Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL SKRIPSI

Latar Belakang Masalah Tanah memiliki arti yang sangat penting bagi setiap individu dalam

masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan keberadaan individu manusia dalam lingkungannya dan kelangsungan hidupnya, juga mempunyai nilai ekonomis yang dapat dicadangkan sebagai sumber pendukung kehidupan manusia di masa mendatang. Arti penting tanah bagi kelangsungan hidup manusia, karena disanalah manusia hidup, tumbuh dan berkembang, bahkan secara sekaligus merupakan tempat dikebumikan pada saat meninggal dunia. 1 Oleh sebab itu tanah selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi juga mengandung aspek spiritual. Jumlah luasnya tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas sekali, sedangkan jumlah manusia yang membutuhkan tanah senantiasa bertambah. Selain bertambah banyaknya jumlah manusia yang memerlukan tanah untuk tempat tinggal, juga kemajuan perkembangan ekonomi, sosial budaya, teknologi menghendaki pula persediaan tanah yang banyak misalnya seperti perkebunan, peternakan, pabrik, perkantoran maupun jalan. Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan. Manusia hidup dan tinggal diatas tanah dan memanfaatkan tanah untuk sumber kehidupan dengan menanam tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan makanan. Mengingat begitu pentingnya tanah karena dapat menghasilkan sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi orang banyak maka perlu diatur oleh pemerintah. Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 berbunyi : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
1

Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta, 1982, hlm.197.

di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, sudah semestinya pemanfaatan fungsi bumi dan air, dan dan kekayaan yang terkandung di dalamnya adalah ditujukan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Hak menguasai dari Negara memberi wewenang untuk : 1) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa. 2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa. 3) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Berdasarkan hak menguasai oleh Negara sebagaimana di atas dan mengingat begitu pentingnya tanah bagi manusia, maka penguasaan atas tanah diatur UUPA ( Undang-undang No.5 tahun 1960 tentang pokok-pokok agraria ) yang kemudian ditentukan macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan hukum. Hak-hak Atas Tanah dimaksud memberi kewenangan untuk mempergunakan tanah, bumi dan air serta ruang angkasa yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Selain Hak-hak Atas Tanah juga ditentukan Hak-hak atas air dan ruang

angkasa. Dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria Pasal 16 ayat 1 menyebutkan : (1) Hak hak atas tanah ialah: a. Hak Milik, b. Hak Guna Usaha, c. Hak Guna Bangunan, d. Hak Pakai, e. Hak Sewa, f. Hak Membuka Tanah, g. Hak Memungut Hasil Hutan, h. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53 . Saat ini tanah bagi masyarakat merupakan harta kekayaan yang memiliki nilai jual yang tinggi karena fungsinya sebagai sumber kehidupan masyarakat, sehingga setiap jengkal tanah dipertahankan hingga akhir hayat. Saat ini pembangunan di segala bidang terus dilakukan oleh Bangsa Indonesia. Dengan demikian fungsi tanahpun mengalami perkembangan sehingga kebutuhan masyarakat akan hak atas tanah juga terus mengalami perkembangan. Jumlah tanah yang tetap dan kebutuhan akan tanah yang semakin meningkat karena pertumbuhan penduduk di Indonesia yang sangat tinggi membuat tidak seimbangnya antara persediaan tanah dengan kebutuhan tanah itu dapat memicu timbulnya berbagai macam permasalahan. Kegiatan pembangunan yang memerlukan tanah sebagai media 3

dengan dilaksanakan oleh pemerintah melalui pembebasan tanah serta pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi di Indonesia membuat tingginya kegiatan peralihan hak atas tanah. Pemegang hak atas tanah saat ini bukanlah pemegang hak atas tanah yang pertama. Akibatnya baik pemerintah maupun masyarakat ketika membutuhkan sebidang tanah untuk memenuhi kebutuhannya memerlukan kepastian mengenai siapa sebenarnya pemilik bidang tanah tersebut. Peralihan hak atas tanah merupakan suatu perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak dari satu pihak ke pihak lain. Dalam UUPA dikatakan bahwa hak milik, hak guna bangunan, dan hak guna usaha dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. 2 Yang dimaksud dengan beralih adalah suatu peralihan hak yang dikarenakan seseorang yang mempunyai salah satu hak meninggal dunia maka haknya itu dengan sendirinya menjadi hak ahli warisnya. Dengan kata lain bahwa peralihan hak itu terjadi dengan tidak sengaja dengan suatu perbuatan melainkan karena hukum. 3 Sedangkan sebaliknya, yakni dialihkan adalah suatu peralihan hak yang dilakukan dengan sengaja supaya hak tersebut terlepas dari pemegangnya yang semula dan menjadi hak pihak lain. Dengan kata lain bahwa peralihan hak itu terjadi dengan melalui suatu perbuatan hukum tertentu, berupa: jual beli, tukar-menukar, hibah, atau wasiat. 4 Guna menjamin kepastian hukum kepemilikan tanah tersebut seseorang akan mendaftarkan tanah miliknya. Hak Milik yaitu hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat bahwa hak itu mempunyai fungsi

2
3 4 3 4

Antjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hlm.18. Ibid, hlm.19. Ibid.

sosial. Apabila sudah dilakukan peralihan hak atas tanah maka harus segera didaftarkan tanahnya di Kantor Pertanahan atau yang biasa disebut dengan pendaftaran tanah. 5 Pendaftaran tanah yang dimaksud adalah pemeliharaan data pendaftaran tanah yaitu kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran tanah, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertipikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian. Perubahan data yuridis bisa mengenai haknya, yaitu berakhir jangka waktu berlakunya, dibatalkan, dicabut atau dibebani hak lain. Perubahan juga bisa mengenai pemegang haknya, yaitu jika terjadi pewarisan, pemindahan hak/peralihan hak, atau penggantian nama. Dengan pendaftaran peralihan hak atas tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota maka masyarakat yang melakukan pendaftaran tanah tersebut akan mendapat jaminan kepastian hukum mengenai pemilik tanah setelah diadakannya kegiatan peralihan hak atas tanah tersebut yang akan diperoleh dengan sertifikat baru dengan data yuridis yang baru/nama pemilik hak yang baru. Jaminan kepastian hukum yang dimaksud disini adalah : 1) Kepastian hukum mengenai orang atau badan hukum yang menjadi pemilik hak atas tanah. Kepastian mengenai siapa yang memiliki sebidang tanah atau subyek hak. 2) Kepastian hukum bidang tanah yang dimilikinya. Hal ini menyangkut letak, batas, dan luas bidang tanah atau obyek hak. 3) Kepastian hukum mengenai hak atas tanah. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali terjadi peralihan hak atas tanah tanpa mendaftarkan peralihan hak atas tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
5

Bachtiar Effendie, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Bandung, Alumni, 1993,

hlm.29.

misalnya jual beli tanah tanpa adanya pendaftaran peralihan hak bahkan tak jarang masyarakat hanya melakukan perjanjian antara kedua belah pihak dengan menggunakan akta dibawah tangan atau membuat akta otentik di notaris. Hal semacam ini terkadang bisa juga menjadi pertikaian atau sengketa dikemudian hari. Adapun sengketa tersebut harus diselesaikan secara musyawarah antara kedua belah pihak yang bersengketa atau dengan jalur hukum yakni terjadi sampai masuk ke pengadilan. Proses penyelesaian di pengadilan seringkali disebut dengan istilah beracara dalam peradilan. Beracara di pengadilan diawali dengan memasukkan gugatan kepada panitera Pengadilan Negeri dan melunasi biaya perkara, kemudian tinggal menunggu hari sidang yang akan dilakukan pemanggilan. Setelah gugatan didaftarkan dan dibagikan dengan suatu penetapan penunjukan oleh Ketua Pengadilan Negeri kepada hakim yang akan memeriksanya, maka hakim yang bersangkutan dengan surat penetapan menentukan hari sidang perkara tersebut sekaligus menyuruh memanggil kedua belah pihak agar menghadap di Pengadilan Negeri pada hari sidang yang telah ditetapkan dengan membawa saksi serta bukti-bukti yang diperlukan. Dalam suatu proses beracara di pengadilan, salah satu tugas hakim adalah untuk menetapkan hubungan hukum yang sebenarnya antara pihak yang berperkara. Hubungan hukum inilah yang harus dibuktikan kebenarannya di depan sidang pengadilan. Pada prinsipnya, yang harus dibuktikan adalah semua peristiwa serta hak yang dikemukakan oleh salah satu pihak yang kebenarannya di bantah oleh pihak lain. Pihak penggugat diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk membuktikan kebenaran dalil gugatannya. Setelah itu, pihak tergugat diberikan kesempatan untuk membuktikan kebenaran dalil sangkalannya. Pembuktian dalam arti yuridis tidak dimaksudkan untuk mencari kebenaran yang 6

mutlak. Hal ini disebabkan

karena alat-alat bukti, baik

berupa

pengakuan,

kesaksian, atau surat-surat, yang diajukan para pihak yang bersengketa kemungkinan tidak benar, palsu atau dipalsukan. Padahal hakim dalam memeriksa setiap perkara yang

diajukan kepadanya harus memberikan keputusan yang dapat diterima kedua belah pihak. Berkaitan dengan masalah pembuktian ini, Sudikno Mertokusumo,

mengemukakan antara lain: "...Pada hakikatnya membuktikan dalam arti yuridis memberi kepastian tentang kebenaran peristiwa berarti memberi

dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna yang diajukan oleh para pihak di persidangan.... 6 Pembuktian dalam hukum acara mempunyai arti yuridis berarti hanya berlaku bagi pihak-pihak yang berperkara atau yang memperoleh hak dari mereka dan tujuan dari pembuktian ini adalah untuk memberi kepastian kepada Hakim tentang adanya suatu peristiwa-peristiwa tertentu. Maka pembuktian harus dilakukan oleh para pihak dan siapa yang harus membuktikan atau yang disebut juga sebagai beban pembuktian berdasarkan pasal 163 HIR ditentukan bahwa barang siapa yang menyatakan ia mempunyai hak atau ia menyebutkan sesuatu perbuatan untuk menguatkan haknya itu atau untuk membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu. Ini berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa siapa yang mendalilkan sesuatu maka ia yang harus membuktikan. Menurut sistem dari HIR hakim hanya dapat mendasarkan putusannya atas alat-alat bukti yang sudah ditentukan oleh Undang-Undang. Menurut pasal 164 HIR alat-alat bukti terdiri dari :
6

R.M. Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta:Liberty, 1985, halaman 107.

1. 2. 3. 4. 5.

Bukti tulisan; Bukti dengan saksi; Persangkaan; Pengakuan; Sumpah.

Pada penelitian ini, pembahasan akan difokuskan terhadap bukti tulisan dalam bentuk akta otentik, hal ini dikarenakan alat bukti akta otentik memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna, artinya dapat dijadikan bukti di Pengadilan tanpa terlepas dari ada pihak-pihak yang tidak mengakui adanya perjanjian yang telah dibuat dan berlaku bagi pihak ketiga. Suatu akta otentik, apabila dipergunakan di muka pengadilan, adalah cukup dan hakim tidak diperkenankan untuk meminta tanda pembuktian lainnya di samping itu. Walaupun pada umumnya dianut yang dinamakan "vrije bewijstheorie", yang berarti bahwa kesaksian para saksi misalnya tidak mengikat hakim pada alat bukti itu, akan tetapi lain halnya dengan akta otentik, di mana undang-undang mengikat hakim pada alat bukti itu. Sebab jika tidak demikian, apa gunanya undang-undang menunjuk para pejabat yang ditugaskan untuk membuat akta otentik sebagai alat bukti, jika hakim begitu saja dapat mengenyampingkannya. Berdasarkan uraian yang tersebut di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan pembuktian dari suatu akta otentik, dengan judul KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI AKTA OTENTIK DALAM KASUS JUAL BELI TANAH HAK MILIK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA).

Pembatasan Masalah Penulis membatasi masalah yang merupakan obyek dari permasalahan dengan maksud agar penelitian ini jelas, terarah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ada. Mengingat keterbatasan yang ada penulis mencoba mengadakan pembatasan masalah dalam hal kekuatan pembuktian akta otentik dalam proses beracara dipengadilan, dalam hal ini mengenai sengketa perdata tentang masalah jual beli hak milik atas tanah di wilayah hukum pengadilan negeri surakarta yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.

Perumusan Masalah Atas dasar identifikasi masalah yang ada pada latar belakang maupun pembatasan masalah, untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian sehingga diperoleh data data yang dapat digunakan dalam pembahasan agar konkret dan lebih terfokus pada masalah yang akan dituju sesuai dengan judul yang dipilih dan adapun yang dapat dirumuskan sebagai suatu permasalahan pada penelitian ini yaitu, Bagaimanakah Kekuatan Pembuktian Dari Alat Bukti Akta Otentik Pada Kasus Jual Beli Hak Milik Atas Tanah di Pengadilan Negeri Surakarta ?

Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk dapat memberi kegunaan baik bagi penulis sendiri maupun untuk kepentingan ilmiah. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif : 9

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai tentang kekuatan pembuktian dari alat bukti akta otentik pada kasus jual beli hak milik atas tanah di Pengadilan Negeri Surakarta 2. Tujuan Subyektif :

Tujuan subyektif dari penelitian ini adalah : a. Untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta; b. Untuk mengembangkan pengetahuan penulis tentang kekuatan pembuktian dari alat bukti akta otentik pada kasus jual beli hak milik atas tanah di Pengadilan Negeri Surakarta; c. Untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh selama studi di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam pelaksanaannya di

masyarakat.

Manfaat Penelitian Nilai suatu penelitian ditentukan oleh manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut. Manfaat manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan penulis dan pembaca dalam mempelajari Ilmu Hukum khususnya mengenai tentang kekuatan pembuktian dari alat bukti akta otentik pada kasus jual beli hak milik atas tanah di Pengadilan Negeri Surakarta. 2. Manfaat Praktis 10

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Hukum dan dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat luas. F. Metode Penelitian Menurut Soetrisno Hadi, metode penelitian memberikan pedoman untuk

mengorganisasikankan serta mengintegrasikan suatu pengetahuan.7 Dengan demikian, metode penelitian mempunyai peranan yang penting dalam suatu penelitian. Adapun metode penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Metode Pendekatan Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doktrinal (normative) karena dalam penelitian ini hukum dikonsepsikan sebagai norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang.8 b. Jenis Penelitian Jenis kajian dalam penelitian ini secara spesifik lebih bersifat deskriptif, karena bemaksud memberikan gambaran secara jelas mengenai kekuatan pembuktian dari alat bukti akta otentik pada kasus jual beli hak milik atas tanah di Pengadilan Negeri Surakarta. c. Sumber Data Penelitian ini menggunakan jenis data yang berasal dari data sekunder yang terdiri dari: 1) Bahan Hukum Primer:
-

KUH Perdata

7 8

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 1986. hlm 10 Roni Hanintjio. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri. Jakarta: Ghlmia Indonesia. hlm.13-14

11

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok

Agraria -

Undang-undang dan Peraturan-peraturan lain yang terkait Putusan-putusan hakim dalam sengketa tanah

2) Bahan Hukum Sekunder: Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Doktrin Buku-buku ilmiah Karya-karya tulis, artikel-artikel lain yang mendukung

Untuk mendukung data-data sekunder dibutuhkan pula data primer yang berupa hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan data-data sekunder, yaitu hasil wawancara dengan hakim yang memutus perkara sengketa tanah dan hasil wawancara dengan panitera Pengadilan Negeri Surakarta. d. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Surakarta, yaitu di Pengadilan Negeri Surakarta. e. Metode Pengumpulan Data Sebagai suatu penelitian normatif, maka metode pengumpulan data yang utama dilakukan melalui studi kepustakaan, yaitu dengan mencari, menginventarisasi, mencatat, dan mempelajari data-data sekunder. Akan tetapi, untuk mendukung, menambah, memperjelas, mengklarifikasi data-data sekunder yang ada, maka dilakukan pula pengumpulan data melalui wawancara dengan pihak- pihak yang

12

terkait secara langsung dengan data-data yang diperoleh, yaitu hakim Pengadilan Negeri Surakarta yang mengeluarkan putusan perkara perdata. f. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah dengan cara normatif kualitatif yang bertolak dengan menginventarisasi peraturan perundang-undangan, doktrin, dan yurisprudensi yang kemudian akan didiskusikan dengan data yang telah diperoleh dari objek yang diteliti sebagai satu kesatuan yang utuh, sehingga pada tahap akhir dapat ditemukan hukum di dalam kenyataannya. g. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mengetahui isi dari penulisan skripsi ini, maka disusunlah penulisan skripsi yang terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu : Bab I Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian serta sistematika penulisan skripsi. Bab II Tinjauan pustaka yang membahas mengenai tinjauan umum tentang alat bukti surat, tinjauan umum tentang pemeriksaan dalam sidang pengadilan perdata, dan hak atas tanah. Bab III Hasil penelitian dan pembahasan yang membahas tentang kekuatan pembuktian alat bukti akta otentik pada kasus jual beli tanah hak milik atas tanah di Pengadilan Negeri Surakarta. Bab IV penutup yang membahas tentang kesimpulan dan saran dari penulisan skripsi ini. sistematika

DAFTAR PUSTAKA

13

Buku: 1. Antjik Saleh, 1982, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta. 2. Bachtiar Effendie, 1993, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Bandung, Alumni. 3. R.M. Sudikno Mertokusumo, 1985, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta:Liberty, 4. Roni Hanintjio, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri. Jakarta: Ghlmia Indonesia. 5. Soerjono Soekanto, 1986,Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press. 6. Surojo Wignjodipuro, 1982, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta

Perundang-undangan: 1. 2. 3. 4. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 KUH Perdata Rechtsreglement Buitengewesten (Rbg) het Herziene Indonesisch Reglement (HIR)

Undang-undang no.5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria

14

Anda mungkin juga menyukai