Tugas Blok Darah
Tugas Blok Darah
Seorang pasien, lelaki usia 53 tahun, tanpa riwayat keluarga anemia dan
penyakit kuning, memiliki 4 anak lelaki yang sehat. Pertama dia tercatat lemah, sesak
napas, dan jantung berdebar pada 1948 dan telah dirawat oleh dokter keluarga yang
mendiagnosis anemia pernisiosa. Ia di beri terapi besi berupa preparat parenteral, hati,
dan vitamin B12 secara oral tetapi terapi ini memperburuk kondisinya. Akibatnya
mendapatkan transIusi darah dengan jarak 2-3 bulan yang diperlukan untuk menjaga
pasien dalam kesehatan cukup. Pada Maret 1951 dia masuk rumah sakit.
Kulit dan membrane mukosa terlihat pucat, dengan ikterus ringan. Lidah
menunjukkan papilla yang normal. Hati membesar seluas 3 jari di bawah tepi costal
kanan, tidak ada limIadenopati dan spleen tidak jelas. Tekanan darah 110/55, tekanan
nadi 72. Sistem kardiovaskuler, respirasi, dan sistem saraI pusat normal. Pasien
sebelum teradmisi, urinnya berwarna coklat gelap. InIormasi ini mendatangkan
pertanyaan tertutup dan warna dengan jelas tidak baik.
Dilanjutkan investigasi yang dibawa di rumah sakit. Hemoglobin 46 (Hal
Dan) 6,8 Gm. Per 100 ml, eritrosit 1,62x10
6
per cu.mm, PCV 19 percent, MCV 114,
MCC 36, ESR 12 mm dalam 1 jam, leukosit 4750per cu.mm, angka diIerensiasi
leukosit, metamyelosit 2, polimorIi neutrIil 62, limIosit 34, monosit 2.
Eritrosit menunjukkan makrositosis, polikromasia dan basoIil. Retikulosit 16.
Fragilitas osmosis dalam saline hipotonik normal. Bilirubin serum 1,7 mg/100 ml,
protein serum 7,8 Gm percent; albumin serum 5,0 Gm percent, globulin serum 2,8
Gm percent; alkalin phosphate serum 9,8 king unit; kekeruhan thymol serum 3,6 unit.
Tes serologi untuk syphilis termasuk tes Wassermann dan Kahn adalah negative.
Serum agglutinin dingin positiI pada titer 1/32. Sumsum tulang menunjukkan
hiperplasi normoblastik baik dan 56 percent sel nukleat dimiliki eritrosit. Jumlah
normal asam bebas dalam lambung ditunjukkan dengan analisis kandungan perut.
Urin berwarna kuning dan tidak mengandung empedu, albumin dan darah. Perkiraan
2
dengan hasil tidak ada kemajuan hematolgik pada darah periIer dan sumsum tulang
sehingga diperlukan transIusi kembali. TransIusi whole blood tidak menimbulkan
reaksi karena sensitivitasnya berkurang pada pasien. Pasien mendapatkan observasi
selama 12 bulan, selama dirumah sakit untuk beberapa waktu, reaksi transIusi
dipantau. Untuk periode ini, sel darah merah dilakukan tes untuk kepekaan lisis oleh
serum dalam medium asam dan oleh Iaktor mempercepat dan hasil mendapatkan hasil
positiI. Pada tahap ini dilakukan tes Crosby dengan menggunakan accelerator
globulin yang lebih sensitive daripada tes hemolisis untuk mendeteksi abnormalitas
eritrosit.
Resume Laporan Kasus
Seorang pasien, lelaki usia 53 tahun, dia tercatat lemah, sesak napas, dan
jantung berdebar pada 1948 yang terdiagnosis anemia pernisiosa dan mendapatkan
terapi vitamin B12. Pada bulan April, pasien dirawat kembali di rumah sakit karena
pasien mengeluh urinnya yang berwarna gelap yang terdiagnosis anemia hemolitik
karena PNH. Pada bulan Desember 1951, pasien ini kembali dirawat di rumah sakit
karena pansitopenia.
3
ANAMNESIS
Identitas
Nama : Bapak M
Usia : 53 tahun
Pekerjaan : -
Alamat : -
Agama : -
Status : Menikah dengan 4 anak lelaki
Keluhan Umum
Kulit dan membrane mukosa pucat
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada bulan Maret 1951, pasien datang dengan keluhan kulit dan membrane
mukosa pucat yang sedikit berwarna kuning. Sejak tahun 1948, pasien sudah
terdiagnosis anemia pernisiosa dengan keluhan lemah, sesak napas, berdebar-debar.
Oleh keluarga dibawa ke rumah sakit dan dilakukan beberapa pemeriksaan seperti
vital sign, pemeriksaan darah. Selain itu, pasien itu juga mengeluh urinnya berwarna
cokelat gelap.
Anamnesis Sistem
O Sistem Cerebrospinal : tidak ada keterangan
O Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keterangan
O Sistem Respirasi : tidak ada keterangan
O Sistem Gastrointestinal : tidak ada keterangan
O Sistem Urogenital : urine berwarna cokelat
6
PEMERIKSAAN FISIK
'ital Sign
O KU : Compos mentis, lemah
O Suhu : 37C (normal)
O Tekanan Darah : 110/55 mmHg (normal)
O Nadi : 72x/menit (normal)
O PernaIasan : tidak ada keterangan
Kepala : - konjuctiva anemis ()
- Sklera ikterik ()
Thorax : - jantung normal
- paru normal
Abdomen : perkusi : hati melebar 3 jari dibawah kosta kanan
Ekstremitas : tidak keterangan
Intergumentum : warna kulit sedikit kuning
Resume pemeriksaan fisik
Hasil dari pemeriksaan Iisik pada Bp. M diperoleh konjuctiva anemis
(anemia), sclera ikterik, dan hepatomegali.
8
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tes Maret 1951 April 1951 Desember 1951 Normal
Hemoglobin 4,6 6,8
Gm/100ml
11,8 Gm/100ml 3,5 GM/100ml 13,5-18
Eritrosit 1,62X 10
6
per
CU.MM
1,4 X 10
6
per
CU.MM
4,6-6,2 x 10
6
PCV 19 12 42-52
MCV 114 cu 83 cu 82-92cu
MCC 36 30 32
ESR 12 mm 30mm/hari
Leukosit 4750 per CU.mm 2300 per CU.mm 4000-10000
Platelet 155000 per
cu.mm
150000-450000
Metamyelocytes 2 0
NeutroIil 62 16 50-70
LimIosit 34 80 20-45
Monosit 2 2 2-6
EosinoIil 2 0-5
MDT Makrositosis,
polikromasi
Sel eritrosit
normal
Retikulosit 16 0,6 0,5-1,5
Tes Coomb Negative Negative Negative
Bilirubin 1,7 mg/100ml 0,6 mg/100ml 0,2-1,2 mg/dl
Protein serum 7,8 Gm
Albumin serum 5 Gm 3-5,5 g/dl
Globulin serum 2,8 Gm 1,5-3 gr/dl
FosIat alkali
Serum
9,8 king unit 35-125 IU/L
Timol serum 3,6 unit
Tes serologis
siIilis
Negative negative
Aglutinin Titer 1/32
9
DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
1. Anemia Aplastik et. causa PNH
Pada pasien ini dari pemeriksaan laboratorium terdapat hemoglobin menurun,
pansitopenia, limIositosis. Pasien juga pernah terdiagnosis PNH pada bulan
April kemungkinan anemia aplastik disebabkan oleh PNH. Pada PNH sel asal
hematopoetik abnormal menurunkan populasi sel darah merah, granulosit, dan
trombosit, yang semuanya tidak mempunyai sekelompok protein permukaan
sel. Dasar genetic PNH adalah mutasi didapat pada gen PIG-A dikromsom X
yang menghentikan sintesis struktur jangkar glikosilIosIatati dilinositol.
DeIisiensi protein ini menyebabkan hemolisis intravaskuler yang
mengakibatkan ketidakmampuan eritrosit untuk menginaktivasi komplemen
permukaan. Telah lama diketahui bahwa beberapa pasien PNH akan
mengalami kegagalan sumsum tulang dan sebaliknya PNH dapat ditemukan
sebagai ' peristiwa klonal lanjut setelah terdiagnosis anemia aplastik.
. Myelodisplasia
Kelainan yang paling sering mirip dengan anemia aplastik berat yaitu sindrom
myelodisplastik dimana kurang lebih 5 sampai 10 persen kasus sindroma
myelodisplasia tampak hipoplasia sumsum tulang. Beberapa ciri dapat
membedakan anemia aplastik dengan sindrom myelodisplastik yaitu pada
myelodisplasia terdapat morIologi Iilm darah yang abnormal (misalnya
poikilositosis, granulosit dengan anomali pseudo-Pelger- Het), prekursor
eritroid sumsum tulang pada myelodisplasia menunjukkan gambaran
disIormik serta sideroblast yang patologis lebih sering ditemukan pada
myelodisplasia daripada anemia aplastik. Selain itu, precursor granulosit dapat
berkurang atau terlihat granulasi abnormal dan megakariosit dapat
PEMBAHASAN
Bp M, 53 tahun mengeluh kulit dan membrane mukosa kuning (ikterus), urine
coklat,
1. Ikterus
Kata ikterus (faundice) berasal dari kata Perancis faune` yang berarti kuning.
