ANALISA PERBANDINGAN ANTARA GEOGRAPHIC RESOURCES ANALYSIS SUPPORT SYSTEM (GRASS) DENGAN SURFER 8.0 UNTUK PEMBUATAN DIGITAL TERRAIN MODEL
A. Grana Juniangga1 dan Agung Budi Cahyono1
1
Abstrak
Terkait dengan diberlakukannya UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, maka kebebasan penggunaan perangkat lunak yang selama ini telah digunakan menjadi terbatas. Oleh karenanya, penggunaan perangkat lunak yang berbasiskan Open Source seperti GRASS menjadi alternatif di dalam pembuatan DTM. Dalam penelitian ini dibandingkan penggunaan perangkat lunak Open Source GRASS 5.4.0 berbasis LINUX dan Surfer 8.0 di dalam platform Windows untuk mengolah data-data ketinggian menjadi bentuk digital permukaan sebagai aplikasi dari Sistem Informasi Geografis. Dimana pengolahan metode interpolasi yang digunakan ialah Inverse Distance Weight. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada daerah kajian didapat penyimpangan terbesar titik-titik ketinggian yang ada sebesar 5 mm (sumbu X), 5 mm (sumbu Y), 4 mm (sumbu Z) dan biaya penggunaan GRASS 5.4.0 untuk pembuatan Digital Terrain Model cukup murah bila dibandingkan Surfer 8.0, dengan total biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 58.500,- sedangkan Surfer mencapai nilai Rp 5.415.000,- Selain itu, waktu pemrosesan yang relatif lebih cepat dibandingkan Surfer 8.0, yakni selama 24 detik (pembuatan DTM), 5 detik (pembuatan penampang melintang), dan 138 detik (pembuatan peta kemiringan lahan dengan klasifikasi). Namun demikian, perlu dikaji lebih lanjut tentang GRASS. Hal ini dikarenakan adanya kelemahan-kelemahan yaitu mengenai proses penginstalan yang tidak semudah Surfer, kemampuan visualisasi yang hanya mendukung 8 bit serta beberapa modul kartografi yang belum didukung.
1. PENDAHULUAN Saat ini penggunaan perangkat lunak komputer untuk aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh dalam pekerjaan sehari-hari merupakan suatu kebutuhan yang tak terpisahkan. Namun demikian, perangkat lunak yang banyak beredar di pasaran dan dipergunakan masyarakat banyak merupakan perangkat lunak yang tidak mempunyai hak pakai atau lisensi dari pembuatnya (misalkan : Arc View, Arc GIS, ERDAS, ER Mapper, NWIS, ENVI, PCI). Sehingga keabsahan atau legalitas dari hasil suatu pekerjaan yang menggunakan perangkat lunakperangkat lunak tersebut perlu dipertanyakan. Apalagi dengan berkembangnya HAKI dan adanya peraturan peraturan di Indonesia yang mulai mengatur pemakaian atau penggunaan perangkat lunak. Sebagai alternatif dari permasalahan HAKI di Indonesia, GRASS hadir sebagai salah satu
perangkat lunak yang berbasiskan public domain yang memilki beberapa tugas utama untuk mengumpulkan, menganalisa, memanipulasi dan menampilkan datadata spatial dengan atributatribut terkait seperti layaknya perangkat lunak Sistem Informasi Geografis lainnya. Secara singkat, GRASS sendiri merupakan kepanjangan dari Geographical Resources Analysis Support System. GRASS pertama kali dikembangkan oleh US Army Construction Engineering Research Lab (CERL). Namun sejak tahun 1997, GRASS ini dikembangkan oleh Baylor University, Waco Texas, USA. Hingga saat ini, sudah banyak versi dari GRASS yang telah dikembangkan oleh beberapa orang dan institusi dari seluruh penjuru dunia (hingga kini seri terakhir yang telah dikeluarkan GRASS ialah GRASS 6.0.0) mereka berdiskusi dan saling tukar-menukar infomasi lewat media internet. Keseluruhan modul-modul atau program-program pengembangan yang telah dikembangkan tersebut dapat di-copy secara bebas
