2. Apakah sumpah Hipocrates dan isinya? 3. Bagaimana etika medis dan kode etika veteriner? 4. Apa saja organisasi profesi veteriner? Pembahasan 1. Profesi veteriner Profesi Veteriner merupakan profesi yang sangat tua di dunia yang muncul sebagai pengembangan dari Profesi Kedokteran di zaman Yunani Kuno pada 460-367 Sebelum Masehi(SM) oleh Bapak Kedokteran di dunia yaitu Hippocrates. Metode kedokteran dan dasar-dasar filosofi kedokteran yang dikembangkan oleh Hippokrates sangat dipahami dan dihayati oleh seorang ilmuwan bernama Aristoteles (lahir 384 SM) yang menerapkannya pada penanganan penyakit-penyakit hewan. 2. Sumpah Hippocrates "Saya bersumpah demi Apollo dewa penyembuh dan Aesculapius dan Hygeia, dan Panacea, dan semua dewa dan dewi, bahwa sesuai dengan kemampuan dan pikiran saya, saya akan mematuhi janji-janji berikut ini : Saya akan memperlakukan guru yang telah meng-ajarkan ilmu ini dengan penuh kasih sayang sebagai-mana terhadap orang tua saya sendiri, jika perlu saya bagikan hartaku untuk dinikmati bersama, anaknya akan saya perlakukan sebagai saudara kandung saya, dan akan saya ajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya, kalau memang mereka mau mempelajarinya, tanpa imbalan apapun. Saya juga akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anak saya sendiri, dan kepada mereka yang telah mengikatkan diri dengan janji dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu pengobatan, dan tidak kepada hal-hal yang lainnya. Saya akan mengikuti cara pengobatan, yang menurut pikiran dan kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita tanpa tujuan yang buruk. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan kandungan. Saya ingin melewati hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan tetap suci dan bersih. Saya tidak akan melakukan pembedahan sendiri, tetapi akan menyerahkannya kepada mereka yang berpengalaman dalam pekerjaan ini. Rumah siapa pun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan untuk kesembuhan yang sakit, dan tanpa niat-niat buruk ataupun membohongi, dan lebih jauh lagi tanpa niat memperkosa wanita atau pria, orang bebas atau pun budak. Apapun yang saya dengar atau lihat, tentang kehidupan seseorang yang tidak patut disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan, karena saya harus merahasiakannya. Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati hidup dalam mem-praktekkan ilmu saya ini, dihormati oleh semua orang di sepanjang waktu. Tetapi jika sampai saya meng-khianati sumpah ini, balikkanlah nasib saya. (Yudhabuntara, 2011). 3. Etika medis dan kode etika veteriner Etika medis Etika dalam dunia medis atau kedokteran adalah 1. Beneficence - a practitioner should act in the best interest of the patient. (Salus aegroti suprema lex.) 2. Non-maleficence - "first, do no harm" (primum non nocere). 3. Autonomy - the patient has the right to refuse or choose their treatment. (Voluntas aegroti suprema lex.) 4. Justice - concerns the distribution of scarce health resources, and the decision of who gets what treatment (fairness and equality). 5. Dignity - the patient (and the person treating the patient) have the right to dignity. 6. Truthfulness and honesty (the concept of informed consent) Kode etika veteriner BAB KEWAJBAN UMUM Pasal 1 Dokter Hewan merupakan Warga negara yang baik yangmemanifestasikan dirinya dalam cara berpikir, bertindak dan menampilkan diri dalam sikap dan budi pekerti luhur dan penuh sopan santun. Pasal 2 Dokter Hewan menjunjung tinggi Sumpah/Janji Kode Etik Dokter Hewan. Pasal 3 Dokter hewan tidak akan menggunakan profesinya bertentangan dengan perikemanusiaan dan usaha pelestarian sumber daya alam. Pasal 4 Dokter hewan tidak mencantumkan gelar yang tidak ada relevansinya dengan profesi yang dijalankannya. Pasal 5 Dokter hewan wajib berhati-hati mematuhi perundangan dan peraturan yang berlaku. Pasal 6 Dokter Hewan berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik therapi atau obat baru yang belum teruji kebenarannya.. Pasal 7 Dokter Hewan menerima imbalan sesuai dengan jasa yang diberikan kecuali dengan keikhlasan , sepengetahuan dan kehendak klien sendiri. BAB KEWAJBAN TERHADAP PROFES Pasal 8 Dokter Hewan dalam menjalankan profesinya wajib mematuhi persyaratan umum dan khusus yang berlaku sehingga citra profesi dan korsa terpelihara karenanya. Pasal 9 Dokter Hewan wajib selalu memepertajam pengetahuan, keterampilan dan meningkatkan perilakunya dengan cara mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Kedokteran Hewan. Pasal 10 Dokter Hewan yang melakukan prakterk hendaknya memasang papan nama sebagai informasi praktek yang tidak berlebihan. Pasal 11 Pemasangan iklan dalam media massa hanya dalam rangka pemberitahuan mulai buka, pindah, atau penutupan prakteknya. Pasal 12 Dokter Hewan dianjurkan menulis artikel dalam media massa mengenai Kedokteran hewan dalam rangka kesejahteraan hewan dan pemiliknya. Pasal 13 Dokter hewan tidak membantu datau mendorong adanya praktek illegal bahkan wajib melaporkan bilamana mengetahui adanya praktek illegal itu. Pasal 14 Dokter Hewan wajib melaporkan kejadian penyakit menular kepada instansi yang berwenang. BAB KEWAJBAN TERHADAP PASEN Pasal 15 Dokter Hewan memperlakukan pasiendengan penuh perhatian dan kasih sayang sebagaimana arti tersebut bagi pemiliknya, dan menggunakan segala pengetahuannya, keterampilannya dan pengalamannya untuk kepentingan pasiennya. Pasal 16 Dokter Hewan siap menolong pasien dalam keadaan darurat dan atau memberikan jalan keluarnya apabila tidak mampu dengan menunjuk ke sejawat lainnya yang mampu melakukannya. Pasal 17 Pasien yang selseai dikonsultasikan oleh seorang sejawat wajib dikembalikan kepada sejawat yang meminta konsultasi. Pasal 18 Dokter hewan dengan persetujuan kliennya dapat melakukan Euthanasia (mercy sleeping), karena diyakininya tindakan itulah yang tebaik sebagai jalan keluar bagi pasien dan kliennya. BAB V KEWAJBAN TERHADAP KLEN Pasal 19 Dokter Hewan menghargai klien untuk memilih Dokter hewan yang diminatinya. Pasal 20 Dokter Hewan menghargai Klien untuk setuju/tidak setuju dengan prosedur dan tindakan medik yang hendak dilakukan Dokter Hewan setelah diberi penjelasan akan alasan- alasannya sesaui dengan ilmu Kedokteran Hewan. Pasal 21 Dokter Hewan tidak menanggapi keluhan (complain) versi klien mengenai sejawat lainnya. Pasal 22 Dokter Hewan melakukan klien education dan memberikan penjelasan mengenai penyakit yang sedang diderita atau yang mungkin dapat diderita (preventive medicine) hewannya dan kemungkinan yang dapat terjadi. Dalam beberapa hal yang dianggap perlu Dokter hewan bertindak transparan. BAB V KEWAJBAN TERHADAP SEJAWAT DOKTER HEWAN Pasal 23 Dokter hewan memperlakukan sejawat lainnya seperti dia ingin diperlakukan seperti dirinya sendiri. Pasal 24 Dokter Hewan tidak akan mencemarkan nama baik sejawat Dokter hewan lainnya. Pasal 25 Dokter Hewan wajib menjawab konsultasi yang diminta sejawat menurut pengetahua, keterampilan, dan pengalaman yang diayakininya benar. Pasal 26 Dokter Hewan tidak merebut pasien dan atau menyarankan kepada klien berpindah dari Dokter Hewan sejawatnya. BAB V KEWAJBAN TERHADAP DR SENDR Pasal 27 Dokter Hewan wajib memelihara bahkan meningkatkan kondisi dirinya sehingga selalu berpenampilan prima dalam menjalankan profesinya. Pasal 28 Dokter Hewan tidak mengiklankan kelebihan dirinya secara berlebihan. BAB V PENUTUP Pasal 29 Dokter Hewan harus berusaha dengan sungguhsungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Dokter Hewan ndonesia dalam pekerjaan profesinya sehari- hari, demi untuk mengabdi kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Kode Etik Dokter Hewan ndonesia, janganlah merupakan kata-kata dan tulisan di kertas belaka. Setiap Dokter Hewan harus berusaha sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkannya dalam pekerjaan profesi sehari-hari agar martabat profesi tidak akan kahilangan keluhuran dan kesuciannya. Oleh karena itu, setiap Dokter Hewan harus menjaga nama profesi dengan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan atau tidak sesaui dengan ilmu,moral,iman dan etik. Undang-undang negara, Peraturan pemerintah, Ketentuan-ketentuan moral dan etik merupakan batas gerak yang tidak boleh dilanggar, kalau telah mulai keluar dari batas- batas tersebut maka akan timbul pertentangan antara kewajiban dan keinginan antara suara hati nurani dan iblis. Pikiran tenteram dan hati damai merupakan syarat mutlak untuk hidup bahagia di dunia, tidak akan dinikmati berapapun kebendaan yang dimiliki. 4. Organisasi profesi veteriner Organisasi profesi veteriner dalam berbagai tahapan sejarah. Perkembangan organisasi selain didasarkan atas daerah (teritorial), juga didasarkan atas spesialisasinya dan bidang pengabdian (non teritorial). Hubungan dengan organisasi veteriner di tingkat internasional, Organisasi teritorial PDH terdiri dari : Pengurus Besar PDH Cabang yang berjumlah 36 Organisasi seminat/sekeahlian (Organisasi Non Teritorial/ONT) sebanyak 7 Majelis Pendidikan Profesi Majelis Kehormatan Perhimpunan Kelompok Kerja-kelompok kerja dengan tugas khusus Yayasan Hemera Zoa Forum MoU PTKH (Pendidikan Tinggi Kedokteran Hewan ndonesia)antara PB- PDH dengan FKH-FKH se-ndonesia disebut konsorsium kedokteran hewan Badan Usaha Organisasi non teritorial katan Dokter Hewan Sapi Perah ndonesia Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Aquatik dan Hewan Eksotik ndonesia Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil ndonesia Asosiasi Kesmavet ndonesia Asosiasi Pathologi Veteriner ndonesia Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan ndonesia Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Laboratorium ndonesia katan Dokter Hewan Karantina ndonesia Asosiasi Epidemiologi Veteriner ndonesia Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Kuda ndonesia (dalam proses) Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner ndonesia (Satria, 2011)
Daftar Pustaka
Satria, Doni Gagak. 2011. Organisasi PDH & Kode Etik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Yudhabuntara, Doddi. 2011. Sumpah Hippocrates & Etika Medis Veteriner. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada