Anda di halaman 1dari 4

PERBANYAKAN (MIKROPROPAGASI) WORTEL SECARA KULTUR

1ARINGAN (IN VITRO)


Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh-kembangkan bagian tanaman, baik
berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi asebtik secara in-vitro. Teknik ini dicirikan oleh
kondisi kultur yang asebtik, pengggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap
dan ZPT (zat pengatur tumbuh), serta ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol.


Sel-sel penyusun kalus berupa sel parenkim yang mempunyai ikatan yang renggang dengan sel-
sel lain. Dalam kultur jaringan, kalus dapat dihasilkan dari potongan organ yang telah steril, di
dalam media yang mengandung auksin dan kadang-kadang juga sitokinin. Organ tersebut dapat
berupa kambium vaskular, parenkim cadangan makanan, perisikle, kotiledon, mesoIil daun dan
jaringan provaskular. Kalus mempunyai pertumbuhan yang abnormal dan berpotensi untuk
berkembang menjadi akar, tunas dan embrioid yang nantinya akan dapat membentuk plantlet.

Beberapa kalus ada yang mengalami pembentukan ligniIikasi sehingga kalus tersebut
mempunyai tekstur yang keras dan kompak. Namun ada kalus yang tumbuh terpisah-pisah
menjadi Iragmen-Iragmen yang kecil, kalus yang demikian dikenal dengan kalus remah (Iriable).
Warna kalus dapat bermacam-macam tergantung dari jenis sumber eksplan itu diambel, seperti
warna kekuning-kuningan, putih, hijau, kuning kejingga-jingaan (karena adanya pigmen
antosianin ini terdapat pada kalus kortek umbi wortel).

Dalam kultur kalus, kalus homogen yang tersusun atas sel-sel parenkim jarang dijumpai kecuali
pada kultur sel Agave dan Rosa (Narayanaswany (1977 dalam Dodds & Roberts, 1983). Untuk
memperoleh kalus yang homogen maka harus menggunakan eksplan jaringan yang mempunyai
sel-sel yang seragam. Dalam pertumbuhan kalus, citodiIerensiasi terjadi untuk membentuk
elemen trachea, buluh tapis, sel gabus, sel sekresi dan trikoma. Kambium dan periderm sebagai
contoh dari proses hitogenesis dari kultur kallus. Anaman kecil dari pembelahan sel-sel
membentuk meristemoid atau nodul vaskular yang nantinya menjadi pusat dari pembentukan
tunas apikal, primordial akar atau embrioid.

Pada umumnya untuk eksplan yang mempunyai kambium tidak perlu penambahan ZPT untuk
menginduksi terbentuknya kalus karena secara alamiah pada jaringan berbambium yang
mengalami luka akan tumbuh kalus untuk menutupi luka yang terbuka. Namun pada jkasus lain,
menurut Kordan (1959 dalam Dodds & Robert, 1983) keberadaan kambium di dalam eksplan
tertentu dapat menghambat pertumbuhan kalus bila tanpa penambahan zat pengatur tumbuh
eksogen. Penambahan ZPT tersebut dapat satu macam atau lebih tergantung dari jenis eksplan
yang digunakan. Pembelahan sel di dalam eksplan dapat terjadi tergantung dari ZPT yang
digunakan, seperti: 1) auxin; 2) sitokinin; 3) auxin dan sitokinin dan 4) ekstrak senyawa organik
komplek alamiah.


B. Tujuan
1. Menginduksi dan menumbuhkan kalus dari jaringan akar wortel
2. Untuk memperoleh kalus dari eksplan wortel yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam
lingkungan terkendali. Kalus diharapkan dapat memperbanyak dirinya (massa selnya) secara
terus menerus.


1. Alat
a. Laminar air Ilow
b. Alat diseksi
c. Cawan petri
d. Erlenmeyer ukuran 250 ml dan 500 ml
e. Lampu bunsen

2. Bahan
a. Akar/umbi wortel
b. Larutan alkohol 70
c. Larutan sunclin/bayclin 20
d. Akuades steril
e. Kertas saring steril
I. Media induksi kalus
MS 0.1 mg/l 2,4-D


Prosedur Kerja
1. Akar wortel yang tidak cacat dicuci dalam air mengalir untuk menghilagkan kotoran pada
permukaan akar
2. Potong kedua bagian ujungnya, buat potongan akar menjadi ukuran 6-10 cm lalu masukkan ke
dalam erlenmeyer
3. Di dalam laminar air Ilow, rendam potongan akar tersebut dengan larutan alkohol 70 selama
5 menit sambil dikocok
4. Buang larutan alkohol dan bilas dengan akuades steril. Kemudian masukkan larutan sunclin
atau bayclin 20. Rendam selama 15-25 menit sambil dikocok.
5. Buang larutan sunclin/bayclin, kemudian bilas dengan akuades steril 3-5 kali.
6. Dengan menggunakan pinset, angkat potongan akar dan simpan di atas cawan petri yang
diberi alas kertas saring steril.
7. Potong melintang akar setebal 3-5 mm, kemudian buat potongan eksplan 5 x 5 mm. Pastikan
jaringan kambium (bagian dalam akar) menjadi bagian potongan eksplan.
8. Pindahkan/tanam eksplan tersebut pada media induksi kalus yang sudah disiapkan. Setiap
botol kultur berisi 4 potongan eksplan.
9. Tutup botol dengan rapat dan simpan diruang inkubasi dalam keadaan gelap.
10. Amati perkembangannya setiap minggu, selama 4-6 minggu

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
MS 0.1 mg/l 2,4-D
Pembuatan media / liter atau 250 ml jadi media yang dihasilkan 10 botol. Ditanam eksplan
wortel 1 botol 4 eksplan.

