Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny,M DI RUANG KEBIDANAN RSUD PALEMBANG BARI TAHUN 2011

DISUSUN OLEH: Kelompok III : 1. AISYAH 2. RIRI NOVITA SARI 3. TRI WAHYU ASEH WULANDARI 4. JUWITA RIYANI 5. LILIS ANGGRAINI 6. MELIANA YUSNAINI NIM : 135.10. NIM : 135.10. NIM : 135.10 NIM : 135.10. NIM : 135.10. NIM : 135.10.059

AKADEMI KEBIDANAN PONDOK PESANTREN ASSANADIYAH PALEMBANG TAHUN AJARAN 2010-2011

HALAMAN PERSETUJUAN Telah diperiksa dan disetujui untuk seminar keterampilan dasar praktek klinik keperawatan umum di RSUD Palembang BARI dan sebagai syarat menyelesaikan Praktik Klinik Kebidanan Mahasiswa Semester II Akademi Kebidanan Pondok Pesantren Assanadiyah Palembang Program Studi D III Kebidanan oleh :
1. AISYAH

NIM : 135.10. NIM : 135.10. NIM : 135.10 NIM : 135.10. NIM : 135.10. NIM : 135.10.059

2. RIRI NOVITA SARI 3. TRI WAHYU ASEH WULANDARI 4. JUWITA RIYANI 5. LILIS ANGGRAINI
6. MELIANA YUSNAINI

Telah disetujui oleh Pembimbing Akademik Pontren Assanadiyah Palembang Palembang BARI pembimbing klinik RSUD

Ratna Dewi.AM.Keb.SST NIDN.02.100286.01

Farida Andriani, S.ST NIP:

Mengetahui, Kepala Bidang Penunjang Medis dan Pendidikan RSUD Palembang BARI

Hj. Yulia Surie,Spd.M.Kes NIP 195060659851120001

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum. Wr. Wb Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul ASUHAN IBU NIFAS DENGAN VULVA HIGIEN di RSUD PALEMBANG BARI. Penulis menyelesaikan makalah ini melibatkan banyak pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. dr.Hj.Indah Puspita H.A,MARS,selaku Direktur RSUD Palembang BARI. 2. M.HAMDANI AM.Kep.SKM.Mkes selaku Direktur Akademi

Kebidanan Pondok Pesantren Assanadiyah Palembang 3. dr.Hj. Nitra Dewi,selaku wakil Direktur Pelayanan RSUD

Palembang BARI 4. dr.Kristinawati,selaku Palembang BARI 5. dr. Hadi asyik,sp.A,sebagai Ketua Komite medik RSUD Palembang BARI kepala Instalasi Rawat Inap RSUD

6. Yulia Surie,S.Pd,M.Kes,selaku kepala bidang Penunjang medis dan pendidikan RSUD Palembang BARI 7. Ns.Sulkan,S,Kep Palembang BARI 8. Hj.Lilis Suryani,Spd,sebagai Ka Seksi Diklat dan Litbang RSUD Palembang BARI 9. Fadlun.SST,selaku Palembang BARI
10. Farida

sebagai

Kepala

Bidang

Perawatan

RSUD

Koordinator

Pembimbing

Klinik

RSUD

Andriani, SST, Kepala Ruangan Neonatus

RSUD

Palembang BARI
11. Rini Rosalia ,S.ST,selaku Pembimbing Klinik Lapangan di

Intensive Instalasi kebidanan di RSUD Palembang BARI 12. Widiyawati.AM.Kep,selaku Dosen Pembimbing Akademi Kebidanan Pondok Pesantren Assanadiyah Palembang 13. Ratna Dewi.AM.Keb.SST,selaku Dosen Pembimbing Akademi Kebidanan Pondok Pesantren Assanadiyah Palembang 14. Seluruh staf dan tenaga medis RSUD Palembang BARI khususnya seluruh staf Instalasi Perawatan Bedah 15. Seluruh dosen pengajar dan staf Akademi Kebidanan Pondok Pesantren Assanadiyah Palembang 16. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan Makalah Seminar Praktik Klinik ini dapat penulis selesaikan