TIS - 198
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
tanpa ada sedikit tuntutan dari pihak manapun (Hotari, 2003). Untuk itu, dalam penelitian ini akan dicoba digunakan perangkat lunak Open Source GRASS 5.4.0 berbasis LINUX untuk mengolah data sebagai aplikasi dari Sistem Informasi Geografis (SIG). Salah satu kemampuan Sistem Informasi Geografis adalah mempelajari bentuk morfologi permukaan bumi dengan memodelkan bentuknya secara digital yang dikenal dengan bentuk digital permukaan atau Digital Terrain Model ( DTM ). 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengkaji kemampuan perangkat lunak GRASS untuk pembuatan Digital Terrain Model (DTM). b. Membandingkan dengan Surfer mengenai ketelitian, biaya, waktu, dan visualisasi. 1.3 Batasan Masalah a. Perangkat lunak yang digunakan adalah Free software converter DXF2XYZ dengan tujuan untuk mendapatkan titik-titik ketinggian dan GRASS 5.4.0 di dalam LINUX distribusi Ubuntu untuk mengolah data titik titik ketinggian yang ada menjadi bentuk Digital Terrain Model. b. Data yang diambil sebanyak 732477 titik menggunakan format ASCII dengan luasan 1900 Ha dari Peta Rupa Bumi Indonesia Digital daerah Gunung Semeru Kabupaten Malang skala 1: 25000 tahun 1998 dengan nomor lembar 1607 444. Pemilihan Gunung Semeru sebagai daerah kajian agar dapat terlihat kenampakan Digital Terrain Model topografi permukaan bumi yang lebih jelas. c. Analisa yang dilakukan adalah meghitung ketelitian, waktu dan biaya serta visualisasi perbedaan dalam pembuatan model DTM antara perangkat open source GRASS dengan platform LINUX dan perangkat lunak Surfer 8.0 dengan platform Windows. d. Hasil akhir berupa peta kemiringan lahan dengan skala 1:25000 dan penampang melintang.
2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Alat dan Bahan Dalam pengerjaan pembuatan DTM (Digital Terrain Model) dengan menggunakan GRASS 5.4.0 dan Surfer 8.0 bahan dan peralatan yang diperlukan adalah : a. Peta rupa bumi digital skala 1 : 25000 lembar 1607 444 tahun 1998 daerah Gunung Semeru, dimaksudkan agar kenampakan topografi permukaan bumi tampak lebih jelas. b. Komputer dengan spesifikasi : Processor Intel 3.06 Mhz Memory 512 Mbyte Kartu Grafis ATI Radeon Mobility 9000 Harddisk 60 GB Monitor 15,4 resolusi 1280 x 800 c. Sistem operasi LINUX distribusi Ubuntu seri 4.10 d. Free software converter DXF2XYZ e. Open Source GRASS seri 5.4.0 2.2 Pengolahan Data Tahap permulaan yang dilakukan di dalam proses pembuatan DTM ialah mencari koordinat titik tinggi. Dimana koordinat titik tinggi ini diperoleh dari peta Rupa Bumi Digital keluaran Bakosurtanal pada tahun 1998. Untuk mendapatkan titik tinggi tersebut, digunakan free software DXF2XYZ untuk merubah format .Dxf pada kontur ketinggian peta RBI menjadi format ASCII. Dari hasil konversi di atas, dapat terlihat bahwa jumlah keseluruhan titik tinggi yang digunakan berjumlah 732477 titik. 2.2.1 Menggunakan Surfer 8.0
a. Tahap pertama yang dilakukan di dalam proses pembuatan Digital Terrain Model ialah mengimport data titiktitik ketinggian yang telah tersimpan di dalam format ASCII dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kerja Surfer 8.0 (Worksheet) dengan menggunakan proses import.
