Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

k414 PN64N14k

u4l14k l5l

8 48 l PNu4nuLu4N

lotot belokooq
1ojooo peoollsoo
komosoo mosolob
Moofoot mosolob

848 ll l5l

ueflolsl Joo looqsl loskesmos
leoyeleoqootooo leloyoooo kesebotoo yooq Jllokokoo oleb loskesmos
MosolobMosolob yooq Moocol Jl lloqkop loskesmos
loktotloktot leoqbombot leloyoooo loskesmos
5olosl Meoqotosl Mosolob yooq Moocol Jl lloqkop loskesmos
Aoollsls kosos leoyeleoqqotooo leloyoooo loskesmos Jl kecomotoo 1omoko

848 lll PNu1uP



keslmpoloo
5otoo



ATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang "PUSKESMAS" dan sengaja dipilih karena menarik
perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang
peduli terhadap dunia pendidikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang
telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Agar makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang pancasila
sebagai ideologi dan identitas nasional kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan.














A I
PENDAHULUAN

1.1 Latar 0akang
Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah yang
tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya
dalam koridor kebersamaan. Dalam angan setiap anggota masyarakat, negara yang
dibentuk oleh mereka ini akan melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan
hidup anggota berkaitan dengan konstelasi hidup berdampingan dengan orang lain
di sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering kita artikan
sebagai "kebutuhan publik. Salah satu contoh kebutuhan publik yang mendasar
adalah kesehatan.
Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya
dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak,
negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang bermutu
dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan layanan
publik di bidang kesehatan adalah adanya Puskesmas. Tujuan utama dari adanya
Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan
biaya yanng relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas
ekonomi menengah ke bawah.
Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai "Puskesmas karena
Puskesmas sebagai bentuk nyata peran birokrasi dalam memberikan pelayanan
publik kepada masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan sdan karena
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat.










1.2 Tujuan
. Mengetahui definisi dan fungsi Puskesmas
2. Mengetahui penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas
3. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di
lingkup Puskesmas.
4. Mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah di
lingkup Puskesmas.
5. Mengetahui solusi mengatasi masalah-masalah yang muncul di lingkup
Puskesmas.
1.3 Rumusan Masalah
. Apa yang dimaksud dengan Puskesmas dan apa fungsi Puskesmas itu?
2. Bagaimana penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas?
3. Apa saja masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup
Puskesmas?
4. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah di lingkup Puskesmas?
5. Bagaimana solusi mengatasi masalah-masalah yang muncul di lingkup
Puskesmas?
1.4 Manfaat Masalah
Dari pembahasan materi yang tersedia dalam makalah ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada pembaca untuk mengetahui tentang definisi dan fungsi
Puskesmas, serta mengetahui penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh Puskesmas. Selain itu pembaca dapat mengetahui masalah-masalah
yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup Puskesmas dan mencari serta
menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah di lingkup
Puskesmas, sekaligus dapat mengetahui solusi mengatasi masalah-masalah yang
muncul di lingkup Puskesmas.




BAB II
ISI

2.1 Definisi dan Fungsi Puskesmas
a. Definisi Puskesmas
"Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan
yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu
wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan
kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan".
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada
paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan
dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri).
Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus
bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care
Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif.
Prioritas yang harus dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk
pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih
mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka Puskesmas dituntut
untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan
dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai
organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas juga
meliputi : kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di
wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau
private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi
geografi Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap
Puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang
dimiliki, namun Puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang
menjadi kesepakatan nasional.
Jadi, yang harus diketahui adalah bahwa peran Puskesmas adalah
sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional secara
komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah
Sakit.