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih sangat banyak kekurangan yang ada dalam makalah ini,untuk itu penulis sangat

mengharapkan segenap kritik dan saran yang bersifat mendidik dan membangun guna kemajuan yang lebih baik pada makalah-makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang Mei 2011

Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Saleha, 2009). Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo, 2008). Ibu melahirkan banyak mengalami perubahan fisik dan alat-alat reproduksi yang akan laktasi (menyusui), kembali ke keadaan sebelum hamil, masa perubahan psikologis menghadapi maupun

keluarga baru. Perawatan pasca melahirkan dapat dilakukan sendiri dan sesegera mungkin agar tidak terjadi komplikasi di masa yang akan datang Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan

ini juga dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama. ( Saleha, 2009 ). Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipitobregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal. Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu : ruptur dan episiotomi. Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Varney, 2004). Episiotomi suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002). Faktor resiko untuk terjadi robekan perineum ialah pada

nulliparitas, berat janin lebih dari 4000 gram, dan persalinan pervaginam memakai alat. Resiko dari robekan perineum dapat dikurangi dengan proteksi perineum yang adekuat atau sokongan

sebelum melahirkan kepala bayi. Robekan spontan biasa terjadi pada wanita primipara dengan pengalaman kala II yang terlalu cepat sehingga tidak ada kesempatan untuk distensi dan relaksasi dasar panggul atau kala II memanjang dengan edema perineal. Dari data diatas penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. L dengan Laserasi Jalan lahir di Ruang Kebidnan RSUD Palembang BARI Tahun 2011 1.2 Tujuan 1.2.1 dengan Tujuan Umum Agar mahasiswa dapat melaksanakan Asuhan Ibu Nifas pada Ny M Di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, dengan cara yang telah di tetapkan oleh Dinas kesehata.

1.2.2 Tujuan khusus Tujuan khusus dari asuhan kebidanan pada masa nifas adalah :
1.

Untuk melakukan pengkajian data secara sistematis

baik secara subjektif maupun objektif Pada Ny M di Ruang Kebidanan RSUD Palembang BARI.
2.

Untuk melakukan identifikasi data terhadap masalah diagnosa berdasarkan interprestasi data yang

atau

menunjang dalam melakukan asuhan kebidanan ibu nifas normal pada Ny M di Ruang Kebidanan RSUD Palembang BARI.
3.

Untuk mengantisipasi masalah atau diagnosa yang

mungkin terjadi pada Ny M di Ruang Kebidanan RSUD Palembang BARI.

4.

Untuk mengidentifikasi masalah yang memerlukan

tindakan segera pada Ny M di Ruang Kebidanan RSUD Palembang BARI.


5.

Untuk membuat perencanaan asuhan kebidanan ibu Ny M di Ruang Kebidanan RSUD

nifas normal pada Palembang BARI.


6.

Untuk melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas

normal pada Ny M di Ruang Kebidanan RSUD Palembang BARI.


7.

Untuk mengevaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan

ibu nifas normal pada Ny M di Ruang Kebidanan RSUD Palembang BARI. 1.3 Waktu Pengambilan kasus Asuhan Ibu Nifas pada Ny.s di Ruang kebidanan RSUD Palembang BARI dilakukan pada tanggal 18 september 2011.

1.4 Tempat Pengkajian dan pelaksanan Asuhan Ibu Nifas pada Ny.s di Ruang kebidanan RSUD Palembang BARI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Profil RSUD Palembang BARI 2.1.1 Selayang Pandang Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu-satunya rumah sakit umum milik pemerintah kota palembang. Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI terletak di Jalan Panca Usaha No. 1 Kelurahan 5 ULU Darat Secamatan Seberang ULU,dan berdiri di atas tanah seluas 4,5 H. Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan kertapati. Sejak tahun 2001 dibuat jalan alternative dari Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI. Saat ini sedang diupayakan pembangunan jalan langsung menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.

