Anda di halaman 1dari 45

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

Program ini diselenggarakan oleh Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) KUR adalah jenis kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) di bidang usaha yang produktif yang layak namun belum BANKABLE dengan plafond kredit sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta) yang dijamin oleh perusahaan penjamin. MANFAAT PENYALURAN KUR BAGI UMKMK Memberi kesempatan kepada UMKMK memperoleh kredit/ pembiayaan untuk melakukan kegiatan Usaha Produktif sehingga dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih produktif. UMKMK YANG DAPAT MEMANFAATKAN KUR KUR diperuntukkan bagi UMKMK dalam: Usaha Perseorangan, atau Kelompok usaha, atau Koperasi, atau Berbadan hukum lain seperti Perseroan Terbatas (PT), CV, Firma, UD, dll. USAHA YANG DAPAT DIBIAYAI KUR USAHA PRODUKTIF misalnya, usaha budidaya bebek, budidaya lele, perkebunan coklat, usaha kerajinan, penyulingan minyak atsiri, usaha jasa salon kecantikan, rumah makan, bengkel mobil, jasa konstruksi bangunan, biro perjalanan, produksi batako, genteng, batu bata, dan usaha produktif lainnya. KUR TIDAK UNTUK tujuan konsumtif (kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, kartu kredit, dan kredit konsumtif lainnya).

KETENTUAN UMKMK CALON DEBITUR KUR Pada saat mengajukan kredit/pembiayaan, UMKMK TIDAK SEDANG memperoleh kredit/pembiayaan dari Bank, dan juga TIDAK SEDANG memperoleh kredit program dari pemerintah yang dibuktikan dengan Sistem Indormasi Debitur (SID). Pada saat mengajukan kredit/pembiayaan, bagi UMKMK yang sedang menerima kredit konsumtif (kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, kartu kredit, dan kredit konsumtif lainnya) DAPAT MEMPEROLEH KUR. Usahanya dinilai layak dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bank. KETENTUAN KREDIT/PEMBIAYAAN KUR KUR MIKRO Plafond maksimal Rp. 5 juta (lima juta), bunga maksimal 22% efektif per tahun, pada saat mengajukan kredit/ pembiayaan tidak perlu pengecekan Sistem Informasi Debitur (SID). KUR RITEL Plafond di atas Rp. 5 juta (lima juta) sampai dengan maksimal Rp. 500 juta (lima ratus juta), bunga maksimal 14 % efektif per tahun, pada saat mengajukan kredit perlu pengecekan Sistem Informasi Debitur (SID). * Agunan utama: usaha yang dibiayai dan Agunan tambahan sesuai ketentuan bank. SUMBER DANA DAN PENJAMIN KUR Sumber dana kredit/pembiayaan KUR adalah 100% (seratus persen) bersumber dari dana Bank Pelaksana KUR. Kredit/pembiayaan yang disalurkan (disetujui) Bank

Pelaksana KU, dijamin otomatis oleh perusahaan penjamin dengan NILAI PENJAMINAN 70% dari plafond KUR. Imbal Jasa Penjaminan (IJP) dalam hal KUR DIBAYAR oleh pemerintah. PELAKSANA KUR Bank Pelaksana KUR: PT. Bank BRI (Persero) Tbk, PT. BNI (Persero) Tbk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank BTN (Persero) Tbk, dan PT. Bukopin. Bank Pembangunan Daerah, PT. Bank DKI, PT. Bank Nagari, PT. Bank Jabar-Banten, PT. Bank Jateng, BPD DI Yogyakarta, PT. Bank Jatim, PT. Bank Kalbar, PT. Bank Kalteng, BPD Kalsel, PT. Bank Sulut, PT. Bank Papua dan PT. Bank Maluku. Lembaga Linkage LEMBAGA LINKAGE adalah lembaga keuangan yang mengadakan kerjasama dengan Bank Pelaksana KUR, untuk menerus pinjamkan KUR dari Bank ke UMKMK. Lembaga Linkage antara lain: Koperasi Sekunder, Koperasi Primer (Koperasi Simpan Pinjam, Unit Simpan Pinjam Koperasi), Badan Kredit Desa (BKD), Baitul Mal Wa Tanwil (BMT), Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/ BPRS), Lembaga Keuangan Non Bank, Lembaga Keuangan Mikro. PROSEDUR DAN CARA MENGAJUKAN KUR UMKMK calon debitur KUR mengajukan kredit/ pembiayaan KUR ke salah satu Bank Pelaksana KUR (kantor cabang, cabang pembantu, unit pelayanan/unit desa, ATAU ke lembaga linkage (yang bekerjasama dengan bank) yang ada di Ibukota Propinsi, Kabupaten/ Kota, Kelurahan dan Desa) dekat lokasi kebera-

daan UMKMK. UMKMK calon debitur KUR, menyerahkan dokumen-dokumen persyaratan kredit/pembiayaan yang ditetapkan Bank Pelaksana KUR, antara lain: Identitas diri calon debitur KUR (KTP, Kartu Keluarga, keterangan domisili) Legalitas usaha (akte pendirian, data usaha) Perizinan usaha (SIUP, TDP, dll) Laporan keuangan Proposal usaha Persyaratan lain, sesuai ketentuan Bank Bank Pelaksana KUR melakukan evaluasi usulan kredit/ pembiayaan yang diajukan UMKMK calon debitur KUR. PUTUSAN PEMBERIAN KUR Putusan pemberian KUR sepenuhnya menjadi kewenangan Bank Pelaksana. JANGKA WAKTU KUR Jangka waktu KUR tidak melebihi 3 (tiga) tahun untuk modal kerja, dan 5 (lima) tahun untuk investasi. Sulesi, perpanjangan dan restrukturisasi dapat diperpanjang menjadi maksimal 6 (enam) tahun untuk modal kerja, dan 10 (sepuluh) tahun untuk investasi. MEKANISME PENYALURAN KUR LANGSUNG, yaitu Bank langsung menyalurkan KUR ke UMKMK yang mengajukan kredit/pembiayaan. TIDAK LANGSUNG, yaitu Bank menyalurkan KUR melalui LEMBAGA LINKAGE yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana KUR,

