Anda di halaman 1dari 6

Simbiosis ilmu dan amal Ogos 19, 2

Posted by ummahonline in Artikel.


trackback
Oleh: mad Muammad
Dalam sebuah ayat al-Qur`an Alloh Ta`ala berIirman ,
- = ' = - . ~' -' - ' _~ ~' = = - ' ~ -- `
` -~ ~
Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya, sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya, (Al-Isra: 36). Ayat al-Quran
tersebut menjelaskan bahawa ilmu merupakan dasar dari segala tindakan manusia. Kerana, tanpa
ilmu segala tindakan manusia menjadi tidak terarah, tidak benar dan tidak bertujuan.
Kata ilmu berasal dari kata kerja alima, yang bererti memperoleh hakikat ilmu, mengetahui, dan
yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ulum, ertinya ialah memahami sesuatu dengan
hakikatnya, dan itu bererti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari
pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia
mempunyai ilmu tapi miskin amalnya, maka ilmu tersebut menjadi sia-sia.
Dalam beberapa riwayat di jelaskan tentang hubungan ilmu dan amal itu. Imam Ali Abi Thalib
berkata, Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikutnya. Demikian juga dengan
perkataan Rasulullah saw , arangsiapa beramal tanpa ilmu maka apa yang dirusaknya jauh
lebih banyak dibandingkan yang diperbaikinya.
Pada riwayat lain dijelakan Imam Ali Abi Thalib berkata, Ilmu diiringi dengan perbuatan.
arangsiapa berilmu maka dia harus berbuat. Ilmu memanggil perbuatan. Jika dia menjawabnya
maka ilmu tetap bersamanya, namun jika tidak maka ilmu pergi darinya.
Dari riwayat di atas maka jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini
akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu, begitu juga dengan ilmu akan mempunyai
nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku
manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia, yaitu setelah
berilmu lalu beramal.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan
kebajikan yang diredhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya
terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu Iikih dan
hukum-hukum agama.
Ilmu ini mencakup semua yang bermanIaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu
alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka
memberikan dampak yang positiI bagi peradaban manusia. Misalnya, perkembangan sains akan
memberikan kemudahan dalam lapangan praktikal manusia.
Demikian juga perkembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan penyelesaian untuk pemecahan
masalah-masalah di dalam masyarakat. Jadi, mengiringi ilmu dengan amal merupakan
keharusan. Dalam pandangan Khalil al-Musawi dalam buku agaimana Menfadi Orang
ifaksana, hubungan ilmu dengan amal dapat diIokuskan pada dua hal.
Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan
berkembang bila didasari ilmu. erbuat tanpa didasari pengetahuan tidak ubahnya dengan
berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan kepada tujuan melainkan menjauhkan.
Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa amal
ibadah mahu pun amal perbuatan lainnya.
Dalam ibadah harus disertai dengan ilmu. Jika ada orang yang melakukan ibadah tanpa didasari
ilmu tidak ubahnya dengan orang yang mendirikan bangunan di tengah malam dan kemudian
menghancurkannya di siang hari. egitu juga, hal ini pun berlaku pada amal perbuatan yang lain,
dalam berbagai bidang. Memimpin sebuah negara, misalnya, harus dengan ilmu. Negara yang
dipimpin oleh orang bodoh akan dilanda kekacauan dan kehancuran.
Sedangkan kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan. arangsiapa berilmu maka dia
harus berbuat, baik itu ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah maupun ilmu-ilmu yang
lain. Tidak ada Iaedahnya ilmu yang tidak diamalkan. Amal merupakan buah dari ilmu, jika ada
orang yang mempunyai ilmu tapi tidak beramal maka seperti pohon yang tidak menghasilkan
manIaat bagi penanamnya.
egitu pula, tidak ada manIaatnya ilmu Iikih yang dimiliki seorang Iakih jika dia tidak
mengubahnya menjadi perbuatan. egitu juga, tidak ada Iaedahnya teori-teori atau penemuan-