2,1,2VISI, MISI dan MOTTO RSUD Palembang BARI Visi visi RSUD Palembang BARI adalah Rumah Sakit andalan dan terpercaya di sumateraselatan

Misi 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu 2. Melaksanakan manajemen administrasi yang efektif dan efisien

Motto anda sembuh,kami puas anda puas,kami bahagi 2.1.3 Sejarah 1. Sejarah berdidrinya RSUD Palembang BARI 1. Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI merupakan gedung Poliklinik / Puskesmas Panca Usaha 2. Pada tanggal 19 juni 1995 di resmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK Depkes nomor 1326/ menkes/ sk/ XI/ 1997, tanggal 10 november 1997ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C. 3. Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang

pemberian status akreditasi penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, taggal 07 november 2003. 4. Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 tentang

pemberian status akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 05 februari 2008

5. Kepmenkes RI Nomor : 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelas Rumah Sakit Daerah Palembang BARI menjadi kelas B, tanggal 02 april 2009 6. Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan keputusan Walikota Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD ( PPK-BLUD ) secara penuh.

2. Sejarah pemegang jabatan direktur 1. Tahun 1986 s.d 1995 : dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha 2. Tanggal 1 juli 1995 s.d juni 2000 : dr. Eddy Zarkary Monasir, SpOG sebagai direktur RSUD Palembang BARI 3. Bulan juli 2000 s.d november 2000 : pelaksana tugas dr: M. Faisal Soleh,SpPD 4. Tanggal 14 november s.d sekarang : dr.Hj. Indah

Puspita,H.A,MARS sebagai direktur RSUD Palembang BARI 2.1.4 Fasilitas dan pelayanan 1. Fasilitas 1. Instalasi rawat darurat ( IRD ) 24 jam 2. Farmasi / apotik 24 jam 3. Rawat jalan / poliklinik spesialis bedah sentral sterilized suplay departemen ( CSSD ) 4. Rehabilitati medik

5. Radiologi 6. Laboratorium klinik 7. Patologi anatomi 8. Bank darah

2. Pelayanan rawat jalan 1. Poliklinik spesialis penyakit dalam 2. Poliklinik spesialis bedah 3. Poliklinik spesialis kebidanan dan penyakit kandungan 4. Poliklinik spesialis anak 5. Poliklinik spesialis mata 6. Poliklink spesialis THT 7. Poliklinik spesialis syaraf 8. Poliklinik spesialis kulit dan kelamin 9. Poliklinik spesialis jiwa 10. Poliklinik spesialis rehabilitasi medik 11. Poliklinik jantung 12. Poliklinik gigi 13. Poliklinik akupuntur 14. Poliklinik psikologi

3. Instalasi gawat darurat 1. Dokter jaga 24 jam 2. Ambulance 24 jam

4. Pelayanan rawat inap 1. Rawat inap kebidanan dan penyakit kandungan 2. Rawat inap anak 3. Perawatan umum bedah 4. Perwatan umu laki-laki 5. Perwatan umum perempuan 6. Perawatan umum non infeksi 7. Rawat inap VIP dan VVIP 8. Rawat inap penyakit dalam 9. Rawat inap neonatus

5. Pelayanan penunjang 1. Instalasi laboratorium klinik 2. Instalasi radiologi 3. Instalasi farmasi 4. Instalasi bedah sentral

5. Instalasi gizi 6. Instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit 7. Kasi

2.2 Tinjauan Teori 2.2.1 Definisi masa nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah partus selesai dan berakhir setalah kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 2007). Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saifudin, 2007).Periode pemulihan pasca partum berlangsung sekitar 6 minggu (Varney, 2008). Nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. Nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Saleha, 2009).

2.2.2

Tahapan masa nifas

Menurut Eliana (2007), masa nifas dibagi dalam 3 tahap:

a. Immediate post partum : masa setelah post partum sampai

24 jam setelah melahirkan.


b. Early post partum : masa setelah hari pertama post partum

sampai dengan minggu pertama post partum.


c. Late post partum : masa setelah minggu pertama post

partum sampai dengan minggu ke V post partum.

2.2.3

Tujuan asuhan masa nifas

Asuhan nifas diperlukan pada periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk : a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari. d. Memberikan pelayanan keluarga berencana. e. Memberikan dukungan untuk kesehatan emosional.

2.2.4

Tanda-tanda bahaya nifas (Rini , 2005)

1. Demam atau tanpa menggigil 2. Bau rabas vagina yang tidak enak atau mengiritasi

3. Lokea atau rabas vagina keluar secara berlebihan 4. Lokea berwarna merah terang setelah sebelumnya berwarna merah karat 5. Daerah tungkai bawah bengkak, nyeri, kemerahan, atau panas jika disentuh 6. Pembengkakan yang terlokalisasi atau rasa nyeri, panas di payudara 7. Suatu sensasi terbakar selama berkemih atau tidak berkemih 8. Nyeri di pelvis atau perineum.