B. PEMBAHASAN
Kalus adalah suatu kumpulan sel anorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan yang membelah diri
secara terus-menerus. Kultur kalus bertujuan untuk memperoleh kalus dari eksplan yang diisolasi
dan ditumbuhkan dalam lingkuangan terkendali. Sel-sel penyusun kalus adalah sel-sel parenkim
yang mempunyai ikatan yang renggang dengan sel-sel lain. Dalam kultur inIitro kalus dapat
dihasilkan dari potongan organ yang telah steril, di dalam media yang mengandung auksin.

Induksi kalus dalam jaringan wortel ini, disertai dengan aktiIitas enzim-enzim NAD-diaphorase
succinic dehydrogenase dan cytochrome oxidase yang meningkat. Kenaikan aktiIitas enzim
terutama dalam lapisan sel yang sedang membelah. Dalam jaringan ini juga ditemukan aktiIitas
asam IosIatase. Pada Iase kultur artichoke, enzim IosIatase diditeksi pada permukaan sel-sel
yang tidak membelah. Menurut hipotesa Yeoman pada tahun 1970, asam IosIatase berhubungan
dengan sel rusak dan enzim ini adalah index autolysis sel. Pada sel yang rusak tapi tidak pecah di
lapisan perisIer, terjadi autolisis dan sel-sel yang rusak tersebut mengeluarkan persenyawaan
yang dapat memacu pembelahan sel di lapisan berikutnya.

Sebelum mengkulturkan kalus wortel terlebih dahulu dilakukan pemilihan ekplan. Eksplan yang
digunakan untuk induksi kalurs adalah umbi akarnya, tetapi akan lebih baik lagi jika
menggunakan jaringan kambium sekitarnya. Umbi wortel yang langsung diambil dari lapangan
jauh lebih baik dari pada umbi dari wortel yang dibeli di pasar. Sterilisasi terhadap umbi wortel
yang akan dipakai sebagai eksplan dalam kultur jaringan sangat penting karena umbi yang
berasal dari tanah umumnya mudah sekali terkontaminasi dan biasanya sterilsasinya agak sulit.

Kontaminasi yang terjadi pada wortel diakibatkan oleh ruangan yang kurang bersih, media yang
kurang steril atau penutup media kurang rapat, air yang digunakan, alat-alat yang digunakan dan
orang yang melakukan kegiatan. Salah satu Iaktor pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan
adalah kontaminasi yang dapat terjadi setiap saat dalam masa kultur. Kontaminasi dapat dari
eksplan baik internal maupun eksternal, organisme kecil yang masuk dalam media, air yang
digunakan, botol kultur atau alat-alat tanaman yang kurang steril, lingkungan kerja dan ruang
kultur yang kotor (spora di udara), kecerobohan dalam pelaksanaan.

Dengan demikian sterilisasi merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan kultur jaringan.
Sterilisasi yang utama harus dilakukan adalah sterilisasi ruang, alat dan bahan karena sterilisasi
alat dan bahan sangat pengaruh sekali, adapun alatalat yang perlu di sterilkan sebelum
penanaman adalah pinset, gunting, gagang scapel, petridhis, botol kosong
suhu yang digunakan untuk sterilisasi 121oC pada tekanan 1,5 kgc/cm 2 selama 1 jam,
perhitungan waktu sterilisasi setelah tekanan yang diinginkan tercapai.

Kontaminasi disebabkan oleh jamur dan bakteri. Kontaminan ini tumbuh pertama kali pada
eksplan kemudian menyebar ke dalam medium, ini menunjukkan bahwa kontaminasi berasal dari
eksplan, karena kurangnya sterilisasi terhadap eksplan.

Kontaminasi oleh jamur ditandai dengan munculnya benang-benang yang berwarna putih, yang
merupakan miselium jamur. Jamur dapat menginIeksi jaringan secara sistemik (umum tersebar
diseluruh organ) terlihat setelah jaringan tersebut dipotong dan akan menyebar sehingga jaringan
tersebut akan mati. Sedangkan kontaminasi oleh bakteri ditandai dengan munculnya bercak-
bercak putih pada medium terlihat agak berlendir. Bakteri lebih sulit dideteksi dibanding jamur,
karena selain menginIeksi secara sistemik bakteri juga akan masuk kedalam ruang antar sel.

Anda mungkin juga menyukai