Anda di halaman 1dari 43

POTE SI JUS BUAH DELIMA MERAH DALAM PE CEGAHA KELAHIRA PREMATUR AKIBAT PERIODO TITIS

KARYA TULIS MAHASISWA

Oleh :

1. Heryuntari D. Cahyani (071610101107) 2. Elyda A.A. Misrohmasari (041610101037) 3. Angga Septian (071610101036)

FAKULTAS KEDOKTERA GIGI U IVERSITAS JEMBER 2008

KATA PE GA TAR

Dengan kerendahan hati kami panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul Potensi Jus Buah Delima Merah Dalam Pencegahan Kelahiran Prematur Akibat Periodontitis tepat pada

waktunya. Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat. 1. drg. Hj. Herniyati, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti lomba ini; 2. drg. Happy Harmono, M. Kes., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember yang telah memberikan berbagai fasilitas sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai tepat waktu; 3. Dr. drg. Didin Erma Indahyani, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing karya tulis ilmiah ini yang telah membimbing dan banyak memberikan masukan yang berarti; 4. Orang tua kami yang dengan sepenuh hati selalu mendoakan kesuksesan kami dalam setiap waktunya; 5. Pihak- pihak lain yang telah memberi dorongan moril sehingga kami bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan sebaik-baiknya. Tak ada gading yang tak retak, kami sadar bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak diharapkan demi lebih baiknya karya tulis ilmiah ini. Demikian karya tulis ilmiah ini kami susun, semoga bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menambah pengetahuan pembaca sekalian.

Jember, 8 September 2008 Penyusun

RI GKASA Potensi Jus Buah Delima Merah Dalam Pencegahan Kelahiran Prematur Akibat Periodontitis; Heryuntari Dian Cahyani, 071610101107; Elyda Akhya Afida Misrohmasari, 041610101037; Angga Septian 071610101036; 2008: 28 halaman; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Buah Delima (Ar Rumman) dalam Al Quran disebutkan tiga kali, yaitu dalam Surat Al Anam 99 dan 141, serta Ar Rahman 68 dan dalam beberapa hadist. Dalam salah satu ayat tersebut diperintahkan untuk mempelajari dan memanfaatkannya dengan baik. Salah satu pemanfaatan buah delima adalah dengan pembuatan jus buah delima merah yang banyak mengandung senyawa polifenol yaitu flavonoid dan tanin. Kandungan polifenol telah terbukti dalam beberapa penelitian digunakan dalam penanganan penyakit penyakit yang diakibatkan inflamasi kronis. Periodontitis merupakan inflamasi kronis yang terjadi pada jaringan penyangga gigi. Faktor penyebab utama periodontitis yaitu bakteri plak yang lebih mudah berkembang pada ibu yang mengalami kehamilan dikarenakan faktor hormonal. Bakteri dan produknya dapat menginfeksi janin melalui jalur hematogen yang berakibat pada kelahiran prematur. Kelahiran prematur adalah kelahiran bayi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan dua pertiganya lahir dengan berat badan bayi kurang dari 2500 gram. Dibandingkan dengan bayi yang lahir secara normal, bayi prematur lebih banyak mengalami gangguan baik semasa periode neonatal maupun pada masa perkembangan. Infeksi yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme merupakan penyebab utama (40%) terjadinya kelahiran prematur selain faktorfaktor lainnya. Apabila tidak ditangani dengan baik akan dapat menjadi penyulit pada kehamilan. Salah satu bahan dari alam yang aman dan potensial dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan manusia adalah buah delima merah. Nampaknya, kandungan flavonoid dan tanin dalam buah delima merah berpotensi untuk dimanfaatkan dalam pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis. Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk menelaah bagaimana potensi dan mekanisme aksi secara ilmiah kandungan flavonoid dan tanin buah delima merah dalam pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis. Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember pada bulan Juli hingga September tahun 2008. Penulisan karya tulis ini disusun berdasarkan studi pustaka atau melalui pendekatan teoritik, yaitu dengan mengumpulkan berbagai referensi yang berasal dari hasil penelitian pada jurnal ilmiah, buku teks ilmiah dan situs-situs internet yang berhubungan dengan masalah yang diangkat, kemudian menganalisisnya sehingga dapat diambil suatu kesimpulan tentang potensi jus buah delima merah dalam pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis. Pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis selama kehamilan dapat dilakukan dengan menghambat pertumbuhan bakteri plak dan mengurangi

produksi prostaglandin akibat infeksi bakteri plak. Patogenitas penjalaran infeksi berupa produk prostaglandin dan sitokin di dalam tubuh pada wanita hamil akan menyebabkan terjadinya kontraksi otot uterus. Kontraksi otot uterus pada wanita hamil yang terjadi sebelum waktunya akan menyebabkan persalinan dini. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya kelahiran bayi prematur. Jus buah delima merah kaya akan dua tipe polifenol yaitu flavonoid dan tanin yang dalam beberapa penelitian terbukti membunyai daya antimikroba. Senyawa antimikroba golongan fenol akan mengoksidasi gugus sulfidril (SH) menjadi ikatan disulfida (S-S) pada enzim bakteri, sehingga enzim yang berperan dalam pengambilan glukosa, glikolisis dan pembentukan glukan terhambat yang mengakibatkan pertumbuhan bakteri dan pembentukan plak gigi terhambat. Reaksi oksidasi pada sel bakteri menyebabkan perubahan permeabilitas membran sel bakteri yang berupa kebocoran komponen intraseluler dan hilangnya keseimbangan osmotik. Akibatnya membran sitoplasma mengkerut membentuk vesikel sehingga terjadi pengendapan serta koagulasi sitoplasma bakteri. Pengendapan ini menghambat perbaikan dinding sel serta akhirnya menyebabkan kehancuran sel dan mengakibatkan kematian bakteri. Berkurangnya jumlah bakteri baik yang berada di rongga mulut ataupun yang ada dalam janin akan berakibat berkurangnya reaksi inflamasi tubuh. Hal ini berarti berkurangnya sistesis mediator inflamasi yang akan menurunkan produksi prostaglandin sehingga kelahiran prematur dapat dicegah. Melalui konsumsi jus buah delima merah yang banyak mengandung flavonoid, proses iflamasi dapat dihambat. Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya inflamasi melalui 2 cara yaitu : (1) menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel endothelial; dan (2) menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses inflamasi. Turunnya kandungan asam arakidonat (AA) pada sel target dan sel efektor yang terdapat pada membran fosfolipid jaringan, berakibat pada penurunan produksi prostaglandin sehingga kelahiran prematur dapat dihindari. Simpulan yang dapat diambil berdasarkan telaah dan analisis mengenai potensi dan mekanisme aksi buah delima merah, maka pemberian minuman jus buah delima merah pada masa kehamilan dapat mencegah kelahiran prematur akibat periodontitis. Melalui kajian awal ini, perlu adanya kajian lebih lanjut tentang kandungan jus buah delima merah bagi kesehatan dan penelitian in vivo untik mengetahui secara tepat besar dosis yang dibutuhkan. Kata kunci : jus buah delima merah, flavonoid, tanin, periodontitis, kelahiran prematur, prostaglandin.

DAFTAR ISI

HALAMA JUDUL ................................................................................... HALAMA PE GESAHA ..................................................................... KATA PE GA TAR................................................................................. RI GKASA .............................................................................................. DAFTAR ISI................................................................................................ DAFTAR GAMBAR................................................................................... DAFTAR TABEL........................................................................................ BAB 1. PE DAHULUA .......................................................................... 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan dan manfat penulisan..................................... BAB 2. TELAAH PUSTAKA .................................................................... 2.1 Delima.............................................. ......................................... 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ................................................ 2.1.2 Habitat dan Penyebarannya.............................................. 2.1.3 Kandungan Kimia Delima .............................................. 2.1.4 Manfaat Delima................................................................. 2.2 Jus Buah Delima Merah ............................................................ 2.3 Flavonoid .................................................................................. 2.4 Tanin ......................................................................................... 2.5 Kelahiran Prematur ................................................................... 2.5.1 Definisi Kelahiran Prematur ............................................ 2.5.2 Etiologi Kelahiran Prematur ............................................ 2.5.3 Patogenesis Kelahiran Prematur ...................................... 2.5.4 Akibat Kelahiran Prematur .............................................. 2.6 Prostaglandin............................................................................. 2.6.1 Definisi Prostaglandin..................................................... 2.6.2 Struktur dan Biosintesis Prostaglandin ........................... 2.6.3 Pengaruh Prostaglandin terhadap Persalinan .................. 2.7 Periodontitis 2.7.1 Gejala periodontitis........................................................... 2.7.2 Patogenesis periodontitis..................................................

i ii iii iv v vii viii 1 1 5 5 6 6 7 8 9 10 11 11 12 13 13 14 14 16 17 17 17 18 19 21

BAB 3. METODE PE ULISA ................................................................ 3.1 Lokasi Penulisan ...................................................................... 3.2 Waktu Penulisan....................................................................... 3.3 Bahan dan Sumber Referensi ................................................... 3.4 Analisis Bahan dan Sumber Referensi..................................... 3.5 Alur Penulisan..........................................................................

22 22 22 22 22 23

BAB 4. PEMBAHASA ............................................................................. BAB 5. SIMPULA DA SARA ............................................................ DAFTAR PUSTAKA CURRICULUM VITAE

24 28

DAFTAR GAMBAR

2.1 Buah Delima Merah ............................................................................... ... ........................................................................................................................... 7 2.2 Struktur Kimia Flavonoid............................................................................... 12 2.3 Struktur kimia isomer-isomer dari ellagitanin dalam jus buah delima merah .. 13 2.4 Struktur Kimia Prostaglandin........................................................................ ......................................................................................................................... 18 3.1 Skema alur penulisan karya tulis ilmiah ....................................................... ......................................................................................................................... 23 4.1 Skema mekanisme intervensi buah delima merah dalam mencegah kelahiran prematur ........................................................................................................ ................................................................................................................... 24

DAFTAR TABEL 2.1 Komposisi Gizi per 100 gram Buah Delima ........................................... ....................................................................................................................... 2.2 Kategori kelahiran prematur WHO........................................................ 9 28

BAB 1. PE DAHULUA

1.1 Latar Belakang Allah telah menjelaskan segala sesuatunya di Al Quran sebagai pedoman hidup manusia di dunia, termasuk berbagai makanan yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran surat Al Anam: 99, yang artinya: Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang korma tangkai tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima, yang serupa dan yang tidak serupa Perhatikanlah buahnya diwaktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda ( kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. Dalam ayat ini jelas diperintahkan kepada manusia untuk memperhatikan keberagaman dan keindahan disertai seruan agar merenungkan ciptaan-ciptaanNya yang amat menakjubkan. Allah menciptakan tatanan ini dan

memperlihatkannya kepada manusia agar mereka mengambil hikmah dan mensyukurinya. Bersyukur dengan terus berupaya untuk mempelajari kekuasaan kekuasaan Allah dan memanfaatkannya dengan baik. Salah satu kekuasaan Allah ini terbukti dengan berbagai khasiat dari delima. Delima atau Ar Rumman dalam bahasa Arab, merupakan salah satu buah yang disebutkan dalam ayat Al Quran di atas dan banyak terdapat di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Ada beberapa jenis delima yang yaitu delima putih, delima merah, delima susu wantah, dan delima hitam buahnya berwarna ungu tua. Dari ketiga jenis itu, yang paling terkenal adalah delima merah. Delima merah sering ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias, juaga dapat dikonsumsi buahnya. (Astawan 2008 dan Sastroamidjojo 1997 dalam Wiryowidagdo 2008)

Kecuali sebagai tanaman hias, pohon delima merah mempunyai buah yang enak untuk dikonsumsi dan banyak bermanfaat bagi kesehatan (Wiryowidagdo 2008). Pemanfaatan buah delima untuk keperluan kesehatan ini telah dilakukan sejak berabad abad tahun yang lalu (Shukla et al 2008). Jus buah delima merah kaya akan dua tipe polifenol, yaitu kelompok flavonoid seperti anthocyanin dan tanin terhidrolisis seperti punicalagin (Louba, 2007). Flavonoid merupakan senyawa fenol yang banyak terdapat di alam. Senyawa ini adalah zat pemberi warna merah, ungu, biru dan kuning buah dan tumbuh tumbuhan (Lenny 2006, h. 14), sedangkan tanin merupakan kandungan tumbuhan yang memberikan rasa sepat pada buah delima merah (Robinson 1995, h. 71). Pemanfaatan buah ini semakin sering dilakukan terbukti sebagaimana penelitian Menezes (2006), yang menunjukkan bahwa buah delima berfungsi sebagai anti bakteri yang digunakan sebagai alternatif perawatan bakteri plak. Selain itu, buah delima juga berperan dalam pengobatan penyakit inflamasi kronis seperti periodontitis (Lansky dan Newman 2007, h.194). Periodontitis merupakan inflamasi kronis yang terjadi pada jaringan penyangga gigi yang mengakibatkan kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket atau terjadinya resesi (Carranza et al. 2006, h.120). Faktor penyebab utama periodontitis yaitu bakteri plak (Fitria 2006, h. 61). Bakteri yang paling banyak berperan terhadap timbulnya periodontitis adalah bakteri Gram negatif, diantaranya yaitu Porphyromonas gingivalis (Pg), Actinobacillus actinomycetemcomitans (Aa), Prevotella intermedia (Pi), dan Bacteroides forsythus (Bf). Endodoksin Bakteri Gram negatif anaerob

lipopolisakarida (LPS) menyebabkan aktifitas biologis yang menyebabkan keradangan pada host yang ditandai adanya mediator mediator iflamasi (Djais 2006, h. 55 dan Fitria 2006, h.60). Pada wanita hamil bakteri dan produknya mudah berkembang dan menginfeksi jaringan periodontal. Hal ini disebabkan karena ada adanya perubahan hormonal pada saat kehamilan sehingga bakteri dan produknya dengan cepat berdifusi ke jaringan dibanding keadaan normal (Fitria 2006, h. 62). Dari jaringan periodontal

di rongga mulut, bakteri dan produknya dapat masuk dan berpengaruh pada janin melalui jalur hematogen (Herawati & Hendrawati 2001, h. 91). Beberapa penelitian pada wanita dengan kelahiran prematur didapati mempunyai peningkatan jumlah yang signifikan bakteri AA dan BF pada plak subgingiva, daripada wanita yang tidak mengalami prematur (Fitria 2006, h. 62). Penelitian Offenbacher et al (1998) ditemukan fakta bahwa walaupun tanda tanda infeksi traktus genito urine klinis dan subklinis tidak ada, selaput ketuban utuh dan tidak ada tanda tanda awal kerusakan, namun ditemukan konsentrasi mediator inflamasi yaitu prostaglandin E2 (PG-E2) dan tumor necroting factor (TNF- ) di cairan amnion meningkat tinggi dibandingkan dengan kelahiran normal. Bayi prematur menurut WHO (World Health Organization) adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan. Kelahiran bayi prematur merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat. Hal ini menjadi masalah penting di bagian obstetri khususnya di bidang perinatalogi, karena baik di negara berkembang maupun negara maju penyebab morbiditas dan mortalitas bayi terbanyak adalah bayi yang lahir prematur (Nuada et al. 2004, h. 14). Secara global kira-kira 16% per tahun (lebih dari 200 juta) terjadi kelahiran prematur di dunia. Menurut Mealey dan Klokkevod (2002), kejadian kelahiran prematur adalah 7-11% di AS, 4-12% di Eropa, 10-12% di Afrika, 15% di Asia dan 6% di Australia, dan sebagian besar (60%) meninggal. Di Indonesia angka kejadian kelahiran prematur berkisar antara 10-20% (Nuada et al. 2004, h. 14). Di wilayah negara-negara ASEAN, angka kematian bayi akibat gangguan perinatal pada tahun 1997 adalah 41,4 % di Indonesia, lebih tinggi dari Vietnam (38%), Filipina (36%), Thailand (30%), Malaysia (11%), dan Singapura (5%) (Offenbacher et al. 1998, h. 234). Dibandingkan dengan bayi yang lahir normal, bayi prematur lebih banyak mengalami gangguan baik semasa periode neonatal maupun pada masa perkembangan. Ganggungan tersebut dapat berupa gangguan perkembangan saraf, gangguan pernafasan, anomali kongenital dan seringnya komplikasi selama perawatan yang dapat mengakibatkan kematian dan hambatan perkembangan pada bayi. Bayi yang lahir prematur membutuhkan perawatan khusus, baik dari

keluarga dan lingkungan sosial sehingga biaya perawatannya akan lebih banyak. Penyebab kelahiran prematur belum dapat diidentifikasi dengan pasti karena penyebabnya multifaktorial, namun beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kelahiran prematur telah teridentifikasi. Kelahiran prematur dapat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi, pemakaian obat-obatan, faktor tingkah laku, nutrisi dan keadaan patologis pada masa kehamilan (Dasanayake 1998, h. 207). Mekanisme patogenik sebagai respon terhadap penjalaran infeksi bakteri dan produknya adalah berupa produk prostaglandin dan sitokin yang berasal dari ibu hamil dan janinnya (Hill, 1998). Prostaglandin merupakan derivat asam lemak yang dihasilkan oleh membran fosfolipid (Guyton dan Hall 1997, h. 549 ). Dalam keadaan normal menjelang proses persalinan, prostaglandin diproduksi terutama pada amnion. Produksi ini akan meningkat secara fisiologis hingga ambang batas yaitu pada saat kelahiran, prostaglandin akan menginduksi dilatasi servikal dan menyebabkan proses kelahiran. Namun, produksi yang abnormal dari mediator ini akan menyebabkan kelahiran prematur (Hill, 1998). Kelahiran prematur akibat infeksi bakteri terjadi karena adanya endotoksin yang merangsang produksi prostaglandin sehingga menyebabkan terjadinya kontraksi miometrium dan juga adanya respon infeksi yang mengakibatkan kerusakan struktur uterus dan pembuluh darah plasenta (Nuada et al. 2004). Sampai saat ini, berbagai kemajuan diagnostik dan penanganan untuk mencegah terjadinya kelahiran prematur belum memuaskan. Oleh sebab itu, upaya pencegahan untuk terjadinya kelahiran prematur akibat periodontitis merupakan hal yang sangat penting untuk segera dikaji. Kandungan senyawa polifenol golongan flavonoid dan tanin dalam buah delima, nampaknya dapat membuka peluang baru akan pemanfaatannya dalam mengatasi masalah kelahiran prematur di Indonesia. Oleh karena itu, muncul gagasan untuk membuat terobosan baru dengan memperkenalkan buah delima merah yang memiliki potensi dalam mencegah kelahiran prematur akibat periodontitis.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan tentang bagaimana potensi dan mekanisme aksi secara ilmiah kandungan flavonoid dan tanin buah delima merah dalam pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisa 1.3.1 Tujuan Penulisan Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah untuk menelaah potensi dan mekanisme aksi secara ilmiah kandungan flavonoid dan tanin buah delima merah dalam pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis. 1.3.2 Manfaat Penulisan Manfaat ilmiah yang dapat diperoleh setelah menelaah potensi dan mekanisme aksi secara ilmiah kandungan flavonoid dan tanin buah delima merah dalam karya tulis ilmiah ini antara lain sebagai: (a) dasar untuk melakukan penelitian ilmiah secara in vivo dari flavonoid dan tanin yang terkandung dalam buah delima merah sehingga dihasilkan bahan alternatif yang potensial dan aman dalam pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis; dan (b) informasi kepada masyarakat luas, khususnya pemerhati di bidang kesehatan mengenai manfaat buah delima merah dalam pencegahan kelahiran prematur akibat periodontitis.

BAB 2. TELAAH PUSTAKA

2.1 Delima Buah Delima (Ar Rumman ) dalam Al Quran disebutkan dalam Surat Al Anam 99 dan 141 serta Ar Rahman 68 yang artinya : Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang korma tangkai tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima, yang serupa dan yang tidak serupa Perhatikanlah buahnya diwaktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda ( kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman (Al Anam ;99) Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berlebih lebihan (Al Anam : 141). Di dalam keduanya (surga) ada (macam macam) buah buahan dan kurma serta delima (Ar Rahman : 68). Sebuah hadits mauquf dan marfu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda bahwa tidak satupun buah delima yang kita makan melainkan dibuai dengan biji buah delima surga. Harb dan lainnya meriwayatkan juga dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah bersabda dan memerintahkan untuk memakan buah delima beserta minyak dan atau lemaknya karena dapat mengaktifkan pencernaan.

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Delima merupakan tanaman perdu dengan batang yang bengkok dan bercabang dengan tingggi 1 5 m ( Tjitrosoepom 1994, h. 229 ) dengan batang pohon delima bulat, bercabang, berduri, ketika masih muda berwarna coklat setelah tua berwarna hijau kotor. Berdaun tunggal, bentuk lanset, tepi rata, ujung runcing,pangkal tumpul, panjang 1-8 cm, lebar 5-15 mm, tulang daun menyirip, permukaan mengkilat dan berwarna hijau. Bunga pohon delima mempunyai kelopak yang berlekatan, berwarna merah atau kuning pucat, pada mahkota berbentuk membulat, tangkai sari melengkung berwarna kuning, sedangkan putiknya berwarna putih, merah atau kuning. Buahnya berupa buni, butat, diameter 5-12 cm, hijau kekuningan. Bentuk buah delima bulat dan terkadang bundar. Lazimnya, buah delima bergelantungan pada tandan. Pada delima yang masih muda buahnya berwarna hijau atau kemerah merahan dan setelah tua warnanya akan berubah sesuai dengan jenisnya (Gembong 1994, h. 229) (Gambar 2.1).

Sumber: Wiryowidagdo 2008


Gambar 2.1. Buah Delima Merah

Klasifikasi taksonomi delima adalah sebagai berikut ini. Klasifikasi Divisi Sub divisi Kelas Bangsa : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Myrtales

Suku Marga Jenis Nama umum/dagang (Santoso 1998. h.44)

: Punicaceae : Punica : Punica granatum L.. : Delima

Terdapat tiga jenis delima yang tersebar di Indonesia, dikelompokkan berdasarkan warna buahnya, yaitu delima putih yang berbunga putih, delima merah yang berbunga merah, delima susu wantah yang berbunga merah, dan delima hitam yang berbunga merah dan kulit buahnya berwarna ungu tua. Dari ketiga jenis itu, yang paling terkenal adalah delima merah.

Delima merah sering ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias, sekaligus untuk dimakan buahnya. Beberapa kultivarnya yang kerdil bahkan telah dikembangkan khusus sebagai tanaman hias. Delima merah memiliki rasa yang lebih manis dan segar, sedangkan delima putih rasanya lebih sepat dan kesat, serta kurang manis (Wiryowidagdo 2008 & Astawan 2008). 2.1.2 Habitat dan Penyebarannya Delima merupakan jenis tumbuhan subtropik, tumbuhan ini dapat bertahan hidup pada suhu musim dingin yang rendah yaitu -10 C. Buah berkualitas paling baik dihasilkan dari daerah yang beriklim dingin yang sejuk atau pada musim panas yang panas dan kering. Delima ini tidak akan berbuah dengan baik di daerahdaerah yang beriklim sangat lembab. Pada keadaan lingkungan yang kering diperlukan pengairan untuk mempertahankan kelangsungan hidup delima. Pohon delima toleran terhadap tanah yang bagi kebanyakan tanaman buah-buahan lain tidak dapat tumbuh subur, termasuk tanah berkapur dan tanah basa. Di Asia Tenggara, pohon delima tumbuh dengan baik sampai ketinggian 1600 m dari permukaan laut pada berbagai tipe tanah dengan kisaran yang luas. Di wilayah yang lebih basah pohon delima akan selalu hijau, pembungaan dan pembuahan menjadi berkepanjangan, dan kualitas buah menjadi lebih rendah (IPTEKnet 2008).

2.1.3 Kandungan Kimia Delima Komposisi gizi per 100 gram bagian yang dapat dimakan dari buah delima adalah: energi 68 kkal, air 81 g; protein 0,95 g; lemak 0,3 g; karbohidrat 17,2 g. Komposisi gizi secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Komposisi Gizi per 100 gram Buah Delima Komponen Gizi Air (g) Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Magnesium (mg) Fosfor (mg) Kalium (mg) Natrium (mg) Seng (mg) Tembaga (mg) Selenium (mkg) Vitamin C (mg) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Asam pantotenat (mg) Vitamin B6 (mg) Asam folat (mkg) Fitosterol (mg) Sumber : Astawan 2008 Kandungan penting lain yang terdapat pada delima adalah golongan polifenol yang merupakan senyawa terbesar yang ditemukan pada tumbuhan, seperti flavonoid dan tanin. Akar buah delima mengandung alkaloid pelletierine. Kulit buah dan kulit batang delima mengandung 20-30 persen elligatanin (tanin), triterpenoid, dan 0,5-1 persen alkaloid yang terdiri dari pelletierine yang sangat toksik atau beracun, methylpelletierine, dan pseudopelletierine. Kulit kayu dengan kandungan alkaloid pelletierin dan biji buah delima kaya akan serat, pectin, dan gula, esterogen, isoflavon, phytoesterogen. (Astawan 2008) Kadar 80,97 68 0,95 0,3 17,17 0,6 3 0,3 3 8 259 3 0,12 0,07 0,6 6,1 0,03 0,03 0,3 0,596 0,105 6 17

2.1.4 Manfaat Delima Hampir semua bagian dari buah delima bisa dimanfaatkan, baik sebagai bahan makanan hingga sebagai bahan obat obatan. Beberapa penelitian telah

menjelaskan fungsi buah delima sebagai anti oksidan, anti bakteri, antiinflamasi, anti virus dan beberapa terapi penyakit kanker (Lansky dan Newman 2007, h.179; Morton 1987, h. 355). Ekstrak metanol yang terdapat pada kulit delima merupakan senyawa yang ampuh melawan bakteri penyebab diare seperti, Escherichia coli,

Pseudomonas aeruginosa, dan Salmonella typhi. Fungsi anti bakteri dan anti mikroba juga terlihat pada uji fitoterapi buah delima yang mampu malawan streptococci strains S. mutans, S. mitis, and C. Albicans, yang merupakan mikroba dalam rongga mulut (Morton 1987, h. 355). Tingginya kandungan tanin yang berkhasiat sebagai astringen, yaitu menyusutkan selaput lendir usus sehingga pengeluaran cairan diare berkurang. Sementara alkaloid pelletierine pada akarnya sangat membantu mengeluarkan cacing pita dan cacing gelang dari usus. Kandungan asam sitrat dan sodium sitran juga digunakan dalam perawatan dispesia dan lepra (Astawan 2008). Kandungan polifenol pada buah delima terbukti dapat menjadi alternatif pencegahan dan pengobatan yang disebabkan oleh inflamasi seperti atritis. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa buah delima dapat mencegah proliferasi sel kanker dan memodulasi sinyal subseluller dan apoptosis pada inflamasi. Delima terbukti mampu menurunkan pertumbuhan tumor prostat secara signifikan (Seeram 2006). Penelitian yang lain melaporkan bahwa buah delima dapat menurunkan kadar kolesterol dan penyakit penyakit

kardiovaskuler lainnya ( Shukla et al. 2008), sedangkan konsumsi jus delima kaya polifenol pada tikus dengan atheroslerotis menunjukkan pencegahan secara signifikan pada lesi artherosclerotic dan sebagai bagian dari terapi kanker prostat (Malik, 2005).