2.2.5 Kebijakan program nasional masa nifas ( Pusdiknakes, 2003 ). Kebijakan program nasional pada masa postpartum yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa postpartum, dengan tujuan untuk : 1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi. 2. Melakukan kemungkinan bayinya. 3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas. 4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya. pencegahan terhadap kemungkinanadanya gangguan kesehatan ibu nifas dan

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa post partum: 1. 6-8 jam post partum Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang Pemberian ASI awal. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan

serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut. cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

dan bayi baru lahir. hipotermi. Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik. 2. 6 hari post partum Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir. 3. 2 minggu post partum Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum. 4. 6 minggu post partum

Menanyakan Penyulit Memberikan Konseling KB

2.2.6 Perubahan-perubahan pada masa nifas Menurut (Elyana, 2007), perubahan perubahan pada masa nifas, yaitu : a. Sistem Reproduksi 1) Involusi Uteri Involusi adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran bayi. Involusi terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena sitoplasma yang berlebihan dibuang. Involusi disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dindidng rahim pecah, diabsorsi dan kemudian dibuang sebagai air kencing. Tinggi fundus uteri menurut masa involusi. Bayi lahir Plasenta lahir 1 minggu 2 minggu 6 minggu 8 minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat : 2 jari bawah pusat : Pertengahan pusat simfisis : Tidak teraba diatas simfisis : Bertambah kecil : Sebesar normal

2) Involusi Tempat Plasenta Pada pemulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus.

Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut hal ini disebabkan karena dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. 3) Lochia Yaitu secret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Lochia dapat dibagi menjadi beberapa jenis: a. Lochia rubra/cruenta Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kasiosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan. b. Lochia sanguinolenta Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir, 3-7 pasca persalinan. c. Lochia serosa Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. d. Lochia alba Cairan putih selama 2 minggu. e. Lochia purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbauk busuk. f. Lochiostatis Lochia tidak lancar keluarnya. 4) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan kecil setelah bayi lahir tanga masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. 5) Ligamen-ligamen Ligament, fasia, dan diafragma pelvis merenggangkan pada waktu persalina, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor. 6) Sistem Endokrin Setelah plasenta dilahirkan penurunan produksi hormon dan organ tersebut terjadi dengan cepat. Hormon hipofise anterior yaitu prolaktin yang tadinya dihambat oleh estrogen dan progesterone yang tinggi di dalam darah kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudarah untuk memproduksi ASI. 7) Sistem Cardiovaskuler Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Tetapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg. Jika ada perubahan posisi, ini disebut dengan hipotensi orthostatic yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan resistensi di daerah panggul.

8) Sistem Urinaria Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang dapat mengakibatkan odema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan, tekanan yang berlebihan dan kekosongan kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya ibu mengalami kesulitan BAK sampai 2 hari post partum. 9) Sistem Gastrointestinal Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebakan nkarena pada saat melahirkan, alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, sarhaemoroid, dan laserasi jalan lahir. 2.3 Konsep Dasar Perdarahan Post Partum 2.3.1 Pengertian perdarahan post partum Perdarahan Post Partum adalah perdarahan yang melebihi 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prawihardjo, 2008).

2.3.2 Penyebab Perdarahan Post Partum Atoni Uteri Robekan jalan lahir Retensio plasenta

Kelainan proses pembekuan darah

(Prawihardjo, 2008)

2.4 Konsep Dasar Luka Perineum 2.4.1 Anatomi dan fisiologis perineum ( Hamilton, 2002 ). Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis. Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus pubis diatas fascia superfisialis perinei dan terdiri dari otot-otot transversus perinealis profunda. Diafragma pelvis dibentuk oleh otot-otot koksigis dan levator ani yang terdiri dari 3 otot penting yaitu : muskulus puborektalis, muskulus pubokoksigis, dan muskulus iliokoksigis. Susunan otot tersebut merupakan penyangga dari struktur pelvis, diantaranya lewat urethra, vagina dan rektum.Perineum berbatas sebagai berikut :

1. Ligamentum arkuata dibagian depan tengah. 2. Arkus iskiopubik dan tuber iskii dibagian lateral depan. 3. Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang. 4. Tulang koksigis dibagian belakang tengah.

Daerah perineum terdiri dari 2 bagian, yaitu : 1. Regio anal disebelah belakang. Disini terdapat muskulus sfingter ani eksterna yang melingkari anus. 2. Regio urogenitalis. Disini terdapat transversus muskulus perinealis bulbokavernosus, muskulus

superfisialis dan muskulus iskiokavernosus.

Corpus perineal merupakan struktur perineum yang terdiri dari tendon dan sebagai tempat bertemunya serabut-serabut otot tersebut diatas. Persyarafan perineum berasal dari segmen sakral 2, 3, 4 dari sumsum tulang belakang (spinal cord) yang bergabung membentuk nervus pudendus. Syaraf ini meninggalkan pelvis melalui foramen sciatic mayor dan melalui lateral ligamentum sakrospinosum, kembali memasuki pelvis melalui foramen sciatic minor dan kemudian lewat sepanjang dinding samping fossa iliorektal dalam suatu ruang fasial yang disebut kanalis Alcock. Begitu memasuki kanalis Alcock, nervus pudendus terbagi menjadi 3 bagian / cabang utama, yaitu: nervus hemorrhoidalis inferior diregio anal, nervus perinealis yang juga membagi diri menjadi nervus labialis posterior dan nervus perinealis profunda ke bagian anterior dari dasar pelvis dan diafragma urogenital; dan cabang ketiga adalah nervus dorsalis klitoris.Perdarahan ke perineum sama dengan perjalanan syaraf yaitu berasal dari arteri pudenda interna yang juga melalui kanalis Alcock dan terbagi menjadi arteri hemorrhoidalis inferior, arteri perinealis dan arteri dorsalis klitoris.

Gambar 1. Anatomi Perineum

Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi yaitu: episiotomi medial, episiotomi mediolateral, dan schuchardt.

Gambar 2. Tipe-Tipe episiotomi

Penatalaksanaan 1. Persiapan a. Ibu Nifas Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka. b. Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001). 2. Penatalaksanaan

Perawatan melahirkan kebersihan, penyembuhan

khusus mencegah dengan

perineal infeksi, prosedur

bagi rasa dan

wanita

setelah

anak

mengurangi

ketidaknyamanan, meningkatkan menurut

pelaksanaan

Hamilton (2002) adalah sebagai berikut: a. Mengajarkan ibu untuk Mencuci tangan b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat c. Memberi tahu ibu untuk membuang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik. d. Memberitahu ibu Berkemih dan BAB ke toilet e. Mengajarkan ibu untuk cebok ke seluruh perineum dengan air hangat di botol plastik yang telah disediakan

Gambar 5. Cara Perawatan Perineum f. Ajarkan belakang. g. Beritahu ibu pasang pembalut dari depan ke belakang. h. Cuci kembali tangan 3. Evaluasi a. Perineum tidak lembab b. Posisi pembalut tepat c. Ibu merasa nyaman ibu mengeringkan perineum dengan

menggunakan tissue atau kain yang kering dari depan ke

BAB III TINJAUAN KASUS

Perawatan perineum Ny.M dilakukan pada Tanggal 17 September 2011 pukul 06.00 WIB di Ruang Kebidanan RSUD Palembang BARI.

3.1 Data Subjektif 3.1.1 Identitas klien Nama Umur Agama Jenis Kelamin Tanggal masuk :Ny M : 26 Tahun : Islam : Perempuan : 17 september 2011 Nama Umur : Tn.D : 24 tahun

Tanggal Pengkajian : 18 september 2011 Suku Bangsa Agama Pekerjaan Alamat : Indonesia : Islam : Buruh : JL.lrg.semeru,tuan kentang.

Umur Agama

: 24 tahun : Islam

Jenis Kelamin Tanggal masuk Tanggal Pengkajian Suku Bangsa Diagnosa Medis Alamat Nomor RM

: Perempuan : 17 september 2011 : 18 september 2011 : Indonesia :Episiotomi : JL.lrg.semeru,tuan kentang. : 07.30.93

3.1.2 Identitas Penanggung Jawab Nama Umur Agama Pekerjaan Alamat B. Alasan datang : Pada tanggal 7-10-2011 pukul 10.00 WIB, ibu datang beserta suami keruang kebidanan RSUD Palembang BARI mengaku hamil cukup bulan anak pertama, gerakan anak di rasakan, dan perut merasa mulas. 3.2 Data Objektif : Tn.D : 26 Tahun : Islam : Buruh : JL.lrg.semeru,tuan kentang.

3.2.1 Pemeriksaan fisik umum 1. Keadaan umum Kesadaran Keadaan emosional : compos metis : Baik

2. Tanda tanda vital Tekanan darah Polse Respirasi Suhu : 110/90 mmHg : 84 x/m : 22 x/m : 36,5 oc

Pemeriksaan fisik khusus 1. Kepala 2. Rambut 3. Muka Mata Kelopak mata Konjungtiva Skclera Reflek pupil Mulut dan gigi : Tidak ada kelainan : Tidak pucat : Tidak ikteris : Ka/Ki (+)/(+) : Bersih : Tidak rontok : Tidak oedem

Gigi Gusi Kelainan 4. Torax 5. Payudara Keadaan Putting susu

: Tidak caries : Tidak bengkak : Tidak ada : Tidak ada kelainan

: simetri : menonjol

Pengeluaran cairan: colostrum Masa 6. Abdomen Inpeksik Keadaan Striae Palpasi Tfu : pusat siga : Simetris : Tidak ada : Tidak ada

Kontraksi uterus : baik 7. Ekstremitas bawah Oedema Varises Reflek patella 8. Genetalia eksterna : Tidak ada : Tidak ada : ka/ki (+)/(+)

Infeksi Kontraksi uterus Varises Perinium Masa 9. Pemeriksaan penunjang Darah Golongan darah: B Hb Urien Protein Glukosa : (-) : (-) : 12 gm% : Baik : Tidak ada : luka heacting terbuka : Tidak ada

III. Analisa data Diagnosa : P1AoG1 , pp spontan, episiotomi.

Terapi Amoxcilin 3x500 gr Asam mefenamat 3x1 Vit c 3x2 Vulva hygiene ( pagi , sore )

IV. Plening 1. Mengobservasi tanda tanda vital sign 2. Mengobservasi kering nya luka 3. Memberikan KIE kepada ibu tentang menjaga kebersihan vagina
4. Memberikan dukungan dan motivasi

BAB IV PEMBAHASAN

Masa nifas suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28 hari setelah akhir persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang kontinue dan bidan kepada ibu dan bayi sedang di perlukan (The midwifes rule, UKCC 1993). Masa nifas di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas kurang lebih selama 6 minggu (Syaifudin 2002). Masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sedia kala dalam waktu 3 bulan. Dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa peralihan alat-alat kandungan setelah melahirkan yang berangsur kira-kira 6 minggu dan kembali seperti keadaan sebelum ada kehamilan memerlukan waktu selama 3 bulan (Prawirohardjo, 1991). Pada pemeriksaan vulva dan vagina tidak ada kelainan, luka jahitan perineum tampak basah, kemudian tidak ditemukan adanya tanda tanda infeksi,ini menunjukan bahwa hanya perlu KIE perawatan perineum

saja secara asuhan mandiri,

dan pada hari ketiga dimana vulva dan

vagina ibu tidak ada kelainan , dan perineum , luka bekas jahitan sudah kelihatan kering, sehingga ibu dibolehkan pulang dan dianjurkan untuk kontrol ulang. Asuhan mandiri yang diberikan pada Ny M antara lain, mengajarkan ibu mencuci tangan sebelum melakukan perawatan perineum, kemudian memberitahu ibu untuk membuang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantong plastik, selanjutnya ibu dianjurkan untuk berkemih dan BAB ketoilet, setelah itu ajarkan ibu membasuh perineum dengan air biasa secara keseluruhan dengan cara jongkok, ataupun berdiri. Kemudian beritahu ibu untuk mengeringkan perineum dengan tissue atau kain yang bersih dari depan ke belakang, lalu pasang kembali pembalut ibu dari depan kebelakang. Dari asuhan mandiri yang diberikan pada Ny M lakukan evaluasi dengan cara melihat perineum ibu tidak basah, posisi pembalut ibu benar dan menanyakan apakah ibu sudah merasa nyaman. Perawatan Luka Perineum yang dilakukan pada Ny M sudah dijelaskan pada BAB III khusus perawatan perineum. Setelah perawatan nifas diberikan kepada Ny M maka didapatkan bahwa secara umum Ny M mengerti apa yang dijelaskan oleh Bidan kepadanya dan mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh Bidan. Secara keseluruhan tindakan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny M yang dilakukan di ruang nifas Kebidanan SRUD Palembang BARI dapat dilakukan sesuai dengan teori yang ada dan tidak dijumpainya perbedaan teori dan praktik. Hal ini karena sarana yang dipakai tersedia dan keluarga kooperatif terhadap pelayanan yang diberikan.