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membrane
mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat
kadarnya dalam sirkulasi darah. Jaringan permukaan yang kaya elastin seperti sclera
dan permukaan bawah lidah biasanya pertama kali menjadi kuning. Ikterus yang
ringan dapat dilihat paling awal di sklera mata, dan bila ini terjadi kadar bilirubin
sudah berkisar antara 2-2,5 mg/dl (34-43 umol/L). Kadar bilirubin serum normal
adalah bilirubin direk : 0-0.3 mg/dL, dan total bilirubin: 0.3-1.9 mg/dL.
Metabolisme Bilirubin
4
3. Darah rutin
Dari pemeriksaan laboratorium pada bulan desember terdapat penurunan
hemoglobin menunjukkan anemia. Penurunan eritrosit, leukosit, neutroIil
merupakan keadaan yang disebut dengan pansitopenia. PCV menurun ini
menandakkan anemia
4. Sumsum tulang
Pada sumsum tulang tidak ditemukan sel-sel yang abnormal. Biasanya pada
anemia aplastik ditemukan hipoplasia.
7
Definisi
HoIIbrand, Pettit dan Moss dalam Hematologi mendeIinisikan anemia
aplastik sebagai pansitopenia (berkurangnya jumlah sel dari semua jalur sel darah
utama eritrosit, leukosit, dan trombosit) yang disebabkan oleh aplasia sumsum tulang.
Menurut The International Agranulositosis and Aplastic Anemia Study
(IAAS) disebut bahwa anemia aplastik apabila kadar hemoglobin , 10 g/dl atau
hematokrit , 30, hitung trombosit , 50.000 / mmk, hitung leukosit , 35.000/mmk atau
granulosit , 1.5x10
9
/l.
Epidemiologi
Widjarnako, Sudoyo dan Salonder dalm Ilmu Penyakit Dalam menjelaskan
insidensi anemia aplastik bervariasi di seluruh dunia dan berkisar antara 2 sampai 6
kasus per 1 juta penduduk per tahun dengan variasi geograIis.
Anemia aplastik didapat umumnya muncul pada usia 15 samai 25 tahun,
puncak insiden kedua yang lebih kecil muncul setelah muncul setelah usia 60 tahun,
umur dan jenis kelamin pun bervariasi secara geograIis (widjarnako et all : 2007)
Etiologi
HoIIbrand, Pettit dan Moss dalam Hematologi menjelaskan penyebab anemia
aplastik dapat dibagi menjadi:
1. Primer
a. Congenital jenis Fanconi dan non-Fanconi
b. Idiopatik didapat
2. Sekunder
a. Radiasi pengion: pemajanan tidak sengaja (radioterapi, isotop radioaktiI,
stasiun pembangkit tenaga nuklir)
b. Zat kimia: benzene dan pelarut organic lain, TNT, insektisida, pewarna
rambut, klordan, DDT
8
c. Obat
Obat yang biasanya menyebabkan depresi sumsum tulang (missal
busulIan, sikloIosIamid antrasiklin, nitrosourea)
Obat yang kadang menyebabkan depresi sumsum tulang (missal
kloramIenikol, sulIonamide, emas, dll)
d. InIeksi: Hepatitis virus (A atau non-A non-B)
Klasifikasi anemia aplastik
1. Anemia Aplastik yang Didapat (Acquired Aplastic Anemia)
a. Anemia aplastik sekunder
Radiasi
Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
4 EIek regular
Bahan-bahan sitotoksik
Benzene
4 Reaksi Idiosinkratik
KloramIenikol
NSAID
Anti epileptic
Emas
Bahan-bahan kimia dan obat-obat lainya
Virus
4 Virus Epstein-Barr (mononukleosis inIeksiosa)
4 Virus Hepatitis (hepatitis non-A, non-B, non-C, non-G)
4 Parvovirus (krisis aplastik sementara, pure red cell aplasia)
4 Human immunodeIiciency virus (sindroma immunodeIisiensi yang
didapat)
Penyakit-penyakit Imun
4 EosinoIilik Iasciitis
9
4 Hipoimunoglobulinemia
4 Timoma dan carcinoma timus
4 Penyakit graIt-versus-host pada imunodeIisiensi
4 Paroksismal nokturnal hemoglobinuria
Kehamilan
-. Idiopathic aplastic anemia
. Anemia Aplatik yang diturunkan (Inherited Aplastic Anemia)
Anemia Fanconi
4 Diskeratosis kongenita
4 Sindrom Shwachman-Diamond
4 Disgenesis reticular
4 Amegakariositik trombositopenia
4 Anemia aplastik Iamilial
4 Preleukemia (monosomi 7, dan lain-lain.)
4 Sindroma nonhematologi
Pathogenesis
Setidaknya ada tiga mekanisme terjadinya anemia aplastik. Anemia aplastik
yang diturunkan (inherited aplastic anemia), terutama anemia Fanconi disebabkan
oleh ketidakstabilan DNA. Beberapa bentuk anemia aplastik yang didapatkan
(acquired aplastic anemia) disebabkan kerusakan langsung stem sel oleh agen toksik,
misalnya radiasi. Patogenesis dari kebanyakan anemia aplastik yang didapatkan
melibatkan reaksi autoimun terhadap stem sel.
Kerusakan oleh agen toksik secara langsung terhadap stem sel dapat
disebabkan oleh paparan radiasi, kemoterapi sitotoksik atau benzene. Agen-agen ini
dapat menyebabkan rantai DNA putus sehingga menyebabkan inhibisi sintesis DNA
dan RNA.
2
Sesak napas 23
Penglihatan kabur 19
Telinga berdengung 13
Diagnosis
PEMERIKSAAN FISIK
Tabel 2. Pemeriksaan Fisik pada Pasien Anemia Aplastik
Jenis Pemeriksaan Fisik
Pucat 100
Perdarahan 63
Kulit 34
Gusi 26
Retina 20
Hidung 7
Saluran cerna 6
Vagina 3
Demam 16
Hepatomegali 7
Splenomegali 0
(Salonder cit widjarnako, 1983)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Widjarnako, Sudoyo dan Salonder dalam Ilmu Penyakit Dalam menjelaskan
temuan laboratorium pada pasien Anemia Aplastik sebagai berikut:
a. Darah tepi
Anemia bersiIat normokhrom normositik terkadang makrositik, anisositosis,
dan poikilositosis. Adanya retikulosit dan leukosit muda menandakan bukan anemia
aplastik.
22
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
a. Nuclear Magnetic Resonance Imaging
Pemeriksaan ini merupakan cara terbaik untuk mengetahui luasnya
perlemakan karena dapat membuat pemisahan tegas antara daerah sumsum tulang
berlemak dan sumsum tulang berseluler.
b. Radionuclide Bone Marrow Imaging (Bone Marrow Scanning)
Luasnya kelainan sumsum tulang dapat ditentukan oleh scanning tubuh
setelah disuntik dengan koloid radioaktiI technetium sulIur yang akan terikat pada
makroIag sumsum tulang atau iodium chloride yang terikat pada transIerin. Dengan
bantuan scan sumsusm tulang dapat ditentukan daerah hemopoeisi aktiI untuk
memperoleh sel-sel guna pemeriksaan sitogenik atau kultur sel-sel induk.
Terapi
Secara garis besar, terapi anemia aplastik terdiri atas:
1. Terapi kausal
Adalah usaha untuk menghilangakan agen penyebab. Hindarkan pemaparan lebih
lanjut terhadap agen penyebab yang diketahui.
2. Terapi suportiI
Terapi untuk mengatasi pansitopenia yaitu
a. Untuk mengatasi inIeksi antara lain:
O Hygiene mulut
O IdentiIikasi sumber inIeksi serta pemberian antibiotic
O TransIuse granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat kuman
gram negatiI
b. Usaha untuk mengatasi anemia
O TransIusi packed red cell apabila Hb 7 gr/dl
c. Usaha untuk mengatasi pendarahan
24
23
Pada laporan kasus, pasien mendapatkan cortisone dan transIusi darah ini
sudah sesuai dengan keadaan pasien dan reIensi yang didapat. Karena pasien ini
berusia 53 tahun dapat diberikan terapi imunosupresiI (prednisone) sedangkan
transIuse darah diberikan karena kadar Hb pasien 3,5 gr/dl.
26
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made. 2007. ematologi Klinik Ringkas. EGC: Jakarta
Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi Edisi JII. PT. Alumni: Bandung
HoIIbrand, A.V. Pettit, J.E. Moss, P.A.H. 2001. Kapita Selekta ematologi. Edisi
keempat. Setiawan L. 2005 (Alih Bahasa). EGC, Jakarta.
Price, S.A. Wilson, L.M. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi keenam. Pendit, B.M et al. 2006 (Alih Bahasa). EGC, Jakarta.
Widjarnako, A. Sudoyo, A. W. Salonder, H. 2006. Buku Afar Ilmu Penyakit Dalam.
FKUII: Jakarta.