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
TIS - 199
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
b. Setelah data titiktitik ketinggian sudah berada di dalam lingkungan kerja Surfer 8.0, kemudian data-data tersebut diinterpolasi ke dalam menu Grid dengan metode Inverse Distance Interpolation dan disimpan dalam file dengan extension (*.grd). c. Proses pembuatan peta kemiringan dengan surfer dilakukan menggunakan menu Math. Dimana dengan menggunakan menu ini, akan dirubah bentuk kemiringan dalam satuan derajat menjadi bentuk persen. Rumus yang diisikan pada kolom function ialah C = ( A / 90) * 100 . d. Pada Surfer 8.0, pembuatan penampang melintang didahului dengan proses digitasi untuk menentukan, daerah yang akan ditampilkan kenampakan melintangnya. Setelah diperoleh daerah yang akan dibuat penampang melintangnya, proses dilanjutkan dengan proses pemotongan (slice), sehingga
melintang
yang
a. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam bekerja dengan GRASS 5.4.0 adalah pendefinisian location dan mapset. Location adalah wilayah yang mencakup seluruh peta kerja sedangkan mapset dapat merupakan sebagian dari atau seluruh wilayah kerja tersebut. Beberapa mapset dapat didefinisikan untuk satu location. b. Untuk membuat location dan mapset dalam GRASS, informasi yang harus dimiliki adalah: Sistem koordinat untuk basis data (planimetrik atau dengan proyeksi dan ellipsoid) Koordinat minimum dan maksimum dari wilayah kerja Resolusi spasial
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
TIS - 200
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
c. Setelah semua tahapan selesai, basis data akan terbentuk dan proses akan segera masuk ke dalam sistem GRASS. d. Data titik atau site dapat dimasukkan ke dalam sistem GRASS dengan cara melakukan proses import menggunakan modul s.in.ascii. Dengan menggunakan modul ini, data titik ketinggian dalam format ASCII yang telah dikonversi sebelumya dapat diimpor tanpa mengurangi kandungan informasi yang ada di dalam sumber data (titik-titik ketinggian). e. Dalam GRASS mengenal tiga tipe field separator yakni : koma ( , ), tab, dan space. Untuk pengerjaan pembuatan DTM. f. Gunung Semeru, field separator yang digunakan adalah koma ( , ). g. Data vektor dapat dimasukkan ke dalam sistem GRASS dengan cara melakukan proses import menggunakan modul v.in.dxf. Dengan menggunakan modul ini, data vektor dalam format .DXF diimpor berdasarkan banyaknya layer-layer yang ada. h. Data vektor dapat dimasukkan ke dalam sistem GRASS dengan cara melakukan proses import menggunakan modul v.in.dxf. Dengan menggunakan modul ini, data vektor dalam format .DXF diimpor berdasarkan banyaknya layer-layer yang ada. i. Peta kemiringan lereng diturunkan dari DEM dan dapat diperoleh dengan menggunakan modul r.slope.aspect dari GRASS. Setelah diperoleh peta kemiringan lereng dalam derajat, langkah selanjutnya adalah merubah peta tersebut dalam bentuk persen dengan menggunakan modul r.mapcalc. Melakukan reklasifikasi kemiringan sesuai dengan kriteria yang ada dengan menggunakan r.reclass. Dari hasil modul r.reclass diperoleh pengelompokkan kemiringan sebanyak enam golongan dengan attribut keterangan 0 5 yang merupakan nomor identitas dari warna kemiringan.
j.
Pada GRASS 5.4.0, penampang melintang dari DTM yang sudah dibuat sebelumnya, dapat ditampilkan dengan menggunakan modul d.profile.
2.3. Analisa Pergeseran Titik Hasil Konversi Untuk melihat besarnya pergeseran titik-titik ketinggian yang ada, digunakan layer 2610 yang dalam hal ini merupakan jalan setapak yang ada pada daerah kajian. Alasan penggunaan layer tersebut digunakan disebabkan karena tingkat kejelasan visualisasi layer jalan setapak pada daerah yang sedang diamati. Secara keseluruhan, titik-titik ketinggian yang merupakan hasil konversi layer kontur pada data Peta RBI dalam format *.dxf ke dalam format ASCII berjumlah 732477 titik. Dalam hal ini, layer jalan (2610) belum termasuk di dalam titik tersebut, namun karena pada Peta RBI layer tersebut juga memilki ketinggian, maka dapat diassumsikan bahwa layer ini dapat mewakili dari ketinggian titik-titik yang ada. Dalam melihat besarnya perbedaan koordinat yang ada, diambil contoh sebanyak 20 titik secara acak dan merata untuk keseluruhan daerah kajian. Penggunaan 20 titik tersebut juga mengacu kepada hasil perhitungan kekuatan jaringan sebesar 0,3934. Dimana dengan nilai kekuatan jaringan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan 20 titik yang terdistribusi secara merata cukup dapat mewakili penggunaan titiktitik ketinggian sebanyak 732477 titik. Perbedaan koordinat hasil konversi dengan koordinat yang tercantum di dalam Peta RBI, terlihat pada tabel 1.