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny M pada masa nifas, maka diadakan pembahasan yang mengacu pada tinjauan teoritis, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : Dari data Subjektif didapatkan nama Ny M dalam masa nifas setelah bersalin normal. Dari data objektif didapatkan KU ibu baik, kesadaran Compos Mentis, TD 120/80 mmhg, Pernafasan 20 x/m, Nadi 80 x/m, Suhu 36,0 0C. Perencanaan yang dilakukan terhadap Ny M adalah : a. b. c. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan umum ibu TD, RR, Nadi dan Suhu normal dan keadaan janin normal. Menjelaskan pada ibu tentang perubahan yang terjadi pada saat sesudah bersalin dan bagaimana cara merawat payudara. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi agar asupan makanan tercukupi dan tidak berakibat buruk terhadap bayi dan ibu. d. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda tanda bahaya nifas

e. f. g.

Menganjurkan untuk menjaga kebersihan diri minimal gosok gigi, mandi dan ganti pakaian dalam 2x sehari Menganjurkan pada ibu untuk kontrol ulang kembali setelah 6 hari post partum Menjelaskan Ibu manfaat KB

5.2 Saran 1. Bagi RSUD Palembang BARI a. Diharapkan pada pihak RSUD Palembang BARI agar dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan yang telah ada di Ruang nifas. b. Dan diharapkan agar dapat menyediakan sumber-sumber bacaan khususnya buku-buku kebidanaan, sehingga dapat melengkapi referensi kepustakaan yang menunjang untuk selanjutnya. Sebagai mahasiswa, kami juga mengharapkan agar dapat meningkatkan periode dan frekuensi belajar / praktek lapangan penyediaan lahan secara maksimal. 2. Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan diharapkan makalah ini menjadi sumber pelajaran bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Pondok Pesantren Assanadiyah Palembang dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal Episiotomi sesuai dengan teori dan praktik. 3. Bagi Mahasiswa a. Diharapkan kepada mahasiswi agar dapat melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Normal dengan Laserasi Jalan Lahir yang didapat dari pendidikan

b. Diharapkan kepada mahasiswi agar dari meningkatkan keaktifan ddalam memanfaatkan waktu selama mengikuti Praktik Klinik Kebidanan c. Diharapkan kepada mahasiswi agar dapat menunjukkan sikap dan etika yang baik selama mengikuti Praktik Klinik Kebidanan d. Diharapkan kepada mahasiswi agar dapat meningkatkan pengetahuan mengenai penyusunan laporan kegiatan hasil Praktik Klinik Kebidanan.

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN i KATA PENGANTAR.ii DAFTAR ISIiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang .1

1.2.Tujuan..............................................................................2 1.2.1.Tujuan Umum 1.2.2.Tujuan Khusus 1.3.Waktu dan Tempat.3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Profil RSUD Palembang BARI..4 2.2.Tinjauan Teori8 BAB III TINJAUAN KASUS.19 LAMPIRAN

BAB IV PEMBAHASAN..23 BAB V KESIPULAN.25 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA Abdul Bari, 2000, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. SAalemb Medika: Jakarta Danis.200.Asuhan kebidanan pada Masa Nifas. EGC : Jakarta Mocthar 2002, Asuhan kebidanan post partum. Yudistira : Jakarta

Musrifatul huliyah, A Azis Alimul Hidayat, 2008. Salembah medika : jakarta

Anda mungkin juga menyukai