o Untuk penyaluran tidak langsung (linkage) yang bentuk kerjasama dengan Bank sebagai EKSEKUTING, maka dapat memutuskan sendiri usulan kredit/pembiayaan yang diajukan UMKMK dengan bunga maksimal 22% efektif per tahun, plafond maksimal Rp. 100 juta per UMKMK. o Untuk penyaluran tidak langsung (linkage) yang bentuk kerjasama dengan Bank sebagai CHANELLING, maka lembaga linkage akan meneruskan ke Bank pelaksana dengan plafond, suku bunga mengikuti ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel. SKEMA KREDIT USAHA RAKYAT PT. BANK RAKYAT INDONESIA Persyaratan Calon Debitur UMKM dan Koperasi yang dapat mengakses Kredit Usaha Rakyat, Individu (perorangan badan hukum), kelompok, koperasi yang melakukan usaha produktif dan memenuhi syarat antara lain: 1. Legalitas perorangan dan Badan Usaha Hukum: Individu: KTP dan Kartu Keluarga. Kelompok: Surat Pengukuhan Instansi Terkait/Surat Keterangan Usaha dari Lurah/Kepala Desa dan atau akte notaris. Koperasi : AD/ART beserta perubahannya. Badan Hukum Lain sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Perijinan Usaha Untuk kredit dengan plafond s/d Rp. 100 juta, ijin usaha (TDP, Slur dan SITU) dapat digantikan dengan Surat Keterangan Usaha dari Kepala Desa/Lurah. Pinjaman dengan plafond di atas Rp. 100 juta perijinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. UMKM dan Koperasi yang baru memulai usaha, minimal usahanya telah berjalan selama 6 bulan. 4. Jenis Kredit dan Jangka Waktu Kredit Kredit Modal Kerja jangka waktu maksimal 3 tahun. Kredit Investasi jangka waktu maksimal 5 tahun. 5. Besarnya nilai pinjaman disesuaikan dengan kelayakan usaha maksimal Rp. 500 juta. Sharing dana sendiri untuk Kredit Investasi minimum 35%. Suku Bunga maksimal 16% pa, Reviewable sesuai ketentuan pemerintah. 6. Bentuk Kredit: Prosedur Rekening Koran Maksimum CO menurun, untuk Kredit Musiman dapat sekaligus lunas (maksimal jangka waktu 1 tahun dengan pembayaran pokok dan bunga). Biaya Administasi dan provisi tidak dipungut. 7. Agunan Agunan pokok berupa proyek yang dibiayai. Agunan tambahan ringan dan tidak diwajibkan. 8. Sistem dan prosedur kredit UMKM dan Koperasi dapat mengajukan permohonan kredit pinjaman ke Kantor Cabang BRI\Kantor Cabang Pembantu. Permohonan kredit : pinjaman yang diajukan harus dilampiri dengan dokumen pendukung antara lain: o Copy legalitas dan perijinan. o Data usaha dan dokumen untuk keperluan analisa kebutuhan kredit. o On the spot ke tempat usaha oleh Pejabat Kredit Lini o Hasil analisa kebutuhan kredit dituangkan dalam Memorandum Analisa Kebutuhan Kredit sesuai

ketentuan yang berlaku dan diajukan ke pejabat pemutus untuk mendapatkan putusan kredit. SKEMA KREDIT USAHA RAKYAT PT. BANK BUKOPIN Kriteria penerima kredit usaha adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (pengrajin, nelayan, petani, dan pedagang) dan Koperasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Menjalankan usaha produktif yang layak. 2. Mempunyai fotocopy KTP/KK dan sejenisnya 3. Mempunyai tempat usaha (milik sendiri atau sewa dan sejenisnya) disertai dengan menyerahkan fotocopy dokumen pendukung. 4. Usaha telah dilakukan lebih dari 2 (dua) tahun terhitung sejak mengajukan permohonan Kredit/Pembiayaan kepada Bank. 5. Mempunyai pembukuan atau catatan usaha, kecuali untuk budidaya di sektor pertanian, kelautan, perdagangan, perindustrian atau perkebunan dalam arti seluas-luasnya. 6. Mempunyai atau dapat menyerap tenaga kerja. 7. Mempunyai dan menyerahkan fotocopy perijinan dan legalitas usaha sesuai dengan jenis bidang usaha minimal dari kelurahan. Usaha kecil dalam pengertian ini adalah pelaku usaha di sektor pertanian, kelautan, perdaganganm perindustrian, jasa atau perkebunan dalam arti seluas-luasnya, yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Menjalankan usaha produktif yang layak. 2. Mempunyai dan menyerahkan fotocopy identitas pribadi/ pengelola/pengurus (KTP atau Kartu Keluarga dan sejenisnya).

3. Bentuk usaha dapat beruba: Badan Usaha (Perorangan, CV atau Fa atau Persekutuan Perdata lainnya) atau Badan Hukum (Perseroan Terbatas atau Koperasi). 4. Mempunyai dan menyerahkan fotocopy Akta Pendirian sesuai dengan bentuk badan usaha atau badan hukumnya. 5. Mempunyai tempat usaha (milik sendiri atau sewa/ kontrak dan sejenisnya) disertai dengan menyerahkan fotocopy dokumen pendukungnya). 6. Usaha telah dilakukan dari 2 (dua) tahun terhitung sejak mengajukan permohonan Kredit/Pinjaman kepada Bank. 7. Mempunyai pembukuan atau catatan keuangan yang sederhana. 8. Mempunyai dan menyerahkan fotocopy perijinan dan legalitas usaha antara lain: NPWP, SIUP, TDP dan perijinan/legalitas lainnya sesuai dengan bidang/jenis usahanya. 9. Mempunyai atau dapat menyerap tenaga kerja. 10. Membuka rekening (tabungan ata giro) pada Bank. 11. Tidak sedang menikmati Kredit/Pembiayaan sejenis dengan yang dimaksud dalam Ketentuan Perkreditan ini dari perbankan lainnya yang dibuktikan dengan Bank Checking. Usaha Menengah dan Koperasi dalam pengertian ini adalah pelaku usaha di sektor pertanian, kelautan, perdagangan, perindustrian, jasa atau perkebunan dalam arti seluasluasnya yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Menjalankan usaha produktif yang layak. 2. Mempunyai identitas pribadi/pengelola/pengurus (KTP dan KK atau sejenisnya).

3. Bentuk usaha dapat beruba: Badan Usaha (perorangan, CV atau Fa atau Persekutuan Perdata lainnya) atau Badan Hukum (Perseroan Terbatas atau Koperasi). 4. Mempunyai Akta Pendirian Badan Usaha atau Badan Hukum sesuai dengan bentuk badan usahanya. 5. Mempunyai tempat usaha (milik sendiri atau sewa/ kontrak dan sejenisnya) disertai dengan menyerahkan fotocopy dokumen pendukugnya. 6. usaha telah dilakukan lebih dari 2 (dua) tahun terhitung sejak mengajukan permohonan Kredit/Pembiayaan kepada Bank. 7. Mempunyai pembukuan atau catatan keuangan. 8. Mempunyai perijinan dan legalitas usa antara lain: NPWP, SIUP, TDP dan perijinan atau legalitas lainnya sesuai dengan bidang/jenis usahanya. 9. Mempunyai atau dapat menyerap tenaga kerja. 10. Menyerahkan fotocopy Rekening (tabungan atau giro) minimal 6 (enam) bulan terakhir (jira ada) dan bersedia membuka rekening (tabungan atau giro) pada Bank. 11. Tidak sedang menikmati Kredit/Pembiayaan sejenis dengan yang dimaksud dalam Ketentuan Perkreditan ini dari perbankan lainnya yang dibuktikan dengan Bank Checking. Kriteria penyaluran Kredit/Pembiayaan UMKMK sebagai berikut: 1. Kredit/Pembiayaan baru, atau 2. Kredit/Pembiayaan perpanjangan yang masih dalam keadaan lancar (kolektibiliti 1) sesuai ketentuan Bank Indonesia dan belum pernah direstrukturisasi, atau 3. Kredit/Pembiayaan tambahan yang masih dalam keadaan lancar (kolektibiliti 1) sesuai ketentuan Bank Indonesia dan belum pernah direstrukturisasi 4. Kredit/Pembiayaan bukan hasil take over dari bank lain

10

yang dibuktikan dengan hasil Bank Checking 5. Penggunaan Kredit/Pembiayaan adalah untuk modal kerja atau investasi dan atau modal kerja,yang mendukung semua sektor ekonomi produktif dan layak untuk dibiayai Struktur Kredit/Pembiayaan 1. Untuk Usaha Mikro, plafond Kredit/Pembiayaan yang dapat diberikan adalah diatas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp. 100.000.000 2. Untuk Usaha Kecil, plafond Kredit/Pembiayaan yang dapat diberikan adalah lebih dari Rp. 100.000.000 sampai dengan Rp. 250.000.000 3. Untuk Usaha Menengah dan Koperasi, plafond Kredit/ Pembiayaan yang dapat diberikan adalah lebih dari Rp. 250.000.000 sampai dengan Rp. 500.000.000,Analisa Kelayakan Menggunakan Internal Credit Risk Rating (ICRR) yaitu suatu alat untuk melakukan analisa kelayakan, mengidentifikasi dan mengukur resiko atas Kredit/ Pembiayaan yang akan diberikan oleh Bank. Pengunaan Kredit untuk modal kerja atau untuk investasi dan atau modal kerja: Setting (bentuk), Kredit Setting (bentuk) Kredit harus dalam bentuk aflopenl installment (plafond menurun) dengan ketentuan setiap akhir tahun terdapat penurunan plafond Kredit/Pembiayaan sesuai dengan analisa kelayakan dari Bank. Jangka waktu Kredit adalah: 1. Untuk Kredit modal kerja maksimal 3 (tiga) tahun 2. Untuk kredit investasi maksimal 5 (lima) tahun

11

Suku bunga/Bagi hasil/Nisbah Tingkat suku binga bagi hasil nisbah sebesar 16% efektif per tahun. Biaya Provisi dan Biaya Administrasi adalah: 1. Biaya provisi yang dapat dibebankan kepada UMKMK 2. Biaya administrasi yang dapat dibebankan kepada UMKMK Agunan Kredit/Pembiayaan: 1. Penjaminan Kredit/Pembiayaan dari PT Askrindo atau rerum SPU adalah maksimal sebesar 70% dari plafond Kredit/Pembiayaan, dan 2. Agunan lain yang diserahkan UMKMK kepada Bank, dengan ketentuan sebagai berikut: Untuk Usaha Mikro, dengan plafond Kredit/Pembiayaan di atas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp. 100.000.000, agunannya adalah: > usaha yang dibiayai antara lain berupa stock barang dan atau tagihan (effektif atau belum efektif) atau sejenisnya dan atau > hak kebendaaan lainnya sebagaimana dimaksud dalam butir 2) dibawah ini, dengan total nilai agunan minimal sebesar 35% dari plafond Kredit/ Pembiayaan Untuk Usaha Kecil, dengan plafond k\Kredit/Pembiayaan di atas Rp. 100.000.000 sampai dengan Rp. 250.000.000, agunannya adalah: > Kendaraan roda empat (mobil) dengan usia tahun pembuatan maksimal 8 (delapan) tahun pada saat Kredit/Pembiayan disetujui atau Deposito/ Tabungan/ Rekening Giro yang diblokir dan atau

12

> fixed asset berupa sertifikat yang dilengkapi dengan dokumen 1jin Mendirikan Bangunan (1MB) dan bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atau fixed asset berupa Kios dan sejenisnya atau tanah dengan status letter C/girik/Petuk Bumi dan sejenisnya sepanjang diyakini dapat diproses menjadi sertifikat, dengan total nilai agunan minimal sebesar 35% dari plafond Kredit/Pembiayaan Untuk Usaha Menengah dan Koperasi dengan plafond Kredit/Pembiayaan di atas Rp. 250.000.000 s/d Rp. 500.000.000, agunannya adalah: > Kendaraan roda em pat (mobil) dengan usia tahun pembuatan maksimal 5 (lima) tahun pada saat Kredit/Pembiayan disetujui atau Deposito/ Tabungan/ Rekening Giro, yang diblokir oleh Bank dan atau > fixed asset dalam bentuk Tanah dan bangunan atau Ruko atau apartement atau sejenisnya dengan kepemilikan SHM atau SGB atau SGU yang dilengkapi dengan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atau dengan kelengkapan dokumen- nya sesuai jenis fixed assetnya, dengan total nilai agunan minimal sebesar 40% dari plafond Kredit; Pembiayaan Untuk Kredit/Pembiayaan Massal (Kelompok Usaha Mikro atau Kelompok Usaha Kecil) atau untuk UMKMK Binaan, Ketentuan Perkreditan ini, agunannya adalah: > usaha yang dibiayai antara lain berupa stock barang dan atau tagihan (effektif atau belum efektif) atau sejenisnya dan atau > hak kebendaaan lainnya sebagaimana dimaksud dalam butir b.2) tersebut diatas, dengan total nilai agunan