LEVEL PELAYANAN KESEHATAN
RS Provinsi
RS Kabupaten
Puskesmas Kecamatan
Puskesmas Kelurahan
Posyandu

-. Fungsi Pusk0smas
. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.Proses dalam melaksanakan fungsinya,
dilaksanakan dengan cara:
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan
bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan


program

2.2 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas
Visi dan misi Puskesmas di ndonesia merujuk pada program ndonesia
Sehat 200. Hal ini dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal).
Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk
mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan
dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan,
indikator, dan nilai (benchmark). Pelaksanaan Urusan Wajib dan Standar Pelayanan
Minimal (UW-SPM) diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
ndonesia No. 457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas : UW-SPM yang wajib
diselenggarakan oleh seluruh kabupaten-kota di seluruh ndonesia dan UW-SPM
spesifik yang hanya diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan
setempat. UW-SPM wajib meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar,
penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan
penyakit menular, penyelenggaraan promosi kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM
spesifik meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan dan pemberantasan
penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik
ndonesia No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standard Pelayanan Minimal.












RANCANGAN KEWENANGAN WA1IB DAN STANDARD PELAYANAN MINIMAL
Kewenangan Wajib Jenis Pelayanan
1. Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan
Dasar
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra sekolah
Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja
Pelayanan kesehatan usia subur
Pelayanan kesehatan usia lanjut
Pelayanan imunisasi
Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
Pelayanan pengobatan / perawatan
2. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang
Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi
dasar (kebidanan, bedah, penyakit dalam, anak)
Pelayanan kesehatan darurat
Pelayanan laboratorium kesehatan yang
mendukung upaya kesehatan perorangan dan
kesehatan masyarakat
Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan
3. Penyelenggaraan
pemberantasan penyakit
menular
Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi
dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB)
Pencegahan dan pemberantasan penyakit polio
Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB
paru
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
malaria
Pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta
Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA
Pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV-
AIDS
Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
Pencegahan dan pemberantasan penyakit diare
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
Iliariasis
4. Penyelenggaraan
perbaikan gizi masyarakat
Pemantauan pertumbuhan balita
Pemberian suplemen gizi
Pelayanan gizi
Penyuluhan gizi seimbang
Penyelenggaraan kewaspadaan gizi
5. Penyelenggaraan promosi
kesehatan
Penyuluhan prilaku sehat
Penyuluhan pemberdayaan masyarakat dalam
upaya kesehatan
6. Penyelenggaraan
kesehatan lingkungan dan
sanitasi dasar
Pemeliharaan kualitas lingkungan Iisik, kimia,
biologi
Pengendalian vektor
Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum
7. Pencegahan dan
penanggulangan
penyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan zat
adiktiI lain
Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA)
yang berbasis masyarakat
8. Penyelenggaraan
pelayanan keIarmasian
dan pengamanan sediaan
Iarmasi, alat kesehatan
serta makanan dan
minuman
Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan
untuk pelayanan kesehatan dasar
Penyediaan dan pemerataan pelayanan
keIarmasian di saranan pelayanan kesehatan
Pelayanan pengamanan Iarmasi alat kesehatan

Program Pokok Puskesmas
Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun
fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda.
Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan
adalah sebagai berikut :
. Kesejahteraan ibu dan Anak ( KA )
2. Keluarga Berencana
3. Usaha Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Usaha Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olah Raga
0. Perawatan Kesehatan Masyarakat
. Usaha Kesehatan Kerja
2. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
3. Usaha Kesehatan Jiwa
4. Kesehatan Mata
5. Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana )
6. Pencatatan dan Pelaporan Sistem nformasi Kesehatan
7. Kesehatan Usia Lanjut
8. Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai
satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk
kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya.
Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa ( PKMD ). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha
kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat
diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat
( contoh: Pekan munisasi Nasional ). Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan
maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah
Daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan dapat terjadi, misalnya karena
timbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam. Untuk mengatasi kejadian
darurat seperti di atas bisa mengurangi atau menunda kegiatan lain.

