakaian dan tanggung jawab kita terhadap pemakaian fungsi itu. Kapan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi dipakai, kiranya sudah kita ketahui.
Yang menjadi masalah kita adalah perbedaan sehubungan dengn tanggung jawab kita terhadp pemakaian
fungsi-fungsi itu. Apabila kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai fungsi tertentu, terdapat kaitan apa dengan
kita? Kita berperan sebagai apa sehingga kita berkewajiban moralmenggunakan bahasa Indonesia sebagai fungsi
tertentu? awaban atas pertanyaan itulah yng membedakan tanggung jawab kita terhadap pemakaian fungsi-
fungsi bahasa Indonesia baik dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara/resmi.
Kita menggunakan sebagai bahasa negara/resmi dipakai sebagai alat penghubung antarsuku, misalnya, karena
kita sebagai bangsa Indonesia yang hidup di wilayah tanah airIndonesia. Sehubungan dengan itu, apabila ada
orang yang berbangsa lain yang menetap di wilayah Indonesia dan mahir berbahasa Indonesia, dia tidak
mempunyai tanggung jawab moral untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai fungsi tersebut.
ain halnya dengan contoh berikut ini. Walaupun Ton Sin Hwan keturunan Cina, tetapi karena dia warga
negaraIndonesia dan secara kebetulan menjabat sebagai Ketua embaga Bantuan Hukum, maka pada saat dia
memberikan penataran kepada anggotnyan berkewajiban moral untuk menggunakan bahasa Indonesia. Tidak
perduli apakah dia lancar berbahasa Indonesia atau tidak. Tidak perduli apakah semua pengikutnya keturunan Cina
yang berwarga negaraIndonesia ataukah tidak.
adi seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai penghubung antarsuku, karena dia berbangsa
Indonesia yang menetap di wilayah Indonesia; sedangkan seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi, karena dia sebagai warga negara Indonesia yang menjalankan tugas-tugas `pembangunan
Indonesia.
FUNGSI BAHASA DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
Sejarah bahasa Indonesia;
Bahasa indonesia adalah dialek kaku dari bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis,
bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap "lahir atau diterima keberadaannya pada tanggal 28
Oktober 1928 atas usulan Mohammad Yamin. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia
secara resmi diakui keberadaannya.tepatnya pada saat hari Kemerdekaan
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu "kami dan "kita. "Kami adalah
kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita adalah kata ganti inklusif
yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.
Susunan kata dasar adalah Subjek - Predikat - Objek-Keterangan (SPOK), walaupun susunan kata lain juga
mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia
juga tidak mengenal kala/waktu (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti,
"kemarin atau "besok), atau indikator lain seperti "sudah atau "belum.Dan Bahasa Indonesia di atur dalam UUD
1945 pada pasal 36 yaitu "Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Berdasarkan fungsinya bahasa Indonesia dibagi menjadi 5 fungsi;
1. Ekspresif
Contohnya;mampu menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan.
2. Komunikasi
Contohnya; sebagai alat berinteraksi atau hubungan antara dua manusia dan sehingga pesan yang dikmaksudkan
dapat dimengerti.
3. Kontrol sosial
contohnya; tulisan "dilarang merokok bahasa tersebut berfungsi sebagai pengatur atau pengontrol
4. Adaptasi
Contohnya;bila kita berada di wilayah atau daerah yang asing atau diluar ibu kota, kita dapat menggunakan
bahasa Indonesia tersebut sebagai alat untuk adaptasi dengan lingkungan baru tersebut.
5. Integrasi/pemersatu
Contohnya;bahasa-bahasa yang berbeda atau beraneka ragam dan dipersatukan oleh bahasa Nasional yang dapat
dipakai di seluruh Indonesia yang menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional di ikrarkan pada 28 oktober 1928 yaitu hari "Sumpah
Pemuda yang memilki fungsi-fungsi sebagai;
1. ambang identitas Nasional.
2. ambang kebanggaan kebangsaan.
3. Bahasa indonesia sebagai alat komunikasi.
4. Alat pemersatu bangsa yang berbeda Suku,Agama,ras,adat istiadat dan Budaya.
Hasil perumusan seminar polotik bahasa Nasional yang diselenggarakan di jakarta pada tangal 25 s.d. 28 Februari
1975 dikemukakan berdasarkan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara adalah;
1. Sebagai bahasa resmi kenegaraan.
2. Sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
serta pemerintah, dan
4. Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.

Anda mungkin juga menyukai