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
TIS - 201
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
Z 1876.93 2740.65 2725.9 2674.35 2199.07 1981.35 2223.44 1794.9 2296 2208.59 2453.74 2393.97 2410.5 2396.9 2670.06 2440.9 2446.96 1044.5 1029.19 2135.04
Z 1876.93 2740.649 2725.9 2674.348 2199.07 1981.35 2223.44 1794.9 2296 2208.594 2453.74 2393.97 2410.5 2396.9 2670.06 2440.9 2446.956 1044.5 1029.194 2135.04 Jumlah
vx 0 0.001 0.005 0.005 0.001 0.005 0 -0.002 0.002 -0.001 0.002 -0.002 0.004 0.003 -0.004 0 0.005 -0.003 -0.004 0.003 0.020
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa penggunaan software konversi DXF2XYZ menimbulkan adanya kesalahan. Kesalahan yang dimaksud ialah adanya pergeseran titik pada sumbu X,Y, dan Z. Walaupun dari data data di atas dapat terlihat titik yang tidak mengalami pergeseran, seperti pada data ke 7 dan ke 16. Besarnya pergeseran pada tiap-tiap titik bervariasi, dengan nilai pergeseran terbesar ialah 5 mm (sumbu X), 5 mm (sumbu Y), dan 4 mm (sumbu Z).
x 2 + y 2 + z 2 untuk
arah X-Y-Z, dengan nilai pergeseran pada skala peta ditetapkan sebesar 0,1 mm atau untuk skala 1: 25000 sebesar 2,5 m. Nilai penetapan 0,1 mm pada skala peta, ditetapkan berdasarkan atas kemampuan mata pena alat tulis terkecil yang ada, dalam hal ini mengambil contoh alat gambar
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
TIS - 202
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
rotring dengan besar ujung pena terkecilnya sebesar 0,1 mm. Berdasarkan data tabel di atas, terlihat bahwa nilai pergeseran untuk sumbu XY dan XYZ sama, hal ini dikarenakan pada sumbu Z nilai pergeserannya hanya sebesar 1 mm. Mengacu kepada nilai pergeseran sebesar 0,1 mm pada skala peta atau sebesar 2,5 m untuk skala 1 : 25000, maka nilai pergeseran yang ada secara keseluruhan masih lebih kecil, yakni sebesar 67 mm (untuk perubahan sumbu XY) dan 73 mm (untuk perubahan sumbu XYZ). Sehingga dapat di ambil sebuah kesimpulan bahwa penggunaan free software converter seperti DXF2XYZ untuk memperoleh titik-titik ketinggian dalam pembuatan Digital Terrain Model dapat dikatakan teliti. Dari data tabel di atas, dapat dihitung besarnya standart deviasi untuk sumbu X Y Z. Persamaan yang digunakan adalah (Wolf, P.R, 1997):
Single license price : $ 550 Academic single price : $ 495 (sumber : http://www.rockware.com) Oleh karena, surfer 8.0 berjalan di bawah platform Windows, maka untuk pengadaan platform Windows untuk single license dikenakan biaya sebesar : WinXp Prof : $ 135.99 WinXp Home edition : $ 87.99 (sumber:http://www.directron.com/windowxp.ht ml) WinXp Home Edition SP 2: $ 74.99 (After special offers) (sumber :http://www.amazon.com) Dalam pembuatan DTM ini, mengambil assumsi bahwa semua proses kegiatan yang dilakukan berdasarkan atas kegiatan edukasi dan kurs rupiah yang digunakan sebesar Rp.9.500,-. Untuk itu, besarnya biaya yang dikenakan sebesar: Surfer 8.0 (Academic Price): $ 495 WinXP Home Edition SP 2 (special offer): $ 74.99 Sehingga biaya total yang dibutuhkan sebesar: Surfer 8.0 : Rp 4.702.500, (Academic Price) WinXP Home Edition SP 2 Total : Rp 712.405, : Rp5.415.000,
S =
v
i =1
2 i
n 1
Sx =
v
i =1
20
2 x
n 1
0,000194 = 0,0032 20 1
0,000096 = = 0,0022 S y = i =1 20 1 n 1
v
20
20
2 y
Sz =
2.3
v
i =1
2 z
n 1
0,000053 = 0,0012 20 1
Pada pembuatan DTM dengan menggunakan GRASS 5.4.0 yang berjalan di atas platform LINUX Ubuntu 4.10 sebenarnya tidak dikenakan biaya sama sekali karena GRASS 5.4.0 dan LINUX mengacu kepada aturan GNU General Public License yang dikeluarkan oleh Free Software Foundation. Namun untuk mendapatkan perangkat open source tersebut diharuskan untuk mendownload keseluruhan file-file yang ada. Adapun perincian kapasitas file-file yang akan digunakan ialah :
Analisa Biaya
Di dalam pembuatan DTM mengunakan software Surfer 8.0 secara legal akan dikenakan biaya untuk pengadaan single license, sebesar :
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
TIS - 203
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
: 700 mbyte : 1,228 kbyte : 3,585 kbyte : 20,008 kbyte : 462 kbyte : 700.486,821 kbyte
menggunakan modus perintah ketik dan tcltk (tampilan GUI pada LINUX). Namun bagi yang terbiasa dengan modus grafis Windows, tentu saja akan membutuhkan proses adaptasi. Jika proses di atas dibandingkan dengan Surfer 8.0, maka terlihat bahwa tahapan pelaksanaannya tidak berbeda, namun yang membedakan pada GRASS harus di dahului dengan pembuatan location dan mapset. Tetapi dalam waktu pelaksanaan untuk tiap-tiap tahapan di atas, GRASS dapat melakukannya dengan cepat, dengan rincian waktu sebagai berikut : Proses import data Generate Surface Surface Command Waktu Total : : : : 12 detik 6 detik 6 detik 24 detik
Dalam proses download keseluruhan file tersebut, rata-rata kecepatan download dari provider internet (telkomnet@instant) sebesar 10 kbps. Maka lama waktu yang dibutuhkan ialah :
1 19 xRp3000,00 = Rp58.500, 2
2.4 Waktu Proses Pengerjaan 2.4.1 Pembuatan DTM dengan Surfer 8.0
Pada pembuatan kenampakan melintang dengan open source GRASS, relatif lebih singkat dan cepat. Hal ini dikarenakan modul yang digunakan hanya ada 2 macam, yakni; d.mon dan d.profile. Untuk waktu prosesnya ialah : Modul d.mon : 2 detik Modul d.profile : 3 detik Total : 5 detik
2.4.4 Pembuatan Peta Kemiringan Lahan dengan Surfer 8.0
Proses pembuatan DTM dengan menggunakan Surfer 8.0 relatif lebih mudah bagi yang terbiasa dengan platform Windows. Hal ini dikarenakan menu-menu yang ditampilkan pada Surfer 8.0 lebih mudah untuk dimengerti. Surfer 8.0 mengenal dua jenis data dalam proses pembuatan DTM, yakni data dengan format *.dat dan *.grd. Sehingga bila terjadi kesalahan di dalam interpolasi (dalam format *.grd) tidak akan memberikan pengaruh terhadap data format *.dat. Untuk tahapan konversi data dari format *.dat menjadi data dalam format *.grd membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk rincian waktu pembuatan DTM dengan menggunakan Surfer 8.0 ialah sebagai berikut :
2.4.2 Pembuatan DTM dengan GRASS 5.4.0
Waktu yang dibutuhkan selama proses pembuatan Peta Kemiringan Lahan dengan menggunakan Surfer 8.0 ialah : Grid Math : Countour Command : Total : 8 2 4 detik detik detik
Dari waktu di atas, terlihat bahwa waktu proses yang dibutuhkan oleh Surfer di dalam membuat Peta Kemiringan Lahan relatif sangat cepat. Pembuatan data file Gridding (Interpolasi) Surface Command Waktu Total : : : : 12 detik 42 detik 1 detik 55 detik
Dalam proses pembuatan DTM dengan menggunakan GRASS 5.4.0 sebenarnya relatif mudah, terutama bagi yang sudah terbiasa dengan
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
TIS - 204
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
Namun perlu ditambahkan, bahwa Surfer 8.0 tidak mampu melakukan klasifikasi untuk membagi persen kemiringan yang telah diperoleh sesuai dengan kriteria tertentu. Sehingga yang ditampilkan pada hasil akhirnya merupakan pengaturan default dari Surfer itu sendiri.
