Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rahmah

NIM : I1A008009
Dosen : Isnaini, S.Si, M. Si, Apt
Tugas : Farmakologi

1. Interaksi obat (karbamazepin) dan cara mengatasinya (1,5)

Nama obat Interaksi Cara mengatasinya
Doksisiklin EIek doksisiklin dapat berkurang dosis doksisiklin ditingkatkan
Antikoagulan EIek anti koagulan dapat berkurang Hindari penggunaan secara
bersamaan
Eritromisin EIek karbamazepin dapat meningkat,
meninggkatkan toksisitas
karbamazepin
Hindari penggunaan
bersamaan
Metadon EIek metadon dapat berkurang Hindari pemberian secara
bersamaan
Antidepresan Antagonisme eIek antikonvulsan
(ambang kejang diturunkan); kadar
plasma karbamazepin ditingkatkan
oleh Iluoksetin, Iluvoksamin, dan
viloksazin; metabolisme mianserin
dan trisiklik dipercepat (menurunkan
kadar plasma)
disarankan untuk
menghindari pemakaian
bersama MAOI atau dalam
waktu 2 minggu setelah
MAOI
Vitamin Karbamazepin mungkin menaikkan
kebutuhan vitamin D
Bisa digunakan secara
bersamaan
Estrogen dan
Progesteron
Karbamazepin mempercepat
metabolisme kontrasepsi oral
(menurunkan eIek konrasepsi)
Hindari pemberian secara
bersamaan
PropoksiIen EIek karbamazepin dapat meningkat Hindari pemberian secara
bersamaan
INH INH ternyata meningkatkan
konsentrasi karbamazepin dalam
plasma pada banyak penderita;
Kemungkinan akan terjadi simtom
toksisitas karbamazepin, terutama
pemakaian INH ~200mg/hari.
Toksisitas karbamazepin akan terjadi
pada hari 1-2 setelah terapi INH.
1. Isoniazid dapat
menurunkan kebutuhan
dosis Karbamazepin pada
sebagian besar penderita
2. Monitor konsentrasi
karbamazepin yang turun
apabila INH dihentikan
atau dikurangi dosisnya.
Kortikosteroid metabolisme dipercepat (menurunkan
eIek)
Dapat diberikan untuk
mengurangi eIek samping
karbamazepin
Troleandomisin

EIek karbamazepin dapat meningkat Hindari pemberian secara
bersamaan
Fenitoin Fenitoin akan menurun kadarnya
karena karbamazepin menginduksi
enzim mikrozom hati, tetapi kadang-
kadang kadar Ienitoin dapat
Karena itu terapi kombinasi
harus dilakukan secara hati-
hati, sebaiknya diikuti dengan
pengukuran kadar obat dalam
meningkat akibat inhibisi kompetitiI
dalam metabolism
plasma

2. EIek samping obat (karbamazepin) dan cara mengatasinya (2,3,4)

EIek sampi ng karbamazepi n pada umumnya t erjadi pada awal t erapi,at au
apabila dosisnya t erlalu t inggi. Begit u dicapai kondisi stabil maka pada
umu mnya t i dak t er j adi eI ek s a mpi ng at au apa bi l a muncul ma ka s i I at nya
ringan. EIek sampi ng yang paling sering t erjadi pada saat awal t erapi adalah rasa
mengant uk, nyeri kepala, diplopia, dizziness, dan ataksia. Hal demi kian
s ebenar nya dapat di hi nda r i denga n car a pember i an dos i s awal s er enda h
mugki n kemudian di nai kkan secara perlahan-lahan. Apabila dosisnya t erlalu
t i n g g i ma k a e I e k s a mp i n g y a n g mu n c u l a d a l a h a t a k s i a , d i z z i n e s s ,
d a n pandangan kabur atau dipl opia. Disampi ng hal-hal t ersebut diatas maka
eIek samping karbamazepin dapat dikategorikan sebagaimana berikut ini:
1. EIek samping kardiovaskular paling sering terjadi pada penderita lanjut us i a. Hal
demi ki a n i ni mungki n di s ebabka n ol eh penya ki t
kar di ovas kul ar art erioskl er ot ik yang ada pada indi vi du yang
bersangkutan. DisIungsi nodussi nus atau A-V bl ock, apabila t erjadi, paling
sering dijumpai pada penderit a ber us i a di at as 70 t ahun dan da pat
menghi l ang denga n penur una n dos i s karbamazepin.
2. EIek samping der mat ol ogi k bervariasi, dari ruam ringan (sekitar 3) sampai
dengan dermatitis eksIoliativa, nekrolisis epidermal toksika, systemiclupus
erythematosus, dan sindrom Steven-Johnson yang dapat bersiIat Iatal.
3. E I e k s a m p i n g y a n g m e n y a n g k u t e l e k t r o l i t c u k u p
b e r v a r i a s i . Hi ponat r emi a r i nga n ( Na 135 mEq/ L) t er j adi pa da
20 pender i t a ya ng diberi karbamazepin. Hiponatremia sedang (Na 130
mEq/L) paling sering t er j adi ber kai t an denga n us i a l anj ut , dos i s
kar ba mazepi n ya ng t i nggi , da n kadar Na dasar yang memang rendah.
4. EIek samping yang menyangkut tiroid berupa penurunan kadar T3 danT4; na mu n
demi ki a n j ar a ng ya ng b er l anj ut kear ah hi pot i r oi di s me s ecar a kli nis,
bahkan apabila hasil pemeri ksaan laborat orik menunjukkan nilai di bawah
normal. Sement ara it u eIek krani oIasial ringan, hipoplasia kuku, dan
keterlambatan pertumbuhan.
Umumnya penghentian obat dan kortikosteroid dapat mengatasi eIek samping obat ini


DaItar pustaka
1. Richard Harkness, R. PH. Interaksi obat. Bandung: ITB, 1989.
2. Harsono. Epilepsi Edisi Kedua. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.2007.
3. Utama H, Vincent HSG. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru, 1995.
4. Ernst Mutschler. Dinamika obat. Buku ajar Iarmakologi dan toksikologi. Edisi 5.
Bandung: ITB, 1991.
5. Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical care untuk penyakit tuberkulosis. Jakarta:
Depkes RI, 2005.

Anda mungkin juga menyukai