penemuan yang ditemukan seorang ilmuwan jika tidak diubah menjadi perbuatan nyata. Kerana
wujud dari pengetahuan itu adalah amal dan karya nyatanya.
Ilmu tanpa diiringi dengan amal maka hanya berupa konsep-konsep saja. Ilmu yang tidak
dilanjutkan dengan perbuatan, mungkin kita dapat menyebutnya sebagai pengetahuan teoritis.
Namun, apa Iaedahnya ilmu teoritis jika kita tidak menerjemahkannya ke dalam ilmu praktik,
dan kemudian meneruskannya menjadi perbuatan yang mendatangkan hasil?
Jika ilmu tidak dipraktikkan, maka akan memberikan dampak yang negatiI. Salah-satu penyakit
sosial yang paling berbahaya yang melanda berbagai umat termasuk umat Islam adalah
penyakit pemutusan ilmu-khususnya ilmu-ilmu agama dari amal perbuatan, dan berubahnya
ilmu menjadi sekumpulan teori belaka yang jauh dari kenyataan dan penerapan.
Padahal, kaedah Islam menekankan bahawa ilmu senantiasa menyeru kepada amal perbuatan.
Keduanya tidak ubahnya sebagai dua benda yang senantiasa bersama dan tidak terpisah satu
sama lain. Jika amal memenuhi seruan ilmu maka umat menjadi baik dan berkembang.
Namun jika tidak, maka ilmu akan meninggalkan amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal
tanpa memberikan Iaedah apa pun. Jika demikian nilai apa yang dimiliki seorang manusia yang
mempunyai segudang teori dan pengetahuan namun tidak mempraktikkannya dalam dunia nyata.
Pertalian ilmu dengan amal tidak hanya dituntut dari para pelajar agama dan para ahli yang
mendalami suatu ilmu, melainkan juga dituntut dari setiap orang, baik yang memiliki ilmu
sedikit ataupun banyak. Namun, tentunya orang-orang yang berilmu memiliki tanggung jawab
yang lebih besar dalam hal ini, kerana mereka memiliki kemampuan yang lebih.
Allah SWT berIirman di dalam surat Ash-ShaII, ayat (2-3), Wahai orang-orang yang beriman,
mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sungguh besar murka Allah
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Jika kita memperhatikan ayat-ayat al-Qur`an, nescaya kita akan menemukan bahawa al-Qur`an
senantiasa menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu diungkapkan dalam bentuk kata
iman pada banyak tempat, dengan pengertian bahawa iman adalah ilmu atau keyakinan.
Di antaranya ialah: Demi waktu Asar, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan
kebajikan. (Al-Ashr:1-3). Dalam ayat lain dikatakan, Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal. (Al-
KahIi: 107). Demikian juga dengan ayat, Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi
mereka kebahagian dan tempat kembali yang baik. (Ar-Ra`d: 29)
Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang betapa ilmu dan amal shaleh memiliki kaitan yang erat
yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Kerana keduanya bagai dua keping mata wang, yang
saling memberi erti. Inilah yang sejalan dengan ucapan Imam Ali Abi Thalib, Iman dan amal
adalah dua saudara yang senantiasa beriringan dan dua sahabat yang tidak berpisah. Allah tidak
akan menerima salah satu dari keduanya kecuali disertai sahabatnya.
Dengan perspektiI kesepaduan ilmu dan amal, maka akan memberikan perkembangan ke arah
perbaikan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat akan berlumba-lumba dalam memberikan
amal shaleh satu sama lain. Imam Ali Abi Thalib berkata, Jangan sampai ilmumu menjadi
kebodohan dan keyakinanmu menjadi keraguan. Jika engkau berilmu, maka beramallah, dan jika
engkau yakin maka majulah.
Dengan ilmu yang benar, serta amal shaleh maka masyarakat bergerak dari kebodohan menuju
kepintaran, dari ketertinggalan menuju kemajuan dan dari kehancuran menuju kebangkitan.




= ~ - - ~ ' ' ~ + - ~ ' - ~ - ~ ~ = _ ~~ - ' - ~ - , ~ ~
-' =- ~ ' ' ~ ~ ' ~ - ~ - ` -' - -
' -'

ueml 1uhan yang [lwa Muhammad berada dl Langannya Lldaklah ada seorang pun yang mendengar
kenablanku dl kalangan umaL lnl balk ?ahudl aLaupun nasranl kemudlan dla maLl dalam keadaan Lldak
berlman dengan a[aranku lnl nlscaya dla akan Lergolong penduduk neraka" (P8 Musllm darl Abu
Puralrah radhlyallahu'anhu)

Anda mungkin juga menyukai