, adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri. Contoh : hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari dosen dan sebagainya. Sedangkan 0,-,3 adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Setiap warga negara memilik hak dan kewajibannya masing-masing dan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, dan kita harus bisa membedakan mana yang hak dan kewajiban kita sebagai warga negara yang baik. Jangan sampai kita menyalahgunakan hak kita karena banyak sekali orang yang bisa seenaknya melakukan sesuatu yang hal yang bisa merugikan orang lain. Begitu pula dengan orang yang selalu berusaha menghindar dari kewajibannya sebagai warga negara, tidak membayar pajak bisa di jadikan contoh salah satu perilaku yang bisa merugikan khususnya bagi pemerintah. Maka dari itu dalam menjalankan Hak dan Kewajiban harus diseimbangkan dan kita harus bisa membedakan yang mana hak dan yang mana kewajiban agar tidak terjadi kesalahpahaman yang bisa berbuntut kerugian bagi orang lain dan diri sendiri. hak dan kewajiban harus berjalan bersamaan atau selaras.oleh karna itu jgn sampai kita lebih meminta hak tetapi kita tidak menjalankan kewajiban kita dalam kehidupan bermasyarakat. ,3, yang terkandung, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Jadi sudah pasti kita wajib ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang baik seharusnya mulai saat ini wajib menaati semua peraturan peraturan yang di berlakukan dimana saja terutama UUD 1945 sebab majunya sebuah negara tergantung oleh masyarakatnya sendiri.
Hak dan Kewajiban dalam UUD 1945 Pasal 30. Di tegaskan bahwa tiap tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara. Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui system pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional ndonesia dan Kepolisian Negara Republik ndonesia,sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional ndonesia, Kepolisian Negara Republik ndonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat syarat keikutsertaan warga Negara dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara, serta hal hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang undang. Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 30 Ayat (1) menyebutkan tentang hak dan kewajiban tiap warga negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Ayat (2) menyebutkan usaha pertahanan dan keamanan rakyat, Ayat (3) menyebutkan tugas TN sebagai "mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. Ayat (4) menyebut tugas Polri sebagai "melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, dan menegakkan hukum. Ayat (5) menggariskan, susunan dan kedudukan, hubungan kewenangan TN dan Polri dalam menjalankan tugas,serta hal-hal lain yang terkait dengan pertahanan dan keamanan, diatur dengan undang-undang (UU). Dari pembacaan Pasal 30 secara utuh dapat disimpulkan, meski TN dan Polri berbeda dalam struktur organisasi, namun dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing keduanya bekerja sama dan saling mendukung dalam suatu "sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Pengaturan tentang sinkronisasi tugas pertahanan negara (hanneg) dan keamanan negara (kamneg) itulahyang seyogianya ditata ulang melalui undang-undang yang membangun adanya "ke-sistem-an yang baik dan benar. Tanggal 8 Januari Tahun 2002 DPR melahirkan UU No 2 dan UU No 3 Tahun 2002, masing-masing tentang Polri dan tentang Hanneg, hasildari Ketetapan MPR No V dan V Tahun 2000 tentang Pemisahan TN dan Polri . Pada 18 Agustus 2000 Komisi Konstitusi meresmikan Amandemen Kedua UUD 1945 yang menghasilkan Ayat (2) Pasal 30 UUD 1945 dengan rumusan sistem "han dan "kam serta "ra dan "ta . Pada Agustus 2003 Ketetapan MPR Tahun 2003 menggugurkan Ketetapan V dan V MPR Tahun 2000 setelah ada perundang- undanganyang mengatur Polri dan tentang Hanneg. Pertengahan Oktober 2004 DPR meluluskan UU No 34 Tahun 2004 tentang TN. Dengan demikian, pada awal Maret 2005 telah ada UU tentang Hanneg, UU tentang Polri, dan UU tentang TN. Namun, hingga kini belum ada UU tentang "Keamanan Negara guna merangkai "Kamneg dalam satu sistem dengan "Hannneg (kata "dan antara "han dan "kam untuk membedakan dan memisahkan organisasi TNdari Polri). Sayang, UU tentang Polri, UU tentang Hanneg, dan UU tentang TN sama sekali tidak menyebut "sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta sebagai landasan pokok pemikiran bahwa ada kaitan sinergis antara fungsi "pertahanan negara dan "keamanan negara. Oleh karena itu, apabila kita konsisten dengan amanat Pasal 30 Ayat (2), yaitu membangun sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta, perlu disiapkan UU tentang Pertahanan dan Keamanan Negarayang lebih bermuatan semangat dan kinerja "sishankamrata. Bila penyebutan pertahanan negara (hanneg) dan keamanan negara (kamneg) dipilih sebagai peristilahan baku,dari logikanya seharusnya ada UU Keamanan Negara yang mewadahi UU Polri. Sebagaimana pasal-pasal dalam UU Hanneg menyebut, pertahanan negara bukan sekadar mengurus tentang TN, maka UU Kamneg perlu menegaskan, keamanan negara bukan sekadar tugas dan wewenang Polri. Penjelasan UU tentang TN menyebutkan, "di masa mendatang TN akan berada dalam Departemen Pertahanan (Dephan), suatu pengukuhan konsep dan praktik supremasi sipilserta efisiensi kebijakan, strategi, dan penggunaan kekuatan TN. UU Polri pun perlu "ditemani UU Kamneg yang kelak mengintegrasikan Polri ke dalam suatu institusi sipil (misalnya, Departemen Dalam Negeri) sebagaimana Dephan kelak menjadi instansiyang mengintegrasikan TN di dalamnya. Dephan menyiapkan naskah akademik melalui undang-undang yang 1) Mencerminkan adanya "kesisteman antara pertahanan negara dan keamanan negara; 2) Mengandung adanya semangat kerja sama TN dan Polri dalam departemen dengan otoritas sipil yang berbeda; dan 3) Membina kerja sama, baik antara fungsi TN dan fungsi Polri di lapangan; diharapkan "merapikan dan "menyelaraskan pasal-pasal yang ada dalam UU tentang Polri, UU tentang Hanneg serta UU tentang TN. Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara : 1. Tap MPR No.V Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional. 2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat. 3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara R. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988. 4. Tap MPR No.V Tahun 2000 tentang Pemisahan TN dengan POLR. 5. Tap MPR No.V Tahun 2000 tentang Peranan TN dan POLR. 6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 dan pasal 27 ayat 3. 7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang ndonesia tanpa harus dikomando dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain seperti : 1. kut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling) 2. kut serta membantu korban bencana di dalam negeri 3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn 4. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka. Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ATHG / ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan pada NKR / Negara Kesatuan Republik ndonesia seperti para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan NKR. Beberapa jenis / macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara : 1. Terorisme nternasional dan Nasional. 2. Aksi kekerasan yang berbau SARA. 3. Pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara dan luar angkasa. 4. Gerakan separatis pemisahan diri membuat negara baru. 5. Kejahatan dan gangguan lintas negara. 6. Pengrusakan lingkungan.
Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ATHG / ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan pada NKR / Negara Kesatuan Republik ndonesia seperti para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan NKR. Beberapa jenis / macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara : 1. Terorisme nternasional dan Nasional. 2. Aksi kekerasan yang berbau SARA. 3. Pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara dan luar angkasa. 4. Gerakan separatis pemisahan diri membuat negara baru. 5. Kejahatan dan gangguan lintas negara. 6. Pengrusakan lingkungan.
%&6AS PPKt
9F 0lFH. l P&%& FK0 S&RYA ARlAt%A (37) l tY0HAt A0l 6&tAwAt (34) l HA0F A0l%YA t&6RAHA (35) l tY0HAt A6&S wlJAYA K&S&HA (38) l KA0FK wlRAt%0 ASYA (07)