13

minimal sebesar 35% dari plafond Kredit/ Pembiayaan, atau > dengan pola risk sharing berdasarkan perjanjian kerjasama yang disepakati oleh para pihak Perhitungan atau penggunaan nilai agunan sebagaimana dimaksud pada butir (b) di atas adalah dengan menggunakan nilai pasar. SKEMA KREDIT USAHA RAKYAT PT. BANK SYARIAH MANDIRI Program Barakah diberikan kepada Perorangan, Badan Usaha di semua sektor indutri, untuk keperluan produktif dengan lamanya usaha minimal 2 (dua) tahunj menurut penilaian bank dapat dibiayai dengan kondisi: 1. Mempunyai potensi usaha dan atau komonditas yang diusahakan sudah mempunyai pasar. 2. Mempunyai prospek usaha yang layak dan mampu menyerap tenaga kerja. 3. Mempunyai legalitas dan perijinan usaha sesuai ketentuan yang berlaku. 4. Usaha tersebut memenuhi ketentuan dan persyaratan Pembiayaan yang berlaku serta dinyatakan layak oleh BSM. 5. Tidak termasuk dalam daftar kredit macet atau kredit bermasalah. 6. Mengusulkan proposal pinjaman/kredit sesuai dengan kebutuhan usaha. Dokumen Permohonan Pembiayaan Form Surat Permohonan Pembiayaan (SPP) Surat tertulis dari nasabah, dengan melampirkan: 1. Legalitas nasabah perorangan (KTP I SIM I Paspor, KK,

14

Akta nikah, Surat persetujuan istri/suami. 2. Legalitas badan usaha (SIUP, SIUK, SIU Industri, SIU Peternakan dll. TDP, SITU, NPWP, Akta Pendirian). 3. Laporan Keuangan 2 tahun terakhir. 4. Past performace usaha 1 tahun. 5. Rencana usaha 1 tahun ke depan. 6. Bukti kepemilikan agunan Persyaratan Pembiayaan: 1. Kebutuhan UMKM yang dibiayai adalah investasi dan/ atau modal kerja layak untuk dibiayai berdasarkan alas pembiayaan yang sehat dan tidak sedang dibiayai fasilitas Pembiayaan bank lainnya. 2. Pembiayaan dapat disalurkan langsung ke nasabah atau melalui LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah). 3. Maksimum Pembiayaan adalah Rp. 500.000.000,(lima ratus juta). 4. Jangka Waktu Pembiayaan untuk modal kerja 3 (tiga) tahun, apabila diperlukan dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BSM dan Investasi 5 (lima) tahun dan sesuai dengan analisa kelayakan serta ketentuan Pembiayaan yang berlaku pada BSM. 5. Margin/bagi hasil pembiayaan setinggi-tingginya setara dengan 16% efektif per tahun. Prosedur pengajuan Program Barakah Calon nasabah merupakan pelaku usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi mengajukan permohonan ke Kantor Cabangl Cabang Pembantu BSM terdekat, selanjutnya akan dilakukan analisa sesuai ketentuan yang berlaku.

15

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM MANDIRI)

Program ini diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia

16

PENGERTIAN DAN TUJUAN PNPM MANDIRI PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah: 1. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. 2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. TUJUAN Tujuan Umum Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Tujuan Khusus Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat

17

lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor). Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya penanggulangan kemiskinan. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. PENDEKATAN PROGRAM PNPM-MANDIRI Pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan : Menggunakan kecamatan sebagai lokus program untuk mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program.

18

Memposisikan masyarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan pelaku utama pembangunan pada tingkat lokal. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial, budaya dan geografis. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri dari atas pembelajaran, kemandirian dan keberlanjutan.

KOMPONEN PROGRAM DALAM PNPM-MANDIRI Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen program sebagai berikut: Pengembangan Masyarakat. Komponen PengembanganMasyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, diesediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya. Bantuan Langsung Masyarakat Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan

19

kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan terutama masyarakat miskin. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal Komponen Peningkatan Kapasitas Pemerintah dan Pelaku Lokal adalah serangkaian kegiatan yang meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok perduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini diantaranya seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif dan sebagainya. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program Komponen ini meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi dan pengembangan program.

RUANG LINGKUP PROGRAM PNPM-MANDIRI Ruang lingkup kegiatan PNPM-MANDIRI pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi: Penyediaan dan perbaikan pasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial dan ekonomi secara kegiatan padat karya. Penyediaan sumberdaya keuangan melalui dana ber gulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar

20

diberikan bagi kaum perempuan untuk memanfaatkan dana bergulir ini. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.

21

22

PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN (PKBL)

Program ini diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia

23

LANDASAN HUKUM PELAKSANAAN PKBL DI BUMN Peran BUMN dalam pengembangan usaha kecil dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO). Pertimbangan yang mendasari pelaksanaan program tersebut adalah adanya posisi strategis BUMN dalam hubungannya dengan usaha kecil yaitu memiliki keunggulan pada bidang produksi/ pengolahan, teknologi, jaringan distribusi dan SDM yang dapat dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan usaha kecil sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. MAKSUD DAN TUJUAN PELAKSANAAN Sesuai Pasal 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Wujud dari pelaksanaan Pasal 2 undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tersebut adalah dilaksanakannya PKBL oleh seluruh BUMN. Dari perspektif bisnis, PKBL merupakan wujud kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR). APA ITU PKBL? PKBL merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program

24

Kemitraan dan maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan. BENTUK PROGRAM KEMITRAAN : Pembinaan pinjaman untuk modal kerja dan/atau pembelian Aktiva Tetap Produktif. Pinjaman khusus bagi UMK yang telah menjadi binaan yang bersifat pinjaman tambahan dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha UMK Binaan. Program pendampingan dalam rangka peningkatan kapasitas (capacity building) UMK binaan dalam bentuk bantuan pendidikan/pelatihan, pemagangan, dan promosi. Capacity building diberikan di bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, SDM, dan teknologi. Dana capacity building bersifat hibah dan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan UMK Binaan. JENIS USAHA YANG DIBIAYAI Usaha yang dapat dibiayai adalah usaha yang produktif di semua sektor ekonomi (industri/perdagangan/pertanian/ perkebunan/perikanan/jasa/lainnya) dengan ketentuan: Memiliki kriteria sebagai usaha kecil (termasuk usaha mikro), yaitu memiliki kekayaan bersih maksimal Rp200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan palingbanyak Rp.1 milyar; Milik Warga Negara Indonesia; Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang

25

berbadan hukum, termasuk koperasi; Mempunyai potensi dan prospek usaha untukdikembangkan; Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun; Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable). TATA-CARA / PERSYARATAN PINJAMAN Tata cara/persyaratan pinjaman dapat berbeda-beda untuk setiap BUMN, namun secara umum adalah sebagai berikut: Mengajukan proposal permohonan pinjaman yang memuat : o Data pribadi sesuai KTP o Data Usaha (bentuk usaha, alamat usaha, mulai mendidikan usaha, jumlah tenaga kerja, dsb), o Data Keuangan meliputi Laporan Keuangan/ Catatan Keuangan 3 bulan terakhir, o Rencana Penggunaan Dana Pinjaman o Melampirkan : Fotocopy KTP Suami/Istri atau identitas lainnya. Fotocopy Kartu Keluarga. Pas Photo ukuran 3x4 Ijin Usaha/Surat Keterangan Usaha dari pihak yang berwenang. Gambar / Denah Lokasi Usaha. Fotocopy Rekening Bank / Buku Tabungan. Laporan Keuangan Sederhana (diisi pada formulir aplikasi). Surat Pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman Kemitraan dari BUMN lain.

26

KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)

Program ini diselenggarakan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia

27

DEFINISI Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok warga atau keluarga binaan sosial yang dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial yang telah dibina melalui proses kegiatan PROKESOS untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan proses PROKESOS dalam rangka MPMK. KUBE tidak dimaksudkan untuk menggantikan keseluruhan prosedur baku PROKESOS kecuali untuk Program Bantuan Kesejahteraan Sosial Fakir Miskin yang mencakup keseluruhan proses. Pembentukan KUBE dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial, pelatihan ketrampilan berusaha, bantuan stimulans dan pendampingan. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan KUBE diarahkan kepada upaya mempercepat penghapusan kemiskinan, melalui: 1. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama dalam kelompok. 2. Peningkatan pendapatan. 3. Pengembangan usaha. 4. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitar. PEMBENTUKAN DAN KEGIATAN KUBE Pelatihan ketrampilan berusaha, dimaksudkan untuk

28

meningkatkan kemampuan praktis berusaha yang disesuaikan dengan minat dan ketrampilan PMKS serta kondisi wilayah, termasuk kemungkinan pemasaran dan pengembangan basil usahanya. Nilai tambah lain dari pelatihan adalah tumbuhnya rasa percaya diri dan harga diri PMKS untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan memperbaiki kondisi kehidupannya. Pemberian bantuan stimulan sebagai modal kerja atau berusaha yang disesuaikan dengan ketrampilan PMKS dan kondisi setempat. Bantuan ini merupakan hibah (bukan pinjaman atau kredit) akan tetapi diaharapkan bagi PMKS penerima bantuan untuk mengembangkan dan menggulirkan kepada warga masyarakat lain yang perlu dibantu. Pendampingan, mempunyai peran sangat penting bagi berhasil dan berkembangnya KUBE, mengingat sebagian besar PMKS merupakan kelompok yang paling miskin dan penduduk miskin. Secara fungsional pendampingan dilaksanakan oleh PSK yang dibantu oleh infrastruktur kesejahteraan sosial di daerah seperti Karang Taruna (KT), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Organisasi Sosial (ORSOS) dan Panita Pemimpin Usaha Kesejahteraan Sosial (WPUKS). ORGANISASI DAN MANAJEMEN Kepengurusan KUBE Pada hakekatnya KUBE dibentuk dari, oleh dan untuk anggota kelompok Pengurus KUBE dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mampu mendukung pengembangan KUBE, memiliki kualitas seperti kesediaan mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan, pengetahuan dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah merupakan hasil pilihan dari anggotanya.

29

Keanggotaan KUBE - Anggota KUBE adalah PMKS sebagai sasaran program yang telah disiapkan. Jumlah anggota untuk setiap KUBE berkisar antara 5 sampai 10 orang /KK sesuai dengan jenis PMKS. - Khusus untuk Pembinaan Masyarakat Terasing dan Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh pembentukan KUBE berdasarkan unit pemukiman sosial, artinya suatu unit pemukiman sosial adalah satu KUBE. Administrasi KUBE - Untuk dapat berjalan dan berkembangnya KUBE dengan baik, maka pengurus maupun pengelola KUBE perlu memiliki catatan atau administrasi yang baik, yang mengatur keanggotaan, organisasi, kegiatan, keuangan, pembukuan dan lain sebagainya. - Catatan dan administrasi KUBE meliputi antara lain buku anggota, buku peraturan KUBE, pembukuan keuangan / pengelolaan hasil, daftar pengurus dan sebagainya. PEMBINAAN, MONITORING DAN EVALUASI Pembinaan dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna penumbuhan dan pengembangan KUBE, disamping meningkatkan motivasi dan kemampuan pelaksanaan di lapangan serta kapasitas manajemen pengelola KUBE. Pembinaan dilaksanakan oleh petugas sosial wilayah mulai dan tingkat propinsi, kabupaten / kodya, kecamatan dan desa / kelurahan secara berjenjang. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan KUBE dan permasalahan yang merupakan hambatan serta upaya pemecahannya, sehingga upaya penumbuhan dan pengembangan

30

KUBE berjalan sesuai dengan rencana. Kegiatan monitoring dan evaluasi beserta pelaporannya dilaksanakan melalui mekanisme secara berjenjang mulai dan tingkat desa, kecamatan, kabupaten / kodya, propinsi dan pusat dalam koordinasi Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL) PROKESRA secara berjenjang.

31

KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP-E)

Program ini diselenggarakan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia

32

LATAR BELAKANG Program ketahanan pangan nasional harus diwujudkan melalui berbagai upaya secara komprehensif. Ketersediaan permodalan bagi petani merupakan salah satu faktor penting dan sebagai pelancar dalam mencapai ketahanan pangan. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) merupakan penyempurnaan dari Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang sudah berjalan sejak tahun 2000. PENGERTIAN KKP-E adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank Pelaksana kepada petani/peternak melalui kelompok tani atau koperasi. Pola penyalurannya executing, sumber dana 100 % dari perbankan dan resiko ditanggung oleh perbankan. TUJUAN Tujuan penyelenggaraan KKP-E adalah (1) meningkatkan ketahanan pangan nasional dan mendukung program pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati, dan (2) membantu petani/peternak di bidang permodalan untuk dapat menerapkan teknologi rekomendasi sehingga produktivitas dan pendapatan petani menjadi lebih baik. SASARAN 1. Petani, dalam rangka pengembangan tanaman pangan padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, koro, perbenihan, (padi, jagung dan/atau kedelai); 2. Petani, dalam rangka pengembangan hortikultura bawang merah, cabai, kentang, bawang putih, tomat, jahe kunyit, kencur, pisang, salak, nenas, bauh naga, melon, semangka, pepaya, strawberi,

33

3. 4.

5. 6.

pemeliharaan manggis, mangga, durian, jeruk dan/atau apel; Petani, dalam rangka pengembangan perkebunan: budidaya tebu. Peternak, dalam rangka pengembangan peternakan: sapi potong, sapi perah, pembibitan sapi, kerbau, kambing/domba, ayam ras, ayam buras, itik, burung puyuh, dan/ kelinci; Koperasi dalam rangka Pengadaan pangan: gabah, jagung dan/atau kedelai; dan/atau; Kelompok tani dalam rangka pengadaan/peremajaan alat dan mesin untuk mendukung usaha tersebut di atas meliputi traktor, power threser, corn sheller, pompa air, dryer, vacuum fryer, chopper, mesin tetas, pendingin susu, dan/atau biogester

SUKU BUNGA Suku bunga yang dibayar petani peserta KKP-E adalah sebesar suku bunga komesial dikurangi subsidi yang dibayar oleh pemerintah. Suku bunga bersubsidi yang dibayar oleh petani Tebu sebesar 7 % per tahun dan untuk petani Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Pengadaan Pangan, dan kelompok tani alsintansebesar 6 % per tahun. Ketentuan ini berlaku mulai 1 April 2009 s/d 30 September 2009. JANGKA WAKTU Jangka waktu kredit disesuaikan dengan siklus usaha, paling lama 5 tahun. BESARAN KREDIT 1. Besarnya plafon kredit per petani paling banyak Rp. 50 juta, dan untuk koperasi dalam rangka pengadaan

34

2.

pangan (padi, jagung, kedelai) paling banyak Rp. 500 juta. Untuk tiap komoditas sebagai berikut : padi sawah irigasi: Rp. 5,032 juta/Ha, padi tadah hujan/gogo rancah: Rp. 5,032 juta, padi hibrida: Rp. 6,590 juta/Ha, padi pasang surut: Rp. 3,357 juta/Ha, jagung hibrida: Rp. 5,845 juta/Ha, kedelai: Rp. 4,754 juta/Ha, ubi kayu: Rp. 4,685 juta/Ha, ubi jalar: Rp. 8,761 juta/Ha, kacang tanah: Rp. 5,611 juta/Ha, koro: Rp. 5,830 juta/Ha, perbenihan padi: Rp. 7,145 juta/Ha, perbenihan jagung: Rp. 6,675 juta/Ha, perbenihan kedelai: Rp. 5,453 juta/Ha, cabai: Rp. 49,290 juta/ha, bawang merah: Rp. 46,195 juta/ha, kentang: Rp. 46,356 juta/Ha, bawang putih: Rp. 41,592 juta/Ha, tomat: Rp. 45,427 juta/Ha, jahe: Rp. 29,500 juta/ha, kencur: Rp. 27,500 juta/Ha, kunyit: Rp. 23,50 juta/Ha, pisang: Rp. 18 juta/Ha, Nenas: Rp. 38 juta/Ha, buah naga: Rp. 41,029/Ha, melon: Rp. 35,769 juta/Ha, semangka: Rp. 24,548 juta/Ha, pepaya: Rp. 19 juta/Ha, salak: Rp. 48,961 juta/Ha, strawberi: Rp. 49,147 juta/ Ha, durian: Rp. 20,239 juta/Ha, mangga: Rp. 20,504 juta/Ha, manggis: Rp. 20,831 juta/Ha, jeruk: Rp. 49,527 juta/Ha, apel: Rp. 48,092 juta/Ha, tebu: Rp. 18 juta/Ha, ayam buras: Rp. 50 juta/peternak, ayam ras petelur: Rp. 50 juta/peternak, ayam ras pedaging: Rp. 50 juta/ peternak, itik: Rp. 50 juta/peternak, burung puyuh: Rp. 50 juta/peternak, kelinci: Rp. 50 juta/peternak, sapi potong/perah dara/pedet: Rp. 50 juta/peternak, penggemukan sapi: Rp. 50 juta/peternak, pembibitan sapi: Rp. 50 juta/peternak, kambing: Rp. 50 juta/ peternak, kerbau: Rp. 50 juta/peternak.

PERSYARATAN DAN KEWAJIBAN 1. Petani mempunyai identitas diri; 2. Petani menjadi anggota Kelompok Tani;

35

3. 4. 5. 6. 7.

Menggarap sendiri lahannya (petani pemilik penggarap) atau menggarap lahan orang lain (petani penggarap); Apabila menggarap lahan orang lain diperlukan surat kuasa/keterangan dari pemilik lahan yang diketahui olehKepala Desa; Luas lahan petani yang dibiayai maksimum 4 (empat) Ha dan tidak melebihi plafon kredit Rp. 50 juta per petani; Petani peserta paling kurang berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah; Bersedia mengikuti petunjuk dinas teknis atau penyuluh pertanian dan mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai peserta KKP-E.

PROSEDUR PENYALURAN Penyaluran KKP-E dapat dilakukan secara mandiri melalui kelompok tani/koperasi atau bekerjasama dengan mitra usaha. a. Prosedur Penyaluran KKP-E Melalui Kelompok Tani Koperasi

36

Keterangan: 1. Kelompok Tani menyusun RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) dibantu oleh Petugas Dinas Teknis setempat?PPL. 2. Dinas Teknis/PPL terkait mensahkan RDKK. 3. RDKK yang sudah disahkan diajukan langsung ke Bank Pelaksana. 4. Bank pelaksana meneliti kelengkapan dokumen RDKK, dan apabila dinilai layak kemudian bank menandatangani akad kredit dengan Kelompok Tani, selanjutnya menyalurkan KKP-E kepada Kelompok Tani. 5. Kelompok Tani meneruskan KKP-E kepada petani anggota kelompok. 6. Petani menggembalikan kredit kepada Kelompok Tani. 7. Kelompk Tani mengembalikan KKP-E langsung kepada Bank Pelaksana sesuai jadwal yang disepakati dalam akad kredit. b. Prosedur Penyaluran KKP-E Bekerjasama dengan Mitra Usaha

37

Keterangan: 1. Kelompok Tani menyusun RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) dibantu oleh Petugas Dinas Teknis setempat/PPL. 2. Dinas Teknis/PPL terkait mensahkan RDKK. 3. RDKK yang sudah disahkan diajukan langsung ke Bank Pelaksana. 4. Bank pelaksana meneliti kelengkapan dokumen RDKK, dan apabila dinilai layak kemudian bank menandatangani akad kredit dengan Kelompok tani, selanjutnya menyalurkan KKP-E kepada Kelompok Tani. 5. Dalam hal Kelompok Tani/koperasi bekerjasama dengan Mitra Usaha (Perusahaan BUMN, BUMD, Swasta lain yang memiliki usaha bidang pertanian), maka mitra usaha dapat bertindak sebagai penjamin pasar atau kredit (avalis) sesuai perjanjian pihak yang bermitra. Mitra Usaha bisa menyediakan sarana produksi yang dibutuhkan kelompoktani. 6. Mitra usaha menjamin pemasaran hasil produksi kelompok tani/koperasi dan membantu kelancaran pengembalian kreditnya yang berkoordinasi dengan Bank Pelaksana. 7. Kelompok tani mengembalikan KKP-E langsung kepada Bank pelaksana sesuai jadwal yang disepakati dalam akad kredit. BANK PELAKSANA Bank Umum 1. PT. Bank BRI (Persero), Tbk 2. PT. Bank BNI (Persero), Tbk 3. PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk 4. PT. Bank Bukopin, Tbk 5. PT. Bank BCA, Tbk

38

6. PT. Bank Danamon, Tbk 7. PT. Bank Agroniaga, Tbk 8. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk 9. PT. Bank Niaga, Tbk 10. PT. Bank Artha Graha, Tbk. Bank Pembangunan Daerah 1. Bank Sumatera Utara 2. Bank Sumatera Barat 3. Bank Riau 4. Bank Sumatera Selatan 5. Bank Jawa Barat 6. Bank Jawa Tengah 7. Bank DI Yogyakarta 8. Bank Jawa Timur 9. Bank Bali 10. Bank Sulawesi Selatan 11. Bank Kalimantan Selatan 12. Bank Papua PERAN DINAS TEKNIS/STAKEHOLDER 1. Melakukan upaya intermediasi akses permodalan ke Lembaga Perbankan. 2. Membantu melakukan identifikasi petani yang layak dibiayai KKP-E. 3. Membantu mencarikan penjamin pasar atau penjamin kredit (avalis). 4. Melakukan bimbingan dan pengawasan agar kredit dimanfaatkan secara optimal dan tepat sasaran.

39

BAITUL MAL WAT TANWIL (BMT)


DEFINISI BMT Dalam bahasa Arab BMT merupakan singkatan dari Baitul Mal Wat Tanwil, yang artinya rumah zakat dan rumah harta. Dengan demikian, BMT bergerak dalam 2 bidang usaha utama yaitu sebagai Baitul Mal dan Baitul Tanwil. BMT menyelenggarakan fungsinya sebagai Baitul Mal dengan menyalurkan amanah Zakat, Infaq dan Sodakoh (ZIS), sedangkan BMT sebagai sebagai Baitul Tanwil melakukan usaha simpan-pinjam dan usaha di sektor riil. Dengan demikian, BMT merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan kegiatan di bidang sosial non profit (ZIS) dan menyelenggarakan usaha profit (keuntungan). Usaha profit yang dilakukan oleh BMT adalah menerapkan sistem bagi hasil, sesuai dengan Syariat Agama Islam. Jadi, di dalam BMT tidak ada istilah bunga. APA BEDANYA BMT DENGAN BANK KONVENSIONAL? Bidang usaha profit di BMT menerapkan sistem bagi hasil yang disepakati oleh kedua belah pihak (pihak BMT dan nasabah). Konsep bagi hasil ini dilakukan dengan sistem tawar-menawar antara pihak BMT dan nasabah. Sistem tawar menawar ini berlaku baik untuk simpanan maupun pembiayaan usaha. Jadi, setiap akan dilakukan penyimpanan oleh nasabah maupun pembiayaan usaha bagi nasabah didahului oleh suatu AKAD yang disetujui oleh kedua belah pihak. Pelaksanaan sistem bagi hasil inilah yang sesuai dengan tuntunan ajaran Agama Islam. Selain itu, BMT merupakan Lembaga Keuangan Syariah menhimpun dana dari masyarakat melalui simpanan dan memberikan pinjaman untuk pengembangan usaha dengan

40

skala prioritas bagi masyarakat kalangan ekonomi lemah (Gress Root). Dengan demikian, BMT memiliki tujuan membangun ekonomi kalangan masyarakat bawah dalam rangka memperkokoh perekonomian nasional. Kehadiran BMT disambut gembira oleh masyarakat luas karena merupakan salah satu lembaga yang peduli terhadap masyarakat ekonomi lemah untuk mengentaskan dari kemiskinan. Akibatnya, kehadiran BMT disambut dengan gembira oleh masyarakat. Di sisi lain, Bank lebih menekankan pada konsep BUNGA, yang sangat dekat dengan konsep RIBA. Padahal riba diharamkan dalam ajaran Agama Islam. Dengan demikian, keuntungan (bunga) hasil penyimpanan uang di bank dapat dikatakan hampir sama dengan riba. Selain itu, bank menerima simpanan dari segala lapisan masyarakat dengan menerapkan keuntungan simpanan berupa bunga. Dana yang terkumpul lebih diprioritaskan untuk pembiayaan usaha berskala besar (pengusaha) dan industri. Akhirnya, yang dapat mengenyam manfaat dana yang terkumpul di bank adalah kalangan masyarakat menengah ke atas. Akibatnya, sistem perbankan tidak dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengentasan kemiskinan. Berdasarkan analisis tersebut di atas, perbedaan antara BMT dengan Bank sudah tampak sangat jelas. Oleh karena itu, kami menyarankan kepada masyarakat untuk memilih partner usaha (simpanan dan pinjaman) yang paling sesuai dengan hati nurani. APA BEDANYA BMT DENGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT? Bank Perkreditan Rakyat (BPR) memiliki sepak terjang yang mirip dengan BMT, yaitu mempunyai nasabah dari kalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Namun, BPR masih menggunakan konsep keuntungan

41

BUNGA. Selain itu, BPR merupakan perpanjangan tangan dari bank capital sehingga sebagian dana yang terkumpul disetor ke bank capital yang selanjutnya untuk membiayai usaha kalangan pengusaha besar dan industri. Dengan demikian, BPR tidak sepenuhnya berpihak pada pengembangan ekonomi masyarakat bawah. Selain itu, birokrasi/ persyaratan untuk mendapatkan pelayanan pinjaman dari BPR juga terlalu berbelit-belit sehingga ada rasa ketakutan bagi masyarakat ekonomi lemah. Hal yang sama, BPR pun tidak berpihak kepada kalangan masyarakat ekonomi lemah sehingga tidak memiliki misi terhadap pengentasan kemiskinan. Pendekatan terhadap nasabah pun lebih ditekankan pada aturan perbankan, sehingga tidak ada kepuasan pelayanan bagi masyarakat bawah. Hal tersebut berbeda dengan BMT, dimana BMT lebih berpihak kepada masyarakat karena BMT Berbadan Hukum Koperasi yang memiliki prinsip DARI ANGGOTA, OLEH ANGGOTA DAN UNTUK ANGGOTA. Berhubung anggota BMT mayoritas kalangan masyarakat menengah ke bawah maka BMT pun sangat berpihak kepada masyarakat menengah ke bawah. Karena perbedaan prinsip antara BPR dan BMT, maka BMT kini dianggap sebagai pesaing BPR. Bahkan, kalangan masyarakat ekonomi lemah berpihak kepada BMT karena Tim Pengelola BMT memiliki misi sebagai partner usaha dan konsultan usaha. Fakta terkini yang muncul adalah beberapa BPR sudah mulai tergeser sepak terjangnya oleh kehadiran BMT. APA BEDANYA BMT DENGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM? Pada dasarnya, BMT dan Koperasi Simpan Pinjam memiliki badan hukum yang sama, yaitu KOPERASI. Namun, koperasi lebih menerapkan konsep perbankan (sistem bunga) dalam pengelolaan simpanan dari dan pinjaman

42

untuk nasabah. Bahkan, beberapa koperasi sudah berani memberikan pinjaman kepada non anggota. Hal ini sudah menyalahi aturan main koperasi, yang berprinsip DARI ANGGOTA, OLEH ANGGOTA DAN UNTUK ANGGOTA. Hal ini dilakukan karena keuntungan simpanan didasarkan pada prinsip BUNGA, sehingga keungan harus secepatnya berputar agar tidak merugi. Misi sosial di koperasi pun sudah sangat berkurang banyak, karena dikejar oleh tuntutan profit untuk memberikan bunga kepada para penyimpan (penabung). Akibat yang muncul adalah bunga pinjaman biasanya sangat tinggi sehingga memberatkan kalangan masyarakat ekonomi lemah yang meminjam. Jadi, koperasi simpan pinjam juga lebih menekankan pada konsep profitability. Uraian di atas berbeda dengan BMT. BMT menekankan pada konsep Syariah Islam dengan sistem bagi hasil. Keuntungan bagi hasil didasarkan pada kemampuan pengeloalaan usaha yang dilakukan, baik bagi BMT maupun bagi nasabah. Besar kecilnya keuntungan dilakukan dengan sistem tawar menawar yang selanjutnya dilakukan perjanjian bagi hasil dengan AKAD. Di sisilah, kita memahami dengan jelas halal-haramnya keuntungan yang diperoleh bagi nasabah dan BMT. Selain Itu, jenis simpanan di BMT (khususnya BMT Bina Artha Ummat) juga lebih bervariasi, seperti Simpanan Amanah, Simpanan Wadiah, Simpanan Pendidikan, Simpanan Walimah, Simpanan Idul Fitri, Simpanan Qurban/Aqiqoh, Simpanan Haji dan Simpanan Mudhorobah Berjangka (Deposito). Jenis-jenis pembiayaan bagi pengusaha kecil dan menengah yang dilakukan oleh BMT Bina Artha Ummat juga bermacam-macam, seperti Murobahah, Baiu Bitsaman Ajil (BBA), Ijaroh, Musyarokah, Mudhorobah, Ar-Rahn (Gadai)\ dan Qordhul Hasan. Beberapa ketidaksesuaian koperasi simpan pinjam dengan BMT dapat dicermati berdasarkan:

43

1. 2. 3. 4.

Sistem memperoleh keuntungan (Bagi hasil dan Bunga), Konsistensi terhadap aturan koperasi (peminjam harus anggota koperasi), Konsistensi terhadap pembangunan masyarakat ekonomi lemah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan, Perbedaan pelayanan (sebagai penyedia dana usaha yang sekaligus sebagai konsultan usaha).

JENIS-JENIS PINJAMAN (PEMBIAYAAN) PRODUK BMT: 1. MUROBAHAH, Yaitu pembiayaan untuk jual-beli dengan pembayaran jatuh tempo. 2. BAIU BITSAMAN AJIL, Yaitu jual-beli dengan pembayaran angsuran rutin. 3. IJAROH, Yaitu sewa-menyewa barang atau jasa dengan pembayaran angsuran atau tangguh.Misalnya; pembiayaan untuk sewa ruko (tempat usaha). 4. MUSYAROKAH, Yaitu tambahan modal untuk usaha anggota/nasabah dengan pengembalian secara angsuran atau tangguh dan bagi hasilnya ditentukan berdasarkan komposisi modal dan kesepakatan bersama. 5. MUDHOROBAH, Yaitu pembiayaan modal usaha penuh dari BMT kepada anggota/nasabah untuk mengelola sebuah usaha dan bagi hasilnya ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. 6. AR-RAHN (GADAI), Yaitu pembiayaan dengan jaminan barang bergerak ataupun surat berharga yang dititipkan di BMT. BMT menerapkan sistem keuntungan atau biaya pemeliharaan penyimpanan barang tersebut berdasarkan kesepakatan bersama. 7. QORDHUL HASSAN, Yaitu pembiayaan lunak yang dikhususkan untuk kaum dhuafa atau orang yang sangat membutuhkan.

44

Jenis-jenis Simpanan produk BMT antara lain: 1. SIMPANAN AMANAH 2. SIMPANAN WADIAH 3. SIMPANAN PENDIDIKAN 4. SIMPANAN WALIMAH 5. SIMPANAN IDUL FITRI 6. SIMPANAN QURBAN/ AQIQOH 7. SIMPANAN HAJI 8. SIMPANAN MUDHOROBAH BERJANGKA (DEPOSITO)

45

Anda mungkin juga menyukai