!AHULUA
1.1 LATAR BLAKA MASALAH
Sepsis merupakan suatu penyakit yang sangat berbahaya dan mempunyai
angka kematian yang tinggi. Banyak laporan yang menyebutkan bahwa angka
kematian pasien rawat inap di rumah sakit yang disebabkan oleh sepsis meningkat
dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini diakibatkan oleh ketidakjelasan dasar
pengelolaan terapi dan terapi yang diberikan. Selain itu yang menjadi penyebab
utama adalah terlambatnya pengobatan yang diberikan. Hal ini dikarenakan pada
umumnya pasien yang datang sudah dalam kondisi sepsis akibat kurangnya
pengetahuan pasien mengenai sepsis.
InIeksi yang terjadi pada organ-organ tertentu dapat mejadi suatu induksi
untuk terjadinya sepsis bila tidak mendapat pengobatan yang akurat. Mengingat
keadaan sepsis ini akan dengan cepat berubah menjadi keadaan yang lebih
berbahaya yaitu kematian, maka pengetahuan mengenai sepsis menjadi sangat
diperlukan. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas hal-hal mengenai
sepsis yang meliputi deIinisi atau terminologi, epidemiologi, etiologi, patogenesis,
prognosis, dan patoIiologi.
1.2 RUMUSA MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah hal-hal mengenai sepsis yang
meliputi deIinisi atau terminologi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, prognosis,
dan patoIiologi.
1.3 TU1UA
Tujuan dari permasalahan ini adalah untuk membahas hal-hal mengenai
sepsis yang meliputi deIinisi atau terminologi, epidemiologi, etiologi, patogenesis,
prognosis, dan patoIisiologi
1.4 MAAAT
iharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai
sepsis sehingga kasus kematian karena sepsis dapat berkurang.
BAB II
ISI
2.1 TRMILI
Sepsis adalah suatu sindroma radang sistemik yang ditandai dengan
gejala-gejala: demam atau hipotermi, menggigil, takipnea, takikardia, hipotensi,
nadi cepat dan lemah serta gangguan mental yang disebabkan oleh inIeksi
mikroorganisme (Rasional, 2002).
Sampai saat ini, sepsis masih merupakan salah satu penyakit inIeksi yang
mortalitas dan morbiditasnya tinggi. i Amerika Serikat, kurang lebih 750.000
orang menderita sepsis setiap tahunnya dan lebih dari 210.000 orang diantaranya
meninggal dunia. i Indonesia, penyakit ini juga banyak dijumpai pada penderita
rawat inap di rumah sakit dan secara keseluruhan lebih dari 25 penderita sepsis
meninggal (Rasional, 2002).
Sepsis bisa menakutkan karena dapat mengakibatkan komplikasi serius
yang mempengaruhi ginjal, paru-paru, otak, dan mendengar, dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Sepsis dapat mempengaruhi orang-orang dari segala usia,
tapi lebih sering terjadi pada (Rasional, 2002) :
* Bayi di bawah 3 bulan, sistem kekebalan tubuh yang belum berkembang cukup
untuk melawan inIeksi luar biasa
* Orang tua
* Orang dengan kondisi medis kronis
* Mereka yang sistem kekebalan tubuh terganggu dari kondisi seperti HIV
2.2 !IMILI
Insiden sepsis mempunyai kecenderungan yang terus meningkat. Sepsis
merupakan penyebab kematian terpenting pasien-pasien yang di rawat di ruang
intensiI. Laporan Central Disease Control (CC) di Amerika, insiden septicemia
meningkat dari 73,6 per 100.000 pasien pada tahun 1979 menjadi 175,9 per
100.000 pasien pada tahun 1987. Laporan terakhir tahun 1990 insiden septikemia
di Amerika 450.000 kasus pertahun dengan angka kematian lebih dari 100.000
orang (Aird, 2003).
i Amerika Serikat terdapat 300.000 500.000 kasus sepsis setiap tahun,
dan sepsis menimbulkan ~ 100.000 kematian per tahun. Insidens sepsis dan
kematian yang berhubungan dengan sepsis di Amerika Serikat meningkat secara
dramatik antara tahun 1979 dan 1987, dilaporkan kasus sepsis meningkat 159
menjadi 425.000 kasus per tahun dan kematian yang berhubungan dengan sepsis
meningkat 111, menjadi 107,525 per tahun. an kira-kira 200.000 pasien
menjadi shock septic setiap tahun. Shock terjadi pada kira-kira 40 pasien dengan
sindroma sepsis, dan 60 80 pasien dengan septic shock meninggal
(Braundwald E et.al., 2002).
i Eropa didapatkan 2-11 pasien yang dirawat di Intensive Care Unit
(ICU) menderita severe sepsis. Angka mortalitas dari syok sepsis berkisar 40.
Angka kematian sepsis di Amerika didapatkan lebih rendah, yaitu 9,3 pada
tahun 1995. Total biaya yang diperlukan per kasus berkisar 22.10 dolar.
Tingginya angka mortalitas membuat sepsis semakin diperdebatkan dalam hal
patogenesis dan terapi yang terus berkembang (Sessler CN et.al., 2003).
2.3 TILI
Penyebab bakteriemia yang paling sering (70 sampai 80) pada pasien
obstetrik adalah terjadinya endometritis setelah persalinan dengan seksio sesaria;
jadi tak mengherankan, mayoritas sepsis (80) pada pasien obstetrik terjadi pada
periode postpartum (Novan, 2011).
Persalinan dengan seksio sesaria berhubungan dengan tingginya insidensi
bakteriemia dibandingkan dengan persalinan pervaginam (3 vs0,1); jadi
persalinan dengan seksio sesaria adalah salah satu dari Iaktor yang menyebabkan
bakteriemia dan sepsis. Faktor risiko lain dimana Irekuensinya meningkat pada
pasien obsteri yang menggunakan obat-obat imunoprotektiI atau sitotoksik,
deIisiensi imun dan penyakit kronis (Novan, 2011).
Secara khusus, ada bukti limIosit limpa yang signiIikan dan sel dendritik
apoptosis.28 Hilangnya detektor ini patogen sel eIektor kekebalan dan dianggap
merusak adaptiI respon kekebalan tubuh dan akhirnya memperburuk o:tcomes
(Le Tulzo Y et.al., 2002).
Pada tahap awal dari respon kekebalan terhadap patogen respon Th1
mendominasi, tetapi tampaknya ada pergeseran ke arah respon Th2, yang
tampaknya terjadi ketika makroIag dan sel dendritik menelan sepsis-induced
apoptosis sel kekebalan dan kemudian melepaskan sitokin
antiinIlamasi. Menariknya, ini pergeseran Th1-ke-Th2 tampak berakibat pada
immunoparesis. Selain itu, data dari penelitian hewan menunjukkan bahwa
disIungsi organ adalah hasil dari apoptosis (misalnya, depresi miokard
sepsisrelated dapat disebabkan oleh apoptosis myocyte) dan telah diperbaiki pada
model binatang dengan inhibitor kimia apoptosis (Neviere R et.al., 2001).
Karena apoptosis ini tampaknya dipicu oleh respon sistem kekebalan
tubuh, ini menunjukkan bahwa modulasi respons imun dapat mencegah disIungsi
organ, bahkan, investigasi pada hewan model juga menunjukkan bahwa
penghambatan apoptosis mungkinlethality penurunan dalam model sepsis cedera
paru akut dan ginjal akut injury (Kawasaki M et.al., 2000).
Lebih data terakhir telah menyarankan bahwa T penekanan sel-dimediasi
dari respon imun bawaan awal mungkin diperlukan untuk mencegah kerusakan
pada host dan untuk mengkoordinasikan respon adaptiI. Akhirnya, pencocokan
respon sistem kekebalan tubuh untuk tugas yang dibutuhkan pemberantasan dari
patogen asing merupakan kunci untuk mencegah inIeksi dan menghindari
kerusakan tuan rumah di pengaturan dari inIeksi yang parah (Kim K et.al.,
2007).
Sebagai pemahaman tentang kemajuan sistem kekebalan bawaan dan
adaptiI, kita akhirnya akan mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh dari
respon kekebalan tubuh terhadap inIeksi. konsepsi kami saat ini tanggapan host
(SIRS) adalah berbasis klinis, namun secara khusus mengukur aktivasi komponen
Mitokondria oksigen juga erat terlibat dalam kematian dan apoptosis sel,
menunjukkan tambahan yang menghubungkan dari jalur antara Penyelidikan
metabolisme dan inIlammation (Hotchkiss RS et.al., 2006).
Untuk menguatkan temuan di humansepsis telah menunjukkan bahwa
penurunan konsumsi oksigen dan disIungsi mitokondria yang berhubungan
dengan buruk o:tcomes (Brealey et.al., 2002).
2.5 !RSIS
Prognosis dapat diperkirakan dengan skor meds. Sekitar 20-35 pasien
dengan sepsis berat dan 40-60 pasien dengan syok septik meninggal dalam
waktu 30 hari. Lainnya mati dalam 6 bulan berikutnya. Akhir Kematian sering
disebabkan inIeksi kurang terkontrol, imunosupresi, komplikasi dari perawatan
intensiI, kegagalan organ multiple, atau penyakit yang mendasari pasien(Vietha,
2008).
Sistem stratiIikasi prognosis seperti APACHE II menunjukkan bahwa
anjak dalam usia pasien, kondisi yang mendasari, dan berbagai variabel Iisiologis
dapat menghasilkan perkiraan resiko kematian sepsis berat. ari kovariat
individu, tingkat keparahan dari penyakit yang mendasari paling kuat
mempengaruhi risiko kematian. Syok septik juga merupakan prediktor kuat
mortalitas jangka pendek dan jangka panjang. Tingkat Iatalitas kasus yang serupa
untuk sepsis berat budaya-budaya positiI dan negative (Vietha, 2008).
2.6 !ATISILIS
2.1. !atofisiologi Sepsis
Sepsis merupakan hasil interaksi yang kompleks antara organisme patogen
dan tubuh manusia sebagai pejamu. Tinjauan mengenai sepsis berhubungan
2.2.1. Respon Inflamasi
Pada orang dewasa t:mor necrosis factor alpha (TNF-u) merupakan
mediator sepsis yang terutama di samping beberapa sitokin dan sel-sel lain yang
juga terlibat. Mula-mula, makroIag teraktivasi dan memproduksi sejajaran
mediator-mediator proinIlamasi, termasuk TNF-u Interle:kin-1 (IL-1), IL-6, IL-
8, platelet activating factor (PAF) leukotrien dan thromboxane-A
2
. Mediator-
mediator proinIlamasi ini mengaktiIkan banyak jenis sel, menginisiasi kaskade
sepsis, dan menghasilkan kerusakan endotel (Rudolph A et.al., 2002).
Ketika terluka, sel-sel endotel dapat dilalui oleh granulosit dan unsur-
unsur plasma menuju jaringan yang mengalami inIlamasi, yang mana dapat
berujung pada kerusakan organ. InIlamasi sel-sel endotelial menyebabkan
vasodilatasi melalui aksi nitric oxide pada pembuluh darah otot polos. Hipotensi
yang berat dihasilkan dari produksi nitric oxide yang berlebihan, sehingga
melepaskan peptida-peptida vasoaktiI seperti bradikinin dan serotonin, dan
dengan kerusakan sel endotel ini, terjadilah ekstravasasi cairan ke jaringan
interstisial (Rudolph A et.al., 2002).
Aktivasi IL-8 dapat menyebabkan disIungsi paru-paru melalui aktivasi
netroIil yang berada di paru-paru. Kerusakan kapiler menyebabkan peningkatan
permeabilitas di paru-paru, serta dapat menyebabkan oedem paru non kardiogenik
(Rudolph A et.al., 2002).