Azas Penyelenggaraan Puskesmas Menurut Kepmenkes No 128 Tahun 2004

. Azas pertanggungjawaban wilayah
a. Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
b. Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung
c. Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, puskesmas keliling

2. Azas pemberdayaan masyarakat
a. Puskesmas harusmemberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar
berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas
b. Potensi masyarakat perlu dihimpun

3. Azas keterpaduan
Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu
Keterpaduan lintas program
O UKS : keterpaduan Promkes, Pengobatan, Kesehatan Gigi, Kespro,
Remaja, Kesehatan Jiwa
Keterpaduan lintassektoral
O Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi, PKK
O Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama
4. Azas rujukan
Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan
O rujukan kasus
O bahan pemeriksaan
O ilmu pengetahuan
Rujukan upaya kesehatan masyarakat
O rujukan sarana dan logistik
O rujukan tenaga
O rujukan operasional


2.3 Masalah-Masalah yang Muncul di Lingkup Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak
pelayanan kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat
dalam memberikan pertolongan pertama dengan standar pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan Puskesmas
sebagai tempat pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada
kenyataannya banyak masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada
dokter praktek swasta atau petugas kesehatan praktek lainnya. Kondisi ini didasari
oleh persepsi awal yang negatif dari masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas,
misalnya anggapan bahwa mutu pelayanan yang terkesan seadanya, artinya
Puskesmas tidak cukup memadai dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, baik dilihat dari sarana dan prasarananya maupun dari tenaga medis
atau anggaran yang digunakan untuk menunjang kegiatannya sehari-hari. Sehingga
banyak sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu tidak sesuai dengan
Standar Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan. Misalnya: sikap tidak
disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas Peudada, yang dikeluhkan
masyarakat. Mereka selalu diperlakukan kurang baik oleh para petugas medis yang
dinilai cenderung arogan, berdalih terbatasnya persediaan obat-obatan pada
puskesmas telah menyebabkan banyak diantara pasien terpaksa membeli obat
pada apotik. Di samping itu, ketika membawa salah seorang warga yang jatuh sakit
saat mengikuti kegiatan perkampungan pemuda, kemudian warga yang lain
mengantarnya ke Puskesmas Peudada, pasien itu tidak dilayani dengan baik
bahkan mereka (perawat-red) mengaku telah kehabisan stok obat. Hal tersebut,
tentu telah merusak citra Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan kepada
masyarakat yang dianggap dapat membantu dalam memberikan pertolongan
pertama yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Selain itu, tidak
berjalannya tugas edukatif di Puskesmas yang berkaitan dengan penyuluhan
kesehatan yang sekaligus berkaitan dengan tugas promotif. Menurut masyarakat,
petugas puskesmas sangat jarang berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika keluarga
mempunyai masalah kesehatan seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk atau
penderita TB. Berarti tugas ini lebih untuk memberikan laporan dan kuratif dibanding
upaya promotif. Kemudian, perawat puskesmas biasanya aktif dalam BP,
puskesmas keliling, dan puskesmas pembantu. Jelas dalam tugas tersebut, perawat
melakukan pemeriksaan pasien, mendiagnosa pasien, melakukan pengobatan pada
pasien dengan membuat resep pada pasien. Namun, ketika melakukan tugas
tersebut tidak ada supervisi dari siapapun, khususnya penanggung jawab dalam
tindakan pengobatan/medis. Tenaga perawat seolah-olah tidak menghargai
kegiatan-kegitan formalnya sendiri, karena mungkin tugas kuratif lebih penting. Hal
ini berdampak kepada status kesehatan masyarakat, status gizi, penyakit infeksi
menular dan mungkin upaya kesehatan ibu dan anak tidak mendapatkan porsi yang
sesuai sehingga berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat. Kalaulah memang
tugas tenaga kesehatan di Puskesmas lebih banyak ke arah kuratif, maka
Puskesmas menjadi unit dari pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit akan
memiliki banyak sumber daya manusia dan fasilitas medik. Tapi kalaulah
Puskesmas ini menjadi lebih dominan dalam tugas promotif dan preventif maka
tugas eksekutif bagi perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas menjadi bagian
dari unit Dinas kesehatan, atau bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang kuat
dalam mengatur program-programnya, sedangkan Dinas kesehatan hanya sebagai
regulator, pemberi dana dan pengadaan petugas, untuk pelayanan kesehatan
masyarakat diberikan kepada Puskesmas, atau pelayanan kesehatan dapat
ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak hanya hal-hal yang telah diungkapkan di
atas, lebih dari itu, masih ada permasalahan yang muncul di lingkup puskesmas,
misalnya: Jam kerja Puskesmas yang sangat singkat hanya sampai jam 4.00 WB,
kemampuan keuangan daerah yang terbatas, puskesmas yang kurang memiliki
otoritas untuk memanfaatkan peluang yang ada, puskesmas belum terbiasa
mengelola kegiatannya secara mandiri, serta kurangnya kesejahteraan karyawan
yang berpengaruh terhadap motivasi dalam melaksanakan tugas di puskesmas

