Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sanjaya Soebagio NIM : I1A010017

DIGOKSIN
Tanaman obat yang mengandung glukosida jantung telah lama dikenal oleh bangsa mesir kono sejak 3000 tahun lalu, tetapi obat ini telah digunakan secara tak menentu serta dengan hasil bervariasi sampai abad 18, saat William Withering, seorang dokter dan ahli botani Inggris, menerbitkan risalah yang menjelaskan efek klinis suatu ektra tumbuhan foxglove. Semua glikosida jantung yang digunakan atau kardenolid dengan digoksindapat dianggap sebagai prototipenya merupakan suatu kombinasi inti steroid dengan lima cincin lakton tidak jenuh pada posisi 17 dan serangkaian gula yang terkait pada karobon nomor 3 intin ini. Karena tidak mempunyai gugusan yang mudah terionisasi kelarutannya tidak tergantung pada pH. Farmakokinetik
A. Absorpsi dan Distribusi: Kardenolid mempunyai gugusan lipofilik (inti

steroid) dan hidrofilik (cincin lakton, hidroksil, gula). Keseimbangan kedua faktor ini mempunyai efek penting terhadap absorpsi, distribusi, dan metabolisme, seperti yang terlihat pada digoksin. Digoksin di absorpsi dengan baik setelah pemberian secara oral. Walaupun demikian, kira-kira 10% individu mengandung bakeri yang menginaktifkan dogoksin dalam usus, mengurangi bioavailabilitas yang besar dan membutuhkan lebih besar daripada rata-rata perlakuan dosis. Karena margin keamanan glikosida jantung sangat sempit, meskipun variasi-variasinya kecil dalam

bioavailabilitas dapat menyebabkan toksisitas serius atau kehilanagn efek. Sebagai akibatnya, digoksin harus melaui tes kelarutan sebelum dipasarkan di Amerika. Digoksin dapat diserap dengan mudah dalam keadaan apapun bukan adalah subyek larangan. Beta-metildigoksin adalah semisintetik yang sering digunakan di luar Amerika Serikat, hampir di absorpsi seluruhnya dalam usus dan dimetabolisasi menjadi digoksin dalam tubuh. Saat diabsorpsi dalam darah, semua glikosida jantung didistribusikan secara luas dalam jaringan, termasuk susunan saraf pusat. Volume distribusinya berbeda tergantung pada kecenderungan ikatan pada plasma protein.
B. Metabolisme dan ekskresi: Digoksin tidak dimetabolisasi secara luas pada

manusia tetapi sebagian besar diekskresikan tanpa perubahan oleh ginjal. Jumlah bersihan kolorasi hampir bersamaan dengan bersihan kreatin dan lambat secara bermakna pada penyakit ginjal. Digoksin dimetabolisasi melalui hati dan diekskresikan dalam usus sehingga mengakibatkan waktu paruh ini sangat panjang. Metabolit kardioaktif seperti digitoksin yang tidak diubah dapat direabsorpsi dari intestin, jadi penentuan sirkulasi enterohepatik disumbangkan pada waktu paruh yang lama pada obat ini. Gangguan fungsi ginjal tidak mempengaruhi waktu paruh digitoksin secara bermakna, sehingga kadang obat ini dapat bermakna bagi pasien dengan fungsi ginjal tak menentu.

Farmakodinamik Digoksin mempunyai beberapa efek kardiovaskuler langsung dan tidak langsung, dengan konsekuensi terapeutik dan toksiknya. Selain itu, penyebab efek yan tidak diinginkan terhadap susunan saraf pusat dan usus. A. Efek Jantung: Untuk jelasnya, efek digoksin terhada[ fungsi mekanik dan listrik di bicarakan terpisah, tapi harus diingat perubahan ini terjadi secara serentak. 1. Efek Mekanik- Kerja terapeutik glikosida jantung terhadap fungsi mekanik adalah meningkatkan intensitas pada interasi serat aktin dan miosin sarkomer jantung. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi kalsium bebas disekitar protein

kontraktil selama sistolik. Peningkatan kontraksi kalsium akibat proses dua tahap; pertama, meningkatnya konsentrasi natrium intraseluler karena menghambat Na+/ K+ ATPase; kedua, kurangnya pengeluaran kalsium secra relatif dari sel dari pertukaran natrium kalsium karena meningkatnya kalsium

intraseluler. Hasil seluruhnya dari kerja konsentrasi terapeutik glikosida jantung adaah meningkatnya kontraksi jantung yang nyata.
2. Efek Listrik- Efek digoksin terhadap sifat listrik jantung pada

organisme yang utuh merupakan campuran kompleks kerja secara langsung dan otonom, Aksi langsung terhadap membran sel jantung mengukuti progresivitas yang jelas; pemanjangan aksi potensial yang disertai pemendekan periode pemanjangan. Ini

merupakan aksi potensial, mungkin akibat meningkatnya konduksi kalium yang disebabkan oleh meingkatnya kalsium intraseluler. Pada kontraksi yang lebih toksik, potensial membran istrirahat berkurang sebagai akibat penghambatan pompa natrium dan pengurangan kalium intraseluler. Jika toksisitas berlanjut, maka timbul afterpotentials depolarasi yang berosilasi diikuti oleh bangkitan aksi potensial normal. B. Efek terhadap Organ-organ Lain; Glikosida jantung mempengaruhi jaringan yang dapat dirangsang, termasuk otot polos dan susunan saraf pusat. Mekanisme efek ini belum diselidiki secara menyeluruh tetapi memungkingkan menakibatkan Na+/ K+ ATPase dalam jaringan ini. Depolarisasi akibat depresi pompa atrium diharapkan meningkatkan aktivitas spontan dalam neuron sel otot polos. Saluran pencernaan merupakan tempat efek keracuna digitalis yang paling sering selain jantung. Meliputi anoreksia, mual, muntah, dan diare. Cara Pemberian dan Dosis Pengobatan dengan digitalis secara menahun pada seorang pasien memerlukan perhatian khusus terhadap farmakokinetknya. Jika diperlukan efek yang lebih cepat maka digitalisasi mudah dicapai dengan pemberian dosis awal yang besar (diberikan dan dibagi dalam 3-4 bagian dengan pemeberian lebih dari 24-36 jam) yang diikuti dengan dosis rumat. Kegunaan Klinik Lain dari Digoksin Digoksin berguna pada penatalaksaan artimia atrium karena efek parasimpatomimetik kardioselektifnya. Pda debar atrium efek depresi obat pada

antaran atrioventrikular akan membantu pengontrolan frekuensi ventrikel yang berlebih.

Anda mungkin juga menyukai