2.2 Jus Buah Delima Merah Salah satu cara yang mudah untuk pengolahan buah delima merah adalah dengan pembuatan jus. Ada dua metode umum dalam pembuatan jus buah delima yaitu pertama, dengan mengelupas kulit dan membuang bijinya kemudian dihancurkan dengan mesin penghancur (blender). Metode kedua adalah membelah buah menjadi dua bagian dan langsung dilakukan menghancuran dengan mesin penghancur semua bagain dalam buah kemuadian dilakukan penyaringan. Dalam metode kedua ini biasanya akan ditambahkan gula untuk menghilangkan rasa sepat yang diakibatkan kandungan tanin pada buah (Morton 1987). Kedua metode pengolahan ini tidak mempengaruhi jumlah anthocyanin, yaitu warna pada jus, asam organic dan komposisi gula. Pembuatan jus tanpa mengelupas kulit merupakan cara yang paling mudah dan ekonomis untuk direrapkan dalam kehidupan sehari hari. Dengan cara ini jus akan lebih tahan lama. Hal yang paling tidak menguntungkan pada cara ini adalah rasa sepat yang dihasilkan oleh jus, namun hal ini bisa diatasi dengan pencampuran jus bersama buah lain dan gula (Miguel et al. 2004). Komponen fenol utama yang terdapt pada jus buah delima dapat dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok pertama adalah salah satu kelompok flavonoid, yaitu pigmen anthocyanin. Kelompok kedua adalah tanin yang terhidrolisis, yaitu punicallagin. Kelompk ketiga yaitu ellagic acid dan glukosanya, sedangkan

kelompok keempat adalah kelompok besar tanin yang terhidrolisis lainnya (Gil et al. 2000, h.4586). 2.3 Flavonoid Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang paling dapat ditemukan di alam dan pada hampir semua bagian tumbuhan. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 (Lenny 2006, h. 14) (Gambar 2.2).

Sumber : Robinson 1995, h. 191


Gambar 2.2. Struktur Kimia Flavonoid

Flavonoid dikelompokkan menjadi 6 golongan yaitu, flavon, isoflavon, flavanon, flavonol, khakon, antosianin yang banyak terdapat pada buah delima. Penggolongan flavonoid ini didasarkan pada perbedaan struktur kimianya yaitu perbedaan substituen cincin heterosiklik yang mengandung oksigen dan perbedaan distribusi gugus hidroksil (Sabir 2003, h.82). Sebagian besar senyawa flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatau alkohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida (Lenny 2006, h. 17). 2.4 Tanin Tanin merupakan kandungan tumbuhan yang bersifat fenol dan mempunyai rasa sepat. Secara kimia tanin tumbuhan dibagi menjadi dua golongan yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin kondensasi. Tanin yang terhididrolisi mengandung ikatan ester yang dapat terhidrolisis jika dididihkan dalam asam klorida ester. Bagian alkohol dari ester ini biasanya gula dan sering kali glukosa. (Robinson, 1991:7172). Beberapa tanin, seperti punicalgin yang ada pada buah delima merah bertindak sebagai isomer yang dominan dari ellagitanin mempunyai aktivitas antioksidan yang besar (Gambar 2.3). Tanin menghambat pertumbuhan tumor dan mengurangi kadar LDL darah serta menghambat enzim seperti reverse transkriptase dan DNA topoisomerase (Seeram et al. 2006).

Sumber : Seeram et al. 2006 Gambar 2.3.Struktur kimia isomer-isomer dari ellagitanin dalam jus buah delima merah

2.5 Kelahiran Prematur 2.5.1 Definisi Kelahiran Prematur Kelahiran Prematur menurut WHO (1979) didefinisikan sebagai bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan atau kurang dari 259 hari

(Prawiroharjo, 2002). Menurut Meadow dan Newell (2005, h. 69), dua pertiga dari bayi yang lahir prematur merupakan bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram). Tabel 2.2 Kategori kelahiran prematur WHO Klasifikasi Prematur Sangat prematur Definisi Kurang dari 37 minggu usia kehamilan Kurang dari 32 minggu usia kehamilan

Prematur yang ekstrim Kurang dari 28 minggu usia kehamilan


Sumber : Tucker dan McGuire 2004, h.676 ; Kamali, 2005

2.5.2 Etiologi Kelahiran Prematur Pada beberapa kasus, penyebab dari kelahiran prematur hampir tidak dapat terdiagnosis hal ini disebabkan karena etiologinya yang multifaktorial (Von Der Pool 1998, h. 2). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelahiran prematur dapat berasal dari ibu, janin dan lingkungan antara lain: (1) ibu yang hamil dengan usia dibawah 18 tahun dan diatas 40 tahun, (2) keadaan sosial ekonomi dan pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan yang rendah menyebabkan asupan gizi dan pengawasan terhadap kehamilan kurang, (3) risiko obstetrik seperti adanya riwayat kelahiran prematur pada ibu hamil, aborsi dan multipara dapat berpengaruh pada kehamilan berikutnya, (4) kehamilan dengan janin yang mengalami hindramnion dan kelainan kromosom, (5) faktor dari lingkungan seperti radiasi dan zat toksik dalam rokok, dan (6) adanya infeksi pada ibu hamil (Oedijani 2003, h. 24). Infeksi bakteri merupakan keadaan yang sering ditemukan pada kelahiran prematur. Secara umum infeksi bakteri terjadi melalui 2 jalur primer yaitu infeksi transervikal (ascending infection) dan hematogen (transplacental infection). Kadang-kadang terjadi kombinasi 2 jalur misalnya infeksi mikroorganisme secara ascending mengenai endometrium dan kemudian masuk ke peredaran darah fetus melalui vili khorion. Infeksi transplasental merupakan transmisi virus, bakteri atau parasit secara hematogenesis yang dapat terjadi selama masa kehamilan (Oedijani 2003, h. 24). Hal ini dibuktikan dengan adanya fakta bahwa meskipun tidak terdapat tanda klinis maupun sub klinis pada traktus genitourin dan keadaan selaput ketuban masih utuh, namun ditemukan konsentrasi mediator inflamasi yaitu prostaglandin dan Tumor ecrotizing Factor lpha (TNF-) di cairan amnion meningkat

tinggi (Offenbacher et al. 1998). 2.5.3 Patogenesis Kelahiran Prematur Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir lain (Mochtar, 1998). Proses ini berlangsung secara kompleks yang merupakan perpaduan

faktor ibu dan janin. Uterus yang pada masa kehamilan tenang, frekuensinya semakin meningkat pada bulan-bulan terakhir kehamilan (Challis et al 2000). Pada proses persalian normal beberapa saat sebelum kelahiran kadar progesteron akan menurun sedangkan estrogen meningkat, yang

mengakibatkan perubahan perubahan yaitu; (1) pelunakan dan pematangan serviks; (2) peningkatan jumlah reseptor oksitosin pada miometrium; (3) peningkatan respon kontraksi dari mometrium terhadap uterotonin

(Cunningham et al. 1997, h. 83-84). Dan selama proses kelahiran, akan terjadi dilatasi servik yang akan mengaktifkan reseptor peregangan servik (cervical stretch receptor). Saraf sensori dari reseptor peregangan servik akan merangsang hipotalamus dan pituitari posterior untuk melepaskan hormon oksitosin yang secara khusus menyebabkan kontraksi. Oksitosin memiliki peran penting dalam mengoptimalkan proses persalinan yaitu bekerja secara sinergis dengan prostaglandin yang diproduksi di dalam jaringan intrauterin. Pelepasan oksitosin akan meningkat hingga kelahiran sempurna (Wynn et al. 1987, h 150). Pada kelahiran prematur yang disebabkan oleh infeksi bakteri plak seperti periodontitis akan terjadi peningkatan prostaglandin secara dini. Hal ini dijelaskan oleh Moliterno dan Monteiro (dalam Fitria 2006, h. 61), yang menyatakan bahwa infeksi oleh bakteri dan produknya pada membran janin dan amnion akan merangsang makrofag yang terdapat pada membran janin dan plasenta untuk menghasilkan sitokin proinflamatori yang berupa interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), dan Tumor ecrosis Factor Alpha

(TNF-). Sitokin proinflamatori ini merupakan mediator pada proses keradangan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan merangsang produksi prostaglandin. Williams (dalam Oedijani 2003, h. 27). Fosfolipase A2 adalah enzim yang akan menghidrolisis asam arakidonat menjadi prostanoid. Fosfolipase terdapat disemua membran sel dan akan muncul karena produk bakteri. Salah satunya adalah prostaglandin. Peningkatan prostaglandin selama kehamilan dapat menyebabkan kontraksi uterus dan rupturnya membran secara dini.

