Definisi
Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan patologi yang diakibatkan oleh karena defisiensi protein saja atau defesiensi energi saja atau protein dan energi baik secara kuantitatif atau kualitatif yang biasanya sebagai akibat/berhubungan dengan penyakit infeksi.
(I Wayan Sujana. Kekurangan Energi Protein (KEP). http://idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=10) Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011 dari
Klasifikasi
Klasifikasi menurut Gomez
Klasifikasi menurut tipe Klasifikasi menurut Waterlow
Lanjutan...
Penentuan tipe berdasarkan atas jumlah angka yang dapat dikumpulkan tiap penderita: 0-3 angka = marasmus 4-8 angka = marasmic-kwashiorkor 9-15 angka = kwashiorkor
Kwashiorkor
Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki
(dorsum pedis) Wajah membulat dan sembab Pandangan mata sayu Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok Perubahan status mental, apatis, dan rewel Pembesaran hati Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis) Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut (anemia, diare)
Marasmus
Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit Wajah seperti orang tua Cengeng, rewel Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar) Perut cekung Iga gambang Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang seperti diare kronik atau konstipasi/susah buang air)
Marasmik-Kwarshiorkor
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa
gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok
Depkes. Pedoman tatalaksana gizi di Puskesmas dan Rumah Tangga. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011 dari http://gizi.depkes.go.id/pedoman-gizi/pd-kep-pkm.shtml
Ukuran
BB/TB1 LILA Gejala klinis
Ambang batas
<-3 sd <115 mm
10
5 0 Gizi Kurang Pendek Kurus
Perbandingan
40 35 30 25 20 15 18.4 17.9 13.613.3 Riskesdas 2007 36.8 35.7
Riskesdas 2010
10
5 0 Gizi Kurang Pendek Kurus
Penyebab KEP
Faktor Langsung
Faktor Tidak Langsung Faktor Lain
Faktor Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit
memadai.
Bohari. KEP pada BALITA. Diakses pada tanggal 21 Oktober dari http://bohkasim.wordpress.com/2009/05/19/kep-pada-balita/
Faktor Lain
Faktor diet
Faktor sosial-budaya, seperti : Perceraian
Menghambat pertumbuhan
Rentan terhadap penyakit infeksi Mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan
perawatan kesehatan, Pencegahan infeksi potensial KEP Pemberian ASI eksklusif, Perbaikan sosial ekonomi keluarga, Keluarga berencana, Imunisasi
Lanjutan...
Kerjasama lintas program dan lintas sektor seperti:
kesehatan, pertanian (diversikasi pangan), ketenagakerjaan, pendidikan (menambah pengetahuan mengenai gizi seimbang), kesejahteraan sosial dan kependudukan juga dibutuhkan. Revitalisasi posyandu dengan menggalakkan kegiatan program : penimbangan balita secara rutin, imunisasi, upaya kesehatan ibu dan anak, pelayanan keluarga berencana, upaya perbaikan gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) seperti full cream sebanyak 60gr/hr ( 2gelas/hari), pemulihan, penyuluhan kesehatan akan sangat mendukung
KEP Ringan
Diberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah dan pemberian vitamin. Dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif (Bayi <4 bulan) dan terus memberikan ASI sampai 2 tahun. Pada pasien KEP ringan yang dirawat inap untuk penyakit lain, diberikan makanan sesuai dengan penyakitnya dengan tambahan energi sebanyak 20% agar tidak jatuh pada KEP sedang atau berat, serta untuk meningkatkan status gizinya. Selain itu obati penyakit penyerta.
KEP Sedang
Penderita rawat jalan (di RS/Puskesmas): diberikan
nasehat pemberian makanan dengan tambahan energi 20-50% dan vitamin serta teruskan ASI bila anak <2 tahun. Pantau kenaikan berat badannya setiap 2 minggu dan obati penyakit penyerta
KEP Sedang
Penderita rawat inap: diberikan makanan tinggi energi
dan protein, secara bertahap sampai dengan energi 2050% di atas kebutuhan yang dianjurkan (Angka Kecukupan Gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya, berat badan dipantau setiap hari, selain itu diberi vitamin dan penyuluhan gizi. Setelah penderita sembuh dari penyakitnya, tapi masih menderita KEP ringan atau sedang, rujuk ke puskesmas untuk penanganan masalah gizinya
KEP Berat
Bilamana ditemukan anak dengan KEP berat/Gizi buruk
harus dirawat inap. Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di Rumah Sakit terdapat 5 (lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan: Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10 langkah utama) Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit Pengobatan penyakit penyerta Kegagalan pengobatan Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas Tindakan pada kegawatan
Depkes. Pedoman Tatalaksana Kurang Protein Rumah Sakit. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011 dari http://gizi.depkes.go.id/pedomangizi/download/ped-tata-kurang-protein-rs-kab-kodya-1.doc
Atasi/cegah hipoglikemia Atasi/cegah hipotermia Atasi/cegah dehidrasi Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Obati/cegah infeksi Mulai pemberian makanan Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth) Koreksi defisiensi nutrien mikro Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
dilakukan melalui upaya-upaya : 1. penyelenggaraan posyandu 2. pemberian ASI eksklusif dan MP ASI 3. tatalaksana gizi buruk
Pertanyaan..
UU nomor berapa yang mendasari KEP, dan apakah penanggulangan pemerintah pada riskesdas 2007/2010 dapat dikatakan berhasil? (Dani Suyana) 2. Bagaimana perbedaan gejala KEP ringan, KEP sedang, dan KEP berat? (Karlina S)
1.
Jawaban..
UU sudah ada dan spesifik dalam pasal di UU no. 36
tahun 2009 Sedangkan penanggulangan pemerintah, kami mengatakan sudah berhasil, karena jika dikonversikan pada jumlah penduduk Indonesia, ini merupakan angka yang cukup baik yang telah dicapai pemerintah. Apalagi dalam kondisi ekonomi dan politik Indonesia yang seperti ini.
Jawaban..
Gejala klinis KEP ringan dan sedang berupa kurusnya
anak, yang indikatornya bisa dilihat pada KMS, jika dibawah garis merah, maka sudah bisa dikatakan menderita KEP. Bedanya, KEP ringan hanya ditanggulangi dengan penyuluhan dan pemberian makanan bergizi dari puskesmas setempat, sedangkan KEP sedang harus rawat inap. KEP berat gejala klinisnya dibagi tiga, yakni kwashiorkor, marasmus, dan marasmic-kwarshiorkor
Daftar Pustaka
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/658
http://www.bappenas.go.id/get-file-
server/node/10655/ Depkes. Pedoman Tatalaksana Kurang Protein Rumah Sakit. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011 dari http://gizi.depkes.go.id/pedomangizi/download/ped-tata-kurang-protein-rs-kab-kodya1.doc
Solihin Pudjiadi. Ilmu gizi klinis pada anak ed. 4th. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 2000
Bohari. KEP pada BALITA. Diakses pada tanggal 21 Oktober dari http://bohkasim.wordpress.com/2009/05/19/keppada-balita/
Depkes. Pedoman tatalaksana gizi di Puskesmas dan Rumah Tangga. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011 dari http://gizi.depkes.go.id/pedoman-gizi/pd-keppkm.shtml
I Wayan Sujana. Kekurangan Energi Protein (KEP). Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011 dari http://idijembrana.or.id/index.php?module=artike l&kode=10