Sitokin-sitokin proinIlamasi mengaktivasi sistem komplemen baik melalui
jalur klasik maupun jalur alternatiI. Sistem komplemen merupakan komponen
yang esensial pada imunitas bawaan. Namun demikian, aktivasi yang berlebihan,
seperti yang terjadi pada sepsis, dapat menyebabkan kerusakan endotel. C5a dan
produk dari aktivasi komplemen lainnya mengaktiIkan kemotaksis neutroIil,
Iagositosis dengan pelepasan enzim lisosom, sintesis leukotrien, meningkatkan
agregasi dan adhesi trombosit dan neutroIil, degranulasi, dan produksi radikal
oksigen yang toksik. Aktivasi sistem komplemen menghasilkan pelepasan
histamin dari mast cells dan meningkatkan permeabilitas kapiler yang
BAB III
3.1 KSIM!ULA
1. Sepsis adalah respon inIlamasi sitemik terhadap inIeksi. Pada inIeksi,
maniIestasi dari sepsis sama dengan yang dideIinisikan sebagai SIRS
2. Kejadian penting dalam patoIisiologi sepsis. Pertama adalah respon host
terhadap patogen. Kedua monosit dan sel-sel endothelial memegang peranan
kunci dalam memulai dan menjalankan responhost. Ketiga, sepsis berhubungan
dengan aktivasi dari kaskade inIlamasi dan koagulasi. Terakhir dengan usaha
bersama-sama untuk menangkis dan mengeliminasi patogen, respon host
dapatmenyebabkan kerusakan kolateral pada jaringan yang normal. Kegagalan ini
dapat disebabkan karena adanya supresi sistem imun
3. Penatalaksanaan sepsis adalah penatalaksanaan inisial,pengobatan masalah
dasar, dan strategi untuk mempertahankan Iungsi organ.
3.2 SARA
ilakukan pemahaman lebih dan penelusuran lebih lanjut tentang
terjadinya sepsis. iagnosis sepsis dibuat dengan ditemukannya dua atau lebih
maniIestasi respons inIlamasi sistemik dan ditemukannya kecurigaan terjadinya
inIeksi. Beberapa pemeriksaan penunjang seperti tes prokalsitonin, tes Limulus
dan glukan berguna untuk menunjang diagnosis dan menilai prognosis.
ATAR !USTAKA
Aird WC. 2003. Blood. The role of the endotheli:m in severe sepsis and m:ltiple
dysf:nction syndrome. 101:3765-3777
American College oI Chest Physicians/Society oI Critical Care Medicine.
American College oI Chest Physicians/Society oI Critical Care Medicine
Consensus ConIerence: Definitions for sepsis and organ fail:re and
g:idelines for the :se of innovative therapies in sepsis. Crit Care Med
1992; 20:864-874Ausubel FM. Are innate imm:ne signaling pathways in
plants and animals conserved. Nat Immunol 2005; 6:973-979
Behrman R. E., Kliegman R.M., Jenson H.B. 2003. Nelson textbook of pediatrics.
17
th
ed. China: Saunders.
Braundwald E. Fauci AS, Kasper L, Hauser SL, Longo L, Jameson JL, eds.
2002. Sepsis and septic shock In : Harrison`s manual oI medicine.
McGraw-Hill. New York
Brealey , Brand M, Hargreaves I, et al. Association between mitochondrial
dysf:nction and severity and o:tcome of septic shock. Lancet 2002;
360:219-223
Brealey , Karyampudi S, Jacques TS, et al. Mitochondrial dysf:nction in a
longterm rodent model of sepsis and organ fail:re. Am J Physiol Regul
Integr Comp Physiol 2004; 286:R491-R497
Bernard GR, Vincent JL, Laterre PF, et al. EIIicacy and saIety oI recombinant
human activated protein C Ior severe sepsis. N Engl J Med 2001;
344:699-709
Cinel I, Opal SM. Molecular biology oI inIlammation and sepsis: a primer. Crit
Care Med 2009; 37:291-304
ellinger RP. Inflammation and coag:lation. implications for the septic patient.
Clin InIect is 2003; 36:1259-1265