Selain respon imun dari ibu serta infeksi bakteri dan produknya, janin juga memiliki peranan dalam proses persalinan prematur. Pada janin yang terinfeksi, akan terjadi peningkatan produksi corticotropin releasing hormone (CRH) oleh hipotalamus dan plasenta janin yang menyebabkan peningkatan sekresi kortikotropin janin. Peningkatan sekresi kortikotropin akan

mengakibatkan peningkatan produksi kortisol oleh kelenjar adrenal. Selain itu, pada janin akan terjadi peningkatan produksi sitokin proinflamatori. Adanya peningkatan kortisol dan sitokin proinflamatori merangsang produksi prostaglandin oleh janin (Goldenberg et al 2000, h. 5). 2.5.4 Akibat Kelahiran Prematur Kelahiran prematur merupakan tantangan bagi perawatan kesehatan perinatal. Sebagian besar terjadi kematian selama periode perinatal pada bayi yang lahir prematur. Kelahiran prematur akan berpengaruh pada kesehatan bayi sehingga membutuhkan perawatan lebih lama di rumah sakit dengan biaya perawatan yang tinggi (Tucker dan McGuire 2004). Secara fisiologis, kondisi bayi prematur adalah sebagian masih sebagai janin dan sebagian bayi baru lahir. Bayi pematur yang dilahirkan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu mempunyai risiko tinggi terhadap penyakitpenyakit yang berhubungan dengan prematuritas, antara lain sindroma gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membran hialin), aspirasi pneumonia karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna, perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral akibat anoksia otak yang erat kaitannya dengan gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang dan gangguan sistem saraf pusat lain (Graham, 2002; Damanik et al., 2004). Bayi prematur paru-parunya memiliki kemampuan minimum berkembang dalam rahim untuk mempersiapkan kehidupan di luar rahim. Produksi surfaktan seringkali tidak memadai untuk mencegah alveolar collapse dan atelektasis, sehingga bayi yang lahir akan mengalami sindrom gawat nafas (respiratory distress syndrome) atau disebut penyakit membran hialin dan berlanjut pada keadaan asfiksia (lemas) dan kemudian meninggal (Challis et al 2002)

Sindrom susunan saraf pusat dapat terjadi pada bayi yang lahir prematur. Hal ini disebabkan oleh tidak memadainya koordinasi refleks menghisap dan menelan. Ketidakmatangan pusat pernafasan di batang otak mengakibatkan apneic spells. Sedangkan infeksi sepsis atau meningitis kira-kira empat kali lebih berisiko pada bayi prematur daripada bayi normal. Fungsi ginjal pada bayi prematur masih belum matang, sehingga batas konsentrasi dan dilusi cairan urin kurang memadai seperti pada bayi normal (Graham 2002; Damanik et al. 2004). 2.6 Prostaglandin 2.6.1 Definisi Prostaglandin Prostaglandin adalah sederetan asam lemak tak jenuh 20 karbon yang mengandung cincin siklopentana dan merupakan suatu mediator yang mempunyai berbagai macam efek fisiologis. Bersama dengan prostasiklin dan tromboksan akan membentuk prostanoid, yaitu kelas dari derivat asam lemak dan subklas eikosanoid (Harrison 2007). Nama prostaglandin berasal dari kata prostate dan glands yang berarti kelenjar prostat. Zat-zat ini pertama kali diisolasi dari cairan semen tetapi sekarang dapat disintesis pada kebanyakan organ tubuh (Ganong 1998). Prostaglandin berfungsi mengaktivasi respon inflamasi yang menimbulkan rasa sakit dan panas, bekuan darah bila pembuluh darah rusak, menginduksi persalinan dan berbagai proses dalam kehamilan serta bekerja pada berbagai organ tubuh seperti saluran percernaan dan ginjal (Ophardt 2003). 2.6.2 Struktur dan Biosintesis Prostaglandin Struktur prostaglandin (Gambar 2.6) terdiri dari 20 kerangka karbon yang mempunyai 5 cincin (siklopentana) dengan 2 rantai samping alifatik (Katzung, 2002). Prostaglandin memiliki berbagai variasi struktur yaitu berupa 1 satu ikatan, 2 ikatan, atau 3 ikatan ganda. Pada kelima cincinnya terdapat juga ikatan ganda, sebuah keton, atau alkohol (Ophardt 2003).

Sumber : Katzung, 2002


Gambar 2.4 Struktur Kimia Prostaglandin

Prostaglandin merupakan derivat asam karboksilat yang berasal dari asam lemak tidak larut yang dibentuk secara endogen dengan efek fisiologi yang besar (Katzung, 2002; Ophardt, 2003). Secara biokimia, prostaglandin disintesis dari asam lemak (asam arakidonat). Asam arakidonat merupakan prekusor obligat untuk biosintesis prostaglandin. Prostaglandin dibentuk oleh asam arakidonat yang bebas, sehingga asam arakidonat harus dilepaskan dari bentuk esternya sebelum diubah menjadi prostaglandin (Cunningham et al. 1997, h. 224-225) 2.6.3 Pengaruh Prostaglandin terhadap Persalinan Prostaglandin merupakan salah satu agen uterotonin yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan uterus untuk persalinan. Kadar prostaglandin di dalam cairan amnion, darah, urin ibu dan jaringan intrauterin meningkat pada saat persalinan. Prostaglandin (PGE2 dan PGF2) yang diproduksi pada stadium kehamilan akan menimbulkan kontraksi-kontraksi otot uterus dan aborsi atau kelahiran janin (Cunningham et al. 1997, h.225). Prostaglandin juga bekerja menginduksi perubahan-perubahan pada pematangan servik dengan merubah metabolisme matriks ekstraseluler. Selain itu, prostaglandin juga memiliki peran dalam proses adaptasi janin terhadap kelahiran dengan menghambat pergerakan dan pernafasan janin untuk menghemat energi, mengatur jalur HPA (Hypothalamic Pituitary Adrenal) dan memelihara aliran darah dalam uterus dan plasenta (Challis et al., 2002). Prostaglandin sebagai mediator dalam proses persalinan pada mamalia berfungsi untuk mengurangi sintesis kolagen pada membran janin dan

meningkatkan ekspresi matriks metaloproteinase (MMP) pada fibroblas (Parry dan Strauss, 1998). Pada proses rupturnya membran janin, MMP terlibat dalam proses degradasi kolagen interstisial (Crider et al 2005.h 594). 2.7 Periodontitis Periodontitis didefinisikan sebagai keradangan kronis yang terjadi pada jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik dalam bentuk kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket atau terjadinya resesi. Jaringan penyangga gigi atau jaringan periodontal terdiri dari ligamen priodontal, sementum, tulang alveolar dan gingiva (Carranza et al 2006, h.120). 2.7.1. Gejala Periodontitis Pasien akan menyadari pertama kali terjadinya periodontitis kronis ketika gusi berdarah pada saat penyikatan atau makan dan merasakan adanya ruang antar gigi yang disebabkan pergerakan gigi. Karena periodontitis kronis biasanya tidak terasa maka biasanya pasien tidak menyadari terjadinya penyakit ini. Adanya daerah impaksi makanan menambah ketidaknyamanan pasien. Namun rasa sakit dan gatal pada gusi juga mungkin terjadi (Carranza et al 2006, h.497). Secara klinis periodontitis dibedakan dengan gingivitis berdasarkan adanya hilangnya perlekatan. Hal ini sering disertai dengan pembentukan poket periodontal, resesi atau keduanya. Pada beberapa kasus, resesi margin gingiva meyertai hilangnya perlekatan, sehingga jika pengukuran kedalaman poket dilakukan tanpa pengukuran level perlekatan klinis maka akan menutupi perkembangan penyakit yang sedang terjadi. Tanda tanda klinis dalam keradangan seperti perubahan warna, kontur, konsistensi dan perdarahan saat probing tidak selalu positif menunjukkan hilangnya perlekatan. Sebaliknya, adanya perdarahan berkelanjutan saat probing pada beberapa kali kunjungan menjadi indikator terpercaya tentang adanya inflamasi dan potensi terjadinya kehilangan perlekatan pada area perdarahan. Kehilangan perlekatan yang berhubungan dengan periodontitis berkembang baik secara berkelanjutan atau periode tertentu pada aktifitas penyakit (Carranza et al 2006, h. 104; Djais

2006, h. 54). Secara rongenologis akan tampak rusaknya lamina dura pada sisi mesial dan distal puncak septum interdental yang menandai awal terjadinya periodontitis. Area radiolusen terbentuk pada mesial atau distal dari puncak tulang septal. Proses destruksi pada puncak septum interdental menyebabkan tinggi tulang berkurang dan perubahan densitas tulang dan tinggi tulang alveolar (Carranza et al. 2006, h. 565-568; Djais 2006, h. 54). 2.7.2 Patogenesis Periodontitis Faktor bakteri plak merupakan faktor utama terjadinya periodontitis. Potensi patogenik dari bakteri yang khas bervariasi antara individu yang satu dengan yang lain (Djais 2006, h. 54). Bakteri yang paling banyak berperan terhadap timbulnya periodontitis adalah bakteri Gram negatif, diantaranya yaitu Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Prevotella intermedia, dan Bacteriodes forsythus (Djais 2006, h. 55; Fitria 2006, h. 60). Pada kondisi normal bakteri Gram negatif berkolonisasi didekat atau diatas supragingiva dengan melekatkan diri pada reseptornya diatas bakteri Gram positif. Bakteri plak berkembang pada margin gingiva meluas ke dalam subgingiva, menyebabkan kerusakan sel epitel. Bakteri Gram negatif anaerob ini, mengeluarkan endotoksin biologi aktif atau lipopolisakarida (LPS) yang menyebabkan aktifitas biologis tertentu (Djais 2006, h. 55; Fitria 2006, h. 60).

Pelepasan endototoksin LPS dari dinding sel bakteri Gram negatif anaerob menyebabkan aktivitas biologis yang merusak jaringan. Endotoksin

mempunyai kemampuan yang tinggi sebagai substansi toksik yang memberikan efek langsung terhadap jaringan dan pada aktivasi respons host. Hal ini dapat secara berlanjut mengakibatkan ulserasi gingiva berupa udema, perdarahan, nyeri lokal sekeliling gigi. Perannya yang penting dalam periodontitis adalah kemampuan LPS untuk mensintesis sitokin

proinflamatori, interleukin (IL-1), tumor necrosis factor- (TNF- ), prostaglandin E2 (PGE2 ) dan enzim hidrolitik (Carranza et al. 2006, h. 95).

Sekresi mediator keradangan seperti sitokin dan prostaglandin akan memberikan respons terproduksinya beberapa matrix metalloproteinase (MMPs). MMPs dikeluarkan sebagai proenzim tidak aktif terutama dari fibroblas (MMP-1) dan leukosit, termasuk monosit (MMP-1) dan neutrofil (MMP-8), yang menyebabkan destruksi jaringan ikat periodontal (fibroblas) dan resorbsi tulang alveolar pada kondisi periodontitis (Carranza et al. 2006, h. 95).

BAB 3. METODE PE ULISA

3.1 Lokasi Penulisan Lokasi penulisan dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dengan sumber referensi yang berasal dari Perpustakaan Pusat Universitas Jember, Ruang Baca Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, dan situs-situs yang ada di internet.. 3.2 Waktu Penulisan Karya tulis ilmiah ini disusun mulai awal bulan Juli 2008 dan diselesaikan pada bulan September 2008. 3.3 Bahan dan Sumber Referensi Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode pendekatan teoritik. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai macam literatur yang berasal dari hasil penelitian dalam jurnal ilmiah, artikel ilmiah, dan buku teks ilmiah dan berbagai sumber yang berhubungan dengan buah delima, flavonoid, tanin, periodontitis, kelahiran prematur, dan prostaglandin. Bahan dan sumber referensi tersebut diperoleh melalui telaah pustaka, browsing internet dan observasi lapangan serta melalui konsultasi dengan dosen pembimbing 3.4 Analisis Bahan dan Sumber Referensi Langkah-langkah dalam penulisan karya tulis ilmiah ini meliputi: (1) penentuan potensi bahan alam yang ada dalam AlQuran yaitu buah delima; (2) mencari referensi tentang kandungan buah delima; (3) mencari masalah yaitu adanya resiko kelahiran prematur pada ibu yang mengalami periodontitis dan menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia; (4) mengumpulkan bahan referensi dan mencari informasi mengenai masalah tersebut; (5) mengembangkan dan menganalisis permasalahan, dilakukan suatu telaah mengenai kelahiran prematur akibat periodontitis dan memahami mekanisme aksi secara ilmiah kandungan jus buah delima merah di dalam tubuh, terutama pada kehamilan dengan periodontitis; (6) mencari pemecahan masalah dan mencari alternatif usulan

berdasarkan analisis yang telah disusun, selanjutnya (7) diambil suatu simpulan tentang potensi kandungan jus buah delima merah dalam mencegah risiko kelahiran prematur akibat periodontitis. 3.5 Alur Penulisan Alur penulisan karya tulis ilmiah ini dapat dijelaskan secara singkat melalui diagram dibawah ini;

Menentukan Potensi Alam dalam Al Quran

Penentuan Masalah

Pengumpulan Bahan Referensi dan Mencari Informasi

Pengembangan dan Analisis Bahan Referensi serta Informasi

Pemecahan Masalah dan Pemberian Alternatif Usulan

Simpulan

Gambar 3.1 Skema alur penulisan karya tulis ilmiah

BAB 4. PEMBAHASA

Buah Delima (Ar Rumman) dalam Al Quran disebutkan tiga kali, yaitu dalam Surat Al Anam 99 dan 141, serta Ar Rahman 68 dan dalam beberapa hadist. Hal ini menunjukkan bahwa buah delima sejak zaman Rasulullah Muhammad S.A.W mempunyai makna dan hal penting dalam kehidupan. Diantara berbagai macam buah delima, buah delima merah merupakan jenis yang paling banyak ditemukan. Sekarang melalui perkembangan teknologi yang ada buah delima merah dapat disajikan dalam berbagai bentuk salah satunya dalm bentuk jus buah delima merah yang kandungannya mempunyai manfaat bagi kesehatan manusia. Jus buah delima merah mempunyai kandungan fenol utama flavonoid dan tanin (Louba, 2007). Kandungan tanin dalam buah delima mempunyai aktifitas antibakteri (Okubo et al. 1992; McSweeney, Palmer & Krause 2000; Howel 2004) dan kadungan flavonoid berfungsi dalam penurunan aktifitas inflamasi (Sabir 2003; Shukla et al. 2008; Lansky dan Newman 2007). Periodontitis yang merupakan keradangan kronis pada jaringan periodontal dan salah satu penyakit di rongga mulut yang paling banyak ditemukan di masyarakat (Indirawati 2002). Pada masa kehamilan akan terjadi perubahan keseimbangan flora normal rongga mulut dan perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi kondisi rongga mulut (Herawati dan Hendrawati, 2001). Selama kehamilan akan terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang mengakibatkan peningkatan vaskularisasi dan permeabilitas pembuluh darah jaringan periodontal serta mempengaruhi perkembangan plak dengan dominasi bakteri anaerob yang akan memperberat proses peradangan. Penyakit periodontal mempunyai potensi bakterimia terutama pada ibu hamil yang mempunyai banyak plak dan peradangan pada jaringan periodontalnya. Penyakit periodontal memudahkan proses invasi bakteri dan produknya dalam mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin melalui peredaran darah (hematogen) (Zubardiah dan Dewi 2003). Melalui jalur hematogen bakteri dalam rongga mulut dapat mencapai uterus membentuk koloni dan menginfeksi janin. Bakteri dan produknya akan

menimbulkan peradangan intrauterin dan berinteraksi pada membran plasenta yang memicu prostaglandin. Produk bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan adalah enzim, lipopolisakarida (LPS) dan asam lipoteikhoik (LTA). Produk tersebut akan menyebabkan pelepasan mediator inflamasi seperti interleukin (IL) dan prostaglandin (Oedijani 2003, h. 24). Umumnya, sebagian besar bakteri menghasilkan enzim fosfolipase A2 yang akan melepaskan asam arakidonat dari fosfolipid membran janin untuk menstimulus sintesis prostaglandin (Suwiyoga, 2004). Prostaglandin (PGE2 dan PGF2) yang diproduksi pada stadium kehamilan akan menimbulkan kontraksi-kontraksi otot uterus dan aborsi atau kelahiran janin (Cunningham et al 1997, h. 228). Produksi prostaglandin yang berlebih sebelum puncak kehamilan akan menyebabkan kelahiran prematur. Penyebab kelahiran bayi prematur sendiri sangat kompleks dan multifaktorial. Faktor risiko untuk terjadinya kelahiran prematur adalah adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya, riwayat memakai obat-obatan, abortus pada trimester kedua, dan adanya riwayat menderita penyakit seksual. Faktor-faktor lainnya dapat berupa konsumsi alkohol, merokok, status nutrisi dan adanya infeksi saluran genitourin (Nuada et al., 2004). Oleh sebab itu, pada masa kehamilan kondisi kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap janinnya. Kesehatan ibu hamil secara keseluruhan perlu diperhatikan karena seringnya kejadian kelahiran prematur disebabkan oleh karena infeksi (Nuada et al., 2004). Kelahiran prematur dianggap sebagai suatu sindrom yang disebabkan oleh sejumlah penyakit seperti infeksi intrauterin yang menyebabkan inflamasi, peregangan uterin yang berlebihan, serta pendarahan intrauterin. Dari keseluruhan penyebab kelahiran prematur, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa infeksi merupakan penyebab utama yaitu 40% dari seluruh penyebab kelahiran prematur (McGregor et al., 2001; Romero et al., 2003; Khaskeli et al., 2006). Menurut Goldenberg dan Rouse (1998), upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek buruk akibat kelahiran prematur yaitu pencegahan dan penundaan kelahiran. Hal ini bertujuan untuk mengurangi mortalitas maupun morbiditas akibat kelahiran prematur. Upaya yang bisa dilakukan meliputi

identifikasi kelahiran prematur secara dini, pemberian obat-obatan tokolisis, istirahat, perawatan infeksi serta intervensi nutrisi. Penambahan nutrisi yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi jus buah delima merah. Konsumsi jus delima merah untuk pencegahan kelahiran prematur dilakukan dengan dua mekanisme utama, yaitu pertama menghilangkan faktor penyebab utama periodontitis, yaitu bakteri plak dan yang kedua yaitu mencegah abnormalnya produksi prostaglandin yang dapat memicu kelahiran prematur (Gambar 4.1). Kedua mekanisme ini diperankan oleh kandungan golongan fenol utama dalam jus buah delima merah yaitu tanin dan flavonoid.
Bakteri plak