2.4.5 Pembuatan Peta Kemiringan Lahan dengan GRASS 5.4.0
2.5.2
Apabila membandingkan waktu proses untuk pembuatan Peta Kemiringan Lahan pada GRASS dengan Surfer akan sangat jauh berbeda. Hal ini dikarenakan GRASS mampu untuk melakukan proses klasifikasi persen kemiringan agar sesuai dengan kriteria yang dikehendaki. Adapun waktu proses yang dibutuhkan ialah sebagai berikut : Terrain Analisis Map Calculator Klasifikasi Display Command Total : : : : : 8 8 120 2 138 detik detik detik detik detik
Hasil pengolahan data DTM untuk menghasilkan Peta Kemiringan Lahan dengan menggunakan GRASS 5.4.0 dan Surfer 8.0 dapat terlihat : Visualisasi hasil pengolahan GRASS terlihat kaku dan kurang halus bila dibandingkan dengan hasil pengolahan Surfer. Pada GRASS 5.4.0, visualisasi yang kaku tersebut lebih mudah untuk dipahami karena sudah merupakan hasil klasifikasi sedangkan pada Surfer 8.0 agak sulit untuk dipahami karena warna yang ditampilkan hanya gradasi warnanya saja, walaupun Surfer 8.0 menyediakan fasilitas untuk merubah gradasi warna tersebut, namun hal ini sering dirasa sangat merepotkan. Kekurangan yang ada pada visualisasi GRASS 5.4.0 ialah belum dilengkapinya dengan salib sumbu koordinat seperti pada Surfer
2.5.3 Visualisasi Penampang Melintang
Dari hasil pengolahan Digital Terrain Model dengan menggunakan GRASS 5.4.0 dan Surfer 8.0 dapat terlihat visualisasi sebagai berikut ; a. Kenampakan topografi DTM hasil pengolahan GRASS 5.4.0 terlihat kasar namun permukaan yang kasar tersebut lebih dapat mewakili topografi daerah kajian secara umum sedangkan pada Surfer terlihat lebih halus dan kurang mewakili dari permukaan topografi daerah kajian. b. Visualisasi warna pada DTM hasil pengolahan GRASS 5.4.0 terlihat monoton jika dibandingkan dengan hasil Surfer 8.0 yang terlihat dengan beberapa variasi warna. c. Pada ketajaman warnanya, DTM pada Surfer terlihat samar samar. Namun pada GRASS, ketajaman warnanya tajam dan terlihat jelas. d. Modul nviz pada GRASS 5.4.0 untuk DTM belum dilengkapi dengan salib sumbu koordinat,skala dan arah orientasi. Sehingga DTM hasil pengolahan GRASS 5.4.0 terlihat kurang lengkap bila dibandingkan dengan hasil pengolahan Surfer.
Perbedaan visualisasi antara hasil pengolahan GRASS 5.4.0 dengan Surfer 8.0. Perbedaan tersebut ialah : Pada GRASS 5.4.0 dapat menampilkan 4 penampang melintang di dalam satu monitor yang sedang aktif sedang pada Surfer 8.0 hanya dapat menampilkan satu penampang melintang saja. Kenampakan melintang pada Surfer 8.0 terlihat lebih jelas sedang pada GRASS 5.4.0, visualisasinya kurang jelas karena hanya ditampilkan pada ruang visualisasi yang sangat kecil. Visualisasi pada Surfer 8.0 terlihat lengkap karena dilengkapi dengan salib sumbu koordinat sedangkan pada GRASS 5.4.0, tidak adanya fasilitas yang mendukung kenampakan sistem koordinat, membuat visualisasi pada GRASS 5.4.0 sangat kurang.
4. KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan data DTM dan juga pembuatan Peta Kemiringan Lahan serta profil melintang antara open source GRASS 5.4.0 dan Surfer 8.0 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dengan diberlakukannya UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, maka penggunaan
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
TIS - 205
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
2.
3.
4.
5.
GRASS di dalam platform LINUX menjadi salah satu alternatif untuk kelegalan dari pekerjaan SIG, dalam hal ini untuk proses pembuatan Digital Terrain Model. Penggunaan free software DXF2XYZ untuk mendapatkan titik-titik ketinggian cukup baik karena besarnya pergeseran titik terbesar yang ada pada daerah kajian sebesar 5 mm (sumbu X), 5 mm (sumbu Y), dan 4 mm (sumbu Z). Penggunaan GRASS untuk pembuatan Digital Terrain Model cukup baik bila dibandingkan Surfer, dengan total biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 58.500,- sedangkan Surfer mencapai nilai Rp 5.415.000,-. Selain itu, waktu pemrosesan yang relatif lebih cepat, yakni selama 24 detik (pembuatan DTM), 5 detik (pembuatan penampang melintang), dan 138 detik (pembuatan peta kemiringan lahan dengan klasifikasi). GRASS dapat melakukan klasifikasi kemiringan sesuai dengan persentase keinginan yang dikehendaki, dimana Surfer tidak dapat melakukan proses tersebut. Secara umum, kekurangan yang dimiliki GRASS ialah kurangnya modul-modul yang tidak mampu untuk menyatakan besarnya skala, sistem koordinat, dan arah orientasi. Di samping itu, proses instalasi GRASS di dalam platform LINUX yang memakan waktu cukup lama.
Tunggal, H. S, 2005. Undang Undang HAK CIPTA (Undang-Undang No. 19 Tahun 2002), HARVARINDO. pp. 1-36. Surfer (2005). http://www.rockware.com.( 20 Juni 2005) Surfer 8.0 (2002). Manual and Help System. http://www.rockware.com. (20 Juni 2005) Wen, C. (2005). Unofficial Ubuntu 4.10 Starter Guide. http://www.ubuntuguide.org. (3 Februari 2005) Windows XP (2005). http://www.directron.com/windowxp.html and http://www.amazon.com. (20 Juni 2005) Wolf, P. R and Ghilani, C. D. (1997). ADJUSTMENT COMPUTATION Statistics and Least Squares in Surveying and GIS, John Wiley & Sons, INC, Canada, pp. 1-34.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Z, 2002. Survei Dengan GPS. PT Pradnya Paramita, Jakarta, pp. 113 139. Burrough, P. A. and McDonnell, R. A, 1998. Principal Geographical Information System, Oxford University Press, Oxford, Great Britain, pp. 121 125. GRASS, 2005. Manual and Online Help System.http://grass.itc.it/gdp/index.html.(22 Februari 2005) Hotari, R, 2003. Penggunaan Aplikasi GRASS (Geographic Resources Analysis Support System) Dalam Eksplorasi Geologi Mineral, PIT XII, ITB, Bandung, pp. 293 296., Neteler, M, 1998. Introduction to GRASS GIS Software, 2nd Edition, Hannover, Germany, pp. 6 20.
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005 TIS - 206
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Pemanfaatan EfektifPenginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa
Lampiran
Gambar 2. Peta Kemiringan Lahan Diolah Dengan GRASS 5.4.0 dan Surfer 8.0
Gambar 3. Profil Melintang Diolah Dengan GRASS 5.4.0 dan Surfer 8.0
Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 15 September 2005
TIS - 207