Anda di halaman 1dari 52

Pasien yang sedang mengalami sakit, baik dirawat di rumah maupun di rumah

sakit akan mengelami kecemasan dan stress pada semua tingkat usia. Penyebab dari
kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dakter,
dan tenaga kesehatan lainnya); lingkungan baru maupun dukungan keluarga yang
menunggui selama perawatan. Keluarga juga sering merasa cemas dengan
perkembangan keadaan pasien, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak
tersebut tidak secara langsung kepada anak, tetapi secara psikologis pasien akan
merasakan perubahan perilaku dari keluarga yang menungguinya selama perawatan
(Marks, 1998: 53). Pasien menjadi semakin stress dan berpengaruh terhadap proses
penyembuhannya, yaitu penurunan respons imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert
Arder (1885) bahwa pasien yang mengalami kegocangan jiwa akan mudah terserang
penyakit, karena pada kondisi stres akan terjadi penekanan sistem imun
(Subowo,1992).
Pasien yang merasa nyaman selama perawatan dengan menerapkan
model asuhan yang hoIistik, yaitu adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan
perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan
mempercepat proses penyembuhan. Berdasarka hasil pengamatan penulis, pasien
yang dirawat di rumah sakit masih sering mengalami stress hospitalisasi yang berat,
khususnnya takut terhadap pengobatan, asing dengan lingkungan baru, dan takut
terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan masalah penting yang harus
mendapatkan perhatian perawatn dalam mengelola asuhan keperawatan. Menurut
penulis faktor tersebut sangat berkaitan dengan distres hospitalisasi. Berdasarkan pada
konsep psikoneuroimunologi, melalui poros hypothalamus hypofisis adrenal, bahwa
stres psikologis akan berpengaruh pada hipotalamus, kemudian hypothalamus akan
mempengaruhi hypofise sehingga hipofise akan mengekspresikan ACTH (adrenal
cortico tropic hormone) yang akhirnya dapat mempengaruhi kelenjar adrenal, di mana
kelenjar ini akan menghasilkan kortisol. Apabila stres yang dialami pasien sangat
tinggi, maka kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol dalam jumlah banyak
sehingga dapat menekan sistem imun (Clancy, 1998). Adanya penekanan sistem
imun inilah nampaknya akan berakibat pada penghambatan proses penyembuhan.
Sehingga memerlukan waktu perawatan yang lebih lama dan bahkan akan
mempercepat terjadinya komplikasi-komplikasi selama perawatan
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan perbaikan kinerja kepada
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan model holoistik, yaitu
biopsikososiospiritual. Salah satu model yang digunakan dalam penerapan teknologi
ini adalah berdasar pengembangan teori adaptasi dari S.C. Roy. Pada teori ini
ditekankan pada pemenuhan perawat kepada psdirn secar holistik, yaitu aspek fisik
(atraumatic care); psikis (memfasilitasi koping yang konstruktif); dan aspek sosial
(menciptakan hubungan dan lingkungan yang konstruktif dengan melibatkan keluarga
dalam perawatan).
,,im,3,k,h ModeI hoIistik p,d, ,suh,3 keper,,t,3 berd,s,r teori ,d,pt,si
Roy, d,I,m mempercep,t pe3yembuh,3 moduI,si respo3s im3 (,pIik,si p,d,
p,sie3 HIv d,3 AIDS?


CARIAC
PENDAHULUAN
Sebagai perawat/ners materi yang sangat penting dan menentukan adalah memahami konsep
caring dan mampu menanamkan dalam hati, disirami dan dipupuk untuk mampu
memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai perawat, yaitu empati, bertanggung jawab dan
tanggung gugat, dan mampu belajar seumur hidup. Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh
perawat kalau mereka mampu memahami apa itu caring.Saat ini, caring adalah isu besar dalam
proIesionalisme keperawatan. Mata ajaran ini mendeskripsikan tentang keperawatan dasar
dimana perawat akan mendalami konsep sebagai dasar ilmu keperawatan. Diharapkan perawat
mampu memahami tentang pentingnya perilaku caring sebagai dasar yang harus dikuasai oleh
perawat / ners.
TEORI CARIAC DALAM KEPERAWATAN
Perawat merupakan salah satu proIesi yang mulia. Betapa tidak, merawat pasien yang sedang
sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran dalam
melayani orang yang tengah menderita penyakit. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama
memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu
perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan
intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih
sayang/cinta (Johnson, 1989) .
Caring merupakan Ienomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,
berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan
dipelajari dari berbagai macam IilosoIi dan perspektiI etik .
Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut Pasquali dan Arnold
(1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan
menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam
sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri .
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care, mempertegas bahwa caring
sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh .
Lebih lanjut MayehoII memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan
membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. MayehoII juga memperkenalkan
siIat-siIat caring seperti sabar, jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel mendeIinisikan caring
sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan
mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan
berperasaan. Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus
terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien,
yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan malah
melakukan tindakan amoral pada saat melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga
sebagai suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati
terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien.
Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa
merawat pasien .
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan,
inti dari praktik keperawatan yang bersiIat etik dan IilosoIikal. Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga
dideIinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan Iisik dan memperhatikan
emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999) Sikap caring
diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien meningkatkan
perubahan positiI dalam aspek Iisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien
dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut,
sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai
media pemberi asuhan (Curruth, Steele, MoIIet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para
perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan
dengan menggunakan spirit caring .
Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat
yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang
bersiIat tindakan Iisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat
memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien .
Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa teori. Menurut Watson, ada tujuh
asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut adalah
1. caring hanya akan eIektiI bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara interpersonal,
2. caring terdiri dari Iaktor karatiI yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi
kebutuhan manusia atau klien,
3. caring yang eIektiI dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga,
4. caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu saja namun
juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya,
5. lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan
seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk
dirinya sendiri,
6. caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara pengetahuan
bioIisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam
peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit,
7. caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).
Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh Iaktor karatiI yang
berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar. Faktor karatiI
membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi pekerjaan perawat, kehidupan, dan
dari pengalaman nyata berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam
melayani dan membantu klien. Sepuluh Iaktor karatiI tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic.
Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada
klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan
pendidikan kesehatan pada klien.
2. Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memIasilitasi dan meningkatkan asuhan
keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam
mencari pertolongan kesehatan
3. Menumbuhkan kesensitiIan terhadap diri dan orang lain.
Perawat belajar menghargai kesensitiIan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri
dapat menjadi lebih sensitiI, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya.
Perawat memberikan inIormasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati
yaitu turut merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter yang diperlukan dalam
Iaktor ini antara lain adalah kongruen, empati, dan kehangatan.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positiI dan negatiI klien. Perawat
memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
6. Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan.
Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan
asuhan kepada klien.
7. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan mandiri,
menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan
personal klien.
8. Menciptakan lingkungan Iisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap
kesehatan dan kondisi penyakit klien.
9. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensiI diri dan klien. Pemenuhan
kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
10. Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersiIat Ienomenologis agar pertumbuhan diri dan
kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seorang klien perlu dihadapkan
pada pengalaman/pemikiran yang bersiIat proIokatiI. Tujuannya adalah agar dapat
meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Julia, 1995).
Dari kesepuluh Iaktor karatiI tersebut, Watson merumuskan tiga Iaktor karatiI yang menjadi
IilosoIi dasar dari konsep caring. Tiga Iaktor karatiI tersebut adalah: pembentukan sistem nilai
humanistik dan altruistik, memberikan harapan dan kepercayaan, serta menumbuhkan sensitiIitas
terhadap diri sendiri dan orang lain (Julia, 1995).
Kesepuluh Iaktor karatiI di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri
klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan proIesional dan bermutu dapat diwujudkan.
Selain itu, melalui penerapan Iaktor karatiI ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami
diri sebelum memahami orang lain (Nurahmah, 2006).
Leininger (1991) mengemukakan teori 'culture care diversity and universality`, beberapa
konsep yang dideIinisikan antara lain
1. kultural berkenaan dengan pembelajaran dan berbagi sistem nilai, kepercayaan, norma,
dan gaya hidup antar kelompok yang dapat mempengaruhi cara berpikir, mengambil
keputusan, dan bertindak dalam pola-pola tertentu;
2. keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi dan perbedaan
dalam arti, pola, nilai, cara hidup, atau simbol care antara sekelompok orang yang
berhubungan, mendukung, atau perbedaan dalam mengekspresikan human care,
3. cultural care dideIinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas dalam pembelajaran dan
pertukaran nilai, kepercayaan, dan pola hidup yang mendukung dan memIasilitasi
individu atau kelompok dalam upaya mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi
sejahtera, mencegah penyakit dan meminimalkan kesakitan;
4. dimensi struktur sosial dan budaya terdiri dari keyakinan/agama, aspek sosial, politik,
ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya, sejarah dan bagaimana Iaktor-Iaktor tersebut
mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda;
5. care sebagai kata benda diartikan sebagai Ienomena abstrak dan konkrit yang
berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan atau perilaku lain yang berkaitan
untuk orang lain dalam meningkatkan kondisi kehidupannya;
6. care sebagai kata kerja diartikan sebagai suatu tindakan dan kegiatan untuk membimbing,
mendukung, dan ada untuk orang lain guna meningkatkan kondisi kehidupan atau dalam
menghadapi kematian;
7. caring dalam proIesionalisme perawat diartikan sebagai pendidikan kognitiI dan Iormal
mengenai pengetahuan care serta keterampilan dan keahlian untuk mendampingi,
mendukung, membimbing, dan memIasilitasi individu secara langsung dalam rangka
meningkatkan kondisi kehidupannya, mengatasi ketidakmampuan/kecacatan atau dalam
bekerja dengan klien (Julia, 1995, Madeline,1991).
Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang
sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Lydia Hall
mengemukakan perpaduan tiga aspek tersebut dalam teorinya. Care merupakan komponen
penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri
dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan
keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995).
Menurut Boykin dan SchoenhoIer, pandangan seseorang terhadap caring dipengaruhi oleh dua
hal yaitu persepsi tentang caring dan konsep perawat sebagai disiplin ilmu dan proIesi.
Kemampuan caring tumbuh di sepanjang hidup individu, namun tidak semua perilaku manusia
mencerminkan caring (Julia, 1995).
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signiIikan. Inti dari
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-klien yang bersiIat
proIesional dengan penekanan pada bentuk interaksi aktiI antara perawat dan klien. Hubungan
ini diharapkan dapat memIasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk
bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Black M. Joyce&Jane H. Hawks. 2005. edical Surgical Nursing : clinical management Ior
positive outcome. 7th edition. St Louis : Elseiver Inc.
Elly Nurachmah. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit.
http://pdpersi.co.id/?showdetailnews&kode786&tblartikel. (diakses 27 Agustus 2006).
Farland M&Leininger M. 2002. Transcultural Nursing, Concept, Theories, Research & Practice.
Mc. Grow-Hill Companies.
George B. Julia. 1995. Nursing Theories . The Base Professional Nursing Practice. 4
th
edition.
Connecticut : Appleton&Lange.
Kidd Pamela Stinson. 2001. High Acuity Nursing. 3rd edition. New Jersey : Prentice Hall.
Leininger M. Madeline. Culture Care Diversity and Universality : a theory oI nursing. 1991.
New York : National league Ior nursing press.
M. Margaretha Ulemadja Wedho. odalitas Perawat Adalah Empati (Refleksi emperingati
Ulang Tahun Ppni). http://www.indomedia.com/poskup/2005/03/16/edisi16/1603pin1.htm.
(diakses 29 Agustus 2006).
Meidiana Dwidiyanti. 1998. Aplikasi odel Konseptual Keperawatan. Edisi 1. Semarang :
Akper Depkes Semarang.
Munir Kamarullah. Upaya eningkatkan Profesionalisme Perawat. http://risetdua.tblog.com/.
(diakses 27 Agustus 2006).
Nila Ismani. 2000. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika.
Potter A. Patricia&Anne G. Perry. 2001. Fundamentals of Nursing. 5
th
edition. St Louis : Mosby,
Inc.
Rawin. 2005. Action Research Dalam Rangka eningkatkan Kemampuan Perilaku Caring
Perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang. Universitas Diponegoro Semarang. Tidak
dipublikasikan.
Rokiah Kusumapradja. Pelayanan Prima Dalam Keperawatan.
www.pdpersi.co.id/mukisi/hospex/rokiah.ppt. (diakses 29 Agustus 2006).
Roswita Hasan. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar anusia.
http://www.pjnhk.go.id/asuhankeperawatan3.htm. (diakses 27 Agustus 2006).
Tim YIPD/ CLGI. Rumah Sakit Umum Daerah Yang Berpihak Pada Pelanggan, Suatu
Keharusan enfelang 'Korporatisasi`. Perfalanan Sistematis engelola Perubahan.
http://www.clgi.or.id/publikasi/index.php?actndetail&subartikel&pid28. (diakses 29
Agustus 2006).



















BAB II
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PENDAHULUAN
Hubungan perawat pasien adalah hal penting dalam pelayanan keperawatan. Mata ajaran ini
mendeskripsikan tentang pengertian komunikasi terapeutik, hubungan proIesional antara perawat
dan pasien, sehingga perawat mampu mempertanggungjawabkan hubungan terepeutik dengan
pasien. Dimana perawat adalah orang yang paling dekat dan seharusnya memahami masalah
pasien secara komprehensiI sehingga pelayanan kesehatan akan dilakukan secara menyeluruh.
Tujuan instruksional umum (standar kompetensi)
O Perawat mampu melakukan teknik komunikasi terapeutik dengan pasien/klien.
Tujuan instruksional khusus (kompetensi dasar)
1. Mengetahui siIat hubungan perawat pasien.
2. MengidentiIikasi deIinisi komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien.
3. MengidentiIikasi Iaktor yang mempengaruhi komunikasi.
4. Menggunakan teknik-teknik komunikasi dengan klien.
5. Menganalisa kemampuan komunikasi yang dipunyai oleh perawat.
KOMUNIKASI TERAUPETIK
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah
menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan
kepuasan proIesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra proIesi pelayanan
keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting telah mengamalkan
ilmunya untuk sesama manusia.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi terapeutik, karakteristik, Iase dan
dimensi 'helping relationship, termasuk 'therapeutic use of self untuk praktek keperawatan,
serta sikap dan teknik komunikasi terapeutik.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK SABAGAI TANGGUNG 1AWAB MORAL PERAWAT
Perawat harus memiliki tanggung jawab yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan kasih
sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Abdalati
(1983), Bucauli (1978) dan Amsari(1995) menambahkan bahwa sebagai orang yang beragama,
perawat tidak dapat bersikap tidak peduli. Individu yang tidak peduli terhadap orang lain adalah
seorang pendosa yang mementingkan dirinya sendiri.
Selanjutnya Pasquali&Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa 'human care
terdiri dari upaya yang melindungi, meningkatkan dan menjaga/mangabadikan rasa kemanusiaan
dengan membantu orang lain dalam mencari arti dalam sakit, penderitaan dan keberadaannya :
membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri,..
Sesungguhnyalah setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memerlukan
bantuan. Perilaku menolong sesama itu perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi
bagian dari kepribadian.
PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK !IAC RA1IOASI!S
Seorang perawat proIesional selalu mengupayakan untuk berprilaku terapeutik, yang berarti
bahwa tiap interaksi yang dilakukan menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien
untuk tumbuh dan berkembang. Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien
yang menurut Stuart dan Sundeen (1995) dan Limberg, Huter & Kruszweski (1983) meliputi
1. realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri;
2. indentitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi;
3. kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung
dan mencintai;
4. peningkatan Iungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
personal yang realistik.
Tujuan hubungan terapeutik akan tercapai apabila perawat dalam 'helping relationship '
memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Kesadaran diri terhadap yang dianutnya.
Perawat mampu menjelaskan tentang diri sendiri, keyakinan, apa yang menurutnya penting
dalam kehidupannya, baru kemudian ia akan mampu menolong orang lain menjawab pertanyaan
tersebut.
1. Kemampuan untuk menganalisa perasaan sendiri.
Perawat secara bertahap belajar mengenal dan mengatasi berbagai perasaan antara lain perasaan
marah, duka dan Irustasi.
1. Kemampuan menjadi contoh peran.
Perawat perlu mempunyai pola dan gaya hidup yang sehat termasuk mempertahankan kesehatan
agar dapat dicontoh orang lain.
1. Altruistik.
Perawat merasakan kepuasan karena mampu menolong orang lain dengan cara manusiawi.
1. Rasa tanggung jawab etik dan moral.
Tiap keputusan yang dibuat selalu memperhatikan prinsip-prinsip yang menjunjung tinggi
kesehatan/ kesejahteraan manusia.
1. Tanggung jawab.
Dua dimensi tanggung jawab yaitu bertanggung jawab terhadap tindakan sendiri dan berbagi
tanggung jawab dengan orang lain.
Dengan karakteristik tersebut, diharapkan perawat akan mampu menggunakan dirinya sendiri
secara terapeutik (therapeutic use of self). Selanjutnya upaya perawat untuk meningkatkan
kemampuan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang dinamika komunikasi, penghayatan
terhadap kelebihan dan kekurangan diri, dan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain sangat
diperlukan dalam 'therapeutic use of self. Menggunakan diri secara terapeutik memerlukan
integrasi dari ketiga kemampuan tersebut (Achir Yani, 1995).
1ENIS KOMUNIKASI
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang pernah terjadi antara sedikitnya dua orang atau
lebih dalam kelompok kecil, terutama dalam bentuk tatap muka dan paling sering digunakan
dalam pelayanan keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan
penyelesaian masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan dan pertumbuhan personal.Menurut
Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis
komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non verbal.
KOMUNIKASI VERBAL
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit
adalah pertukaran inIormasi secara verbal terutama pembicaraan dengan alat atau simbol yang
dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau
menguraikan objek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang
tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka
yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi verbal yang eIektiI harus :
1. jelas dan ringkas.
Komunikasi yang eIektiI harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang
digunakan makin kecil kemungkinan terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan
berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat
penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang
disampaikan. Penerima pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan
dimana. Ringkasnya, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana. ' Katakan kepada saya dimana rasa nyeri anda lebih baik dari pada 'saya ingin anda
menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.
1. perbendaharaan kata.
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan
ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika
digunakan oleh perawat, klien menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau
mempelajari inIormasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti oleh klien. Dari
pada mengatakan 'duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda' akan lebih baik
jika dikatakan 'duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda.
1. arti denotatiI dan konotatiI.
Arti denotatiI memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti
konotatiI merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata 'serius
dipahami oleh klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan
menggunakan kata 'kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika
berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah
disalahtaIsirkan. Terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi
klien.
1. selaan dan kecepatan bicara.
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal.
Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan
menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat
sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan
untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan
dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan
dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat non verbal dari para pendengar yang
mungkin menunjukkan ketidakmengertian. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar
apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
1. waktu dan relevansi.
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan,
tidak waktunya menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan
singkat, tetapi waktu yang tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh
karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula
komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat
dan kebutuhan klien.
1. humor.
Dugan (1998) menyatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stress, meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang
produksi catecholamines , mengurangi ansietas, memIasilitasi relaksasi pernaIasan dan
meningkatkan metabolisme. Namun perawat perlu berhati-hati jangan menggunakan humor
untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk
berkomunikasi dengan klien.
KOMUNIKASI NON VERBAL
Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan
cara yang paling tepat dan menyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat
perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian
sampai evaluasi asuhan keperawatan, kareana isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan
verbal. Perawat yang mempersepsikan pesan non verbal akan lebih mampu memahami klien,
mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non verbal teramati pada :
1. metakomunikasi.
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara
dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan
siIat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di balik kata-kata yang menyampaikan sikap
dan perasaan pengirim terhadap pendengar contoh : tersenyum ketika sedang marah.
1. penampilan personal.
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi
interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh
empat persen dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli-ascosi, 1990
dalam potter dan Perry, 1993). Bentuk Iisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan
kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang
memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan proIesional yang positiI.
Penampilan Iisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan
yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seseorang
perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi
mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat
tidak memenuhi citra klien.
1. intonasi (nada suara).
Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti sebuah pesan yang
dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud
untuk menyampaikan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara
perawat.
1. ekspresi wajah.
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yamg tampak melalui ekspresi
wajah : terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai
dasar penting dalam menentukan pendapat interpersonal. Kontak mata sangat penting dalam
komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan
dipersepsikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat
yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien,
oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika
kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
1. sikap tubuh dan ekspresi wajah.
Sikap tubuh dan ekspresi menggambarkan sikap, emosi, konsep diri, dan keadaan Iisik. Perawat
dapat menyimpulkan inIormasi yang bermanIaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah
klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh Iaktor Iisik seperti rasa sakit, obat atau Iraktur.
1. sentuhan.
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan
merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus memperhatikan
norma sosial. Ketika memberikan asuhan keperawatan, parawat menyentuh klien, seperti ketika
memandikan, melakukan pemeriksaan Iisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari
bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak
interpersonal sehingga sulit untuk menghindari sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan
Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan
dapat dimengerti dan dapat diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan
hati-hati.
FASE-FASE !IAC RA1IOASI!S
Stuart dan Sundeen (1995) mengenalkan empat Iase 'helping relationships yang berkembang
secara berurutan dan tiap Iase mempunyai tugas yang berbeda. Fase hubungan tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Fase prainteraksi.
Pada Iase prainteraksi, tugas keperawatan adalah (1) menggali perasaan, Iantasi, dan rasa takut
dalam diri sendiri; (2) menganalisis kekuatan dan keterbatasan proIesional diri sendiri; (3)
mengumpulkan data tentang klien jika memungkinkan; (4) merencanakan pertemuan pertama
dengan klien.
1. Fase orientasi dan perkenalan.
Tugas keperawatan pada Iase ini adalah (1) menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan; (2)
membina rasa saling percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka; (3) menggali pikiran,
perasaan dan tindakan klien; (4) mengidentiIikasikan masalah klien; (5) mendeIinisikan tujuan
dengan klien; (6) merumuskan bersama kontrak termasuk nama, peran, tanggung jawab, harapan,
tujuan, tempat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk terminasi, dan kerahasiaan.
1. Fase kerja.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995) pada Iase kerja, keperawatan bertugas; (1) menggali stressor
yang berhubungan; (2) meningkatkan pengembangan penghayatan klien dan penggunaan
mekanisme koping yang konstruktiI; dan (3) membahas dan mengatasi perilaku resisten.
1. Terminasi.
Dalam Iase terakhir ini, keperawatan bertugas; (1) membina kenyataan tentang perpisahan; (2)
meninjau kemajuan terapi dan pencapaian tujuan; dan (3) menggali bersama perasaan ditolak,
kehilangan, kesedihan dan kemarahan serta perilaku yang terkait lainnya.
TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik komunikasi yang berbeda
pula. Teknik komunikasi berikut ini, terutama menggunakan reIerensi dari Shives (1994), Stuart
dan Sundeen (1995), Wilson dan Kneisl (1992), yaitu
1. mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien, menyampaikan pesan non verbal bahwa perawat perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya
untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan
mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan :
1. pandang klien ketika sedang berbicara,
2. pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan,
3. sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan,
4. hindarkan gerakan yang tidak perlu,
5. anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik,
6. condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
1. menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain
tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus
menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan
tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala
seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menerima apa yang
dikatakan klien.
1. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
2. Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.
3. Memastikan bahwa isyarat non verbal cocol dengan komunikasi verbal.
4. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk
mengubah pikiran klien.
5. Perawat dapat menganggukkan kepalanya atau berkata 'ya, 'saya mengikuti apa yang
Anda ucapkan ' (Cook, 1997).
1. menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan inIormasi yang spesiIik mengenai klien.
Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata
dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
1. mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun
perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ini, karena pengertian bisa rancu jika
pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.
Contoh : K : 'Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga.
P : 'Saudara mengalami kesulitan untuk tidur...
1. mengklariIikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk
mengklariIikasikan dengan menyamakan pengertian, karena inIormasi sangat penting dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu
memberikan contoh yang konkret dan mudah dimengerti klien.
Contoh : 'Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang Anda katakan '
- 'Apa yang Anda katakan tadi adalah.....
1. memIokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesiIik dan
dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutuskan pembicaraan berlanjut tanpa inIormasi yang
baru.
Contoh: 'Hal ini tampaknya penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi.
1. menyatakan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya,
sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Menyampaikan hasil pengamatan
perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertanya, memIokuskan
atau mengklariIikasi pesan.
Contoh : 'Anda tampak tegang '
- 'Apakah Anda merasa tidak tenang apabila Anda.....
1. menawarkan inIormasi
Tambahan inIormasi memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap
keadaannya., memberikan tambahan inIormasi merupakan penyuluhan kesehatan bagi klien
perawat. Apabila ada inIormasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklariIikasi
alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan inIormasi,
tetepi memIasilitasi klien untuk membuat keputusan.
1. diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikirannya.
Penggunaan metode diam memerlukan ketrampilan dan ketepatan waktu, jika tidak maka akan
menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien berkomunikasi terhadap dirinya
sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses inIormasi. Diam terutama berguna pada saat
klien harus mengambil keputusan.
1. meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini
bermanIaat untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan selanjutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting
dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Contoh : 'Selama beberapa jam, Anda dan saya telah membicarakan..
1. memberikan penghargaan
Memberikan salam kepada klien dengan menyebutkan namanya, menunjukkan kesadaran
tentang perubahan yang terjadi, menghargai klien sebagai manusia seutuhnya mempunyai hak
dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai
menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras melakukan segalanya
demi mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk
menyatakan bahwa yang ini 'bagus dan yang sebaliknya 'buruk.
Peplau mengatakan: 'Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat
mengatakan yang demikian.
Contoh : 'Selamat pagi Ibu Sri, atau 'Assalamualaikum
- 'Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut Ibu
Dalam ajaran islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlak terpuji, karena
berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa
perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan akrab
1. menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain, atau klien tidak
mampu untuk membuat dirinya mengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya,
rasa tertarik, teknik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
Contoh : 'Saya akan duduk bersama sebantar.
- 'Saya ingin Anda merasa tenang dan nyaman.
1. memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatiI dalam memilih topik pembicaraan. Biarkan
klien merasa bahwa dia yang memimpin pembicaraan. Untuk klien yang merasa ragu-ragu dan
tidak pasti tentang peranannya dalam interaksi ini, perawat dapat menstimulasinya untuk
mengambil inisiatiI dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.
Contoh : 'Adakah sesuatu yang ingin Anda bicarakan?
- 'Apa yang sedang Saudara pikirkan?
- 'Darimana Anda ingin memulai pembicaraan ini?
1. menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang
mengidentiIikasi bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan
apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menaIsirkan daripada
mengarahkan diskusi/pembicaraan.
Contoh: '...teruskan..?
- '...dan kemudian...?
- 'Ceritakan kepada saya tentang itu.
1. menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam
suatu perspektiI. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun perawat dan klien untuk melihat
kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Perawat akan dapat menemukan pola
kesukaran interpersonal, dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti
bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Contoh : 'Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya?
- 'Kapan kejadian tersebut terjadi?
1. menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segalanya dari perspektiI. Klien
harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan
pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
Contoh : 'Ceritakan kepada saya bagaimana perasaan Saudara ketika akan dioperasi
- 'Apa yang sedang terjadi?
1. reIleksi
ReIleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai
bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau
rasakan, maka perawat dapat menjawab: 'Bagaimana menurutmu? atau 'Bagaimana
perasaanmu?. Dengan demikian perawat mengidentiIikasi bahwa pendapat klien adalah
berharga dan klien mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya, untuk membuat
keputusan, dan memikirkan dirinya sendiri. Menyadari bahwa perawat mengharapkan klien
untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia
yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan
sebagai bagian daripada orang lain.
Contoh: K : 'Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?
P : 'Apakah menurut Anda , Anda harus mengatakannya?
K : 'Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahkan tidak menelpon saya, kalau
dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya
P : ' Ini menyebabkan Anda marah.
LATIHAN
1. Program latihan empati di rumah, dengan komunikasi dengan orang yang paling dekat,
reIleksikan kemampuan perawat dalam melatih menggunakan teknik komunikasi
klariIikasi, reIleksi dan membagi persepsi.
2. Perawat dibagi kelompok masing-masing 3 orang, satu sebagai perawat, satu sebagai
pasien, satu sebagai observer.
3. Dengan skenario, perawat di poliklinik, bagaimana perawat berkomunikasi dengan
pasien.
4. Tugas observer :
1. menilai perawat, bagaimana dia mendengar,
2. memIokuskan pertanyaan,
3. mengklariIikasi,
4. teknik komunikasi yang digunakan,
5. memperhatikan bahasa non verbal pasien dan perawat,
6. melaporkan hasil observasi pada kelompok lain,
7. masukan dari kelompok.
1. Kesimpulan tentang beberapa yang penting dilatih terus dan melakukan reIleksi tentang
perasaan dan pikiran perawat pada saat menghadapi pasien.
TEST FORMATIF
1. Pada tahap apa Anda melakukan kontrak dengan pasien?
1. pra interaksi
2. interaksi
3. terminasi
4. kerja
5. kontrak
1. Pasien datang ke RSJ dengan halusinasi mendengar bahwa 'ada sesorang yang mau
membunuhnya. Pengkajian yang harus di kembangkan berIokus pada
1. apa yang terjadi di rumah
2. riwayat hidup
3. teman bergaul
4. pekerjaan
5. orang tuanya
1. Mengenal pasien dengan mengumpulkan data apa adanya termasuk tahap apa dalam
hubungan perawat pasien?
1. pre interaksi
2. interaksi
3. kerja
4. terminasi
5. kontrak
1. Dalam hubungan terapeutik, mengenal kesedihan karena perpisahan termasuk tahap
1. pre interaksi
2. interaksi
3. kerja
4. terminasi
5. kontrak
1. Dalam hubungan terapeutik, mengenal kelemahan dan kelebihan perawat sendiri
termasuk tahap
1. pre interaksi
2. interaksi
3. kerja
4. terminasi
5. kontrak
1. Bila pasien tidak mau diajak berkomunikasi oleh seorang perawat, penyebabnya adalah
1. belum kenal
2. karena perawat
3. belum berpengalaman
4. tidak ada rasa percaya pasien
5. pasien sedang mau sendiri
1. Bila perawat mengatakan 'Apa yang Ibu maksud dengan tidak betah di RS? termasuk
teknik komunikasi
1. klariIikasi
2. pertanyaan terbuka
3. inIormasi
4. humor
5. membagi persepsi
1. Kalau perawat menggunakan tehnik komunikasi klariIikasi dengan pertanyaan 'bisa ibu
ceritakan apa yang dimaksud ibu marah sama suami tujuannya adalah:
1. Supaya ibu cerita
2. Agar dapat terjadi komunikasi yang baik
3. Menolong ibu untuk merasakan perasaannya yang sebenarnya terhadap suaminya.
4. Agar masalahnya dengan suami bisa diatasi dengan bain
5. Agar ibu tersebut lega dan tidak marah lagi.
1. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran diri?
1. membuka diri pada orang lain
2. terbuka
3. ramah
4. percaya dengan orang lain
5. baik dengan orang lain.
1. Kesadaran diri yang tinggi menurut Johari Window, daerah yang harus diperluas dalam
hati kita adalah
1. publik
2. semi publik
3. rahasia
4. buta
5. semu
1. Kalau seseorang dianggap judes, tetapi dia tidak merasa judes, orang tersebut tergolong
pada daerah
1. publik
2. semi publik
3. rahasia
4. buta
5. semu
1. Pada saat Anda ditugasi mengelola satu kasus, kemudian anda merencanakan pertemuan
pertama dengan pasien yang ternyata sudah sampai satu minggu dirawat, langkah
pertama Anda adalah
1. bertanya nama dan alamat serta diagnosa
2. mencari inIormasi dari perawat ruangan
3. mencari status pasien
4. menyusun daItar pertanyaan
5. langsung menemui pasien
1. Ciri-ciri hubungan terapeutik adalah, kecuali
1. memberi jaminan kembali
2. tujuan spesiIik
3. batas waktu jelas
4. berIokus pada klien
5. ada kontrak atau perjanjian
1. Elemen-elemen berikut ini harus dikerjakan perawat pada Iase pertama hubungan
terapeutik, kecuali
1. perkenalan perawat-klien
2. membuat tujuan yang akan dicapai
3. menentukan lamanya waktu
4. negosiasi waktu pertemuan
5. negosiasi imbalan jasa yang diberikan
1. Komunikasi dikatakan eIektiI bila
1. penyampaian pesan berjalan sangat lancar
2. penyampaian pesan dapat menjangkau banyak orang
3. pesan disampaikan dengan bahasa sederhana
4. pesan dapat menjadi milik penerima
5. pesan disampaikan melaui media menarik
1. 'apa yang dimaksud dengan ibu bingung?, adalah contoh teknik komunikasi:
1. Tehnik klariIikasi
2. Tehnik membagi persepsi
3. Tehnik diam
4. Tehnik reIleksi
5. Tehnik Iocusing
1. pada saat pasien memberikan kartu berobat kepada perawat, perawat bertanya ibu mau
dioperasi? tehnik komunikasi apa yang digunakan perawat?
1. Tehnik klariIikasi
2. Tehnik membagi persepsi
3. Tehnik diam
4. Tehnik reIleksi
5. Tehnik Iocusing
1. ' ibu kelihatan capai, apakah ada hubungannya tadi malam tidak bisa tidur ?, tehnik
komunikasi apa yang digunakan perawat?
1. Tehnik klariIikasi
2. Tehnik membagi persepsi
3. Tehnik diam
4. Tehnik reIleksi
5. Tehnik Iocusing
1. 'ners saya mau pulang , respon terbaik perawat adalah
1. 'bisa ibu ceritakan apa yang ibu rasakan?
2. ' ya bu nanti ibu pulang
3. 'ingin cepat pulang bu?
4. 'Ya bu harus mengurus administrasi dulu
5. ' boleh
1. Pasien dengan post amputasi kaki kiri karena kecelakaan lalu lintas, tidak mau
memperlihatkan kakinya, dia mengatakan 'kaki saya tidak apa-apa kok. Pernyataan
pasien tersebut menunjukan
1. belum menerima keadaan post amputasi
2. gangguan harga diri
3. gangguan citra tubuh
4. gangguan konsep diri
5. gangguan sosial
KUNCI 1AWABAN:
1.b, 2. a. 3.a, 4. d, 5. a. 6. d, 7.a, 8.c, 9. a, 10.a, 11.b, 12.c, 13.a, 14.a, 15.d, 16.a, 17.b, 18. b,
19.a, 20. c.
RANGKUMAN
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman
perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kehampaan, tetapi dalam dimensi nilai, waktu
dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Cook, j.S., dan Fontaine, K.L. (1987). Essentials of ental Health Nursing. California :addition-
Wesley Publishing Company.
Kozier, B., dan Erb., G. (1992) Fundamental of Nursing . Concepts and Procedure. (2 nd ed).
CaliIornia : Addition Wesley Publishing Company
Lindberg., J.B. Hunter, M.L., dan Kruszewki, A.Z. (1983). Introduction to Person-Centered
Nursing. Philadelphia : J.B. Lippincott Company.
Potter, P.A., dan perry, A.G., (1989). Fundamentals of Nursing Concepts, Process and Practice.
(2 nd ed). St Louis : The Mosby Company.
Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (3 rd
ed). St. Louis : Mosby Year Book
BAB III
ETIKA KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
Etika sebagai ilmu yang normatiI, dengan sendirinya berisi norma dan nilai-nilai yang dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak permasalahan etika yang sudah dirasakan oleh
proIesi keperawatan, walaupun belum menjadi inti perhatian bagi dunia keperawatan baik dalam
teori maupun praktek. Etika merupakan hal penting dalam proIesionalisme keperawatan, proses
pembelajaran etika bukan hanya memahami diIinisi tetapi juga memahami masalah-masalah
yang ada di pelayanan kesehatan saat ini, sehingga diharapakan mampu memahami teori dan
mampu mamahami masalah yang menjadi kenyataan. Diharapkan perawat dibekali cara berpikir
kritis sehingga dapat memberikan alternatiI penyelesaian etik dan antisipasinya.Kompetensi yang
harus dimiliki perawat adalah perawat mampu mendiIinisikan konsep etik dan mampu
mengidentiIikasi masalah yang terjadi di pelayanan kesehatan, serta mampu menerapkan
pelayanan keperawatan dengan memperhatikan sikap etik dengan menggukan kode etik
keperawatan sebagai pedoman.
KONSEP ETIK
Perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk pasien maupun dirinya didalam
menghadapi masalah yang menyangkut etika. Seseorang harus berpikir secara rasional, bukan
emosional dalam membuat keputusan etis. Keputusan tersebut membutuhkan ketrampilan
berpikir secara sadar yang diperlukan untuk menyelamatkan keputusan pasien dan memberikan
asuhan.
Teori dasar/prinsip-prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
proIesional. Teori-teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konIlik antara
prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Para ahli IalsaIah moral telah mengemukakan beberapa teori
etik, yang secara garis besar dapat diklasiIikasikan menjadi teori teleologi dan deontologi.
1. Teleologi.
Teleologi berasal dari bahasa Yunani telos yang berarti akhir. Pendekatan ini sering disebut
dengan ungkapan the end fustifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh
hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal
dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia.Contoh penerapan teori ini misalnya bayi-bayi
yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban di masyarakat.
1. Deontologi.
Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti tugas. Teori ini berprinsip pada aksi
atau tindakan. Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa pasien
harus diberitahu tentang apa yang sebenarnya terjadi, walaupun kenyataan tersebut sangat
menyakitkan. Contoh lain misalnya seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus
karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh.
Penerapan teori ini perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus
dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup
(dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan yang secara moral buruk. Prinsip etika
keperawatan meliputi kemurahan hati (beneficence).Inti dari prinsip kemurahan hati adalah
tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yang menguntungkan pasien dan menghindari
perbuatan yang merugikan atau membahayakan pasien.
Prinsip ini seringkali sulit diterapkan dalam praktik keperawatan. Berbagai tindakan yang
dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan pasien, serta tidak ada kepastian yang
jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien. Dalam
hal ini yang perlu diperhatikan adalah adanya sumbangsih perawat terhadap kesejahteraan
kesehatan, keselamatan dan keamanan pasien.
1. keadilan (fustice)
Prinsip keadilan ini menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus diperlakukan sederajat,
sedangkan yang tidak sederajat harus diperlakukan tidak sederajat sesuai dengan kebutuhan
mereka. Ini berarti bahwa kebutuhan kesehatan dari mereka yang sederajat harus menerima
sumber pelayanan kesehatan dalam jumlah sebanding. Ketika seseorang mempunyai kebutuhan
kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini ia harus mendapatkan sumber kesehatan yang
besar pula.Keadilan berbicara tentang kejujuran dan pendistribusian barang dan jasa secara
merata. Fokus hukum adalah perlindungan masyarakat, sedangkan Iokus hukum kesehatan
adalah perlindungan konsumen.
1. otonomi
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan menentukan tindakan
atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih. Permasalaan yang muncul dari
penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh
banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan rumah sakit, ekonomi,
tersedianya inIormasi dll.
1. kejujuran (veracity)
Prinsip kejujuran menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Kejujuran harus dimiliki
perawat saat berhubungan dengan pasien. Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan
saling percaya antara perawat dan pasien. Perawat sering kali tidak memberitahukan kejadian
sebenarnya kepada pasien yang sakit parah. Kejujuran berarti perawat tidak boleh membocorkan
inIormasi yang diperoleh dari pasien dalam kapasitasnya sebagai seorang proIesional tanpa
persetujuan pasien. Kecuali jika pasien merupakan korban atau subjek dari tindak kejahatan,
maka perbuatan tersebut dapat diajukan ke depan pengadilan dimana perawat menjadi seorang
saksi.
1. ketaatan (fidelity)
Prinsip ketaatan merupakan tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung
jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab menjaga janji,
mempertahankan konIidensi dan memberikan perhatian/kepedulian. Peduli pada pasien
merupakan salah satu aspek dari prinsip ketaatan. Peduli kepada pasien merupakan komponen
paling penting dari praktik keperawatan, terutama pada pasien dalam kondisi terminal. Prinsip
ketaatan juga mempunyai arti tidak melanggar untuk melakukan hal yang membahayakan pasien.
Permasalahan etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan telah menimbulkan konIlik
antara kebutuhan pasien dengan harapan perawat dan IalsaIah keperawatan. Masalah etika
keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, dalam hal ini dikenal dengan
istilah masalah etika biomedis atau bioetis. Istilah bioetis mengandung arti ilmu yang
mempelajari masalah-masalah yang timbul akibat kemajuan ilmu pengetahuan terutama di
bidang biologi dan kedokteran
Kode Etik Keperawatan Indonesia (PPNI,2000):
Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
Perawatan dalam melaksanakan pengabdian senantiasa berpedoman pada tanggungjawab yang
pangkal tolaknya bersumber pada adanya kebutuhan terhadap perawatan untuk individu,
keluarga dan masyarakat,Perawatan dalam melaksanakan pengabdian dalam bidang perawatan
senantiasa memelihara situasi lingkungan yang menghormati nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.Perawatan dalam
melaksanakan kewajibannya bagi individu dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus
ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.Perawatan senantiasa menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan individu dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan
mengadakan upaya kesehatan khususnya serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai
bagian dari tugas kewajiban pada kepentingan masyarakat.
Tanggung jawab perawat terhadap tugas.
Perawatan senantiasa memelihara mutu pelayanan perawatan yang tinggi disertai kejujuran
proIesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawatan sesuai dengan
kebutuhan individu dan atau klien, keluarga dan masyarakat.Perawat wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya.Perawatan tidak
akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan perawatan untuk tujuan yang bertentangan
dengan norma perawatan.Perawatan dalam menunaikan tugas dan kewajiban senantiasa
berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh dengan pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, keagamaan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik serta kedudukan
sosial.Perawat senantiasa melakukan perlindungan dan keselamatan pasien dalam melaksanakan
tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalih tugaskan tangungjawab yang ada hubungan dengan perawatan.
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya.
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan dengan tenaga
kesehatan lain, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja ataupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.Perawat senantiasa menyebarluaskan
pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya terhadap sesama perawat serta menerima
pengetahuan dan pengalaman dari proIesi lain dalam rangka meningkatkan pengetahuan dalam
bidang perawatan.Tanggung jawab perawat terhadap proIesi perawatan.Perawat senantiasa
meningkatkan pengetahuan kemampuan proIesional secara sendiri atau bersama-sama dengan
jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanIaat bagi
perkembangan perawatan.Perawat selalu menjungjung tinggi nama baik proIesi perawatan
dengan menunjukkan tingkahlaku dan kepribadian yang luhur.Perawat senatiasa berperan dalam
penentuan pembakuan pendidikan dan pelayanan perawatan serta menerapkan dalam kegiatan
pelayanan dan pendidikan perawatan.Perawatan secara bersama-sama membina dan memelihara
mutu organisasi proIesi perawatan sebagai sarana pengabdian.
Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air
Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan sebagai kebijaksanaan yang digariskan oleh
pemerintah dalam bidang kesehatan dan perawatan.Perawatan senantiasa berperan aktiI dalam
menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan
dan perawatan kepada masyarakat.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu persyaratan bagi perawat
untuk menjalankan praktik keperawatan proIesional. Dalam membuat keputusan etis, ada
beberapa unsur yang mempengaruhi seperti nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik
keperawatan, konsep moral perawatan dan prinsip- prinsip etik.
Faktor-Iaktor yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etis antara lain
Iaktor agama dan adat istiadat, sosial, ilmu pengetahuan/teknologi, legalisasi/keputusan juridis,
dana/keuangan, pekerjaan/posisi pasien maupun perawat, kode etik keperawatan dan hak-hak
pasien.
1. Faktor agama dan adat istiadat.
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan Iaktor utama dalam membuat keputusan etis.
Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini maupun kaidah agama
yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses. Semakin tua dan semakin
banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang
dimilikinya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk dengan berbagai
agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yang menjadi warga negara Indonesia
harus beragama/berkeyakinan. Ini sesuai dengan sila pertama Pancasila : Ketuhanan Yang Maha
Esa, dimana di Indonesia menjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar paling utama. Setiap warga
negara diberi kebebasan untuk memilih kepercayaan yang dianutnya.
1. Faktor sosial.
Berbagai Iaktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara lain
meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan
perundang-undangan.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional.
Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi
pelayanan komprehensiI dengan pendekatan tim kesehatan.
1. Faktor ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya. Kemajuan yang telah dicapai
meliputi berbagai bidang.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang
usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan
bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang
usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti
dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan etika.
1. Faktor legislasi dan keputusan juridis.
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau
legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut. Legislasi
merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum
dapat menimbulkan konIlik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan sedang
menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu, dan
perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-undangan lama
atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
1. Faktor dana/keuangan.
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konIlik. Untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan
mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
1. Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu keputusan. Tidak
semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus diselesaikan dengan
keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi sering
mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan
sanksi administrasi atau mungkin kehilangan pekerjaan.
1. Kode etik keperawatan.
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan salah satu
ciri/persyaratan proIesi yang memberikan arti penting dalam penentuan, pertahanan dan
peningkatan standar proIesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan dari
masyarakat telah diterima oleh proIesi.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang menyangkut
etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis permasalahan-permasalahan etis.
1. Hak-hak pasien.
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia. Hak merupakan
suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi dan kepraktisan suatu situasi.
Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga negara, hak-hak hukum dan hak-
hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi inIormasi, hak
untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk
diberi informed concent, hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang
menolong, hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan
hormat, hak untuk konIidensialitas (termasuk privacy), hak untuk kompensasi terhadap cedera
yang tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi
kematian dengan bangga.
SIKAP MELINDUNGI PASIEN (ADJOCACY)
Sikap melindungi pasien (advocacy) mempunyai pemahaman kemampuan seseorang (perawat)
untuk memberikan suatu pernyataan/pembelaan untuk kepentingan pasien. Advocacy merupakan
kamampuan untuk bisa melakukan suatu kegiatan ataupun berbicara untuk kepentingan orang
lain dengan tujuan memberikan perlindungan hak pada orang tersebut .
Advocacy sering digunakan dalam konteks hukum yang berkaitan dengan upaya melindungi hak-
hak manusia bagi mereka yang tidak mampu membela diri. Arti advocacy menurut Ikatan
Perawat Amerika/ANA (1985) adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang
dilakukan oleh siapapun.
Perawat sebagai advokat pasien berIungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasien, membela kepentingan pasien dan
membantu pasien memahami semua inIormasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun proIesional. Peran advocacy sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan Iasilitator dalam tahap pengambilan
keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh pasien. Perawat juga harus
melindungi dan memIasilitasi keluarga/masyarakat dalam pelayanan keperawatan
.

LATIHAN
1. ARI BA1AR 1IK DARI !ACAAAA
'Seorang pedagang miskin yang kiosnya meledak, saat itu oleh keluarga dan beberapa tetangga
langsung dibawa ke Rumah Sakit. Namun apa yang terjadi setelah mereka sampai ke Rumah
Sakit? Kebetulan malam itu seorang perawat X sedang tugas jaga di bagian administrasi, entah
mengapa setelah menunjukkan askeskinnya pedagang tersebut dipersulit, padahal kondisinya
sangat kritis karena luka bakar. Kemudian datang seorang nyonya kaya yang pingsan. Dengan
mudahnya perawat X mengijinkan dia masuk rumah sakit dan mendapatkan pelayanan yang
selayaknya. Setelah melalui banyak prosedur akhirnya pedagang tersebut diperolehkan masuk.
Dengan tidak ramah dan tidak santun perawat menyuruh klien (pedagang) menunggu giliran
untuk masuk ruang UGD. Klien diminta untuk menunggu di ruangan yang tidak layak huni dan
ditinggalkan begitu saja. (Berdasarkan kasus yang disampaikan oleh perawat).
Dari kasus dapat dianalisis bahwa sikap perawat X tidak sesuai kode etik keperawatan dan
proIesi keperawatan. Kasus tersebut menggambarkan situasi pelayanan kesehatan saat ini
memang sedang mengalami pergeseran paradigma. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mendorong pelayanan kesehatan yang seharusnya menjadi hak warga negara,
menjadi industri jasa kesehatan yang diperdagangkan.
1. Pasien mempunyai banyak variasi pengalaman sehubungan dengan sakit dan penyakit.
Tidak semua dari mereka bisa di sembuhkan dengan pengobatan, operasi, atau tindakan
tertentu, beberapa pasien mungkin lama tidak bertemu keluarga atau teman, ada yang
mungkin tidak punya tangan, tidak mampu mendengar, takut dengan ketidakmampuan
dan takut mati adalah masalah sendiri bagi pasien. Banyak yang sakit dengan waktu lama
kehilangan peran atau tidak akan mampu lagi hidup seperti sebelumnya. Coba Anda
perhatikan orang yang datang ke klinik, dan coba Anda rasakan apa sebenar-benarnya
yang mereka butuhkan, dan mengapa dia datang ke klinik.
2. Apakah perawat harus menggunakan identitas nama yang jelas, bila merawat? Jelaskan
menurut kode etik keperawatan.
TEST FORMATIF
1. Dalam kontek proIesionalisme keperawatan aspek etik merupakan hal penting jelaskan?
2. Anda telah mendapatkan gambaran penerapan etik di pelayanan, berikan contoh dan
jelaskan sesuai kode etik keperawatan Indonesia.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teman sejawat?
RANGKUMAN
Sikap melindungi
pasien (advocacy)

Keputusan etis
DAFTAR PUSTAKA
Ali. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta,
Widya Medika, 2004.
Rr-Pujiastuti, SE. odel DELIKAN eningkatkan Kemampuan Prinsip Etika Sebagai Dasar
Pengambilan Keputusan Klinik Pada Perawat Keperawatan dan Kebidanan Poltekes Semarang.
Semarang, Poltekes, 2005.
Baharudin. Etika Individual (Pola Dasar Filsafat oral). Cetakan I, Jakarta, Rineka Cipta, 2000.


Pengetahuan etika keperawatan :
- Nilai dan kepercayaan pribadi
- Kode etik perawatan
- Konsep moral keperawatan
- Prinsip-prinsip etika

Ismani. Etika Keperawatan. Jakarta, Widya Medika, 2001.
Kusnanto. Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta,
EGC, 2004.
Priharjo. Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarat, Kanisius, 1995.
Potter, PA. Buku Afar Fundamental . Konsep, Proses dan Praktik. Alih Bahasa, Yasmin Asih,
Edisi 4, Jakarta, EGC, 2005.
BAB IV
KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN
PENDAHULUAN
Penting bagi perawat untuk memahami konsep yang mendasari kesehatan spiritual. Spiritualitas
merupakan suatu konsep yang unik pada masing-masing individu.Manusia adalah makhluk yang
mempunyai aspek spiritual yang akhir-akhir ini banyak perhatian dari masyarakat yang di sebut
kecerdesan spiritual yang sangat menentukan kehagiaan hidup seseorang. Perawat atau ners
memahami bahwa aspek ini adalah bagian dari pelayanan yang komprehensiI. Karena respon
spiritual kemungkian akan muncul pada pasien.
Kompetensi standar yang di capai adalah perawat mampu mengidentiIikasi aspek spiritual yang
terjadi pada pasien. Dengan kompetensi dasar sebagai berikut.
1. Perawat mampu mendiIinisikan aspek spiritual pada manusia atau pasien.
2. Perawat mampu mengidentiIikasi kebutuhan spiritual pada pasien yang sakit.
3. Perawat mampu memberikan alternatiI cara untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
PENGERTIAN SPIRITUAL
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta. Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :
1) berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan,
2) menemukan arti dan tujuan hidup,
3) menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri,
4) mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.
Mempunyai kepercayaaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai komitmen
terhadap sesuatu atau seseorang.

Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama,
kepercayaan dideIinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam,
Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan dideIinisikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan Ketuhanan, kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau
kuasa, suatu perasaan yang memberikan alasan tentang keyakinan (belief) dan keyakinan
sepenuhnya (action). Harapan (hope), harapan merupakan suatu konsep multidimensi, suatu
kelanjutan yang siIatnya berupa kebaikan, perkembangan, dan bisa mengurangi sesuatu yang
kurang menyenangkan. Harapan juga merupakan energi yang bisa memberikan motivasi kepada
individu untuk mencapai sutau prestasi dan berorientasi ke depan. Agama, adalah sebagai sistem
organisasi kepercayaan dan peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas
secara lahiriah mengenai spiritualitasnya. Agama adalah suatu sistem ibadah yang terorganisasi
atau teratur.
DeIinisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup,
kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga memberikan suatu perasaan yang
berhubungan dengan intrapersonal (hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara
orang lain dan lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu
hubungan dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur
spiritualitas meliputi kesehatan spiritual, kebutuhan spiritual dan kesadaran spiritual. Dimensi
spiritual merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur psikologikal,
Iisiologikal atau Iisik, sosiologikal dan spiritual.
Kata 'spiritual sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami pengertian
spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber. Menurut Oxford English Dictionary, untuk
memahami makna kata spiritual dapat diketahui dari arti kata-kata berikut ini : persembahan,
dimensi supranatural, berbeda dengan dimensi Iisik, perasaan atau pernyataan jiwa, kekudusan,
sesuatu yang suci, pemikiran yang intelektual dan berkualitas, adanya perkembangan pemikiran
dan perasaan, adanya perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubungan dengan organisasi
keagaamaan. Sedangkan berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang mendasar,
penting, dan mampu menggerakan serta memimpin cara berIikir dan bertingkah laku seseorang .
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna,
harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati
bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya
sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra-
, inter-, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan
mempengaruhi kehidupannya dan dimaniIestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).
Para ahli keperawatan menyimpulkan bahwa spiritual merupakan sebuah konsep yang dapat
diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan aspek yang menyatu dan universal
bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi,
memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.
KETERKAITAN ANTARA SPIRITUAL, KESEHATAN DAN SAKIT
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
dan perilaku self-care klien. Keyakinan spiritual yang perlu di pahami antara lain
1. menuntun kebiasaan hidup sehari-hari
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin
mempunyai makna keagamaan bagi klien, seperti tentang makanan diet.
1. sumber dukungan
Saat stress individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya.
1. sumber kekuatan dan penyembuhan
Individu bisa menahan distress Iisik yang luar biasa karena mempunyai keyakinan yang kuat.
1. sumber konIlik
Pada situasi tertentu, bisa terjadi konIlik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan,
seperti pandangan penyakit.
Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan
tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan kebutuhan untuk
memberikan dan mendapatkan maaI .
KARAKTERISTIK SPIRITUAL


Spiritualitas mempunyai suatu karakter, sehingga bisa diketahui bagaimana tingkat spiritualitas
seseorang. Karakteristik spiritual tersebut, antara lain
1. hubungan dengan diri sendiri
1) Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya).
2) Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, harmoni atau
keselarasan diri).
1. hubungan dengan alam
1) Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa dan iklim.
2) Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabadikan dan melindungi
alam.
1. hubungan dengan orang lain
Harmonis
1) Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik.
2) Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit.
3) Menyakini kehidupan dan kematian.
Tidak harmonis
1) KonIlik dengan orang lain.
2) Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan Iriksi.
1. hubungan dengan Ketuhanan
Agamis atau tidak agamis
1) Sembahyang/berdo`a/meditasi.
2) Perlengkapan keagamaaan.
3) Bersatu dengan alam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya apabila mampu :
1) merumuskan arti personal yang positiI tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan,
2) mengembangkan arti penderitaan dan menyakini hikmah dari suatu kejadian atau
penderitaan,
3) menjalin hubungan positiI dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta,
4) membina integritas personal dan merasa diri berharga,
5) merasakan kehidupan yang terarah yang terlihat melalui harapan,
6) mengembangkan hubungan antar manusia yang positiI.
KONSEP-KONSEP YANG TERKAIT DENGAN SPIRITUAL
Sebuah isu yang sering muncul dalam konsep keperawatan adalah kesulitan dalam membedakan
antara spiritual dengan aspek-aspek yang lain dalam diri manusia, khususnya membedakan
spiritual dari religi. Selain itu perawat juga perlu memahami perbedaan dimensi spiritual dengan
dimensi psikologi, dan memperkirakan bagaimana kebudayaan dengan spiritual saling
berhubungan.
1. Religi
Berdasarkan kamus, religi berarti suatu sistem kepercayaan dan praktek yang berhubungan
dengan Yang Maha Kuasa (Smith, 1995). Pargamet (1997) mendeIinisikan religi sebagai suatu
pencarian kebenaran tentang cara-cara yang berhubungan dengan korban atau persembahan.
Seringkali kali kata spiritual dan religi digunakan secara bertukaran, akan tetapi sebenarnya ada
perbedaan antara keduanya. Dari deIinisi religi, dapat digunakan sebagai dasar bahwa religi
merupakan sebuah konsep yang lebih sempit daripada spiritual. Mengingat spiritual lebih
mengacu kepada suatu bagian dalam diri manusia, yang berIungsi untuk mencari makna hidup
melalui hubungan intra-, inter-, dan transpersonal (Reed, 1992). Jadi dapat dikatakan religi
merupakan jembatan menuju spiritual yang membantu cara berIikir, merasakan, dan berperilaku
serta membantu seseorang menemukan makna hidup. Sedangkan praktek religi merupakan cara
individu mengekspresikan spiritualnya .
1. Dimensi Psikologi
Karena Iisik, psikologi, dan spiritual merupakan aspek yang saling terkait, sangat sulit
membedakan dimensi psikologi dengan dimensi spiritual. Akan tetapi sebagai perawat harus
mengetahui perbedaan keduanya.Spilka, Spangler, dan Nelson (1983) membedakan dua dimensi
ini dengan mengatakan bahwa dimensi psikologi berhubungan dengan hubungan antar manusia
seperti : berduka, kehilangan, dan permasalahan emosional. Sedangkan dimensi spiritual
merupakan segala hal dalam diri manusia yang berhubungan dengan pencarian makna, nilai-
nilai, dan hubungan dengan Yang Maha Kuasa.
1. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan kumpulan cara hidup dan berIikir yang dibangun oleh sekelompok
orang dalam suatu daerah tertentu (MartsolI, 1997). Kebudayaan terdiri dari nilai, kepercayaan,
tingkah laku sekelompok masyarakat. Kebudayaan juga meliputi perilaku, peran, dan praktek
keagamaan yang diwariskan turun-temurun. Menurut MartsolI (1997) ada tiga pandangan yang
menjelaskan hubungan spiritual dengan kebudayaan, yaitu spiritual dipengaruhi seluruhnya oleh
kebudayaan, spiritual dipengaruhi pengalaman hidup yang tidak berhubungan dengan
kebudayaan, dan spiritual dapat dipengaruhi kebudayaan dan pengalaman hidup yang tidak
berhubungan dengan kebudayaan.
MANIFESTASI SPIRITUAL
ManiIestasi spiritual merupakan cara kita untuk dapat memahami spiritual secara nyata.
ManiIestasi spiritual dapat dilihat melalui bagaimana cara seseorang berhubungan dengan diri
sendiri, orang lain, dan dengan Yang Maha Kuasa, serta bagaimana sekelompok orang
berhubungan dengan anggota kelompok tersebut (Koenig & Pritchett, 1998).
Contoh kebutuhan spiritual individu adalah kebutuhan seseorang untuk mencari tujuan hidup,
harapan, mengekspresikan perasaan kesedihan maupun kebahagiaan, untuk bersyukur, dan untuk
terus berjuang dalam hidup. Kebutuhan spiritual menyangkut individu dengan orang lain
meliputi keinginan memaaIkan dan dimaaIkan serta mencintai dan dicintai. Menurut Nolan &
CrawIord (1997) kebutuhan spiritual sekelompok orang meliputi keinginan kelompok tersebut
untuk dapat memberikan kontribusi positiI terhadap lingkungannya.
Dalam kenyataannya, semua manusia memiliki dimensi spiritual, semua klien akan
mengekspresikan dan memaniIestasikan kebutuhan spiritual mereka kepada perawat. Karena
kurangnya pemahaman tentang kebutuhan spiritual, seringkali perawat gagal dalam mengenali
ekspresi kebutuhan spiritual klien, sehingga perawat gagal dalam memenuhi kebutuhan
tersebut.Kesejahteraan Spiritual,merupakan suatu kondisi yang ditandai adanya penerimaan
hidup, kedamaian, keharmonisan, adanya kedekatan dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat, dan
lingkungan sehingga menunjukkan adanya suatu kesatuan (Greer & Moberg, 1998). Dalam
hierarki kebutuhan dasar manusia, kesejahteraan spiritual termasuk dalam tingkat kebutuhan
aktualisasi diri .
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPIRITUAL
Menurut Taylor & Craven (1997), Iaktor-Iaktor yang mempengaruhi spiritual seseorang adalah
1. tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara berbeda, ditemukan
bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda
menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak.
1. keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal yang penting bukan
apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari
mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga
merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka
dalam berhubungan dengan saudara dan orang tua.
1. latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada umumnya
seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya
menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu
diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja
pengalaman spiritual unik bagi setiap individu.
1. pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positiI maupun pengalaman negatiI dapat mempengaruhi spiritual
seseorang. Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan
pangkat menimbulkan syukur pada Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang
diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji imannya.
1. krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami
ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan
kematian. Bila klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk
sembahyang atau berdoa lebih meningkat dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit tidak
terminal.
1. terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersiIat akut, seringkali membuat individu terpisah atau
kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga
berubah antara lain tidak dapat menghadiri acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak
dapat berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan setiap saat
diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual beresiko terjadinya perubahan Iungsi spiritual.
1. isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan
kebesaranNya walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medis
seringkali dapat dipengaruhi oleh ajaran agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ,
sterilisasi,dll. KonIlik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan
tenaga kesehatan.
CARA PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PERAWAT
Perawat diharapkan terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan spiritualnya, sebelum membantu pasien
dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien. Dengan hal ini diharapkan perawat dapat lebih
memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan spiritual perawat antara lain sebagai berikut.
1. Beribadah dalam suatu komunitas.
Berpartisipasi dalam suatu komunitas rohani dapat meningkatkan spiritualitas. Banyak orang
merasa asing dengan orang-orang yang memiliki agama atau kepercayaan sama. Tetapi dengan
bergabung dalam suatu komunitas rohani dapat menimbulkan rasa nyaman dan dapat
meningkatkan rasa spiritual.
1. Berdoa.
Berdoa, membaca kitab suci, merenungkan berkat dalam hidup dan berserah kepada Yang Maha
Kuasa merupakan cara yang baik dalam meningkatkan spiritual.
1. Meditasi.
Beberapa orang manggunakan yoga atau meditasi untuk kembali menenangkan diri dan
memIokuskan pikiran kembali untuk menemukan makna dari suatu hal.
1. Pembenaran yang positiI.
Pembenaran yang positiI dapat membantu seseorang menghadapi situasi stress. Salah satu cara
untuk mendapat pembenaran positiI adalah dengan berdiam diri, sambil merenungkan kitab suci
atau nyanyian.
1. Menulis pengalaman spiritual.
Perawat dapat menulis perasaan yang sedang dirasakan, pengalaman spiritual yang dialami, atau
semua inspirasi dan pikiran-pikiran yang timbul. Cara ini sangat bermanIaat bagi perawat untuk
dapat keluar dari situasi stress.
1. Mencari dukungan spiritual.
Dukungan spiritual dapat datang dari mana saja. Perawat dapat mencari dukungan spiritual dari
komunitas rohaninya. Selain itu dukungan spiritual juga dapat diperoleh dari teman, mentor,
ataupun konselor.
Menurut Agus (2002) inti dari pemenuhan kebutuhan spiritual untuk mencapai kecerdasan
spiritual (Spiritual Quotient) adalah proses transendensi dan realisasi. Dalam proses transendensi
(menyendiri), pencerahan-pencerahan spiritual terjadi. Seseorang dapat menjalankan hubungan
yang paling intim dengan hakikat diri terdalamnya atau dengan Tuhannya. Dengan memusatkan
diri untuk sementara waktu dari keributan dunia, seseorang dapat mencurahkan segenap
kemampuannya untuk memahami makna dari apa yang telah terjadi dan bagaimana seharusnya
kejadian itu dapat diperbaiki .
Hal serupa juga dikemukakan oleh Danah Zohar & Ian Marshall (2002). Secara umum kita dapat
meningkatkan kecerdasan spiritual dengan meningkatkan proses tersier psikologi kita, yaitu
kecenderungan untuk bertanya mengapa, untuk mencari keterkaitan antara segala sesuatu, untuk
membawa ke permukaan asumsi-asumsi mengenai makna dibalik atau di dalam sesuatu. Kita
menjadi lebih suka merenung, sedikit menjangkau di luar diri kita, bertanggung jawab, lebih
sadar diri, lebih jujur terhadap diri sendiri, dan lebih pemberani.
LATIHAN
1. Anda merawat pasien beragama kristen, kemudian anda melihat pasien yang sudah sakit
lama sedang berdoa, sambil menangis, apa yang harus Anda lakukan sebagai perawat
yang beragama islam?
2. Anda mendengar ibu pasien berkata 'Kenapa anak saya sakit ya Allah, apa dosa saya?,
jelaskan bagaimana Anda memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
3. Bagaimana Anda mengenal aspek spiritual anda sendiri sebagai seorang perawat.
TEST FORMATIF
1. Jelaskan tentang kebutuhan spiritual pada pasien?
2. Cara-cara perawat memenuhi kebutuhan spiritual pada pasein bagaimana?
3. Mengapa perawat harus memperhatikan aspek spiritual?
4. Bagaimana anda mengetahui bahwa pasien mempunyai masalah spiritual?
5. Prinsip apa yang harus anda pahami dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien?
RANGKUMAN
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
dan perilaku self care klien. Keyakinan spiritual yang perlu dipahami ,menuntun kebiasaan hidup
sehari-hari gaya hidup atau perilaku tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien seperti tentang
permintaan menu diet.
Sumber dukungan, spiritual sering menjadi sumber dukungan bagi seseorang untuk menghadapi
situasi stress. Dukungan ini sering menjadi sarana bagi seseorang untuk menerima keadaan hidup
yang harus dihadapi termasuk penyakit yang dirasakan.
Sumber kekuatan dan penyembuhan,individu bisa memahami distres Iisik yang berat karena
mempunyai keyakinan yang kuat. Pemenuhan spiritual dapat menjadi sumber kekuatan dan
pembangkit semangat pasien yang dapat turut mempercepat proses kesembuhan.
Sumber konIlik pada situasi tertentu dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, bisa terjadi
konIlik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan seperti tentang pandangan penyakit
ataupun tindakan terapi. Pada situasi ini, perawat diharapkan mampu memberikan alternatiI
terapi yang dapat diterima sesuai keyakinan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Black M. Joyce&Jane H. Hawks. 2005. edical Surgical Nursing . Clinical anagement For
Positive Outcome. 7th edition. St Louis : Elseiver Inc.
Dugan, D.O. (1989). Laughter and Tears. Best edicine for Stress. Nursing Forum, 24 (1)
. 18
Farland M&Leininger M. 2002. Transcultural Nursing, Concept, Theories, Research & Practice.
Mc. Grow-Hill Companies.
Leininger M. Madeline. Culture Care Diversity and Universality . A Theory Of Nursing. 1991.
New York : National league Ior nursing press.
Lindbert, J. Hunter, M. & Kruszweski, A. (1983). Introduction to Person Centered Nursing.
Philadelphia : J.B.Lippincott Company.
Meidiana Dwidiyanti. 1998. Aplikasi odel Konseptual Keperawatan. Edisi 1. Semarang :
Akper Depkes Semarang
Potter, P.A. & Perry, A.G. (1993). Fundamental of Nursing Concept, Process and Practice.
Third edition. St. Louis : Mosby Years Book.
Soekidjo Notoatmodjo. 1993. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku anusia. Edisi revisi. Jakarta
: Rineka Cipta.
Stuart G. W, Laraia M. T. 2001. Principles and Practice Of Psychiatric Nursing. 7th edition. St
Louis : Mosby.



PARADICMA KEPERAWATAN
Definisi

Paradigma keperawatan merupakan suatu cara pandang dari proIesi keperawatan untuk melihat
suatu kondisi dan Ienomena yang terkait secara langsung dengan aktiIitas yang terjadi dalam
proIesi tersebut.

Sesuai hasil konsorsium keperawatan disepakati deIinisi dari masing-masing Ienomena seperti
tersebut di atas, adalah :

1. Manusia
Adalah penerima askep terdiri dari individu, keluarga, kelompok & masyarakat. Manusia sebagai
makhluk bio-psiko-sosio kultural dan spiritual yang utuh dan unik, mandiri, dinamis, rasional
dan berkemampuan beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, agar dapat bertahan hidup
dan berkembang. Manusia berinteraksi dengan lingkungan.
Sebagai sistem terbuka sepanjang siklus kehidupan mulai dari konsepsi, masa kanak-kanak,
remaja, dewasa dan lanjut usia dalam lingkungan keluarga, kelompok dan komunitas. Manusia
menggunakan persepsinya dalam proses interaksi dengan lingkungan, sebagai makhluk yang
mandiri, dinamis, rasional dan mampu beradaptasi.
Manusia dengan pengalamannya membuat keputusan yang rasional dan berupaya menolong
dirinya sendiri dan orang lain dengan bertindak mandiri untuk memenuhi kebutuhannya melalui
belajar, menggali serta menggerakkan semua sumber yang tersedia dan terjangkau untuk
mencapai keadaan sehat dan sejahtera seoptimal mungkin.
Manusia memperoleh pengalaman baru melalui interaksinya dengan lingkungan dan membentuk
suatu pola tumbuh kembang yang unik, serta dengan pengalamannya sendiri sepanjang siklus
kehidupan, manusia membentuk pola berIikir, keyakinan dan perilaku berupa nilai dan budaya.

2. Lingkungan
Mencakup benda hidup dan benda mati yang terdapat di sekitar manusia. Komponen internal
seperti : Iaktor genetik, struktur anatomis, Iisiologis, psikologis, nilai, keyakinan serta Iaktor
internal lain yang potensial mempengaruhi perubahan sistem manusia. Faktor eksternal terdiri
dari : keadaan Iisik, demograIis, ekologis, hubungan interpersonal dan nilai sosial budaya dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, serta Iaktor eksternal lain yang potensial
mempengaruhi perubahan pada sistem manusia.
Perawat memberikan perhatian khusus pada hubungan interpersonal manusia, karena
memandang manusia sebagai makhluk sosial. Unit sosial terdiri dari keluarga, kelompok dan
komunitas. Pada tiap unit sosial individu membawa siIatnya yang unit dan secara bersamaan juga
berbagi tujuan, nilai dan budaya dalam tiap interaksi yang dilakukan.

3. Kesehatan
Merupakan suatu keadaan yang bukan hanya bebas dari penyakit dan dapat mempertahankan
Iungsi pada tingkat minimal yang adekuat, tetapi merupakan suatu keadaan sehat purna secara
Iisik, mental dan sosial spiritual yang merupakan Iungsi manusia secara utuh, terintegrasi dan
bersiIat dinamis sehingga mampu hidup produktiI secara ekonomi dan sosial.
Sehat dipandang sebagai suatu keadaan seimbang bio-psiko-sosio-spiritual yang dinamis dengan
berbagai Iaktor yang mempengaruhinya dan memungkinkan manusia melakukan asuhan mandiri
dan berIungsi secara optimal untuk berperan dalam keluarga, kelompok dan komunitas.
Perawat juga meyakini bahwa keadaan sehat dan sakit merupakan suatu rentang yang
dipengaruhi oleh berbagai Iaktor individual yang meliputi genetik dan keturunan, kemampuan,
pengalaman hidup dan interaksi dengan Iaktor-Iaktor sosial, lingkungan serta perubahan.
Sehat ditentukan oleh kemampuan individu, keluarga, kelompok atau komunitas untuk membuat
tujuan yang realistik dan berarti, serta kemampuan untuk menggerakkan energi dan sumber
untuk mencapai tujuan tersebut secara eIisien. Sehat harus dilihat dari berbagai tingkat, individu,
keluarga, komunitas dan masyarakat.
Sehat yang optimum adalah suatu keadaan dimana individu dapat meningkatkan kemampuan dan
potensinya untuk mencapai keadaan sejahtera bio-psiko-sosio dan spiritual.

4. Intervensi Keperawatan
Merupakan suatu bentuk pelayanan proIesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosiokultural-spiritual yang komprehensiI, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
komunitas, baik sakit maupun sehat serta mencakup seluruh siklus hidup manusia.
Keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan Iisik dan atau mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara
mandiri. Bantuan juga ditujukan kepada penyediaan pelayanan kesehatan utama dalam upaya
mengadakan perbaikan sistem pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan setiap orang
mencapai hidup sehat dan produktiI.
8rowse Pome nurslng Sclence A8AulCMA kLL8AWA1An
S`a^VS )SZaS^ 8
PARADICMA KEPERAWATAN
Banyak ahli yang mendeIinisikan paradigma, diantaranya paradigma adalah cara
bagaimana kita memandang dunia, (Adam Smith, 1975) atau menurut Ferguson bahwa
paradigma adalah pola pikir dalam memahami dan menjelaskan aspek tertentu dari setiap
kenyataan.
Mengapa paradigma ini begitu penting ? dalam hal ini paradigma akan sangat membantu
seseorang ataupun masyarakat luas untuk memahami dunia kepada kita dan membantu kita
untuk memahami setiap Ienomena yang terjadi di sekitar kita. Fenomena dalam
keperawatan adalah prilaku klien dalam menghadapi ketidakpastian kondisinya atau
menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh anggota tubuhnya atau masalah
masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu. ( Karen , 1999 : 74)
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang proIesi
keperawatan sebagai proIesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang siIatnya membantu
orang sakit atas instruksi instruksi dokter bahkan dikalangan praktisi perawat pun kadang
kadang masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap proIesinya sendiri, hal ini
dapat dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan masih bersiIat
vocasional belum sepenuhnya beralih ke pelayanan yang proIesional.
Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu masyarakat secara umum
maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang
melingkupi proIesi keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan,
praktik keperawatan dan organisasi proIesi.
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat,
memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap Ienomena yang
ada dalam keperawatan, (La Ode Jumadi, 1999 : 38).
Paradigma keperawatan adalah interaksi antara manusia yang menerima perawatan,
lingkungan tempat menusia berada, kesehatan yang selalu menjadi bagian dari bidang
garapan keperawatan serta tindakan keperawatan (Kozier, 2000)
Empat komponen paradigma keperawatan yaitu :
Manusia
Manusia adalah makhluk bio psiko sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti merupakan
satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai berbagai
macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan lingkungan
eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan internalnya
(homeoatatis), (Kozier, 2000)
Manusia memiliki akal Iikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi dan
merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi (La
Ode Jumadi, 1999 :40).
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem
terbuka, sistem adaptiI , personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan
holistik atau utuh.
Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, baik lingkungan Iisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual
sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya. Sebagai sistem adaptiI manusia akan merespon terhadap perubahan
lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptiI maupun respon maladaptiI.
Respon adaptiI akan terjadi apabila manusia tersebut mempunyai mekanisme koping yang
baik menghadapi perubahan lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon
perubahan lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang
maladaptiI .
Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat yang
menerima asuhan keperawatan.
Manusia sebagai individu artinya seseorang yang memiliki karakter total sehingga
menjadikannya berbeda dari orang lain (Karen, 2000). Manusia sebagai individu disebut
juga orang yang memiliki kepribadian meliputi tingkah laku dan emosi meliputi sikap,
kebiasaan, keyakinan, nilai nilai, motivasi, kemampuan, penampilan dan struktur Iisik
yang berbeda satu dengan lainnya. Gabungan semua ini akan mempengaruhi seseorang
dalam cara berIikir, merasa dan bertindak dalam berbagai situasi yang di hadapinya.
Individu merupakan gabungan interaksi genetik dengan pengalaman hidupnya dipengaruhi
oleh identitas diri, konsep diri, persepsi, kebutuhan dasar, mekanisme pertahanan diri dan
tumbuh kembang.
Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan Iisik
dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien.
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain, baik secara perorangan maupun bersama sama, di dalam
lingkungannya sendiri maupun masyarakat secara keseluruhan.
Ada beberapa alasan mengapa keluarga merupakan salah satu Iokus pelayanan
keperawatan yaitu :
1. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan ataupun mencegah, memperbaiki
atau mengabaikan masalah- masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Hampir
setiap masalah kesehatan mulai dari awal sampai penyelesaiannya akan dipengaruhi
oleh keluarga.
3. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit dalam salah satu anggota
keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.
4. Dalam merawat klien sebagai individu, keluarga tetap sebagai pengambil keputusan
dalam perawatannya.
5. Keluarga sebagai perantara eIektiI dalam berbagai upaya kesehatan masyarakat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat perlu memperhatikan siIat
siIat keluarga yaitu keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam menghadapi
masalahnya, pola komunikasi yang dianut, cara pengambilan keputusan, sikap, nilai, cita
cita keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda beda. Individu dalam keluarga
mempunyai siklus tumbuh kembang .
Peran perawat dalam membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan adalah perawat sebagai pendeteksi adanya masalah kesehatan, memberi
asuhan kepada anggota keluarga yang sakit, koordinator pelayanan kesehatan keluarga,
Iasilitator, pendidik dan penasehat keluarga dalam masalah masalah kesehatan.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama (Kamus besar Bhs. Indonesia, 1989)
Masyarakat berpengaruh terhadap peningkatan dan pencegahan suatu penyakit. Ada enam
Iaktor pengaruh masyarakat atau komunitas terhadap kesehatan anggota masyarakat yaitu
tersedianya Iasilitas pelayanan kesehatan, Iaslitas pendidikan dan rekreasi, transportasi dan
Iasilitas komunikasi, Iasilitas sosial seperti polisi dan pemadam kebakaran serta nilai dan
keyakinan masyarakat.
Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada masyarakat
umum dan kelompok kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia). Pelayanan
perawatan tersebut diberikan setelah melalui proses berikut ini :
1. Pertemuan penjajakan kepada pemuka masyarakat agar dicapai kesepakatan tentang ide
yang dikemukakan.
2. Pengumpulan data pada masyarakat melalui survey atau sensus dengan menggunakan
daItar pertanyaan atau kuosioner
3. Analisis data dan perumusan masalah
4. Pembahasan hasil analisis dalam Iorum lokakarya mini dengan masyarakat untuk
kemudian ditetapkan prioritas masalah beserta penyelesaiannya.
5. Perumusan rencana tindakan penyelesaian masalah bersama dengan wakil masyarakat.
6. Pelaksanaan tindakan pemecahan masalah. Pelaksanaan ini dilakukan bersama dengan
masyarakat melalui sumber daya ayang ada di masyarakat tersebut.
7. Evaluasi
8. Dilakukan untuk menilai proses dan hasil program tindakan, dalam sebuah lokakarya.
1lndak lan[uL
fff
komponen yang kedua dalam paradlgma keperawaLan lnl adalah konsep keperawaLan Ada beberapa
deflnlsl keperawaLan menuruL Lokoh Lokoh dlbawah lnl
+/ro N////o/ tS
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi paling baik untuk
beraktivitas.
+ Z//// (!o/ o oor/o r//t(c)
Keperawatan adalah bentuk pelayanan kepada individu dan keluarga, serta masyarakat
dengan ilmu dan seni yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimilki
seorang perawat untuk membantu manusia baik dalam keadaan sehat atau sakit sesuai
dengan tingkat kebutuhannya.
'/r/o/ 7oro (+or/o 3/ o t(c)
Fungsi yang unik dari perawat adalah memabntu individu sehat ataupun sakit untuk
menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu
tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari harinya, sembuh dari penyakit atau
meninggal dengan tenang.
:r// 7 ,/oo (3/c/r/ \/ !/r tSt)
Keperawatan adalah seperangkat tindakan tindakan yang memiliki kekuatan untuk
melindungi kesatuan atau integritas prilaku klien berada pada level yang optimal untuk
kesehatannya.
o /o (q/ Z///oo/ !/r t;t tSt)
Keperawatan adalah proses aksi dan interaksi, untuk membantu individu dari berbagai
kelompok umur dalam memenuhi kebutuhannya dan menangani status kesehatannya pada
saat tertentu dalam suatu siklus kehidupan.
`//o //o/or (!roo//or/ 0r !/r tS,)
Mempelajari seni humanistic dan ilmu yang berIokus pada manusia sebagai individu atau
kelompok, kepekaan terhadap kebiasaan, Iungsi dan proses yang mengarah pada
pencegahan ataupun prilaku memelihara kesehatan atau penyembuhan dari penyakit.
`r// /r (1o//r 7oo 3/o o or /// t;c)
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan dan rehabilitasi
penderita sakit dan penyandang cacat.
:r// 0r (\// r //r tS)
Pelayanan yang bersiIat manusiawi yang berIokus pada pemenuhan kebutuhan manusia
untuk merawat diri, kesembuhan dari penyakit atau cedera dan penanggulangan
komplikasinya sehingga dapat meningkat derajat kesehatannya.
0//// / (Z///o !/r t;( tS,)
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi dalam menghadapi
permasalahan kesehatannya. Respon adaptiI mempunyai pengaruh positiI terhadap
kesehatannya.
(/o N/o/ tS
Keperawatan adalah bentuk pelayanan proIesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko sosial dan spiritual yang komprehensiI, ditujukan kepada individu, kelompok dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh daur kehidupan manusia.
Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan intelektual,
keterampilan teknikal dan keterampilan interpersonal serta menggunakan proses
keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.
Kiat keperawatan (nursing arts) lebih diIokuskan pada kemampuan perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensiI dengan sentuhan seni dalam arti
menggunakan kiat kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada
klien. Kiat kiat itu adalah :
1. Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh Iaktor dalam unsur unsur karatiI yaitu :
nilai nilai humanistic altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan
kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong,
mendorong dan menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu
memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar
mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik Iisik, mental ,
sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia, dan tanggap dalam
menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
2. Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan
kliennya.
3. aughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman klien.
4. Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
5. 1ouching artinya sentuhan yang bersiIat Iisik maupun psikologis merupakan komunikasi
simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
6. 05ing artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
7. B0i0;ing in oth0rs artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan
kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
8. 0arning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
9. R0s50cting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain
dengan menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
10. ist0ning artinya mau mendengar keluhan kliennya
11. Doing artinya melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan serta
mendokumentasikannya
12. F00ing artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka ,
senang, Irustasi dan rasa puas klien.
13. Acc05ting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima
orang lain
Sebagai suatu proIesi , keperawatan memiliki unsur unsur penting yang bertujuan
mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan yaitu respon manusia sebagai Iokus
telaahan, kebutuhan dasar manusia sebagai lingkup garapan keperawatan dan kurang
perawatan diri merupakan basis intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan
kemandirian atau kurangnya kemampuan.
Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersiIat terapeutik atau
kegiatan praktik keperawatan yang memiliki eIek penyembuhan terhadap kesehatan
(Susan, 1994 : 80).
Konsep Sehat Sakit
Sehat menurut WHO (1947)
'Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, fasmani, mental dan sosial dan bukan hanya
suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan
Sehat menurut UU no 23/1992 tentang kesehatan
'Sehat adalah keadaan sefahtera dari badan (fasmani), fiwa (rohani) dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sakit menurut Zaidin Ali, 1998
'Sakit adalah suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis
(fasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi
tubuh, produktifitas dan kemandirian individu baik secara keseluruhan atau sebagian.
Kesakitan adalah perasaan tidak nyaman pada seseorang akibat penyakit sehingga
mendorongnya untuk mencari bantuan. (Kozier, 2000)
Faktor Iaktor yang dapat meningkatkan angka kesakitan adalah :
1. Keturunan misal orang yang mempunyai riwayat keluarga pengidap Diabetes Melitus,
punya resiko tinggi terkena diabetes pula.
2. Usia
3. Kelahiran cacat atau kelainan kongenital resikonya meningkat pada wanita yang
melahirkan diatas 35 tahun.
4. Fisiologis
5. Kehamilan meningkatkan resiko tinggi terkena penyakit pada ibu dan janin. Obesitas
meningkatkan resiko penyakit jantung.
6. Gaya hidup
7. Merokok meningkatkan resiko kanker paru dsb.
8. Lingkungan
Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian.
Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit
(illness area), tetapi apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada
dalam area sehat (wellness area). Pola rentang ini bersiIat dinamis berubah seiring waktu
dan kondisi sosial.
Sesuai dengan rentang sehat sakit maka status kesehatan dapat dibagi dalam keadaan
optimal sehat atau kurang sehat, sakit ringan atau berat sampai meninggal dunia. Apabila
individu berada dalam area sehat maka dilakukan upaya pencegahan primer (primary
prevention) yaitu perlindungan kesehatan (health protection) dan perlindungan khusus
(spesific protection) agar terhindar dari penyakit. Apabila individu berada dalam area sakit
maka dilakukan upaya pencegahan sekunder dan tertier yaitu dengan diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat, pencegahan perburukan dan rehabilitasi.
Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh :
1. Politik, yang mencakup keamanan, penekanan, penindasan
2. Prilaku manusia, mencakup kebutuhan, kebiasaan dan adat istiadat
3. Keturunan, genetik, kecacatan, etnis, Iaktor risiko dan ras
4. Pelayanan kesehatan, upaya promotiI, preventiI, kuratiI dan rehabilitatiI
5. Lingkungan, tanah, udara, dan air
6. Sosial dan ekonomi meliputi pendidikan dan pekerjaan
Persepsi sakit atau 'merasa sakit dipengaruhi oleh persepsi seseorang tentang sakit itu
sendiri seperti seseorang merasa sakit (kesakitan) setelah diperiksa dan dinyatakan
menderita sakit, seseorang merasa sakit, tetapi setelah diperiksa ternyata individu tersebut
tidak menderita sakit atau mengalami suatu penyakit, seseorang tidak merasa sakit akan
tetapi sebenarnya individu tersebut mengidap penyakit, seseorang tidak merasa sakit dalam
tubuhnya.
Keperawatan memberikan bantuan kepada individu, keluarga dan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan dasar sehari hari, adaptasi terhadap keadaan sehat atau sakit serta
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan diIokuskan pada lingkungan masyarakat
yaitu lingkungan Iisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual.
Menurut Leavell (1965), ada tiga Iaktor yang saling mempengaruhi kesehatan dalam
lingkungan yaitu agen (penyebab), hospes (manusia) dan lingkungan.
Agen adalah suatu Iaktor yang menyebabkan terjadinya penyakit, seperti Iaktor biologi,
kimiawi, Iisik, mekanik atau psikologis misalnya virus, bakteri, jamur atau cacing.,
senyawa kimia bahkan stress. Hospes adalah makhluk hidup yaitu manusia atau hewan
yang dapat terinIeksi oleh agen, sedangkan lingkungan adalah Iaktor eksternal yang
mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan yang kumuh, lingkungan kerja yang tidak
nyaman, tingkat sosial ekonomi yang rendah, Iasilitas pelayanan kesehatan.
Kesimpulan
Manusia sebagai paradigma keperawatan :
Memiliki karakteristik biokimiawi, Iisiologis, interpersonal, dan kebutuhan dasar hidup
yang selalu berkembang.
Perkembangan tersebut terjadi melalui interaksi dengan orang lain yang mampu
memenuhi kebutuhan dirinya atau berbagi pengalamannya.
Memiliki kehidupan seimbang sebagai sarana pertahanan dan pengekalan diri dan
selalu berupaya untuk mengurangi kecemasan akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Keperawatan sebagai paradigma :
Keperawatan merupakan suatu instrumen pendidikan yang memIasilitasi
kedisiplinan.
Tujuan keperawatan adalah memIasilitasi kesehatan individu berdasarkan prinsip
prinsip keilmuan.
Aktivitas keperawatan diarahkan untuk membantu klien mencapai kompetensi
intelektual dan interpersonal
Asuhan keperawatan untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan
memulihkan penyakitnya.
Keperawatan sebagai ilmu dan kiat yang memiliki dimensi pengetahuan dasar dan
terapan
Fokus aktiIitas keperawatan adalah masalah yang berhubungan dengan respon
manusia terhadap kesehatan aktual ataupun potensial, yang mencerminkan ruang
lingkup aktivitas keperawatan dan kemandirian dalam proses diagnosis, tindakan,
pendidikan dan riset.
Sehat sebagai paradigma keperawatan :
Sehat adalah simbol perkembangan kepribadian dan proses kehidupan manusia yang
berlangsung secara terus menerus menuju kehidupan yang kreatiI dan konstruktiI.
Prilaku sehat adalah prilaku yang memIasilitasi pemenuhan kebutuhan, kepuasan,
kesadaran diri dan integrasi pengalaman yang berarti, misalnya pengalaman sakit.
Intervensi keperawatan berIokus pada proses membina dan mempertahankan
hubungan saling percaya guna memenuhi kebutuhan klien.
Lingkungan sebagai paradigma keperawatan :
Lingkungan adalah Iaktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan
manusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan
Terapi lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh
terhadap penyakit dan meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien.
Rekomendasi
Seseorang yang sudah memlllkl komlLmen menekunl profesl keperawaLan seyogyanya memahaml
dengan benar paradlgma keperawaLan sebagal acuan dalam berLlndak berflklr dan berslkap
emaparan paradlgma keperawaLan dalam Lullsan lnl amaLlah LerbaLas unLuk lLu dlan[urkan bagl
pembaca unLuk mengka[l leblh [auh mengenal paradlgma keperawaLan lnl darl buku sumbernya

Anda mungkin juga menyukai