2.4 Faktor-Faktor Penghambat Pelayanan Puskesmas
Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki masalah-
masalah. Adapun masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas itu diakibatkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut: (Tjiptoherijanto dan Said Zainal Abidin, 993: 44-
46)
Faktor Int0rna
O P0aksanaan Manaj0m0n
Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan dalam
mencapai tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan Puskesmas. Dimana
fungsi manajemen itu untuk planning, organaizing, leading, dan controling.
Pada kegiatan perencanaan setiap tahunnya sering kali tidak berjalan
sehingga kegiatan berjalan apa adanya sesuai kebiasaan yang dianggap
'baik/sudah biasa'. Bahkan terasa sekali bahwa tidak pernah adanya
upaya pengembangan. Serta tidak pernah terpikir untuk mempersoalkan
kendali mutu pelayanan yang disebabkan kurangnya pengetahuan,
peralatan, dan perhatian tersita pada upaya pengobatan. Dapat dikatakan
bahwa kepala Puskesmas lebih sibuk pada masalah-masalah manajerial
daripada kasus-kasus klinik. Dapat dikatakan juga bahwa kurangnya
pengetahuan para Kepala Puskesmas dan rendahnya disiplin/etos kerja
staff, menjadikan unsur manajemen ini tidak berjalan. Tentu hal ini
menghambat kinerja Puskesmas untuk melayani masyarakat dalam
bidang kesehatan.
O Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam
mencapai target dari program-program Puskesmas. Tetapi apa yang
terjadi pada Puskesmas di ndonesia terkesan tidak diperhatian oleh
pemerintah dengan alasan wilayah geografis yang sulit untuk dijangkau,
sehingga sarana dan prasarana yang ada di dalam Puskesmas sangat
terbatas, baik berupa alat medis maupun obat-obatan. Hal ini terjadi
akibat dari sumber keuangan yang dimiliki Puskesmas terbatas sehingga
mutu pelayanan puskesmas pun menjadi rendah karena tidak sesuai
dengan standart kesehatan.
O T0naga m0dis
Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan
ketidakmampuannya melaksanakan program dari Dinas Kesehatan.
Misalanya program Posyandu yang tidak tepat sasaran. Jumlah tenaga
medis sedikit karena insentif dari pemerintah daerah. Faktor
kesejahteraan pegawai memang hal penting karena berkaitan dengan
satu-satunya pendapatan resmi mereka adalah gaji. Untuk mencapai
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas di perlukan
pimpinan yang mau memotivasi pegawainya dengan cara memenuhi
kebutuhan hidupnya.
O Sum-0r k0uangan Pusk0smas
Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat
tidak sebanding dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga
biaya pelayanan Puskesmas pun mahal padahal sarana yang terdapat di
sana tidak sebanding dengan apa yang harus dibayar sehingga hal ini
berdampak kepada masyarakat untuk beralih pergi ke Rumah Sakit saja
yang fasilitas lebih baik daripada Puskesmas. Adapun sumber-sumber
keuangan Puskesmas sebagai berikut:
P0m0rintah
Sumber biaya berasal dari Pemerintah Kabupaten yang dibedakan atas
dana pembangunan dan dana anggaran rutin. Dana ini diturunkan secara
bertahap ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten.
R0tri-usi
Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan Puskesmas yang
membiayai upaya kesehatan perorangan yang pemanfaatanya dan
besarnya ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
PT. ASES
Puskesmas menerima dana dari PT. ASKES yang peruntukannya sebagai
imbalan jasa kepada peserta ASKES yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PT. JAMSOSTE
Puskesmas menerima dana dari PT. JAMSOSTEK yang peruntukannya
sebagai imbal jasa kepada peserta JAMSOSTEK yaitu Pegawai /
karyawan yang berada dibawah naungan Dinas Tenaga Kerja.
PP (adan P0nyantun Pusk0smas)
Dengan memberdayakan potensi yang dimiliki masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sumber-sumber keuangan Puskesmas ini ternyata tidak dapat membiayai
operasinal dari program-program Puskesmas. Hal ini diakibatkan oleh
beberapa faktor yaitu, birokratisasi penyaluran keuangan dari pemerintah
sampai ke Puskesmasnya dan rendahnya responsibilitas pengelola
manajemen Puskesmas.
O Psiko-sosia antara t0naga m0dis d0ngan p0nduduk
Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
dengan penduduk menimbulkan hambatan dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan Puskesma.Tenaga-tenaga yang diperbantukan di
Puskesmas biasanya terdiri dari orang-orang terpelajar dan bukan berasal
dari daerah tersebut, sehingga penduduk menganggapnya sebagai orang
asing. Apalagi jika bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak
dimengerti oleh penduduk, maka akibatnya penduduk segan untuk datang
ke Puskesmas.

Faktor Ekst0rna
O ondisi G0ografis
Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah pelosok
atau setingkat dengan kecamatan. Dimana kecamatan tiap-tiap daerah
memilki keadaan yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan puskesmas. Memang ada kecamatan-kecamatan
yang hanya dengan satu Puskesmas sudah dapat menjangkau seluruh
penduduk. Tetapi ada juga puskesmas yang hanya dapat dijangkau oleh
penduduk yang bermukim di dekatnya karena penduduk yang lain
bertempat tinggal jauh dari Puskesmas. Hal ini terkait pada dana yang
tidak cukup untuk menggunakan alat-alat transportasi atau memang
tempat tinggalnya terpencil sehingga penduduknya lebih senang tinggal di
rumahnya daripada pergi ke Puskesmas.
O P0m0rintah da0rah
Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat atas
pemahaman pembangunan kesehatan yang setengah-setengah dari
pihak legslatif dan eksekutif yang tercermin dari dijadikannya pelayanan
kesehatan sebagai tulang punggung pendapatan daerah. ni berarti orang
sakit dijadikan tualng punggung pendapatan daerah. Padahal upaya
menyehatkan masyarakat sejatinya termaktub dalam hakikat dan
semangat UU. No.22 dan UU No. 25 tahun 999 yang pada intinya adalah
untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mengembangkan
demokrasi menuju peningkatan kesejahteraan rakyat. Disamping itu
alokasi anggaran kesehatan berbagai daerah mencerminkan kurangnya
perhatian terhadap investasi hak-hak dasar pembangunan manusia
diantaranya pelayanan kesehatan dasar.
O Keadaan Ekonomi Penduduk
Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya
mengupayakan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Jumlah warga
negara ndonesia mayoritas bermata pencarian petani dan nelayan yang
mana kondisi ekonominya kurang memadai. Walaupun ada ketentuan
yang memperbolehkan mereka yang tidak mampu untuk tidak usah
membayar retribusi di Puskesmas, namun kenyataannya orang-orang
yang demikian justru enggan datang ke Puskesmas.
O Kondisi Pendidikan Penduduk
Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat
pelayanan yang dihadapi oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan
kesehatan pada tingkat pertama, karena pada umumnya pendidikan
masyarakat desa masih rendah, maka pola pikir mereka sangat
sederhana dan kurang atau bahkan belum paham akan arti kesehatan.
Mereka cenderung mengikuti sifat-sifat tradisional yang sejak dulu
dipegang oleh masyarakat dan lingkungannya.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat ndonesia memiliki tingkat
pendidikan yang rendah yang mana sebagian besar penduduk ndonesia
lulusan SD terutama di daerah pelosok-pelosok ndonesia, sehingga hal
berdampak pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan
masyarakat ndonesia sehat terutama pada lembaga Puskesmas yang
letaknya dekat dengan masyarakat tersebut. Selain itu juga disebabkan
Rumah Sakit lebih baik sarana dan prasarananya, padahal Puskesmas
merupakan pelayanan kesehatan yang paling dasar dalam lingkungan
masyarakat setempat.
O Dinas 0s0hatan
Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada aspek melayani
penyembuhan penyakit yang sudah diderita oleh penduduk dibandingkan
dengan melayani obat-obatan yang dapat digunakan sebagai upaya
pencegahan timbulnya suatu penyakit pada penduduk. Dengan kata lain
pelayanan kesehatan Puskesmas lebih banyak ditekankan pada tindakan
kuratif dibandingkan pada tindakan preventif apalagi promotif. Selain itu
Dinas Kesehatan juga kurang melakukan koordinasi dan pengawasan
terhadap pelaksanaan program-program Puskesmas yang sudah ada
sehingga tidak terwujudnya pelayanan kesehatan di tingkat basis.

2.5 Solusi Mengatasi Masalah yang Muncul di Lingkup Puskesmas
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi
mempunyai kewenangan yang besar dalam menciptakan inovasi model pelayanan
kesehatan di daerah. Untuk itu dibutuhkan komitmen dan kemauan untuk
meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dengan
melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang
efektif dan efisien di Puskesmas, peningkatan jumlah dan kualitas tenaga
kesehatan/revitalisasi kader PKK, pembentukan standar pelayanan kesehatan
minimum untuk kinerja sistem kesehatan yang komprehensif, serta memperbaiki
sistem informasi pada semua tingkatan pemerintah. Dari banyak kasus yang terjadi
dibanyak daerah, jelas bahwa Puskesmas memiliki pencitraan yang rendah pada
saat sekarang, terutama jika dilihat dari sarana, Puskesmas tidak memiliki fasilitas
yang lengkap walaupun sudah mendapat dana dari Dinas Kesehatan.

2.6 Analisis Kasus Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas di Kecamatan
Tamako
Seperti yang kita ketahui, bahwa pelayanan kesehatan itu tidak hanya
diperuntukkan bagi mereka yang tinggal di wilayah perkotaan saja, tetapi juga
diperuntukkan bagi masyarakat yang berada di wilayah pedesaan. Namun, pada
kenyataannya penyelenggaraan pelayanan kesehatan di wilayah pedesaan
cenderung lebih buruk dibandingan dengan di wilayah perkotaan. Hal ini terjadi
karena wilayah pedesaan kurang mendapat perhatian dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, sehingga penyelenggaraan pelayanan di pedesaan terkesan
buruk. Hal ini dapat dilihat dari penyelenggaraan pelayanan puskesmas di
Kecamatan Tamako yang jauh dari standar minimal pelayanan kesehatan.
Puskesmas Tamako yang terletak di Kecamatan Tamako berada kurang
lebih 35 km dari ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara
adalah satu-satunya unit pelayanan kesehatan strata pertama yang ada di wilayah
ini. Dari segi sarana dan prasarana, Puskesmas ini memiliki rumah dokter dan 4
rumah para medis. Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, Puskesmas
Tamako memiliki 3 Puskesmas pembantu, dua diantaranya tidak berpenghuni, 2
pos obat desa, Posyandu, dan didukung oleh Puskesmas keliling. Namun,
dengan jejaring seperti itu, pada kenyataannya tetap saja banyak masyarakat yang
tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
Tamako ini. Ketidakterjangkauan ini umumnya disebabkan karena jauhnya jarak
Puskesmas dengan pemukiman warga, sulitnya medan, dan tantangan cuaca.
Selain itu, terbatasnya persediaan obat-obatan juga nampak di Puskesmas Tamako
ini. Sebagai contoh, pada tahun 200, wilayah ini membutuhkan 092 jenis obat,
sementara yang tersedia di Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) hanya 996 jenis
obat, yang mana 560 (5) diantaranya adalah obat generik. Obat-obatan yang
didrop dari GFK sebagian besar tidak sesuai dengan permintaan. Ada obat yang
diminta berkali-kali, tetapi tidak diberikan, dan jikalau diberikan jumlahnya sangat
sedikit. Sebaliknya, obat-obatan yang tidak diminta justru diberikan terus-menerus.
Lalu, jika dilihat dari segi Sumber Daya Manusia (SDM), kuantitas dan kualitas
tenaga medis juga menjadi masalah di Puskesmas Tamako. Status Puskesmas
Tamako yang merupakan Puskesmas rawat inap tentu saja memerlukan tenaga
medis yang cukup. Namun, pada kenyataannya hal tersebut tidak dapat tercapai
karena distribusi tenaga medis di Kabupaten Sangihe yang masih kurang sehingga
belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Rasio tenaga medis dengan
jumlah penduduk yang belum berimbang ini jelas mempengaruhi pelayanan
kesehatan di Kecamatan Tamako ini. Kemudian dari segi pembiayaan atau
keuangan Puskesmas Tamako. Secara umum terlihat adanya upaya peningkatan
alokasi anggaran untuk pembangunan sektor kesehatan di wilayah ini. Dari tahun
ke tahun, terlihat adanya upaya untuk lebih menambah kepedulian terhadap sektor
kesehatan yang nampak pada distribusi penganggaran dari APBN dan APBD yang
semakin meningkat. Namun, lagi-lagi pada kenyataannya, hal tersebut tidak
seirama dengan upaya-upaya teknis yang ada di lapangan yang ironisnya
bersentuhan langsung dengan masyarakat. Realisasi proyek pembangunan sarana
kesehatan sebagian besar tidak sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang
berlaku. Misalnya, pernah terjadi saat ada rehabilitasi Puskesmas pembantu, seng
yang sudah tua dibalik, lalu dicat, kemudian dipasang lagi, dinding beton yang
digantikan dengan papan triplek yang dicat sehingga kelihatan dari jauh seperti
dinding beton yang asli. Begitu pula dengan proyek-proyek yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tetapi dipaksakan diterima oleh Puskesmas. Contohnya, antena
SSB yang sudah ada, ditambah lagi dengan antena yang baru yang berarti mencari
lokasi pemasangan di halaman Puskesmas, sehingga halaman yang sudah sempit
menjadi semakin sempit. Sementara itu, anggaran rutin sebagian besar terpakai
untuk gaji pegawai, sehingga sangat sedikit yang dialokasikan untuk dana rutin lain
seperti pemeliharaan gedung. Oleh sebab itu, perbaikan pelayanan kesehatan di
Puskesmas Tamako ini tidak dapat dilaksanakan secara efektif karena adanya
penyelewengan dana yang dilakukan oleh pihak Puskesmas sendiri, yang
seharusnya dana yang diberikan pemerintah dianggarkan untuk pemeliharaan
gedung atau perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas, justru dipakai untuk gaji
pegawai Puskesmas, sehingga penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
Puskemas Tamako tidak dapat berkembang dengan baik.






























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat
ternyata masih menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak dikeluhkan
oleh masyarakat. Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan prasarana yang kurang
memadai, tetapi juga dari segi tenaga medis yang demikian pula adanya. Oleh
karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta komitmen untuk merubah sistem
pelayanan Puskesmas yang dinilai buruk oleh masyarakat. Selain itu, Puskesmas
juga harus memiliki standar pelayanan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan
masyarakat untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

3.2 Saran
. Puskesmas harus lebih memfokuskan pada peningkatan pelayanan kesehatan
dan pengelolaan sistem kesehatan yang menyeluruh
2. Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana Puskesmas demi
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
3. Merestrukturisasikan peran Puskesmas
4. Pemerintah harus memberikan otonomi kepada Puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat
5. Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat untuk
mengubah citra Puskesmas yang sudah dinilai buruk oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai