Anda di halaman 1dari 12

Definisi Poligami

1. Poligami Poligami berasal dari bahasa Yunani. Poligami adalah perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari satu wanita atau perkawinan yang banyak atau pemahaman tentang seorang lakilaki yang membagi kasih sayangnya atau cintanya dengan beberapa wanita dengan menyunting atau menikahi wanita lebih dari satu dan hal ini dapat mengundang persepsi setiap orang baik negatif atau positif tentang baik buruknya moral sesorang yang melakukan poligami.

Proses persepsi terdiri atas tiga tahap, tahapan pertama terjadi stimulasi pada penginderaan. Tahapan kedua yaitu stimulasi pada pengindearaan diorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, misalnya keterdekatan dan kesamaan. Tahapan ketiga yaitu stimulasi pada penginderaan diinterprestasi dan di evaluasi. Interprestasi dan evaluasi merupakan suatu proses yang tidak dapat dapat dipisahkan. Tahap ketiga merupakan tahap subyektifitas. Hal ini dikarenakan interprestasi dan evaluasi di pengaruhi oleh pengalaman kebutuhan, nilai kepercayaan tentang bagaimana seharusnya berperilaku, harapan, keadaan dan emosi.. Persepsi juga di pengaruhi oleh pengalaman belajar di masa lalu, harapan dan preferensi.

Poligami berasal dari bahasa Yunani. Kata ini merupakan penggalan kata poli dan polus yang artinya banyak, dan kata gamein atau gamos, yang artinya kawin atau perkawinan. Maka, ketika kedua kata ini digabungkan akan berarti suatu perkawinan yang banyak. Kalau dipahami dari kata ini, menjadi sah untuk mengatakan, bahwa anti poligami adalah perkawinan banyak, dan bisa jadi dalam jumlah yang tidak terbatas. Namun, dalam Islam, poligami mempunyai anti perkawinan yang lebih dari satu, dengan batasan, umumnya dibolehkan hanya sampai empat wanita. Walaupun ada juga yang memahami ayat tentang poligami dengan batasan lebih dari empat atau bahkan lebih dari sembilan istri. Poligami dengan batasan empat nampaknya lebih didukung oleh bukti sejarah. Karena Nabi melarang menikahi wanita ebih dari empat orang.

Poligami merupakan salah satu objek dalam lingkup sosial. Seseorang akan membedabedakan dalam memberikan persepsinya terhadap poligami. Pandangan yang berbeda dalam menghadapi masalah poligami memberikan persepsi yang berbeda terhadap poligami antara seseorang dengan orang lain, persepsi seseorang terhadap poligami sangat tergantung pada pemahamannya tentang poligami. Poligami secara bahasa terdiri dari dua suku kata, yaitu: `poli' yang berarti banyak dan 'gami' berarti perkawinan. Sehingga poligami berarti perkawinan dengan dua orang perempuan atau lebih (Algra dalam Kuzari, 1995). Sedangkan menurut Kuzari (1995) mula-mulanya poligami dikenal sebagai perkawinan lebih dari satu. Poligami dapat membedakan atas dua definisi yaitu, poligami yang artinya seseorang laki-laki menikah dengan banyak wanita dan poliandri yang artinya seorang wanita menikah dengan banyak laki-laki. Kemudian perkembangan pengertian itu mengaaami pergeseran sehingga poligami dipakai untuk makna laki-laki beristri banyak, sedang poliandri tidak lazim dipakai.

Aj-Jahrani (1996) mengatakan bahwa poligami telah dikenal masyarakat sebelum islam dalam hal ini seorang laki-laki boleh menikahi lebih dari seorang istri. Soemiyati (1974) mendefenisikan poligami sebagai perkawinan antar seorang laki-laki dengan lebih dari seorang wanita, dalam masyarakat Indonesia dikenal dengan sebutan poligami (Sabili, 2000). Berdasarkan pengertian persepsi dan poligami dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi terhadap poligami merupakan sikap mendukung dan menolak dilakukannya dengan pernikahan istri lebih dari satu. Persepsi terhadap poligami dapat diartikan pula sebagai derajat efek positif dan negatif terhadap dilakukannya perkawinan dengan istri lebih dari satu.

Menurut Aj-Jahrani (1996) Islam rnembolehkan poligami untuk tujuan kemaslahatan yang ditetapkan bagi tuntutan kehidupan. Poligami untuk diterima tanpa keraguan demi kebahagian seorang mukmin didunia dan diakherat. Islam tidak menciptakan aturan poligami dan tidak mewajibkan umatnya untuk melaksanakan poligami. Islam datang untuk mengatur poligami yang telah jauh sebelum Islam datang. Poligami dilakukan sebelum Islam oleh agama-agama samawi seperti Yahudi dan Nasrani, juga oleh kepercayaan seperti Paganisme dan Majusiah. Kedatangan Islam memberikan landasan dan dasar yang kuat untuk mengatur serta mambatasi keburukan yang terdapat dalam masyarakat yang melakukan poligami. Tujuan semua itu adalah untuk memelihara hak-hak wanita, memelihara kemuliaan mereka yang dahulu terabaikan karena poligami yang tanpa ikatan, persyaratan, dan jumlah tertentu. 2. Aspek-Aspek Persepsi Terhadap Poligami Poligami mempunyai beberapa aspek. Menurut Toha (1983), persepsi terhadap poligami terdiri dari empat aspek, yaitu: a. Aspek Agama berpengaruh dalam jiwa, sehingga agama dapat mengubah seseorang dalam mempersepsikan sesuatu. Pengaruh agama pada seseorang akan terlihat dalam perilaku dan hidupnya sendiri. b. Aspek Psikologi Aspek psikologi yaitu kondisi psikis seseorang pada saat memberikan persepsi tentang suatu obyek tertentu. c. Aspek Keluarga Persepsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh orang tua karena orang tua telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini. d. Aspek Kebudayaan Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu aspek yang kuat dapat mempengaruhi sikap, nilai dan persepsi serta memahami keadaan di dunia ini. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Poligami Aryanti (1995) mengengungkapkan bahwa persepsi terhadap poligami yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan terhadap obyek psikologi. Aryanti (1995) mengemukakan bahwa persepsi terhadap poligami juga ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. Faktorfaktor yang mempengaruhi persespi terhadap poligami terdiri faktor personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, poses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap objek psikologi. Faktor-faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku dan nilai-nilai dalam masyarakat.

Krech dan Cructhfield (Rahmat, 1996) mengatakan bahwa persepsi terhadap poligami dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: a. Faktor Fungsional, yaitu faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, pengalaman masa lalu, kepribadian, jenis kelamin dan hal-hal yang bersifat subjektif b. Faktor Struktural, yaitu faktor yang berhubungan dengan individu,misalnya lingkungan keluarga, hukum yang berlaku, nilai-nilai di masyarakat, sosial dan budaya. c. Faktor Keagamaan yaitu faktor yang bersifat mendasar (prinsip) pada seseorang, misalnya pendidikan tentang agama, pengamalan, kepercayaan dan pemahaman tentang keagamaan. Persepsi poligami adalah mengamati, menafsirkan, mengevaluasi dan menarik kesimpulan tentang sebuah perkawinan dengan lebih dari satu wanita baik dari segi positifnya sampai segi negatifnya.

Poligami dalam Islam


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Poligami dalam Islam merupakan praktik yang diperbolehkan (mubah, tidak larang namun tidak dianjurkan)[1]. Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang istri dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat 3 4:3). [2]

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Ragam pandangan 2 Praktik poligami oleh Nabi Muhammad 3 Kontroversi Poligami oleh Ali bin Abi Thalib 4 Referensi

[sunting] Ragam pandangan


Beberapa ulama kontemporer seperti Syekh Muhammad Abduh , Syekh Rashid Ridha, dan Syekh Muhammad al-Madan (ketiganya ulama terkemuka Al Azhar Mesir) lebih memilih memperketat penafsirannya. Muhammad Abduh dengan melihat kondisi Mesir saat itu (tahun

1899), memilih mengharamkan poligami. Syekh Muhammad Abduh mengatakan: Haram berpoligami bagi seseorang yang merasa khawatir akan berlaku tidak adil.[3].Saat ini negara Islam yang mengharamkan poligami hanya Maroko [4]. Namun sebagian besar negara-negara Islam di dunia hingga kini tetap membolehkan poligami, termasuk Undang-Undang Mesir dengan syarat sang pria harus menyertakan slip gajinya. [5]

[sunting] Praktik poligami oleh Nabi Muhammad


Nabi Muhammad, nabi utama agama Islam melakukan praktik poligami pada delapan tahun sisa hidupnya, sebelumnya ia beristri hanya satu orang selama 28 tahun. Setelah istrinya saat itu meninggal (Khadijah) barulah ia menikah dengan beberapa wanita. Kebanyakan dari mereka yang diperistri Muhammad adalah janda mati, kecuali Aisyah (putri sahabatnya Abu Bakar). Dalam kitab Ibn al-Atsir, sikap beristeri lebih dari satu wanita yang dilakukannya adalah upaya transformasi sosial [6]. Mekanisme beristeri lebih dari satu wanita yang diterapkan Nabi adalah strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan dalam tradisi feodal Arab pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang perempuan dan janda sedemikian rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri sebanyak mereka suka. Sebaliknya, Nabi membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku sewenang-wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam beristeri lebih dari satu wanita. Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang dilakukan Nabi kepada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi RA, Wahb al-Asadi, dan Qais bin al-Harits. Dan, inilah pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasan poligami yang awalnya tanpa batas sama sekali.

[sunting] Kontroversi Poligami oleh Ali bin Abi Thalib


Nabi Muhammad saw marah besar ketika mendengar putrinya, Fatimah , akan dimadu oleh Ali bin Abi Thalib. Ketika mendengar kabar itu, Nabi pun langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru: [7]

Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga.

Penentang poligami kerap menggunakan hadits diatas untuk menolak dibolehkannya poligami, namun sebenarnya, hadits tentang kejadian yang sama dalam versi yang lebih lengkap menceritakan bahwa marahnya Nabi Muhammad saw dikarenakan oleh calon yang hendak diperistri Ali adalah putri dari Abu Jahal, yakni salah satu musuh Islam saat itu.[8][9]

Abu Yamn meriwayatkan kepada kami dari Syu'aib dari Zuhri dia berkata, Ali ibn Husain meriwayatkan kepadaku bahwa Miswar ibn Makhramah berkata, Sesungguhnya Ali meminang anak perempuan Abu Jahal. Kemudian Fatimah mendengar tentang hal itu lalu kemudian dia datang kepada Rasulullah s.a.w. dan berkata, "Kaummu mengira bahwa kamu tidak marah karena putri-putrimu. Dan ini Ali (ingin) menikahi anak perempuan Abu Jahal." Lalu Rasulullah s.a.w. berdiri, maka dia pun berdiri. Kemudian aku mendengarkan Beliau ketika mengucapkan tasyahhud (seperti pada khutbah) dan berkata, "Amma Ba'd, Aku telah menikahkan Abu sh ibn Rab' kemudian dia berbicara kepadaku dan jujur kepadaku. Dan sesungguhnya Fatimah adalah darah dagingku dan aku tidak senang ada sesuatu yang menyakitinya. Demi Allah, tidak berkumpul anak perempuan Rasulullah s.a.w. dengan anak perempuan musuh Allah pada satu laki-laki." Kemudian Ali meninggalkan pinangannya.

Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan) sekaligus pada suatu saat (berlawanan dengan monogami, di mana seseorang memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu saat). Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu poligini (seorang pria memiliki beberapa istri sekaligus), poliandri (seorang wanita memiliki beberapa suami sekaligus), dan pernikahan kelompok (bahasa Inggris: group marriage, yaitu kombinasi poligini dan poliandri). Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah, namum poligini merupakan bentuk yang paling umum terjadi. Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan. Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Poligami dan agama o 1.1 Hindu o 1.2 Buddhisme o 1.3 Yudaisme o 1.4 Kristen 1.4.1 Mormonisme o 1.5 Islam 2 Dampak poligami 3 Poligami berseri 4 Referensi 5 Pranala luar

[sunting] Poligami dan agama

[sunting] Hindu

Baik poligini maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat Hindu pada zaman dulu. Hinduisme tidak melarang maupun menyarankan poligami. Pada praktiknya dalam sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami.
[sunting] Buddhisme

Dalam Agama Buddha pandangan terhadap Poligami adalah suatu bentuk keserakahan (Lobha).
[sunting] Yudaisme

Walaupun kitab-kitab kuno agama Yahudi menandakan bahwa poligami diizinkan, berbagai kalangan Yahudi kini melarang poligami.
[sunting] Kristen

Gereja-gereja Kristen umumnya, (Protestan, Katolik, Ortodoks, dan lain-lain) menentang praktik poligami. Namun beberapa gereja memperbolehkan poligami berdasarkan kitab-kitab kuna agama Yahudi. Gereja Katolik merevisi pandangannya sejak masa Paus Leo XIII pada tahun 1866 yakni dengan melarang poligami yang berlaku hingga sekarang.
[sunting] Mormonisme

Penganut Mormonisme pimpinan Joseph Smith di Amerika Serikat sejak tahun 1840-an hingga sekarang mempraktikkan, bahkan hampir mewajibkan poligami. Tahun 1882 penganut Mormon memprotes keras undang-undang anti-poligami yang dibuat pemerintah Amerika Serikat. Namun praktik ini resmi dihapuskan ketika Utah memilih untuk bergabung dengan Amerika Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon sampai kini masih mempraktekkan poligami.
[sunting] Islam Artikel utama untuk bagian ini adalah: Poligami dalam Islam

Islam pada dasarnya 'memperbolehkan' seorang pria beristri lebih dari satu (poligami). Islam 'memperbolehkan' seorang pria beristri hingga empat orang istri dengan syarat sang suami harus dapat berbuat 'adil' terhadap seluruh istrinya [1]. Poligini dalam Islam baik dalam hukum maupun praktiknya, diterapkan secara bervariasi di tiap-tiap negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Di Indonesia sendiri terdapat hukum yang memperketat aturan poligami untuk pegawai negeri, dan sedang dalam wacana untuk diberlakukan kepada publik secara umum. Tunisia adalah contoh negara Arab dimana poligami tidak diperbolehkan.

[sunting] Dampak poligami


Dampak yang umum terjadi terhadap istri yang suaminya berpoligami[2] yang terdiri dari 2 faktor yaitu:
1. Faktor Internal

1. Dampak psikologis: perasaan inferior istri dan menyalahkan diri karena merasa tindakan suaminya berpoligami adalah akibat dari ketidakmampuan dirinya memenuhi kebutuhan biologis suaminya. 2. Dampak ekonomi: Ketergantungan secara ekonomi kepada suami. Walaupun ada beberapa suami memang dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya, tetapi dalam praktiknya lebih sering ditemukan bahwa suami lebih mementingkan istri muda dan menelantarkan istri dan anak-anaknya terdahulu. Akibatnya istri yang tidak memiliki pekerjaan akan sangat kesulitan menutupi kebutuhan sehari-hari. 3. Dampak hukum: Seringnya terjadi nikah di bawah tangan (perkawinan yang tidak dicatatkan pada Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama), sehingga perkawinan dianggap tidak sah oleh negara, walaupun perkawinan tersebut sah menurut agama. Pihak perempuan akan dirugikan karena konsekuensinya suatu perkawinan dianggap tidak ada, seperti hak waris dan sebagainya. 4. Dampak kesehatan: Kebiasaan berganti-ganti pasangan menyebabkan suami/istri menjadi rentan terhadap penyakit menular seksual (PMS), bahkan rentan terjangkit virus HIV/AIDS. 5. Kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik, ekonomi, seksual maupun psikologis. Hal ini umum terjadi pada rumah tangga poligami, walaupun begitu kekerasan juga terjadi pada rumah tangga yang monogami. 2. Faktor Eksternal

[sunting] Poligami berseri


Poligami berseri dalam sosiologi adalah sejenis poligami, namun tidak dilakukan pada saat yang bersamaan (paralel) melainkan melalui proses perceraian (perceraian secara hukum, bukan cerai mati). Ketika seorang suami atau seorang istri bercerai lalu menikah lagi, maka hal itu disebut sebagai poligami berseri.

[sunting] Referensi
1. ^ Surat an-Nisa ayat 3 4:3 2. ^ (Indonesia) Bila suami anda melakukan Poligami (lbh-apik.or.id)

[sunting] Pranala luar


(Indonesia) E-Book Poligami (hdn.or.id) (Indonesia) Menyoal Poligami dan Kendalanya (alsofwah.or.id) (Indonesia) Poligami, Siapa Takut? (liputan6.com)

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Poligami&oldid=4748014" Kategori:


Pernikahan Agama dan politik

Fenomena: Aa Gym, Poligami dan Revisi UU Pernikahan Oleh: Yunita Ramadhana

Bukanlah rahasia umum lagi bahwa poligami telah menjadi pokok pembahasan yang amat menarik di masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Fenomena ini semakin marak di bicarakan setelah kebanyakan para public figure yang tidak pernah lepas dari perhatian umum, melakukan poligami dan mempublikasikannya ke khalayak ramai. Sebenarnya hal ini bukanlah hal yang baru dan tidak hanya dilakukan oleh public figure, masyarakat biasapun banyak yang melakukannya. Hanya saja hal ini mencuat ke permukaan karena pelakunya seorang public figure, dengan demikian media massa yang gemar mencari sisi lain dari kehidupan seorang public figure mempublikasikannya secara besar2an. Maraknya fenomena poligami ini, telah melahirkan begitu banyak pro dan kontra di masyarakat, terutama kaum perempuan. Ditambah lagi dengan adanya kabar terbaru bahwa seorang pemuka agama yang cukup kondang dan ternama, K. H. Abdullah "Aa Gym" Gymnastiar, yang pernah mengatakan bahwa: satu istri saja sudah menghasilkan anak tujuh, sudah cukuplah, melaksanakan pernikahannya yang kedua baru2 ini. Tentu saja hal ini mengejutkan seluruh masyarakat, bagaimana mungkin seorang Aa yang selama ini terlihat begitu mesra dan sayang pada istrinya melakukan tindakan ini? Ada apa dengan beliau dan pernikahannya? Mayoritas masyarakat terutama perempuan menentang tindakan poligami ini, dan tentu saja ini berpengaruh terhadap karir beliau sebagai seorang ulama. Kebanyakan dari mereka menganggap hal ini sebagai pelecehan terhadap kaum perempuan dan melanggar HAM. Benarkah demikian? Apabila kita lihat dari satu sisi aja, tentulah kita sebagai kaum perempuan menggapnya benar. Tapi, untuk menganalisa sebuah fenomena di masyarakat, kita tidak boleh memandang dari satu sisinya saja. Sebagai contoh, selain mempertimbangkan segi emosi diri kita sendiri, kita juga harus mempertimbangkan aturan2 yang ada dalam masyarakat, terutama aturan agama. Di dalam agama, dalam hal ini agama Islam, Poligami bukanlah hal yang di larang. Islam memperbolehkan poligami, tapi dengan beberapa ketentuan. Jika seseorang melakukan poligami dia harus mempunyai alasan yang kuat mengapa ia melakukan poligami dan harus dapat adil dlm berbagai hal terhadap istri2nya. Apabila ia tidak mempunyai alasan yang kuat dan tidak bisa berlaku adil, maka poligami itu tidak di perbolehkan. Dan yang lebih penting lagi, sebelum melakukan poligami, seorang suami harus sudah mengantongi surat izin dari istri pertamanya, jika tidak, tidaklah halal baginya melakukan poligami. Alasan2 ini bisa meliputi berbagai hal, bisa karena ingin memperoleh keturunan, atau sang istri sudah tidak mampu lagi melayani suaminya baik lahir maupun batin, dan alasan2 lain yang sesuai dengan syariat Islam, dan melakukannya karena Allah semata bulan karena kepuasan sesaat, karena manusia itu tidak akan pernah ada puasnya. Kembali ke soal Aa Gym tentang pernikahan keduanya dan tanggapan masyarakat akan hal itu. Tentu saja sudah dapat di tebak, bahwa mayoritas masyarakat menentang pernikahan itu dan mengecam tindakannya sebagai tindakan yang melecehkan kaum perempuan dan mengecapnya sebagai suami yang tidak setia, yang tega menyakiti hati istrinya, karena bagaimanapun tidaklah ada seorang perempuan pun di muka bumi ini yang rela berbagi kasih dengan orang lain apalagi harus berbagi suami. Namun, di dalam Islam juga di jelaskan bahwa bagi istri yang dengan ikhlas menerima suaminya menikah lagi akan mendapatkan surga dan tempat mulia di sisi Allah. Menyikapi pernikahan kedua Aa Gym, saya sebagai seorang perempuan jujur saja merasa kecewa dan kurang respect dengan tindakan beliau. Perasaan saya mengatakan itu tidak adil. Mengapa

pernikahan yang telah sekian lama di rintis harus di selingi dengan poligami? Apakah ia tidak tahu, bahwa hal ini pasti menyakiti hati istrinya? Saya yang bukan Teh Ninih aja merasa sakit hati dan emosi mendengarnya, apalagi Teh Ninih sendiri? Omong kosong belaka kalau dikatakan cemburu itu tidak ada, pastilah ada walaupun sedikit. Istri Nabi Muhammad SAW, Aisyah, pun merasakan cemburu, apalagi kita yang bukan apa2. Tapi, logika saya kembali berfikir. Mengapa saya harus mengahakimi mereka? Sebagai pengamat kita hanya bisa memberikan pendapat bukan menghakimi, karena kita juga tidak tahu apa yang sedang terjadi di keluarga mereka dan apa yang mereka bicarakan. Hanya mereka dan Allah sajalah yang tahu apa yang terjadi di keluarga mereka. Seingat saya, Teh Ninih pernah berkata, dia mengikhlaskan Aa untuk menikah lagi karena dia tidak bisa terus2an menemani Aa kalau ia harus berceramah ke luar daerah. Mungkin dengan adanya poligami ini dapat menjadi solusi untuk permasalahan mereka. Tapi sikap istri pertama beliau, Teh Ninih, membuat saya berdecak kagum. Sungguh tegar dan kuat perempuan ini, mampu menghadapi dan menerimanya dengan lapang dada walau tidak bisa di pungkiri lagi rasa kecewa itu pasti ada, masih mampu tersenyum ikhlas kepada suaminya, benar2 seorang muslimah sejati. Tiada hadiah yang pantas baginya selain surga dan tempat yang mulia di sisi Allah. Walaupun di salah satu Headline media massa di katakan bahwa antara Teh Ninih dan Alfarini-istri kedua Aa-tidak saling bertegur sapa walau mereka jalan bersama, wallahua'lam itu benar atau tidak. Tapi, menurut saya itu hal yang wajar. Terlebih lagi melihat anak2 beliau yang begitu tegar mengetahui bapaknya menikah lagi, kekaguman saya semakin bertambah. Kalau saya anaknya, tau deh apa yang akan saya lakukan dengan madu ibu saya, wallahua'lam. Namun, tindakan poligami ini janganlah di salah artikan, karena kebanyakan lelaki di negeri ini menyalah artikan poligami. Poligami bukanlah hanya beristri lebih dari satu. Poligami bukan hanya untuk menghindari zina. Kalau niatnya hanya untuk menghindari zina, Allah juga tidak menyukainya. Karena, di dalam Al-Qur'an, Allah menegaskan bahwa kita harus mampu untuk mengendalikan hawa nafsu dan emosi kita. Poligami itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Jika ingin berpoligami, harus siap dengan segala konsekwensinya, harus bisa berlaku adil yang sebenar2nya adil, bisakah anda melakukannya? Dengan semakin bertambahnya pelaku poligami dalam masyarakat, pemerintah segera mengambil tindakan dengan rencana untuk merevisi UU No. 49, tentang pelarangan poligami, dimana sebelumnya dikatakan bahwa poligami tidak diperbolehkan untuk PNS (Pegawai Negeri Sipil)saja, yang juga tercantum di dalam peraturan kepegawaian yakni PP No. 13, kini akan diperluas dan tidak hanya berlaku untuk PNS tapi juga warga sipil biasa dan pejabat tinggi negara. Kemungkinan hal ini diakibatkan oleh tuntutan kaum perempuan yang tidak menyetujui poligami. Pada awalnya saya menyambut baik rencana perevisian ini. Namun ketika saya kaji lebih lanjut apa dampak yang akan di timbulkan oleh tindakan ini, saya menarik kembali pendapat saya. Dengan adanya pelarangan ini, maka akan banyak dampak negatif yang akan di timbulkan, Sebagai contoh, hal ini bisa saja membuat sarana prostitusi semakin bertambah, karena para suami akan "jajan" di luar, anak2 yang lahir tanpa adanya pengakuan secara hukum, perzinahan yang merajalela, dan mungkin saja hal2 lain yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Tanpa di larang saja, hal ini sudah banyak terjadi, apalagi kalau di larang. Tidak ubahnya seperti seorang anak kecil yang di larang orang tuanya untuk memanjat pohon, semakin dia di larang semakin besar keinginannya untuk

memanjat pohon. Dengan demikian, timbul ide di pikiran saya, bahwa poligami itu jangan di larang, tapi di berikan lagi aturan2 baru yang mempertegas boleh tidaknya seorang melakukan poligami. Misalnya, adanya bukti hitam di atas putih bahwa istri yang akan di madu bersedia melepaskan suaminya untuk menikah lagi, dan di sahkan melalu notaris. Apabila ketentuan ini tidak ada, maka secara otomatis pernikahan kedua itu gugur dan cacat hukum. Selain contoh di atas, masih ada aturan2 lain yang bisa di terapkan untuk mementapkan aturan tentang poligami. Karena kalau poligami itu di larang, sama saja artinya kita menentang aturan agama yang sudah di tetapkan dalam Al-Qur'an, sebab di dalam Al-Qur'an sudah di jelaskan secara terperinci tentang aturan poligami. Jika kita tidak sanggup untuk di poligami, kita boleh tidak menerimanya, karena Allah tidak pernah memaksa umatnya untuk menerima poligami. Sebagai muslimah kita boleh tidak mau di poligami, apabila kita memang tidak siap dan tidak ikhlas, Islam itu agama yang fleksibel. Kita hanya boleh tidak menyetujui poligami, tapi tidak menentangnya. Kalau sebagai manusia saja kita sudah berani menentang aturan yang ada dalam agama, maka niscaya laknat Allah akan segera datang. Dan apa gunanya kita meyakini agama sebagai pedoman kita dalam menjalani kehidupan ini, kalau toh akhirnya kita masih meragukan aturan yang sudah di gariskan oleh sang Khalik. Bagaimana dengan anda, setujukah anda dengan rencana perevisian UU No. 49 tentang pelarangan poligami? Semua kembali kepada anda.

Home

Poligami di Indonesia Kena Sanksi, di Malaysia Malah Diberi Insentif


October 23, 2011 12:26 pm Di Indonesia, poligami dipandang sinis dan negatif oleh banyak kalangan, bahkan ada sanksinya berdasarkan undang-undang. Di Malaysia, menikah poligami malah dapat insentif dari pemerintah. Pemerintah Malaysia menyarankan agar suami berpoligami dengan janda karena di Kelantan sekarang terdapat 25.000 janda di bawah umur 60 tahun.

Poligami yang pernah dilakukan Kiyai kondang Abdullah Gymnastiar pada beberapa tahun yang lalu membuat gerah presiden SBY. Pasalnya tak lama usai Aa Gym mengumumkan Poligaminya di depan wartawan, SBY langsung memanggil Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta membahas poligami. Hal itu dilakukan SBY karena ketakutannya jika umat Islam berbondong-bondong mengikuti langkah KH. Abdullah Gymnastiar yang menjalankan sunnah berpoligami. Sehingga pada waktu itu SBY menjadi begitu sensitif atau mungkin lebih tepatnya alergi terhadap sunnah Rasulullah yang satu ini dengan berupaya mengharamkan Sunnah tersebut bahkan mengenakan sanksi lewat Undang-Undang di negeri ini, terutama adalah bagi PNS, Pejabat Negara maupun TNI/Polri dengan memperluas cakupan UU 1/1974 tentang Perkawinan dan PP 45/1995 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi PNS.

Berbeda dengan Indonesia di mana SBY melalui Undang-Undang seolah mengharamkan apa yang disunnahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, Negara Bagian Kelantan di Malaysia justru berencana memberikan hadiah kepada para suami yang secara terbuka beristri lebih dari satu dan mampu mengurus keluarga. Ketua Komite Kesehatan dan Pembangunan Masyarakat Kelantan Wan Ubaidah Omar mengatakan tujuan rencana ini adalah untuk mendorong para suami agar tidak menyembunyikan pernikahan poligami dari istri-istri dan keluarga-keluarga yang lain. Bentuk insentif bisa berupa hadiah atau tunjangan keuangan. Selain mendorong agar suami terbuka, kata Wan Ubaidah Omar, pemberian insentif juga untuk membantu mengharmoniskan kehidupan rumah tangga. Namun dia menegaskan gagasan ini sedang digodok oleh pemerintah negara bagian Kelantan yang dikuasai oleh Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Pemberian tunjangan rencananya akan dimulai tahun depan. "Ini bukan untuk mendorong poligami tetapi untuk memberikan pengakuan kepada pria-pria baik dalam masyarakat yang bisa menjadi contoh bagi orang lain, jelas Wan Ubaidah. "Bila rencana ini disetujui, bukan hanya suami yang berpoligami yang diberi hadiah, para istri dan anak-anak mereka juga akan diberi insentif," tambahnya. Menurutnya, langkah ini ditempuh karena banyak suami berpoligami yang menyembunyikan istri kedua dari istri pertama. "Ini bukan untuk mendorong poligami tetapi untuk memberikan pengakuan kepada pria-pria baik dalam masyarakat yang bisa menjadi contoh bagi orang lain," tambahnya. Tahun lalu tercatat 1.600 pernikahan poligami di Kelantan, tetapi banyak lainnya diyakini tidak didaftarkan. Utamakan poligami janda Meski malaysia mengizinkan suami beristri sampai empat, tetapi mereka diwajibkan memenuhi semua persyaratan, antara lain mendapat izin dari istri yang ada, dan izin dari badan urusan agama. Menanggapi kebijakan tersebut berbagai kelompok LSM perempuan menyerukan agar peraturan yang ada diperketat sehingga poligami tidak semudah sekarang. Alasannya, praktik ini mengurangi kesejahteraan istri dan anak. Wan Ubaidah Omar menyarankan agar suami yang ingin menikah lagi untuk menikahi janda karena di Kelantan sekarang terdapat 25.000 janda di bawah umur 60 tahun. [ahmed widad/bbc] sumber http://news.abatasa.com/news/detail/insentif-.html Koment TS= asyik nih dapat insentif Poligami di Indonesia Kena Sanksi, di Malaysia Malah Diberi Insentif
Info yg dicari : uu poligami terbaru,

Tags: Aa Gym, Alergi, Bawah Umur, Insentif, Kelantan, Kh Abdullah Gymnastiar, Kiyai, Menikah, Meutia Hatta, Pembangunan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perceraian, Perkawinan, Pernikahan, Poligami, Presiden Sby, Rumah Tangga, Sensitif, Sinis, Sunnah Rasulullah

Anda mungkin juga menyukai