(--)
Periodontitis

Jus buah delima

(--)
Hematogen/ ransplasental Melepaskan LPS dan faktor mikroba yang lain Desidua dan Amnion

Inflamasi

Sitokin Proinflamatori IL-1, IL-6, dan TNF- Kontraksi Miometrium

Protaglandin

Asam Arakidonat

(--)
Kelahiran Prematur Jus buah delima

Gambar 4.1. Skema mekanisme intervensi buah delima merah dalam mencegah kelahiran prematur Senyawa antimikrobial golongan fenol akan mengoksidasi gigus sulfidril (SH) menjadi ikatan disulfida (S-S) pada enzim bakteri, sehingga enzim yang berperan

dalam pengambilan glukosa, glikolisis dan pembentukan glukan terhambat yang mengakibatkan pertumbuhan bakteri dan pembentukan plak gigi terhambat. Reaksi oksidasi pada sel bakteri menyebabkan perubahan permeabilitas membaran sel bakteri yang berupa kebocoran komponen intraseluler dan hilangnya kesimbangan osmotik. Akibatnya membran sitoplasma mengkerut membentuk vesikel sehingga terjadi pengendapan serta koagulasi sitoplasma bakteri. Pengendapan ini menghambat perbaikan dinding sel serta akhirnya menyebbakan kehancuran sel dan mengakibatkan kematian bakteri (Kanzil dan Rudy, 2002 :148). Berkurangnya jumlah bakteri baik yang berada di rongga mulut ataupun yang ada dalam janin akan berakibat berkurangnya reaksi inflamasi tubuh. Hal ini berarti berkurangnya sistesis mediator mediator inflamasi yang akan menurunkan produksi prostaglandin sehingga kelahiran prematur dapat dicegah. Akibat buruk proses inflamasi yang telah terjadi pada kondisi periodontitis dapat dikurangi dengan memodulasi produksi prostaglandin. Sifat anti inflamasi dari flavonoid telah terbukti secara in vivo maupun in vitro. Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya inflamasi melalui 2 cara yaitu : (1) menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel endothelial; dan (2) menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses inflamasi (Sabir 2003, h. 84). Terhambatnya pelepasan asam arakidonat dapat mencegah terproduksinya prostaglandin sehingga kelahiran prematur dapat dihindari. Buah delima merah merupakan jenis nutrien baru yang terbukti mempunyai manfaat tinggi bagi kesehatan manusia. Melalui diet buah delima merah, akan terjadi peningkatan diet senyawa polifenol yang berpengaruh pada penurunan jumlah bakteri penyebab periodontitis dan menurunkan kandungan asam arakidonat (AA) pada sel target dan sel efektor yang terdapat pada membran fosfolipid jaringan dan akibatnya terjadi penurunan produksi prostaglandin.

BAB 5. SIMPULA DA SARA

5.1 Simpulan Berdasarkan telaah berbagai literatur mengenai potensi dan mekanisme aksi secara ilmiah kandungan buah delima merah maka pemberian minuman jus buah delima merah pada masa kehamilan dapat mencegah kelahiran prematur akibat periodontitis melalui penghambatan pertumbuhan bakteri plak dan penurunan produksi prostaglandin yang terbentuk secara dini pada masa kehamilan. 5.2 Saran Berdasarkan telaah di atas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut. 1. Perlu adanya kajian lebih lanjut tentang kandungan jus buah delima merah bagi kesehatan. 2. Perlu adanya penelitian secara in vivo tentang pengaruh pemberian jus buah delima merah pada kehamilan dengan periodontitis untuk mengetahui besar dosis yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran Terjemahan. J Astawan,M.2008. Delima Si Cantik yang Istimewa, cybermed. Available at : http://cybermed.cbn.net.id/cbprlt/common/banner.aspx.[3Agustus 2008]. Aviram, M, Dornfeld, L, Rosenblat, M, Volkova, N, Kaplan, M, Coleman, R, Hayek, T, Presser, D, & Fuhrman, B. 2000. Pomegranate juice consumption reduces oxidative stress, atherogenic modifications to LDL, and platelet aggregation: studies in humans and in atherosclerotic apolipoprotein Edeficient mice. American Journal of Clinical utrition. 71 (5):1062-1076. Carranza, F., Newman M., Takel H. 2006. Clinical Periodontologi. 10th edition. Philadelphia: WB Saunders. . Challis, J.R.G., Matthews, S.G., Gibb, W., Lye, S.J. 2000. Endocrine and Paracrine Regulation of Birth at Term and Preterm. Endocrine Reviews. 21 (5): 541-50. Challis, J.R.G., Sloboda, D.M., Alfaidy, N., Lye, S.J., Gibb, W., Patel, F.A., Whittle, W.L., Newnham, J.P. 2002. Prostaglandis and Mechanisms of Preterm Birth. Reproduction. 124:1-17 Cunningham, F.G., McDonald, P.C., Gant, N.F. 1997. Obstetri Williams. Alih bahasa Joko Suyono. Williams Obstetrics. Ed 18. Jakarta: EGC. Crider, K.S., Whitehead, N., Buus, R.M. 2005. Genetic Variation Associated with Preterm Birth: A HuGE Review. Genet Med 2005. 7 (9): 593-604. Damanik M.S., Indarso, F., Harianto, A. 2004. Etika dan Masalah Perawatan pada Bayi Prematur. Pelatihan Perawatan Neonatologi: 1-12. Dasanayake, A 1998, Poor periodontal health of the pregnant woman as a risk factor for low birth weight, Ann Periodontal. 3 (1) : 206-212. Djais, A.2006. Periodontitis sebagai faktor resiko jantung koroner aterosklerosis, Jurnal PDGI. 56 (2) : 53-59. Fitria, E. 2006. Kadar IL-1B dan IL-8 sebagai penanda periodontitis, faktor resiko kelahiran prematur. Jurnal PDGI. 56 (2): 60-64.

Ganong, W.F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Gembong, T. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Gil, M., Barberan, F., Pierce, B., Holcroft, D., Kader, A. 2000. Antioxidant Activity of Pomegranate Juice and Its Relationship with Phenolic Composition and Processing. J. Agric. Food Chem. 48 (10) : 45814589. Goldenberg, R.L., Hauth, J.C., Andrews, W.W. 2000. Intrauterine Infection and Preterm Delivery. The ew England Journal of Medicine. 324 (20): 1500-07. Graham, P. 2002. Premature Infant. Available at: www.merck manual.com. [16 Februari 2007]. Guyton, A & Hall, J 1997, Buku ajar fisiologi kedokteran Edisi 9 Cetakan I. Alih Bahasa : Irawati Setiawan, KA. Tengadi dan A.Santoso, Judul Asli : Textbook of medical physiology (1995). Jakarta: EGC. Harrison, K. 2007. Prostaglandin. available at :http://en.wikipedia.org/wiki/ Prostaglandin. [16 Februari 2007]. Herawati, D & Hendrawati. 2001. Kesehatan periodontal jelek dari ibu hamil sebagai faktor resiko pada berat bayi lahir rendah. Majalah Ilmiah Dies atalis FKG UGM ke-40 CERIL IX : 99-102. Hill, G 1998, Preterm birth : associations with genital and possibly oral microflora. Ann Perodonta. 3: 222-232. Howell, A. 2004. Hydrolyzable tannin extracts from plants effective at inhibiting bacterial adherence to surfaces. Avilable at: http://www.freepatentsonline.com/20040013710.pdf [29 Agustus 2008] Indirawati. 2002. Upaya Peningkatan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Sesuai Kebutuhan Masyarakat Setempat. http://digilib. ekologi. litbang. depkes. go.id /go. php?node=18 [ 23 November 2007]. IPTEKnet. 2008. Delima. Available at: http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=2. [29 Juli 2008 ]

Lansky, E., Newman, R. 2006. Punica granatum (pomegranate) and its potential for prevention and treatment of inflammation and cancer. Journal of Ethnopharmacology. 109 :177-206. Lenny, S. 2006. Senyawa Flavanoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Medan : FMIPA USU. Louba, B 2007. What are the medical properties of pomegranates?. Journal of Chinese Clinical Medicine. 2 (9). [21 Agustus 2008]. Malik, A., Afaq, F., Sarfaraz, S., Adhami, V., Syed, D., & Mukhtar, H. 2005. Pomegranate fruit juice for chemoprevention and chemotherapy of prostate cancer.Proc atl Acad Sci. 102(41): 1481314818. McSweeney, C.S., Palmer, B. and Krause, D.O. 2000. Rumen microbial ecology and physiology in sheep and goats fed a tannin-containing diet, In J. D. Brooker (ed.), p. 140-145. Meadow, S.R. & Newell, S. J. 2005. Pediatrika. Ed 7. Jakarta : Erlangga. Mealey, B, & Klokkevod, P. Periodontal Medicine, dalam : Clinical Periodontology 2002. 9th Ed. Philadelphia : WB Saunders Company. Menezes SM, Cordeiro LN, & Viana GS. 2006. Punica granatum (pomegranate) extract is active against dental plaque. J Herb Pharmacother. 6 (2): 7992. Miguel, G., Dandlen, S., Antunes, D., Neves, A., & Martins, D. 2004. The Effect of Two Methods of Pomegranate (Punica granatum L) Juice Extraction on Quality During Storage at 4C. J Biomed Biotechnol. (5): 332337. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetric Fisiologi, Obstetric Patologi. Jakarta : EGC. Morton, J. 1987. Fruits of warm climates. Miami : FL Nuada, I, Kartaka, M, Suastika, K.2004. Risiko partus prematurus iminien pada kehamilan dengan infeksi saluran kemih. Maj Obstet Ginecol Indones, 28 (1) : 14-19. Offenbacher, S, Jared. H.L, OReily, P.G, Wells, S.R, Salvi, G.E, Lawrence, H.P, Sokransky, S.S, Beck, J.D.1998. Potential pathogenic mechanism of periodontitis associated pregnancy complications. Ann Periodontal.3: 233-250. Oedijani. 2003. Mekanisme Patogenik Hubungan Periodontitis dan Bayi Prematur Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal PDGI. 53 (1): 23-30.

Okubo, T., Ishihara, N., Oura, A., Serit, M., Kim, M., Yamamoto, T. and Mitsuoka, T. 1992. In vivo effects of tea polyphenol intake on human intestinal microflora and metabolism. Biosci. Biotechnol. Biochem. 56:588-591 Ophardt, C. 2003. Virtual Chem Book. Virginia: Elmhurst College. Parry, S. & Strauss, J.F. 1998. Prematur Rupture of the Fetal Membranes. The ew England Journal of Medicine. 338 (10): 663-670. Prawiroharjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Robinson,T.1995. Kandungan organik tumbuhan tinggi, Bandung : Penerbit ITB. Sabir, A. 2003. Penggunaan Flavonoid di Kedokteran Gigi. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.) Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III 81-87. Santoso, B. 1998. Toga 2. Yogyakarta : penerbit Kanisius. Seeram, N., Henning, S., Zhang, Y., Suchard, M., Li, Z. & Heber, D. 2006. Pomegranate Juice Ellagitannin Metabolites Are Present in Human Plasma and Some Persist in Urine for Up to 48 Hours. J. utr. 136:24812485.

Shukla, M, Gupta, K, Rasheed, Z, Khan, K, Haqqi, T. 2008. Bioavailable constituents/metabolites of pomegranate (Punica granatum L) preferentially inhibit COX2 activity ex vivo and IL-1beta-induced PGE2 production in human chondrocytes in vitro. Journal of Inflammation 2008. 5 (9):19 Available at:http://www.journalinflammation.com/content/5/1/9. [Agustus 2008] Tucker, J., & McGuire, W. 2004. Epidemiology of Preterm Birth. British Medical Journal. 329: 675-678. Von Der Pool, B.A. 1998. Preterm Labor: Diagnosis and Treatment. American Family Physician. 57 (10): 1-13. Wiryowidagdo, S. 2008. Delima (Punica granatum l.) Obat tradisional Indonesia yang merupakan sumber antioksidan, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Available at: http://www.isfinational.or.id. [3 Agustus 2008] Wynn, K., Macey R.I., Misami, E. 1987.The Phisiology Coloring Book. New York: Happer Collins Publisher: 150-151.

CURICULUM VITAE

Nama : Heryuntari Dian Cahyani Tempat/ tanggal lahir : Magetan, 07 Januari 1987 NIM : 071610101107 Fakultas/ Universitas : Kedokteran Gigi/ Universitas Jember Alamat asal : Kel. Sampung Rt/Rw 03/III Kec.Kawedanan, Magetan Propinsi Jawa Timur Alamat di Jember : Jln. Baturaden 1 No.3 Kec Sumbersari, Kab. Jember Provinsi Jawa Timur, 68121 No. Telp./HP : 085235817487 Hobi : Membaca,Olahraga, Menonton TV Cita-cita : Dokter Gigi Motto : Sukses =1% kecerdasan + 99 keringat Riwayat pendidikan : TK PSM Gorang - gareng (1994) SDN Sampung II (2000) SMP Negeri 1 Kawedanan (2003) SMU Negeri I Magetan (2006) Riwayat organisasi : 1. Staf Bidang Kemuslimahan Islamic Dentistry Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember periode 2007-2008

CURICULUM VITAE Nama : Elyda Akhya Afida Misrohmasari Tempat/ tanggal lahir : Ponorogo/ 2 Juli 1986 NIM : 041610101037 Fakultas/ Universitas : Kedokteran Gigi/ Universitas Jember Alamat asal : Campursari, Sambit, Ponorogo, Jawa Timur Alamat di Jember : Jln. Mastrip 27, Sumbersari, Jember Jawa Timur, 68121 No. Telp./HP Hobi Cita-cita Motto : (0331)321521/081336436770 : Membaca : Dokter Gigi : Daripada menggugat gelap lebih baik nyalakan lilin (1992)

Riwayat pendidikan : TK Dharma Wanita Campursari SDN Campursari (1998) SLTP N 1 Jetis (2001) SMU N 1 Ponorogo (2004)

Riwayat organisasi : 1. Staff Bidang Kreatifitas Siswa OSIS SLTP N 1 Jetis (1999/2000) 2. Staff Bidang Kerohanian Islam OSIS SMU N 1 Ponorogo (2002/2003) 3. Bendahara umum Yought English Study Club (YESC) SMU 1 Ponorogo (2002/2003) 4. Staff Bidang Kesejahteraan Mahasiswa SEMA FKG UNEJ (2006/2007) 5. Staff Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Islamic Dentistry FKG UNEJ (2006-2007) 6. Sekertaris Umum KAMMI Komisariat Eksakta Jember 7. Ketua Umum Islamic Dentistry FKG UNEJ (2007/2008) 8. Ketua Umum UKM PELITA UNEJ (2008/2009) Prestasi lomba : 1. The Best Telling Story Contest for Junior High School se-eks Karisidenan Madiun Th. 2000 2. Juara 3 English Debate Contest for Senior High School se-eks Karisidenan Madiun Th. 2003 3. The Best English Debate Contest for Economic Affair for Senior High School se-eks Karisidenan Madiun Th.2003 4. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Tk. Universitas Jember Th. 2007 Judul Karya Tulis yang pernah dibuat : 1. Metode Anak Asuh Yayasan Tegalsari, Jetis, Ponorogo dalam Meningkatkan Pencapaian Wajib Belajar 9 Tahun. 2. Potensi Minyak Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) dalam Menurunkan Risiko Kelahiran Prematur Akibat Infeksi Intrauterin.

xlii

CURICULUM VITAE Nama : Angga Septian Tempat/ tanggal lahir : Nganjuk / 05 Juni 1989 NIM : 071610101036 Fakultas/ Universitas : Kedokteran Gigi/ Universitas Jember Alamat asal :Desa Nglawak Rt :1 Rw :01 Kec. Kertosono Kab.Nganjuk, Provinsi Jawa Timur, 64351 Alamat di Jember :Jln. Kalimantan 1 Gg Sadewa 44 Kec Sumbersari,Kab.Jember Provinsi Jawa Timur, 68121 No. Telp./HP : 085649366436 Hobi : Sepakbola, Basket, Badminton Cita-cita : Dokter Gigi Motto : Do the best and keep peace,love, respect Riwayat pendidikan : TK Pertiwi (1996) SDN Nglawak 1 (2001) SMP Negeri 1 Kertosono (2004) SMU Negeri I Kertosono (2007) Riwayat organisasi : 1. Sekretaris OSIS SMA Negeri 1 Kertosono (2005-2006) 2. Anggota komisi C PSMKGI

xliii

Anda mungkin juga menyukai